Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98647 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmad Herman Yuwono
"Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa, kebutuhan akan sandang tentu akan semakin meningkat. Hal ini tentunya memberikan peluang yang besar bagi perkembangan industri tekstil dalam negeri. Namun di sisi lain pencemaran air disebabkan limbah organik yang berasal dari industri tekstil merupakan masalah krusial yang harus ditangani dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu salah satu metode yang paling efektif dan efisien dalam penanganan limbah cair adalah melalui proses fotokatalisis. Proses ini memadukan antara mekanisme penyerapan cahaya foton dari sinar matahari dan efek katalis yang dihasilkan dari pembentukan spesies radikal yang mampu mendegradasi zat polutan organic yang berbahaya tertsebut. Salah satu bahan fotokatalisis yang paling banyak digunakan secara meluas di dunia sain dan teknologi adalah titanium dioksida (TiO2) dalam bentuk nanopartikel yang diproduksi secara komersial oleh perusahaan Degussa GmBH-Jerman. Namun demikian, bahan ini diproses melalui jalur impor sehingga memberikan efek ketergantungan atas produksi luar negeri. Di sisi lain Indonesia memiliki mineral ilmenite (FeO.TiO2) sebagai sumber potensial untuk pengadaan nanostruktur TiO2. Oleh sebab itu kajian keinsinyuran ini ditujukan sebagai suatu upaya untuk memperoleh nanomaterial semikonduktor oksida hasil mineral asli dari alam Indonesia untuk dapat digunakan sebagai bahan fotokatalisis untuk mendegradasi polutan organik cair yang diakibatkan oleh limbah industri tekstil. Untuk keperluan ini pada mineral ilmenite diberi serangkaian proses dan perlakuan, dimulai dari pengayakan mekanis, dekomposisi kimia dengan basa kuat dan air, dilanjutkan dengan pelindian dengan asam sulfat dan hidrolisis, hingga proses konversi dari struktur 0-D (nanopartikel) menjadi 1-D (nanotube, nanosheet) dan selanjutnya ditingkatkan kristalinitasnya dengan perlakuan pasca-hidrotermal. Dari serangkaian pengujian karakterisasi dengan difraksi sinar X dan spektroskopi ultraviolet-visible dapat diketahui bahwa nanostruktur yang diproses dari ilmenite tersebut masih mengandung pengotor/impurity unsur besi (Fe), sementara pengamatan dengan mikroskop pemindai elektron memperlihatkan struktur nanotube, nanosheet sudah terbentuk dengan baik walaupun masih terdapat penggumpalan (aglomerasi). Hasil pengujian performa fotokatalisis dengan zat warna simulasi metilen biru (MB) menunjukkan bahwa nanosheet yang disintesis dari padatan slag ilmenite memberikan performa di atas nanotube yang disintesis dari material pembanding, yaitu P25 Degussa. Kehadiran pengotor besi memberikan efek positif terhadap penurunan energi celah pita nanomaterial semikonduktor oksida yang dihasilkan, yang pada akhirnya memberikan kemudahan dalam mekanisme fotokatalisis. Dalam pekerjaan kajian ini aspek-aspek keinsinyuran telah dicoba diterapkan sebaik mungkin baik dari sisi kompetensi professional, prinsip dasar kode etik serta keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan Hidup (K3L).

With Indonesia's population reaching 250 million people, the need for clothing will certainly increase. This certainly provides a great opportunity for the development of the domestic textile industry. However, on the other hand, water pollution caused by organic waste originating from the textile industry is a crucial problem that must be handled as well as possible. Therefore one of the most effective and efficient methods in handling liquid waste is through the photocatalytic process. This process combines the mechanism of absorption of photons from sunlight and the catalytic effect resulting from the formation of radical species that are capable of degrading these harmful organic pollutants. One of the most widely used photocatalyst materials in the world of science and technology is titanium dioxide (TiO2) in the form of nanoparticles which is commercially produced by Degussa GmBH-Germany. However, this material is processed through imports so that it creates a dependency effect on foreign production. On the other hand, Indonesia has the mineral ilmenite (FeO.TiO2) as a potential source for the procurement of TiO2 nanostructures. Therefore this engineering study is intended as an effort to obtain semiconductor oxide nanomaterials produced from native Indonesian minerals to be used as a photocatalyst material to degrade liquid organic pollutants caused by textile industry waste. For this purpose, the ilmenite mineral is given a series of processes and treatments, starting from mechanical sieving, chemical decomposition with a strong base and water, followed by leaching with sulfuric acid and hydrolysis, to the conversion process from 0-D structure (nanoparticles) to 1-D (nanotubes, nanosheets) and further increase the crystallinity by post-hydrothermal treatment. From a series of characterization tests with X-ray diffraction and ultraviolet-visible spectroscopy, it can be seen that the nanostructures processed from ilmenite still contain impurities of the element iron (Fe), while observations with an electron microscope show that the structure of nanotubes, nanosheets are well formed although still there is agglomeration. The results of testing the photocatalytic performance with simulated methylene blue (MB) dyes showed that nanosheets synthesized from ilmenite slag solids performed better than nanotubes synthesized from a reference material, namely P25 Degussa. The presence of iron impurities has a positive effect on reducing the bandgap energy of the resulting oxide semiconductor nanomaterials, which in turn provides convenience in the photocatalytic mechanism. In this study work, the engineering aspects have been tried to be applied as best as possible both in terms of professional competence, the basic principles of the code of ethics and security, safety, health and environment (K3L)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chantika Putri Febianty Coan
"Remazol Brilliant Red merupakan salah satu zat pewarna yang banyak terdapat pada limbah cair industri tekstil dan berbahaya bagi lingkungan. Pengolahan limbah secara fisika dan biologi dinilai kurang efektif dalam mendegradasi limbah tersebut. Elektrolisis plasma merupakan metode yang telah terbukti efektif dalam mengolah limbah pewarna yang sulit terurai.
Injeksi udara dapat memberikan efisiensi dan efektivitas proses yang lebih baik dalam metode elektrolisis plasma. Injeksi udara yang dilakukan langsung pada reaktor dapat menurunkan konsumsi energi dan meningkatkan pembentukan radikal hidroksil. Penelitian ini dilakukan dalam reaktor batch aliran sirkulasi dengan elektrolit NaCl 0,03 M.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laju alir injeksi udara optimum pada daya tertentu terhadap besar degradasi, produksi radikal hidroksil, besar energi, serta nilai COD, pH, dan senyawa intermediet yang terbentuk selama proses berlangsung. Variasi yang digunakan berupa daya listrik operasi sebesar 300-600 watt, serta laju alir penambahan gelembung udara sebesar 0 L/min; 0,5 L/min; 1 L/min; 2 L/min dan 3 L/min, Laju alir sirkulasi limbah sebesar 1 L/min, serta kedalaman katoda sebesar 2 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan laju alir injeksi udara dapat meningkatkan produksi radikal hidroksil dan persentase degradasi limbah pewarna tekstil Remazol Brilliant Red.

Remazol Brilliant Red is a coloring agent that is widely found in textile wastewater and is harmful to the environment. Physical and biological waste treatment is considered to be less effective in degrading the waste. Plasma electrolysis is a method that has proven effective in treating dye wastes that are difficult to decompose.
Air injection can provide better process efficiency and effectiveness in plasma electrolysis methods. Air injection carried out directly at the reactor can reduce energy consumption and increase hydroxyl radical formation. This research was conducted in a circulation flow batch reactor with 0.03 M NaCl electrolyte.
The purpose of this study was to determine the effect of optimum air injection flow rate on certain power to the extent of degradation, hydroxyl radical production, energy size, and COD, pH, and intermediate compounds formed during the process. Variations used in the form of electrical operating power of 300 - 600 watts, and the flow rate of the addition of air bubbles by 0 L/min; 0.5 L/min; 1 L/min; 2 L/min and 3 L/min, the circulation flow rate of waste is 1 L/min, and the cathode depth is 2 cm.
The results showed that an increase in air injection flow rate could increase hydroxyl radical production and the percentage of degradation of Remazol Brilliant Red textile dye waste.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasya Stephanie Bintang Melania
"Krisis iklim yang sedang terjadi cukup menjadi alasan bagi masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan. Salah satu caranya dengan menerapkan perilaku pro-lingkungan dalam masyarakat melalui perilaku konsumsi produk ramah lingkungan. Untuk mendorong konsumsi produk ramah lingkungan, masyarakat diharapkan memiliki sikap terhadap produk ramah lingkungan. Peneliti ingin melihat hubungan antara kecemasan lingkungan (eco-anxiety) dan sikap membeli sabun organik. Penelitian ini menyasar masyarakat Indonesia yang merupakan WNI dan berkategori usia dewasa muda sebagai partisipan (n = 229). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kedua variabel adalah HEAS-13 mengukur kecemasan lingkungan dan ATGP mengukur sikap terhadap sabun organik. Untuk membuktikan adanya hubungan antara kedua variabel maka dilakukan pengujian korelasi antara variabel kecemasan lingkungan dan variabel sikap membeli sabun organik menggunakan uji korelasi pearson. Berdasarkan hasil uji korelasi pearson, terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara kecemasan lingkungan dan sikap membeli sabun organik, r(229) = 0.384, p < 0.01, one tailed dengan effect size r2  = 0.148 yang tergolong dalam kategori sedang. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki eco-anxiety cenderung memiliki sikap membeli sabun organik yang positif. Dengan begitu, penelitian ini telah berkontribusi dan sejalan dengan penelitian sebelumnya yang bertujuan untuk meneliti tentang hubungan antara kecemasan lingkungan dan sikap terhadap produk ramah lingkungan.

The current climate crisis is enough reason for people to care about the environment. One way is by implementing pro-environmental behavior in society through consumption behavior of environmentally friendly products. To encourage the consumption of environmentally friendly products, people are expected to have an attitude toward green products. Researchers want to see the relationship between eco-anxiety and the attitude of buying organic soap. This research targets Indonesian citizens who are Indonesian citizens and in the young adult age category as participants (n = 229). The measurement tools used to measure both variables are HEAS-13 measuring environmental anxiety and ATGP measuring the attitude of buying organic soap. To prove that there is a relationship between the two variables, a correlation test was used between the eco-anxiety variable and the attitude variable to buy organic soap using Pearson correlation test. Based on the results of the Pearson, there is a positive and significant correlation between eco- anxiety and the attitude of buying organic soap, r(229) = 0.384, p <0.01, one tailed with an effect size of r2 = 0.148 which is in the medium category. Overall it can be concluded that individuals who have eco-anxiety tend to have a positive attitude towards buying organic soap. That way, this research has contributed to and is in line with previous research which aims to examine the relationship between eco-anxiety and attitude toward green products."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Shafira Rachmadhini
"Keberadaan sampah di badan air dapat mempengaruhi penurunan kualitas lingkungan perairan. Di mana sampah sisa makanan dan sampah taman mendominasi pencemaran sampah di Sungai Ciliwung sebesar 68,63%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika konsentrasi, laju perubahan, dan simulasi perubahan konsentrasi COD dan amonia akibat keberadaan sampah organik spesifik pada badan air. Dilakukan pengambilan air sampel di Sungai Ciliwung, Depok yang diuji dengan perlakuan penambahan sampah sisa makanan dan sampah taman menggunakan reaktor batch skala laboratorium. Korelasi pengaruh jenis sampah organik spesifik terhadap dinamika konsentrasi COD dan amonia di investigasi menggunakan Kruskal-Wallis. Laju pembentukan dan penguraian COD dan amonia di investigasi dengan melibatkan penggunaan ODE linear faktor pengintegrasian. Sehingga dapat diperoleh hasil simulasi dengan bantuan opsi analisis solver pada Microsoft Excel. Hasilnya didapatkan bahwa keberadaan sampah sisa makanan dan sampah taman mempengaruhi perubahan konsentrasi COD dan amonia pada badan air, yang dibuktikan dengan hasil uji Kruskal Wallis untuk nilai Hhitung COD dan amonia berturut turut 14,81 dan 10559,4 yang lebih besar daripada nilai kritisnya sebesar 9,49. Untuk parameter COD, diperoleh nilai laju pembentukan (k1) untuk sampah sisa makanan adalah 0,126-0,145 per hari dan sampah taman adalah 0,086-0,0827 per hari. Adapun laju degradasi (k2) untuk sampah sisa makanan adalah 0,437-0,517 per hari dan sampah taman adalah 0,368-0,342 per hari. Sedangkan untuk amonia, (k1) sampah sisa makanan adalah 0,00017-0,000175 per hari dan sampah taman adalah 0,00055-0,00051 per hari. Adapun laju nitrifikasi (k2) sampah sisa makanan adalah 0,1179-0,1391 per hari dan sampah taman adalah 0,2456-0,3481 per hari. Sehingga dapat diketahui bahwa degradasi sampah sisa makanan menjadi COD atau amonia (k1) dan laju degradasi COD akibat sampah sisa makanan (k2) lebih signifikan dibandingkan dengan sampah taman. 

The presence of waste in bodies of water can affect the decline in the quality of the aquatic environment. Food waste and garden waste dominate the waste pollution in the Ciliwung River by 68.63%. This study aims to analyze the dynamics of concentration, rate of change, and simulate changes in COD and ammonia concentration due to the presence of specific organic waste in water bodies. Water samples were taken from the Ciliwung River in Depok, which were tested with the treatment of adding food waste and garden waste using a laboratory-scale batch reactor. The correlation of the influence of specific organic waste types on the dynamics of COD and ammonia concentration was investigated using Kruskal-Wallis. The formation and degradation rates of COD and ammonia were investigated by involving the use of linear ODE integration factor. Thus, simulation results can be obtained with the help of the solver analysis option in Microsoft Excel. The results showed that the presence of food waste and garden waste affects the changes in COD and ammonia concentration in water bodies, which was confirmed by the Kruskal-Wallis test results for the calculated H values of COD and ammonia, which were 14.81 and 10559.4, respectively, greater than their critical values of 9.49. For the COD parameter, the formation rate (k1) values for food waste ranged from 0.126 to 0.145 per day, while for garden waste it ranged from 0.086 to 0.0827 per day. The degradation rate (k2) for food waste ranged from 0.437 to 0.517 per day, while for garden waste it ranged from 0.368 to 0.342 per day. As for ammonia, the formation rate (k1) for food waste ranged from 0.00017 to 0.000175 per day, while for garden waste it ranged from 0.00055 to 0.00051 per day. The nitrification rate (k2) for food waste ranged from 0.1179 to 0.1391 per day, while for garden waste it ranged from 0.2456 to 0.3481 per day. Therefore, it can be concluded that the degradation of food waste into COD or ammonia (k1) and the degradation rate of COD due to food waste (k2) are more significant compared to garden waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Ristagitania Athar
"Intervensi yang dilakukan pada kelompok pemulung di RT 04/ RW 05 Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Surnedang, Jawa Barat dilakukan untuk mengeluarkan mereka dari siklus kemisldnan. Program intervensi ini diadaptasi dan pcnclitian Malcolm J. Odell, di Nepal (2005), dan rnenggunakan strategi psikologi intervensi sosial. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Seligman’s Cycle of Poverty (1975) dan pcndckatan Appreciative Inquiiy yang dikembangkan oleh Cooperrider (2005). Hasil dari program intervensi ini adalah para pemulung yang tclah mengintemalisasi visi dan mimpi mereka mcnjadi bentuk strategi pefencanaan kegiatan yang sesuai dengan latar belakang mereka, yaitu daur ulang limbah organicmenjadi produk dengan nilai tambahan.

Intervention that held among the scavengers in RT 04/RW 05 Desa Jatisati, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumcdang, West Java, is aimed to break the cycle of poverty they have been thriving on. This intervention programme was adapted from the research of Malcolm J. Odell (2005) in Nepal. India. Psychological and social intervention strategies to analyse the grinding poverty and to enable to break the cycle of poverty were used. The ground theories of the programme were Seligma.n’s cycle of poverty (1975) and Cooperrider's appreciative inquiry (2001). The result showed that they succeed on intemalizing their vision into making strategic action plans that reliable with their conditions, recycling organic waste into a vakue added goods."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34208
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arthami Bunga Dewanti
"Pada tahun 2022, timbulan sampah Kota Tangerang telah mencapai 600,474 ton. Sementara, fasilitas pengelola sampah di Kota Tangerang masih terbatas. TPS 3R Widatama 12 melayani 4 RW di Kelurahan Nusa Jaya, melebihi cakupan layanan seharusnya yaitu 1 RW. TPS 3R Widatama 12 mengolah sampah organik menjadi kompos. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah, menghitung timbulan dan komposisi sampah, menganalisis potensi reduksi, serta menganalisis kualitas kompos TPS 3R Widatama 12. Metode penelitian untuk pengukuran timbulan dan komposisi sampah menggunakan metode load-count analysis dan metode quartering, serta mengacu pada SNI 19-3964-1994. Parameter kompos yang diuji adalah karbon, nitrogen, C/N-rasio, kadar air, pH, phosfor, dan kalium. Berdasarkan hasil penelitian, sistem pengelolaan sampah di TPS 3R Widatama 12 adalah pengangkutan sampah, pemilahan sampah, pengelompokkan sampah anorganik, dan pengomposan. Volume rata-rata timbulan sampah yang masuk adalah 6,5 m3/hari dengan berat sampah rata-rata 944,87 kg/hari atau 0,46 kg/orang/hari. Komposisi sampah terdiri dari sisa makanan 43,78%; kayu-ranting 3,5%; kertas-karton 8,28%; plastik 20,85%; logam 0,35%; kain 2,92%; karet-kulit 0,59%; kaca 2,16%; dan lainnya 0,83%. Nilai potensi reduksi sampah adalah sebesar 71,72%. Berdasarkan parameter kompos yang diuji, parameter yang belum terpenuhi adalah pH dengan nilai 7,8.

Pada tahun 2022, timbulan sampah Kota Tangerang telah mencapai 600,474 ton. Sementara, fasilitas pengelola sampah di Kota Tangerang masih terbatas. TPS 3R Widatama 12 melayani 4 RW di Kelurahan Nusa Jaya, melebihi cakupan layanan seharusnya yaitu 1 RW. TPS 3R Widatama 12 mengolah sampah organik menjadi kompos. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah, menghitung timbulan dan komposisi sampah, menganalisis potensi reduksi, serta menganalisis kualitas kompos TPS 3R Widatama 12. Metode penelitian untuk pengukuran timbulan dan komposisi sampah menggunakan metode load-count analysis dan metode quartering, serta mengacu pada SNI 19-3964-1994. Parameter kompos yang diuji adalah karbon, nitrogen, C/N-rasio, kadar air, pH, phosfor, dan kalium. Berdasarkan hasil penelitian, sistem pengelolaan sampah di TPS 3R Widatama 12 adalah pengangkutan sampah, pemilahan sampah, pengelompokkan sampah anorganik, dan pengomposan. Volume rata-rata timbulan sampah yang masuk adalah 6,5 m3/hari dengan berat sampah rata-rata 944,87 kg/hari atau 0,46 kg/orang/hari. Komposisi sampah terdiri dari sisa makanan 43,78%; kayu-ranting 3,5%; kertas-karton 8,28%; plastik 20,85%; logam 0,35%; kain 2,92%; karet-kulit 0,59%; kaca 2,16%; dan lainnya 0,83%. Nilai potensi reduksi sampah adalah sebesar 71,72%. Berdasarkan parameter kompos yang diuji, parameter yang belum terpenuhi adalah pH dengan nilai 7,8."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Puspita Sari Ika Pratiwi
"Data timbunan sampah Fakultas Teknik di Universitas Indonesia secara keseluruhan mencapai 120,6 kg/hari. Dimana 67 presentase sampah terbesar berasal dari sampah taman. Penumpukan jumlah sampah merupakan masalah lingkungan yang membuat para ahli terus mengembangkan teknologi yang tepat untuk mencari alternatif dalam menanggulangi masalah tersebut. Pemanfaatan sampah organik menjadi bahan bakar berupa pelet menjadi salah satu teknologi yang menjanjikan. Pelet telah menjadi komuditas yang mendunia. Pada tesis ini dilakukan pengujian skala laboratorium dalam pembuatan pelet dari bahan baku sampah organik yang terdapat di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan menguji karakteristik dari produk pelet yang dihasilkan tersebut. Pembuatan pelet menggunakan alat cetak manual.
Dari pengujian didapatkan komposisi bahan baku yang optimum yaitu daun 10, ranting 80 dan serabut 10, nilai kalor 3772,166 cal/gram, ukuran ayakan 80 mesh, tekanan 70 kg/cm2 dan diketahui karakteristik dari produk pelet adalah panjang 20,7 mm, diameter 6 mm, massa 0,74 gram, kerapatan 1,264 g/cm3, kadar air 9.06, zat terbang 72.62, kadar abu 13.29, kadar karbon terikat 14.90 dan ketahanan 83, serta nilai energi aktivasi devolatilisasi pada campuran daun 10, ranting 80 dan serabut 10 adalah 114,999 kJ/mol, nilainya lebih kecil daripada energi aktivasi devolatilisasi bahan baku, maka campuran bahan baku memiliki laju reaksi yang lebih cepat.Kata kunci: sampah organik, pelet, karakteristik pelet.

Total waste data in Engineering Faculty Of Universitas Indonesia was record at 120.6 kg day. Where 67 of the largest percentage of waste comes from garden waste. The build up of waste amounts is an environmental problem that keeps experts on developing the right technology to find alternatives in trackling the problem. Utilization of organic waste into fuel in the form of pellets become one of the promising technology. Pellet has become a worldwide commodity. In this thesis, laboratory scale testing is done in making pellets from organis waste raw materials contained in the Engineering Faculty Of Universitas Indonesia and test the characteristic of the pellet product. Making pellets using manual printing tools.
From the test, it was found that the composition of the optimum raw material is 10 leaf, 80 branch and 10 coconut fiber, calorific value 3772.166 cal gram, sieve size 80 mesh, pressure 70 kg cm2 and known characteristic of pellet product is length 20.7 mm, diameter 6 mm, mass 0.74 gram, density 1.264 g cm3, water content 9.06, volatile matter 72.62, ash 13.29, fixed carbon 14.90 and durability 83 and devolatilization activation energy value at mixture 10 leaf, 80 branch and 10 coconut fiber were 114.999 kJ mol, the value was smaller than the activation energy of devolatilization of raw material, then the raw material mixture has a faster reaction rate.Keywords organic waste, pellets, pellet characteristic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Maulida Zulaichatin
"Stabilitas merupakan salah satu parameter yang menunjukkan sejauh mana bahan organik yang mudah terurai (biodegradable) telah terdekomposisi. Berbagai metode digunakan untuk mengukur tingkat stabilitas bahan organik, diantaranya metode static respiration index (SRI) dan dynamic respiration index (DRI). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik dan menganalisa stabilitas sampel sampel sampah makanan, sampah kebun, sampah organik, sampah kota, sampah buah, limbah pabrik tahu, dan kotoran sapi yang digunakan dalam penelitian berdasarkan kadar air, volatile solids, rasio C/N, kadar lignin, serta nilai SRI, dan DRI, serta menentukan metode yang tepat untuk pengolahan lanjutan pada sampel limbah organik yang tidak stabil. Penelitian ini menggunakan sampel limbah organik dari 9 tempat yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan nilai SRI dan DRI yang paling tinggi adalah sampel limbah pabrik tahu yaitu sebesar 13,3995 mgO2g-1OM-1h-1 dan 148,3747 mgO2g-1OM-1h-1. Selain itu, sampel yang dikomposkan yaitu limbah pabrik tahu dan kotoran sapi dengan campuran cangkang kelapa dan serabut kelapa selama 14 hari. Hasil pengomposan menunjukkan bahwa persentase efektifitas pengomposan sampel limbah pabrik tahu sebesar 99,94% pada hari ke-3 pengomposan. Sedangkan, pada sampel kotoran sapi persentasenya sebesar 99,17% pada hari ke-7.

Stability is one parameter which shows how far biodegradable organic matter has decomposed. Various methods are used to measure the level of stability of organic materials, including static respiration index (SRI) and dynamic respiration index (DRI) methods. The purpose of this study was to identify the characteristics and analyze the stability of samples of food waste, garden waste, organic waste, municipal waste, fruit waste, tofu factory waste, and cow dung used in research based on water content, volatile solids, C/N ratio, lignin content, also the value of SRI, and DRI, and determine the appropriate method for further processing in unstable organic waste samples. This study uses organic waste samples from 9 different places. The results showed the highest SRI and DRI were tofu factory waste sample which were 13,3995 mgO2g-1OM-1h-1 dan 148,3747 mgO2g-1OM-1h-1. In addition, composted samples are tofu factory waste and cow dung with a mixture of coconut shells and coconut fibers for 14 days The composting results showed that the percentage of composting effectiveness of tofu factory waste samples was 99,94% on the 3rd day of composting. Whereas, on cow dung samples the percentage is 99,17% on the 7th day."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thesa Siswanto
"Rasio C/N yang dikandung oleh kompos UPS Cipayung masih di bawah nilai yang ditetapkan SNI 19-7030-2004. Faktor yang mempengaruhi rasio C/N kompos UPS Cipayung salah satunya adalah komposisi feedstock pengomposan. Selama ini, proses pengomposan dilakukan hanya dengan mengandalkan feedstock sampah organik UPS Cipayung yang memiliki kadar karbon rendah. Hal ini menyebabkan rendahnya rasio C/N pada kompos yang diproduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan berunsur karbon tinggi untuk meningkatkan rasio C/N pada kompos di UPS Cipayung. Bahan yang berunsur karbon tinggi bisa ditambahkan ke dalam feedstock pengomposan untuk membantu meningkatkan rasio C/N. Bahan yang mudah dicari dan digunakan antara lain daun kering dan sabut kelapa. Oleh karena itu, bahan tersebut dapat ditambahkan ke dalam feedstock sampah organik UPS Cipayung agar rasio C/N meningkat. Variasi komposisi dalam penelitian ini adalah campuran sampah organik dan daun kering (tumpukan 2), sampah organik dan sabut kelapa (tumpukan 3), serta sampah organik tanpa campuran sebagai kontrol(tumpukan 1). Setelah proses pengomposan selama 90 hari, kompos yang memiliki rasio C/N paling baik sesuai dengan SNI 19-7030-2004 adalah kompos dengan campuran feedstock sabut kelapa dan sampah organik dengan rasio 13,44.

The C/N ratio in compost produced by UPS Cipayung is having a quality that did not meet with SNI 19-7030-2004 standard. Based on several study, feedstock composition affects duration of compost produced. In UPS Cipayung, composting process was carried only by using feedstock from household waste that contained low carbon and high nitrogen compound. This is one of the reason why compost is having low carbon. The high carbon materials can be added into the feedstock composting to help increasing the C/N ratio. Materials that accessible and usable include dried leaves and coconut coir. Therefore, that material can may be added to organic waste feedstock in UPS Cipayung in order for increasing C/N ratio. Variations in composition of this research is a mixture of organic waste and dry leaves (stacks 2), organic waste and coconut coir (stacks 3), and organic waste only as control (stacks 1). After the composting process for 90 days, the compost that has the best quality in accordance with SNI 19-7030-2004 is compost with a mixture feedstock of coconut coir and organic waste with a C/N ratio 13,44."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S45718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Iqbal
"ABSTRAK
Setiap tahun jumlah limbah organik padat selalu bertambah dengan pesat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, perkembangan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Limbah organik tersebut beium bisa ditangani karena dari waktu ke waktu terus meningkat jumlahnya, sementara lahan tempat penampungannya semakin terbatas.
Berbagai upaya untuk mengatasi menumpuknya limbah padat, cair dan gas serta cara penangananya masih terbatas. Penanganan limbah organik padat pada umumnya didasarkan pada tiga sistem yaitu pembuangan, pembakaran dan pengomposan. Dari ketiga cara tersebut, yang paling baik dan secara teknis memang sangat cocok untuk menangani limbah organik padat adalah melakukan daur ulang dengan cara pengomposan.
Mendaur ulang sampah dengan cara pengomposan akan dapat mengurangi jumlah sampah di perkotaan, dengan demikian biaya pengangkutan pun akan berkurang. Dalam proses pembuatan kompos, cacing tanah juga dapat digunakan dalam membantu proses perombakan bahan-bahan organik. Sebagai akibat dari perombakan secara biologis yang dilakukan oleh cacing tanah dan mikroorganisme adalah dihasilkannya casting yang mempunyai kandungan unsur hara.
Untuk mengetahui seberapa jauh peranan cacing tanah dalam proses dekomposisi bahan organik, maka dilakukan penelitian yang secara umum bertujuan untuk mengetahui karekteristik casting hasil pengomposan, dan secara spesifik bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara limbah organik padat dari pasar (sisa sayuran) dengan limbah RPH (isi rumen) yang optimal agar proses pengomposan dengan menggunakan cacing tanah berjalan baik dan casting yang dihasilkan mengandung unsur hara yang tinggi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah kombinasi antara limbah pasar (sisa sayuran) dengan limbah RPH (isi rumen) yang dibuat bervariasi dalam volumenya dalam 250 gram cacing tanah, yang terdiri dari: (1) PRi - perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 100 . 0 dalam 250 gram racing tanah. (2) PR2 = perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 75 : 25 dalam 250 gram cacing tanah. (3) PR3 = perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 50 : 50 dalam 250 gram cacing tanah, (4) PR4 perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 25 .: 75 dalam 250 gram cacing tanah dan (5) PR5 = perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 0 100 dalam 250 gram cacing tanah. Rancangan yang digunakan dalam percobaan adalah rancangan acak lengkap ORAL) yang diulang tiga kali.
Limbah arganik padat dari pasar (sisa sayuran) dan limbah RPH (isi rumen) serta campuran antar keduanya dapat dirombak oleh cacing tanah menjadi casting. Limbah Organik padat yang telah berubah menjadi casting dicirikan oleh berubahnya limbah menjadi massa yang remah, berwarna caklat kehitaman, sulit dikenali lagi dari bahan asalnya dan terjadi perubahan sifat-sifat kimianya. Dilihat dari strukturnya, pada perlakuan PR1, PR2 dan PR3 casting yang diperoleh mempunyai struktur remah sedang pada perlakuan PR4 dan PR5 strukturnya padat.
Sifat-sifat biologi limbah yang telah difermentasikan selama dua minggu tetapi belum diberi racing tanah menunjukkan bahwa jenis mikroorganisme yang terdapat pada limbah pasar terdapat juga pada limbah RPH, namun jumlah totalnya berbeda. Sedangkan hasil panen cacing tanah menunjukkan bahwa perlakuan percobaan memberikan pengaruh yang nyata, dan perlakuan yang memberikan bobot cacing tanah paling tinggi adalah pada perlakuan campuran antar limbah pasar dengan limbah RPH dengan perbandingan 50:50.
Sifat-sifat kimia casting yang ditunjukkan oleh kandungan logam beratnya menunjukkan bahwa pada semua perlakuan menghasilkan casting yang mengandung logam berat sangat rendah, jauh di bawah standar lingkungan hidup yang diterapkan di Amerika Serikat (EPA Standard). Demikian juga terhadap kandungan unsur-unsur hara makro (N,P,K.) dan mikro (Fe, Mn, Al, Cu dan Zn) semua perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel yang diamati, kecuali terhadap unsur nitrogen.

ABSTRACT
Solid Organic Waste Utilization Into Casting Through CompostingEvery year the amount of solid organic waste always increase rapidly parallel with increased number of resident, income improvement, industrial development and other activities. Organic waste mentioned can not yet be handle because from time to time always rises its amount, while its receiver site land is more and more limited. Various attempt for overcoming accumulated solid waste, liquid and gaseous waste its handling manner is still limited. Solid organic waste its waste in general is based on three system i.e disposal, burning and composting. Whereas from the three manner mentioned, so the best one and technically is really very suitable for handling of solid organic waste namely making recycle by way of composting.
Recycling waste by means of composting will be able to reduce the amount of waste in urban, thus its transport cost will also decrease. In the compost making process, earthworm can also be used in helping the organic matters 'process of decomposition. So the result of biological decomposition that is made by earthworm and microorganism namely produced casting which has nutrient element content.
To identify what extent is the role of earthworm in the organic matter process of decomposition, then it is made a research which in general aims to know the characteristic of composting product casting, and specially aims to know the ratio between solid organic waste from market (vegetable remnant) to butcher's waste (rumen content) that is optimal so that process of fertilization by using the earthworm runs well and casting that is produced contains high nutrient element.
Materials used in the experiment is the combination between market waste (vegetable remnant) with butcher's waste (rumen content) that is made various in its volume The biological properties of waste that has been fermented during two weeks but not yet given earthworm indicate that type of microorganism which occurs on the market waste occurs also in butcher's waste, yet its total number differs. While earthworm harvest indicates that trial treatment gives obvious effect, and treatment which gives the highest earthworm is in the mixed treatment between market waste and butcher's waste with ratio 50 : 50.
The chemical properties of casting that is indicated by its heavy metal content indicate that in all treatment it produces casting that contain very low heavy metal, far under life environment standard that is practiced in the United States (EPA Standard). Similarly on the macro (N, P, K) and micro (Fe, Mn, Al, Cu and Zn) nutrient elements content all treatments give obvious effect to all variables observed, except to the nitrogen element.
in 25 grams earthworm, which consists of : (1) PR1 = the ratio between market waste to butcher's waste 100 : 0 in 250 grams earthworm; (2) PR2 = ratio between market waste to butcher's waste 75 : 25 in 250 grams earthworm; (3) FR3 ratio between market waste to butcher's waste 50 : 50 in 250 grams earthworm; (4) PR4 = ratio between market waste to butcher's waste 25 : 75 in 250 grams earthworm and (5) PR5 = ratio between market waste to butcher's waste 0 : 100 in 250 grams earthworm. The design used in experiment is completely Randomized Design (CRD) that is repeated three times.
Solid organic waste from market (vegetable remnant) and butcher's waste (rumen content) and the mixture between both can be decomposed by earthworm into casting. Solid organic waste that has changed into casting is characterized by changed waste into crumbed mass, blackish brown in color, hard to be known again from its original material and it occurs the change of its chemical properties. Observed from its structure, in the treatments PR1, PR2 and PR3 casting that is gain has moderate crumb structure and in the treatment PR4 and PR5 its structure is solid or compact.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>