Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113955 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nailah Putri Azizah
"Pada tahap perkembangan emerging adulthood, individu berusaha untuk mengeksplorasi diri dan menghadapi perubahan peran. Perubahan peran yang terjadi secara drastis dan ketidakmampuan individu dalam beradaptasi, dapat menyebabkan ia mengalami depresi. Salah satu faktor protektif dari depresi adalah keberfungsian keluarga. Keluarga yang berfungsi dengan baik dapat menjadi salah satu sumber dukungan sosial bagi emerging adult sehingga emerging adult dapat terhindar dari depresi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap depresi pada emerging adult. Peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan strategi penelitian noneksperimental. Peneliti menggunakan teknik convenience sampling, yaitu dengan cara menyebarkan Google Form yang di dalamnya terdapat alat ukur Family Assessment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga dan alat ukur Beck Depression Inventory-II (BDI-II) untuk mengukur depresi. Total partisipan pada penelitian ini adalah 128 emerging adult yang berada pada rentang usia 18-25 tahun. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda ditemukan bahwa keberfungsian keluarga berperan secara signifikan terhadap depresi pada emerging adult (R²= 0,330, p < 0,05). Namun, dari enam dimensi keberfungsian keluarga, hanya dua dimensi yang berperan secara signifikan yaitu dimensi pemecahan masalah dan keterlibatan afektif. Oleh karena itu, keluarga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan keterlibatan afektif sehingga dapat menurunkan depresi pada emerging adult.

At the developmental stage of emerging adulthood, emerging adults try to explore themselves and deal with changing roles. Changes in roles that occur drastically and their inability to adapt can cause depression. One of the protective factors from depression is family functioning. A well-functioning family can be a source of social support for emerging adults so that emerging adults can avoid depression. This study aims to examine the role of family functioning on depression in emerging adult. This research is a quantitative non-experimental study. The questionnaires used on assessing family functioning is Family Assessment Device (FAD) and Beck Depression Inventory-II (BDI-II) to measure depression, which were distributed via Google Form and used the technique convenience sampling. A total of 128 emerging adults who were in the range of 18-25 years old participated in this study. Multiple linear regression analysis revealed that family functioning has a significant role on depression in emerging adult (R²= 0,330, p < 0.05). However, only two out of six dimensions of family functioning that have a significant role which is problem solving and affective involvement dimensions. Therefore, families are expected to improve problem solving and affective involvement so depression in emerging adult can be reduced."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Salsabilla
"Tujuan penelitian ini adalah memahami bagaimana peran spiritualitas dalam memprediksi gejala depresi pada emerging adult. Penelitian ini menduga bahwa spiritualitas merupakan prediktor depresi, semakin tinggi spiritualitas maka semakin rendah gejala depresi. Untuk membuktikan dugaan, penulis melibatkan 129 partisipan dengan rentang umur 18-25 tahun dalam penelitian cross-sectional. Partisipan dalam penelitian ini mengerjakan dua alat ukur (spiritualitas dan depresi). Spiritualitas diukur menggunakan Spiritual and Activity Involvement List (SAIL), sedangkan gejala depresi diukur menggunakan Beck’s Depression Inventory (BDI-II). Adapun analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana untuk menguji hipotesis. Hasilnya, spiritualitas terbukti memprediksi gejala depresi secara negatif (B = -0.17, p < .05). Dari hasil penelitian ini, terdapat sumbangan temuan untuk teori dan solusi praktis untuk emerging adult dalam meraih kesehatan mental yang lebih baik.

This research aims to understand the role of spirituality in predicting the symptoms of depression in emerging adults. This study hypothesized that spirituality is the predictor of depression; the higher the spirituality, the lower the symptoms of depression. To test the hypotheses, the author studied 129 participants aged 18-25 in this cross-sectional study. The participant in this study did two measurements (Spirituality and Depression). The Spiritual and Activity Involvement List (SAIL) was used to measure Spirituality, while the Beck Depression Inventory-II (BDI-II) was used to measure the symptoms of depression. As for the analysis, the author used Simple Linear Regression to test that hypothesis. The result showed that spirituality is proven to predict the symptoms of depression negatively (B = -0.17, p<.05). From this result, we can find a contribution of theoretical findings and practical solutions for emerging adults in achieving better mental health."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhda Giyanti Riadah
"Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan biologis, kognitif, dan psikososial. Perubahan tersebut rentan menyebabkan peningkatan gejala depresi pada remaja. Keluarga merupakan salah satu support system yang berperan membantu mencegah dan menurunkan terjadinya gejala depresi. Studi ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap peningkatan gejala depresi pada remaja. Tipe penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan mendatangi 3 sekolah yang ada di Jakarta dan Depok serta disebar melalui social media. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah Family Assessment Device (FAD) dan Beck Depression Inventory II (BDI II). Total partisipan yang terkumpul dalam penelitian ini adalah 403 remaja awal sampai akhir dengan rentang usia 13-17 tahun. Berdasarkan hasil analisis multiple regression, keberfungsian keluarga berperan secara signifikan terhadap gejala depresi pada remaja (R2 = 0,310, p< 0,05). Dimensi keberfungsian keluarga yang berperan secara signifikan adalah dimensi pemecahan masalah. Oleh karena itu, orangtua diharapkan selalu melibatkan remaja dalam pemecahan masalah di keluarga guna mencegah peningkatan gejala depresi.

Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood which is characterized by biological, cognitive and psychosocial changes. These changes are prone to cause an increase in depressive symptoms in adolescents. The family is a support system that plays a role in helping to prevent and reduce the occurrence of depressive symptoms. This study aims to see the role of family functioning in increasing depressive symptoms in adolescents. The type of research used is quantitative with a non-experimental. Data collection was carried out by visiting 3 schools in Jakarta and Depok and sharing it via social media. The questionnaires used in this study were the Family Assessment Device (FAD) and the Beck Depression Inventory II (BDI II). The total participants who were collected in this study were 403 early to late adolescents with an age range of 13-17 years. Based on the results of multiple regression analysis, family functioning plays a significant role in depressive symptoms in adolescents (R2 = 0.310, p < 0.05). The dimension of family functioning that plays a significant role is the problem solving dimension. Therefore, parents are expected to always involve adolescents in solving problems in the family in order to prevent an increase in depressive symptoms."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Astuti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perilaku sedentary selama pandemi COVID-19 sebagai mediator antara kecemasan dan depresi. Kecemasan didefinisikan sebagai bentuk antisipasi dari ancaman di masa depan yang lebih sering diasosiasikan dengan ketegangan otot dan kewaspadaan, perilaku pencegahan, dan penghindaran. Depresi didefinisikan sebagai adanya perasaan sedih, kosong, suasana hati yang mudah tersinggung, disertai perubahan somatis dan kognitif yang secara signifikan mempengaruhi kapasitas dan fungsi individu. Adapun perilaku sedentary didefinisikan sebagai setiap perilaku dalam keadaan terjaga yang ditandai dengan pengeluaran energi sebesar ≤ 1,5 ekuivalen metabolik (MET), baik dalam postur duduk, bersandar, atau berbaring. Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan alat ukur Beck Anxiety Inventory (BAI), Beck Depression Inventory (BDI), dan Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ). Data diperoleh melalui survei daring dari warga negara Indonesia yang tinggal di Indonesia dan berada di rentang usia 20-40 tahun (N=608). Analisis data dilakukan dengan analisis model mediasi pada makro PROCESS dari Hayes, analisis korelasi parsial dan semi parsial, serta analisis kovariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku sedentary mentally passive ditemukan memediasi secara parsial hubungan antara kecemasan dan depresi.

This study aims to determine the role of sedentary behavior during the COVID-19 pandemic as a mediator between anxiety and depression. Anxiety is defined as the anticipation of a future threat associated with muscle tension and alertness, prevention, and avoidance. Depression is defined as feelings of sadness, emptiness, irritable moods, somatic and cognitive changes that significantly affect individual capacity and function. Sedentary behavior is defined as any behavior in an awake state with an energy expenditure of ≤ 1.5 metabolic equivalents (MET), whether in a sitting, leaning, or lying posture. Variables in this study were measured using Beck Anxiety Inventory (BAI), Beck Depression Inventory (BDI), and the Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ). Data collected by online surveys from Indonesian citizens who live in Indonesia in the age range of 20-40 (N = 608). Data were analyzed using a mediation model on Hayes macro PROCESS, part and partial correlation, and analysis of covariance. This study indicates that sedentary behavior mentally passive was found to partially mediated relationship between anxiety and depression."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arshita Auliana
"Latar Belakang: Pasien DM dengan ulkus kaki lebih banyak yang mengalamidepresi dan memiliki kualitas hidup yang buruk. Dalam tatalaksana ulkus kaki diabetic perlu diperhatikan faktor psikososial karena diperkirakan dapat mempengaruhi penyembuhan luka melalui induksi gangguan keseimbangan neuroendokrin-imun. Beberapa penelitian mengenai pengaruh depresi pada proses penyembuhan ulkus diabetik telah dilakukan dengan hasil yang masih kontroversial.
Tujuan: Mengetahui pengaruh depresi terhadap proses perbaikan infeksi ulkus kaki diabetik, serta tingkat depresi pada pasien ulkus kaki diabetik rawat inap.
Metode: Observasional, kohort prospektif, terhadap 95 pasien ulkus kaki diabetic terinfeksi yang dirawat di RSCM dan RS jejaring dalam kurun waktu penelitian, terbagi 2 kelompok yaitu kelompok depresi dan kelompok tidak depresi. Data klinis, penilaian depresi, dan data laboratorium diambil saat pasien masuk rumah sakit kemudian dinilai perbaikan infeksi ulkus kaki diabetik dalam 21 hari masa perawatan. Dilakukan analisis bivariat dengan uji Chi-square berdasarkan batas kemaknaan (α) sebesar 5% dan analisis multivariat.
Hasil: Dari 95 subyek penelitian, 38 orang (40%) masuk dalam kelompok tidak depresi, sedangkan kelompok depresi terdiri atas 57 orang (60%). Subyek perempuan jumlahnya dominan pada kelompok depresi (70%). Komorbid terbanyak adalah hipertensi, dengan angka komorbiditas dan penyakit kardivaskular lebih tinggi pada kelompok depresi. Malnutrisi dan obesitas juga lebih banyak pada kelompok depresi (64,9% dan 31,6%), demikian pula dengan kontrol glikemik yang buruk (73,7%). Sebagian besar pasien (73,7%) yang masuk dalam kelompok depresi memiliki depresi ringan. Pada kelompok depresi 40,4% mengalami perbaikan infeksi dalam 21 hari masa perawatan, sedangkan pada kelompok tidak depresi 68,4%.
Simpulan: Depresi cenderung meningkatkan risiko atau kemungkinan tidak terjadinya perbaikan infeksi ulkus kaki diabetik, walaupun setelah dilakukan penyesuaian terhadap variabel perancu, hasil tersebut tidak bermakna secara statistik (adjusted OR 2,429 dengan IK 95% 0,890-6,632). Lebih banyak subjek dengan depresi sedang yang tidak mengalami perbaikan infeksi ulkus kaki diabetik dibandingkan dengan subjek dengan depresi ringan (93,3% dan 47,6%).

Background: Patients with diabetic foot ulcers are more depressed and have a poor quality of life. In the management of diabetic foot ulcers, psychosocial factors need to be considered because it can influence wound healing through induction of neuroendocrine-immune balance disorders. Several studies on the effect of depression in diabetic ulcer healing process has been carried out with results that are still controversial.
Objective: To investigate the effect of depression on diabetic foot ulcer infection healing process, as well as the level of depression in patients with diabetic foot ulcers.
Methods: Observational, prospective cohort, of the 95 patients with infected diabetic foot ulcers treated at Cipto Mangunkusumo hospital and networking hospitals within the study, divided into 2 groups: group of depressed and non-depressed group. Clinical data, assessment of depression, and laboratory data were taken on admission to hospital then we assessed improvements infection of diabetic foot ulcers in 21 days of treatment. Bivariate analysis performed using Chi-square test based on the limit of significance (α) of 5%, also does multivariate analysis.
Results: Of the 95 subjects, 40%was not depressed, while the depressed group consisted of 60%. Female subjects was dominant in the depressed group (66,7%). Most comorbid was hypertension, with a number of comorbidities and disease cardivascular higher in depressed group. Malnutrition and obesity are also higher in the depression group (64,9% and 31,6%), as well as poor glycemic control (73,7%). Most patients (73,7%) included in the depressed group had mild depression. In the depressed group, 40,4% experienced improvement in 21-day period of treatment, whereas in the non-depressed group 68,4%.
Conclusion: Depression tends to increse diabetic foot ulcer infection risk to not improved, although after adjusment of confounding variables the result was not statistically significant (adjusted OR 2,429 with CI95% 0,890-6,632). More subjects with moderate depression who did not exeperience improvement when compared to subjects with mild depression did not exeperience improvement (93,3% and 47,6%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. R. Kongko Herry N.
"Dalam penelitian ini terbukti secara bermakna bahwa depresi menurunkan kualitas bidup penderita pria pasca IMA dalam jangka pendek. Dalam penelitian ini tidak terbukti secara bermakna adanya hubungan antara pengobatan psikofarmaka (diazepam) pada saat teIjadinya IMA, usia, bipertensi, DM, lama pendidikan formal, aspek spiritual dan dukungan sosial dengan kualitas bidup setelah 2 bulan pasca IMA.

In this study, it was proven that depression significantly decreased the quality of male bids after IMA in the short term. In this study, it was not proven that there was a significant relationship between psychopharmaceutical treatment (diazepam) at the time of IMA, age, bitenasis, DM, length of formal education, spiritual aspects and social support with the quality of bidup after 2 months after IMA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kunmartini
"Adanya perubahan sosial ekonomi, diduga sejalan dengan meningkatnya prevalensi stres psikologis dengan manifestasi ldinis psikis maupun somatis. Keluhan somatis yang bersamaan dengan kelainan psilds yang terbanyak adalah dispepsi non ulkus, dibanding keluhan dari organ lain. Sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang patofisiologi terapi DNU dan pengaruh faktor psikologis terhadap DNU khususnya keasaman lambung. Sementara ini banyak pendapat asam lambung pada DNU adalah normal. Dengan mengetahui keasaman cairan lambung pada DNU dengan gangguan psikosomatik maka dapat diupayakan pendekatan terapi yang rasional. Metoda: penelitian dilakukan dengan uji potong lintang dan sampel total. Dikenakan kriteria inklusi dan ekslusi. Dilakukan anamnesa umum dan khusus untuk psikologisnya, pemeriksaan fisik, laboratorik, endoskopi dan keasaman cairan lambung.

The existence of socio-economic changes is suspected to be in line with the increasing prevalence of psychological stress with psychological and somatic manifestations. The most common somatic complaints associated with psilds disorders are non-ulcer dyspepsies, compared to complaints from other organs. Until now, there has been no agreement on the pathophysiology of DNU therapy and the influence of psychological factors on DNU, especially gastric acidity. Meanwhile, many people think that gastric acid in DNU is normal. By knowing the acidity of gastric juice in DNU with psychosomatic disorders, a rational therapeutic approach can be sought. Method: The research was carried out by cross-cutting test and total samples. Subject to inclusion and exclusion criteria. General and specific anamnesis is carried out for the psychological, physical, laboratory, endoscopy and acidity examination gastric fluid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ollyvia Freeska Dwi Marta
"ABSTRAK
Depresi merupakan permasalahan mental yang sering terjadi pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Jakarta Selatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Sampel berjumlah 63 lansia yang tinggal di PSTW Budi Mulia 4 Jakarta Selatan yang diambil secara purposive sampling. Analisa univariat menggunakan uji proporsi dan analisa bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan tingkat depresi. Hasil penelitian menunjukkan lansia yang mengalami depresi sebesar 41,3% dan yang tidak mengalami depresi sebesar 58,7%. Analisa bivariat ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, status perkawinan, pekerjaan sebelum tinggal di panti, dan dukungan keluarga (pvalue ≥ 0,05). Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat depresi pada lansia seperti faktor dukungan sosial.

Abstract
Depression is a mental disorder that happens in elderly. This study purposed to know elderly depression level and examine what factors that affecting depression. This research used descriptive correlative design. Samples were 63 elderly in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan by purposive sampling technique. Proportion test was used to univariate analysis and Chi-Square test was used to know relationship between internal and external factors with depression. The results showed elder people who got depression were 41,3% and who did not get depression were 58,7%. Bivariate analysis showed that there was no significant relationship between depression and age, gender, illness history, marital status, occupation, and family support (pvalue ≥ 0.05). The researcher suggest for next research to observe another factors that affecting depression in elderly."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43163
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Maria
"Stress psikososial dialami oleh klien kanker. Penelitian ini mengeksplorasi pengalaman konflik, ansietas, dan depresi pada klien kanker setelah satu tahun didiagnosa dan mendapat terapi. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam menggunakan pertanyaan semi terstruktur pada 15 partisipan di poliklinik rumah sakit umum pusat di Bandung.
Didapatkan delapan tema, yaitu: kecemasan terhadap penyebaran dan kekambuhan penyakit, perubahan relasi dengan pasangan, ?labelling? dari diri sendiri dan orang lain, ketidaknyamanan fisik dan psikologis selama proses pengobatan, konsep diri, religius/spiritual, merahasiakan penyakit dan keluhan, dan defisit informasi. Dari delapan tema, ditemukan empat tema yang bukan merupakan konflik, ansietas, dan depresi.
Kesimpulan: konflik, ansietas dan depresi mempengaruhi kondisi klien.

Psychosocial distress emerges in cancer disease. This research explores experience of conflict, anxiety, and depression in one year cancer survivor. Data were collected through in-depth semi structured interviews with fifteen participants when seeking treatment at a public hospital in Bandung.
There eight themes emerge: anxiety about cancer's spread and recurrence, changing relationships with a partner, 'labeling' from oneself and others, physical and psychological discomfort along treatment, self-concept, religious/spiritual, hiding diagnose and complain, and deficit information about cancer. But, four themes among were not characterized with conflict, anxiety, and depression.
Conclusions: conflict, anxiety, and depression impact condition of the client cancer."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Nina Rosrita
"ABSTRAK
Latar belakang : Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Penyakit ini merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Penyakit ini mempunyai beberapa komorbid seperti osteoporosis, gagal jantung,
diabetes dan depresi. Depresi merupakan gangguan emosional yang sering terjadi
pada penderita PPOK dan makin menurunkan kualitas hidup penderita namun
sering tidak terdiagnosis di pelayanan kesehatan.
Objektif : Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan angka prevalens depresi
pada pasien PPOK stabil di RSUP Persahabatan Jakarta dan hubungannya dengan
kualitas hidup.
Metode : Desain penelitian ini adalah potong lintang. Pasien PPOK stabil
berkunjung ke poliklinik Asma/PPOK RSUP Persahabatan yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan
spirometri untuk memastikan diagnosis PPOK dan pembagian grup dilanjutkan
dengan wawancara menggunakan MINI ICD 10 (Mini International
Neuropsychiatric Interview - International Classification of Disease 10) kemudian
dilakukan analisis statistik.
Hasil : Subjek terbanyak adalah laki-laki (92,9%) dengan kelompok usia > 65
tahun (48,9%). Jumlah depresi adalah 27 orang dari total 141 subjek dengan
prevalens 19,1%. Penelitian ini mendapatkan bahwa nilai CAT sedang berat (≥
10) mempunyai kualitas hidup yang lebih rendah dan berisiko 14 kali terjadi
depresi dibanding CAT ringan (p<0,001). Penelitian ini mendapatkan hubungan
bermakna pada grup PPOK yang dibagi berdasarkan gejala (p<0,001), penderita
PPOK yang depresi dengan status terpajan rokok (p<0,007) dan indeks
Brinkmann (p<0,026) namun tidak pada grup PPOK yang dibagi berdasarkan
risiko (p>0,799) dan hambatan aliran udara yang diukur dengan spirometri.
Kesimpulan : Prevalens depresi pada pasien PPOK stabil di RSUP Persahabatan
Jakarta adalah 19,1%. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara
kualitas hidup dengan depresi pada pasien PPOK stabil, grup PPOK yang dibagi
berdasarkan gejala dalam meningkatkan risiko depresi, status merokok dan indeks
Brinkmann, tidak ditemukan hubungan grup PPOK yang dibagi berdasarkan
risiko dan hambatan aliran udara yang dinilai dengan spirometri.ABSTRACT Background : Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a major cause
of morbidity and mortality in the world. This diesease is one the main diseases
problem in Indonesia. It can cause comorbid such as osteoporosis, heart failure,
diabetes and depression. Depression is a common comorbid affecting COPD
patients that influence quality of life but unfortunatelly this comorbid often mis or
underdiagnosed.
Objective : The purpose of this study is to get the prevalence of depression in
stable COPD patients in Persahabatan Hospital Jakarta and its relation to the
quality of life.
Methods : The study design was cross-sectional. Stable COPD patients who
visited the Asthma/COPD clinic in Persahabatan Hospitals Jakarta who met the
inclusion and exclusion criteria. Subjects were asked for history of disease,
physical examination and spirometry then underwent MINI ICD 10.
Results : Most subjects were male (92,9%), in the age group > 65 years (48,9%).
Prevalence of depression was 19,1%. Subjects with moderate-high CAT (≥ 10)
has lower quality of life compared to subjects with mild CAT (< 10) and 14 times
higher risk in having depression (p<0,001). In this study there was statistically
significant relationship in COPD group that divided by symptomps (p<0,001) in
causing depression, smoking status (p<0.007) and Brinkmann index (p<0,026).
This study also suggests that there is no statistically relationship in COPD group
that divided by risk (p>0,799) and airflow limitation that measured by spirometry
(p>1,000).
Conclusion : The prevalence of depression in stable COPD patients in
Persahabatan Hospital Jakarta is 19.1%. There is statistically significant
relationship between quality of life with depression in stable COPD patients,
COPD group that is divided by symptomps in causing depression, smoking status
and Brinkmann index, there is no statistically significant relationship in COPD
grup that is divided by risk and airflow limitation."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
Sp-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>