Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akbar Haryo Nugroho
"Di masa modern saat ini, kehidupan umat manusia tidak dapat dipisahkan dari fenomena diaspora. Diaspora merujuk kepada sekelompok manusia yang hidup di luar wilayah yang menjadi asal mereka, baik atas pilihan sukarela atapun keadaan memaksa. Etnis Maluku, sebagai salah satu bagian dari masyarakat Asia Tenggara, memiliki banyak komunitas diaspora yang tersebar di Belanda. Jumlah mereka cukup signifikan dan menjadi salah satu komunitas terbesar diaspora asal Indonesia. Kepergian mereka meninggalkan tanah Maluku dapat dirunut sejak di bubarkannya tentara kolonal Belanda (KNIL) dan lahirnya Republik Maluku Selatan (RMS). Generasi pertama dari diaspora Maluku di Belanda umumnya terdiri dari keluarga mantan tentara KNIL yang tak ingin meleburkan diri ke dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan berintegrasi pada masyarakat Indonesia di wilayah lain. Meski begitu, kedatangan mereka di negeri Belanda tidak mendapat sambutan hangat, baik dari pemerintah Belanda maupun masyarakatnya. Keberadaan mereka menarik untuk diketahui terlebih mereka juga tinggal secara eksklusif di sebuah kompleks khusus yang dikenal sebagai “Mollucan Quarter”. Identitas diri dari para diaspora Maluku yang tinggal di negeri Belanda juga berbeda-beda.
Sejak masa lampau, manusia tidak dapat dipisahkan dari fenomena diaspora. Diaspora merupakan istilah yang merujuk kepada sekelompok manusia yang hidup di luar wilayah asal mereka. Tesis ini meneliti sekelompok etnis Maluku yang menjadi komunitas diaspora di negeri Belanda. Sekelompok etnis Maluku ini merupakan tentara Maluku anggota KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda) yang berpihak kepada Belanda melawan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di dalam masa perang kemerdekaan (1945--1949). Keberadaan diaspora Maluku di Belanda yang telah beregenerasi ini menarik untuk diteliti terkait identitas kebudayaan yang dikembangkan, antara mempertahankan tradisi kebudayaan Maluku dan adaptasi dengan kebudayaan Belanda. Dengan penelitian kualitatif yang menggunakan teknik wawancara jarak jauh melalui platform zoom, tesis ini memperoleh gambaran kehidupan hibrida yang dipresentasikan oleh komunitas diaspora Maluku di Belanda.

In today's modern era, human life cannot be separated from the diaspora phenomenon. Diaspora refers to a group of people who live outside their native territory, either by voluntary choice or by coercion. Ethnic Maluku, as a part of Southeast Asian society, has many diaspora communities spread across the Netherlands. Their number is quite significant and is one of the largest diaspora communities from Indonesia. Their departure from the land of Maluku can be traced since the disbandment of the Dutch colonial army (KNIL) and the birth of the Republic of South Maluku (RMS). The first generation of the Moluccan diaspora in the Netherlands generally consisted of families of former KNIL soldiers who did not wish to integrate themselves into the Indonesian National Army (TNI) and integrate into Indonesian society in other areas. Even so, their arrival in the Netherlands did not receive a warm welcome, both from the Dutch government and the people. Their existence is interesting to know especially that they also live exclusively in a special complex known as the “Mollucan Quarter”. The identity of the Maluku diaspora living in the Netherlands is also different.
Since ancient times, humans cannot be separated from the diaspora phenomenon. Diaspora is a term that refers to a group of people who live outside their territory of origin. This thesis examines a group of ethnic Moluccas who are a diaspora community in the Netherlands. This Moluccan ethnic group is a Moluccan soldier who is a member of the KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger or Royal Dutch East Indies Army) which sided with the Dutch against the Indonesian National Armed Forces (TNI) during the war for independence (1945-1949). The existence of the regenerated Moluccan diaspora in the Netherlands is interesting to study regarding the cultural identity developed, between maintaining Maluku cultural traditions and adaptation to Dutch culture. With qualitative research using remote interview techniques through the zoom platform, this thesis obtains a description of the hybrid life presented by the Maluku diaspora community in the Netherlands.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maha, Ganesha Danida Indra
"Maraknya penggunaan sosial media Instagram memunculkan adanya kepentingan individu atau kelompok untuk terlihat oleh orang banyak. Begitu juga dengan kelompok orang Maluku di Belanda yang menggambarkan identitasnya lewat meme di Instagram @molukkersbelike. Penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana budaya orang Maluku di Belanda yang diwakilkan dalam sebelas meme Instagram @molukkersbelike. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan semiotika Peirce yaitu model segitiga makna: objek, representamen, dan interpretan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran nilai dan praktik dalam karakter dan kehidupan orang Maluku di Belanda. Namun masih ada nilai-nilai orang Maluku yang dipertahankan

The rise of social media Instagram usage has brought up individual or groups intereset to be seen by people. Also Moluccan group in the Netherlands who communicate their identity through meme on Instagram @molukkersbelike. This research will reveal Moluccan culture in the Netherlands which are represented by eleven memes on Instagram @molukkersbelike. This research use Peirces Semiotics theory, namely the Triadic model of Peirce: object, representamen, and interpretant. The result of this research indicate that there is alteration in values and practices in the characteristic and custom of Moluccan in the Netherlands but there are values of Moluccans which still be maintained."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Tsamarah Kusumaning Ayu
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas penggambaran identitas Indo dalam lima cerita pendek pemenang sayembara menulis teks bertema budaya Indo, Jouw Indisch Verhaal 2017. Karya para pemenang dikaji secara deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural yang difokuskan pada sudut pandang penceritaan, penokohan dan latar sosial. Analisis diharapkan dapat memaparkan identitas Indo yang digambarkan dalam teks. Hasil penelitian menunjukkan pencarian identitas Indo melalui berbagai sudut pandang. Kenangan akan peristiwa masa lalu dipilih untuk memaparkan pencarian identitas. Misalnya kehidupan di Maluku, kondisi kamp tahanan Jepang, keberadaan Ibu mereka di Hindia Belanda dan permasalahan tentara KNIL, merupakan pokok pikiran yang disuarakan melalui para tokoh. Dalam cerita, elemen-elemen Indo yang dihadirkan melalui berbagai peristiwa ditengarai mengukuhkan permasalahan identitas pada keturunan orang Indo dan orang Maluku di Belanda.

ABSTRACT
This paper discusses the representation of Indo identity in five winning short stories from the Indo-themed writing contest, Jouw Indisch Verhaal 2017. This paper uses qualitative descriptive method with a structural approach focused on the point of view of storytelling, characterization and social setting. The analysis is expected to disclose the Indo identity described in the text. The results showed the search for Indo identity through various points of view. Memories of past events are selected to expose identity searches. For example about the life in Maluku, the condition of Japanese camps, their mother 39;s presence in the Dutch East Indies and the KNIL army problem, were the main ideas voiced through the characters. In the story, elements of Indo are presented through various events allegedly confirmed the identity problem on the offspring of the Indo and the Moluccans in the Netherlands. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ronggur Hizkia Adibima
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari Cultural Landscape Masyarakat belanda Depok di kawasan Depok lama, dan pengaruh dari Cultural Landscape tersebut terhadap penghidupan masyarakat Belanda Depok. Metode yang digunakan adalah menganalisis temuan secara kualitatif dengan melakukan wawancara dengan macam tokoh masyarakat dan pejabat publik di kawasan Depok Lama. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ruang pergerakan dari masyarakat belanda depok dipengaruhi oleh Cultural Landscape dan nilai sejarah dari Masyarakat Belanda Depok. Pembangunan di kawasan Depok Lama juga terpusat pada daerah sekitaran Jalan Pemuda dan Jalan Siliwangi, yang merupakan pusat pergerakkan masyarakat Belanda Depok. Meski demikian, Cultural Landscape di kawasan Depok Lama mengalami banyak perubahan dalam aspek - aspek seperti mata pencaharian, kesenian, bahasa, religi dan adat.

The purpose of this study was to determine the characteristics of the Cultural Landscape of the Dutch Depok Community in the Depok Lama area, and the influence of this Cultural Landscape on the livelihoods of the Dutch Depok community. The method used is to analyse the findings qualitatively by conducting interviews with various community leaders and public officials in the Depok Lama area. The results of this study indicate that the movement space of the Dutch Depok community is influenced by the cultural landscape and historical values ​​of the Dutch Depok community. Development in the Depok Lama area was also centered on the area around Pemuda and Siliwangi street, which were the centers of the Dutch Depok community movement. However, the Cultural Landscape in the Old Depok area has experienced many changes in aspects such as livelihoods, art, language, religion, and customs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nuraeni
"Nama geografi memainkan peran penting dalam menghubungkan nilai-nilai warisan budaya takbenda dengan identitas dan karakteristik suatu kota. Selain itu, potensi pusaka yang terkandung dalam nama geografi turut memperkuat identitas Kota Bogor sebagai kota pusaka. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik dan tipologi nama geografi, mensintesa perubahan nama geografi dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut, serta merumuskan pola spasial temporal nama geografi di Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor. Nama geografi beserta informasi penunjangnya diperoleh dari berbagai sumber seperti, artikel, dokumen resmi, arsip sejarah, kamus, peta Bogor multitemporal tahun 1880 hingga 2023. Penelitian ini juga menggunakan wawancara dan observasi lapangan. Analisis data menggunakan pendekatan etimologi, sejarah, dan spasial untuk mengungkap makna nama geografi, jenis dan alasan perubahan nama geografi, serta distribusi temporalnya. Hasil klasifikasi dan tipologi menunjukkan bahwa nama geografi historis didominasi oleh nama geografi descriptive dan copied, sementara nama geografi kini didominasi oleh nama geografi descriptive dan eponymous. Nama geografi descriptive umumnya terdapat pada objek bangunan pemerintahan, fasilitas penelitian, dan fasilitas pendidikan yang terkonsentrasi di Kawasan Permukiman Eropa dan Kawasan Perluasan Barat, yang merupakan kawasan dekat pusat pemerintahan. Nama geografi copied dan eponymous sebagian besar ditemui pada objek jalan di hampir seluruh Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor. Faktor politik, perubahan fungsi, dan perubahan status muncul sebagai merupakan alasan utama perubahan nama geografi di seluruh Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor. Perubahan nama geografi yang dilatarbelakangi faktor politik lebih banyak diterapkan hodonim (nama jalan), menunjukkan bahwa jalan memiliki peran signifikan dalam mencerminkan kekuatan politik dan menyampaikan pesan penghargaan. Jenis perubahan nama dan perubahan terikat merupakan yang dominan di Kawasan Permukiman Eropa dan Kawasan Perluasan Barat. Pola sebaran nama geografi di Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor untuk hodonim memiliki pola acak, sementara oikodonim (nama bangunan) memiliki pola acak pada masa kolonial 1 hingga kolonal 2, dan berubah menjadi pola mengelompok mulai masa kolonial 3 hingga kini.

The geographical names play a crucial role in connecting the values of intangible cultural heritage with the identity and characteristics of a city. Moreover, the potential heritage embedded in geographical names also reinforces the identity of Bogor City as a heritage city. This research aims to analyze the characteristics and typology of geographical names, synthesize changes in geographical names and their influencing factors, and formulate the spatial-temporal patterns of geographical names in the Cultural Heritage Area of Bogor City. Geographical names and their supporting information were obtained from various sources, such as articles, official documents, historical archives, dictionaries, and Bogor multitemporal maps, from 1880 to 2023. The research also incorporated interviews and field observations. Data analysis utilized etymological, historical, and spatial approaches to reveal the meanings of geographical names, the types and reasons for changes in geographical names, and their temporal distribution. The results of classification and typology indicate that historical geographical names are predominantly descriptive and copied, while contemporary geographical names are mostly descriptive and eponymous. Descriptive geographical names are commonly associated with government buildings, research facilities, and educational facilities concentrated in the European Settlement Area and the West Expansion Area, which are near the center of government. Copied and eponymous geographical names are predominantly found on street objects throughout the Cultural Heritage Area of Bogor City. Political factors, functional changes, and status changes emerge as the main reasons for geographical name changes throughout the Cultural Heritage Area of Bogor City. Changes in geographical names influenced by political factors are frequently implemented in hodonyms (street names), underscoring the significant role of streets in reflecting political power and conveying messages of appreciation. Types of name changes and bound changes are dominant in the European Settlement Area and the West Expansion Area. The distribution pattern of geographical names in the Cultural Heritage Area of Bogor City for hodonyms follows a random pattern, while oikonyms (building names) follow a random pattern from period colonial 1 to colonial 2 and transition to a clustered pattern from period colonial 3 to the present."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Platenkamp, Josephus Dominicus Maria
Leiden : JDM Platenkamp, 1988
306.598 5 PLA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kannitha Amaratya Kiara
"Artikel ini mengkaji ekspresi identitas budaya dalam bermain gim simulasi kehidupan khususnya The Sims 4 berdasarkan sudut pandang pemain video game dari Indonesia. Dirilis pada tahun 2014, The Sims 4 adalah video game yang berkisar pada simulasi kehidupan dan ekspresi manusia, dan secara konsisten mempertahankan posisinya sebagai salah satu gim digital paling populer selama beberapa tahun terakhir (EA, 2023). Melalui pengalaman gameplay simulasi ini, seorang individu dapat menunjukkan dan mengembangkan kreativitas mereka dengan mengintegrasikan budaya asal mereka ke dalam gim. Video game merupakan salah satu bentuk media yang digunakan dengan tujuan tertentu oleh para audiens aktif. Dengan mengimplementasikan teori uses and gratifications yang dikemukakan oleh Blumer dan Katz (1974) terkait kasus The Sims 4 sebagai bentuk ekspresi identitas – tulisan ini mengungkap penerapan game mods pada gim simulasi kehidupan terlaris. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu content analysis untuk mengidentifikasi dan mendiskusi berbagai contoh ekspresi identitas budaya di The Sims 4, dalam konteks gameplay yang diproduksi oleh pemain gim Indonesia, HANQUARTER atau Hani. Saya menyoroti bagaimana gim simulasi kehidupan seperti The Sims 4 memungkinkan pemain untuk mengeksplorasi, membuat, dan mengekspresikan identitas mereka melalui penggunaan game mod yang sesuai.
This article examines the expression of cultural identity in playing life simulation games particularly, The Sims 4, based on the perspective of an Indonesian video game player. Originally released in the year 2014, The Sims 4 is a video game revolving around the simulation of life and human expression, it has consistently kept its spot as one of the most popular digital games over the past years (EA, 2023). Through this simulation gameplay experience, individuals showcase and expand on their creativity by integrating their home culture into the game. Video games are a form of media that is used with a specific purpose by an active audience. By implementing the uses and gratifications theory coined by Blumer and Katz (1974) in relation to the case of The Sims 4 as a form of identity expression – this paper unravels the application of game mods on the best-selling life simulation game. This study uses a qualitative content analysis approach to identify and address the different instances of cultural identity expression in The Sims 4, in the context of a video gameplay produced by an Indonesian game player, HANQUARTER or Hani. I highlight how life simulation games like The Sims 4 allows players to explore, create, and express their identity using appropriate game mods."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hendraswati
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
959.84 HEN d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bräuchler, Birgit
"Tulisan ini membahas cyberspace dan konflik di Maluku untuk memperlihatkan sumbangan bagi cyber anthropology dan analisis mekanisme yang rumit pada situasi di Maluku. Konflik Maluku tidak cuma berlangsung pada tingkat lokal dan nasional, tetapi juga di cyberspace.Tampilan-tampilan di cyberspace sejajar dengan garis-garis agama sehingga memperkuat kesan perang agama antara umat Kristiani dan masyarakat Muslim. Internet menyediakan sarana bagi kelompok-kelompok yang bertikai untuk mengedepankan pandangan mereka mengenai konflik. Hal yang terpenting untuk kajian ini adalah paparan-paparan Internet dari kelompok-kelompok dan orang-orang yang langsung terlibat di dalam konflik, karena mereka mengakui memberikan informasi tangan pertama. Informasi itu membentuk persepsi konflik di luar Maluku dan di dunia internasional. Studi ini memfokuskan pada strategi-strategi dan argumentasi yang dipakai oleh kelompok-kelompok bertikai di Internet untuk menggambarkan pandangan mereka terhadap realitas, mengkonstruksikan komuniti-komuniti (communities) dan identitas-identitas mereka yang representatif. Lebih jauh, peran presentasi dalam konflik dan juga peran agama di dalam presentasi-presentasi itu juga diteliti. Webpage, milis dan newsletter terpilih yang mewakili pihak Kristen dan Muslim dianalisis untuk menunjukkan proses konstruksi itu. Setiap kelompok menggunakan bermacam-macam strategi-strategi dan modus-modus komunikasi Internet dan argumentasi teks dan visual untuk mengejar proyek identitas masing-masing. Materi-materi diambil baik dari cyberspace maupun dari konteks lokal Maluku, sehingga mengaburkan batas-batas antara realitas dan virtualitas."
2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lin, Tang
"Hubungan persahabatan antara Tiongkok dan Myanmar dapat ditelusuri kembali hingga dua ribu tahun yang lalu. Sejak abad kedua Masehi, pedagang Tiongkok sudah mulai berlayar melalui lembah Sungai Nujiang dan Sungai Irrawaddy menuju Myanmar untuk melakukan perdagangan sutra, serta bertukar barang berharga seperti giok dan zamrud. Pada masa dinasti Han dan Tang di Tiongkok, hubungan persahabatan antara kedua negara semakin kuat. Negara Shan di Myanmar dan kemudian Kerajaan Pyu mengirim utusan berkali-kali ke dinasti Han dan Tang untuk melakukan pertukaran politik, ekonomi, dan budaya. Pada tahun 1940 hingga 1942, Jalan Raya Yunnan-Myanmar yang dibangun oleh kedua negara menjadi satu-satunya jalur perdagangan dan transportasi Tiongkok pada saat itu. Sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, persahabatan antara rakyat Tiongkok dan Myanmar semakin meningkat. Pada tanggal 8 Juni 1950, Myanmar menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok, menjadi negara kelima yang membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, seiring dengan Tiongkok dan Laos fokus pada pembangunan ekonomi dan keterbukaan terhadap dunia luar, pemerintah Tiongkok mulai mengendurkan pembatasan terhadap imigran asing. Nilai pasar besar dan potensi pengembangan Laos menarik semakin banyak imigran baru Tiongkok yang datang ke Laos. Saat ini, Laos menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan imigran baru Tiongkok tercepat, di mana mayoritas imigran baru tersebut berasal dari provinsi Yunnan. Kedatangan imigran baru dari Yunnan memiliki dampak besar terhadap perkembangan ekonomi dan pertukaran budaya antara Tiongkok dan Laos, dan komunitas Tionghoa di Yunnan memainkan peran tak tergantikan dalam hubungan politik, ekonomi, dan budaya antara Tiongkok dan Laos.

The friendship between China and Myanmar can be traced back to two thousand years ago. Since the 2nd century AD, Chinese traders began sailing through the Nujiang River and Irrawaddy River valleys to Myanmar for silk trade and the exchange of valuable items such as jade and emeralds. During the Han and Tang dynasties in China, the friendship between the two countries strengthened. The Shan state in Myanmar and later the Pyu Kingdom sent envoys multiple times to the Han and Tang dynasties for political, economic, and cultural exchanges. From 1940 to 1942, the Yunnan-Myanmar Highway built by both countries became the sole trade and transportation route for China at that time. Since the establishment of the People's Republic of China, the friendship between the Chinese people and Myanmar has grown. On June 8, 1950, Myanmar established diplomatic relations with China, becoming the fifth country to do so. In the 1970s and 1980s, as China and Laos focused on economic development and opening up to the outside world, the Chinese government began to relax restrictions on foreign immigrants. The large market value and development potential of Laos attracted an increasing number of new Chinese immigrants. Currently, Laos is one of the countries with the fastest-growing influx of new Chinese immigrants, with the majority coming from Yunnan province. The arrival of new immigrants from Yunnan has had a significant impact on the economic development and cultural exchange between China and Laos. The Chinese community in Yunnan plays an indispensable role in the political, economic, and cultural relations between China and Laos."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>