Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51664 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andriatno Martono
"Selama beberapa tahun terakhir surfaktan telah berhasil diformulasikan dalam sediaan farmasi dan kosmetika karena terjadinya peristiwa solubilisasi. Beberapa surfaktan dalam larutan aqua dipelajari pengaruhnya terhadap solubilisasi kristal aspirin. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh panambahan surfaktan terhadap laju dissolusi aspirin. Aspirin diformulasikan untuk sediaan tablet Surfaktan yang digunakan adalah polisorbat 20, polisorbat 80 , dan Na lauril sulfat. Variasi jumlah surfaktan yang ditambahkan adalah 5 mg, 12, 5 mg, 25 mg , dan 50 mg. Dissolusi dilakukan selama 30 menit dalam medium dapar asetat 0,05 M pH 4,5 dan suhu 37°C +/- 0,5 °. Aspirin yang terlarut ditentukan kadarnya dengan menggunakan spektrofotome terpada panjang gelombang 265 nm dalam dapar asetat 0,05M pH 4,5. Surfaktan menurunkan laju dissolusi aspirin. Semakin tinggi jumlah surfaktan yang ditambahkan semakin besar penghambatan yang terjadi. Urutan daya hambat surfaktan terhadap laju dissolusi aspirin adalah polisorbat 20 > polisorbat 80 > Na lauril sulfat untuk penambahan surfaktan 5 mg sedangkan untuk penambahan surfaktan diatas 5 mg adalah polisorbat 20 > Na lauril sulfat > polisorbat 80."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S70328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan Ika Putra
"Untuk mencapai sirkulasi sistemik absorpsi suatu obat harus melewati satu atau beberapa membran sel. Sifat membran dan struktur molekul obat sangat berhubungan dengan permeabilitas obat. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh penambahan surfaktan tween 80 terhadap laju absorpsi ibuprofen secara in vitro menggunakan alat absorption simulator. Ibuprofen sebanyak 500 mg dalam 100 ml cairan lambung buatan tanpa enzim pH 1,0; 3,0 atau cairan usus buatan tanpa enzim pH 6,5 pada kompartemen I akan diabsorpsi secara difusi pasif ke kompartemen II (100 ml cairan plasma simulasi pH 7,4). Membran artifisial pada percobaan ini dibuat dari kertas penyangga bentuk bulat tipe GV 0,22 μm (Milipore), dengan luas permukaan 13,2 cm2 yang diimpregnasi dengan campuran lesitin-kolesterol (1:1) dalam pelarut parafin cair. Percobaan absorpsi berlangsung 5 jam pada suhu 37°C ± 1°C dan sampel diambil pada jam ke-1, 3, dan 5, kemudian dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ 264 dan 263,5 nm. Hasil percobaan menunjukan adanya peningkatan ibuprofen yang diabsorpsi dari kompartemen I ke kompartemen II dengan meningkatnya jumlah konsentrasi tween 80. Jumlah ibuprofen yang diabsorpsi dari kompartemen I ke kompartemen II paling besar terjadi pada cairan usus buatan pH 6,5. Tween 80 dapat meningkatkan kelarutan ibuprofen pada konsentrasi maksimal 1,5%.

Drugs have to pass one or more cell membranes in order to reach systemic absorption. Cell membrane and molecular structure characteristics are strongly related to drugs permeability. The objective of this research is to evaluate the effect of surfactant tween 80 addition based on in vitro absorption rate of ibuprofen by using absorption simulator. 500 mg Ibuprofen is added to simulation gastric liquid without enzim pH 1.0; 3.0 or simulation colon liquid without enzim pH 6.5 at compartment I that will be absorbed by passive diffusion to compartment II (100 ml plasma liquid simulation pH 7.4). Artificial membrane in this trial is made of spherical buffer paper GV 0.22 μm type (milipore) with 13.2 cm2 surface area that was impregnated to lecithin-cholesterol mixture in liquid paraffin solution. Absorption experiment has been conducted for 5 hours at temperature 37oC+1oC and the mixture is sampled at the first hour, 3rd hour and 5th hour. Then it is analyzed using spectrophotometer UV-Vis with λ 264 and 263,5 nm. Experiment result shows intensity of ibuprofen that is absorbed from compartment I to compartment II with increment of tween 80 intensity at compartment I. Ibuprofen intensity that was absorbed from compartment I to compartment II will be increased due to the increment of pH simulation liquid.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S32993
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yetti Farichati
"Masaiah disolusi. zat. aktif obat dalam sediaan: padat
oral banyak mendapat perhatian mengingat bahwa laju disolusi
obat memegang peranan yang penting daiwa merainaikan
" bi6avajlabjljtas dan bioekivalensi " obat secara in vitro.
Banyak metoda yang telah dilakukan dalam usaha menin
katkan laju disolusi dan obat, khususnya yang mernpunyai k
larutan yang rendah dalam air atau cairan lambung...
Dari sekian banyak metoda-metoda, kami memilih untuk me
mat pengaruh polisorbat. 80, dioktil sodium sulfo suksinat
dan glismn terhadap laju disolusi piroksikam dan kioramfe -
nikol..
Metoda yang kami lakukan dalam penelitian mi adaiah
metoda kristalisasi, metodapenambahan langsung dan metoda
granulasi basah. Adapun uji laju disolusi dilakukan dengan
metoda It basket ' pada kecepatan rotasi 100 rpm, sebagai m
dia disolusi digunakan HC1 0,1 N, pada temperatur 37°C
0,5°C. Sampel diambil pada menit ke 5, 10 1, 15, 20 9, 25, 30,
£4.5 dan 60 setelah percobaari dimulaTL. Jumlah obat yang me -
larut dalam media disolusi ditentukan dengan spektrofoto
meter u.v. pada panjang gelombang maksimumnya, dimana untuk
piroksikam pada A 334 nm, dan kloramfenikol pada A 278
mm diban.dingkan terhadap larutan standar pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh adanya..
polisorbat 80 pada piroksikam balk dengan metoda kristalisasi
dengan kadar 2,5 % atau metoda granulasi basah dan
pencampuran langsung dengan kadar 2,0 % meningkatkan laju
disolusinya, demikian pula metoda granulasi basah .glisin
kadar 2,,0 %.
Metoda kristalisasi kioramfenikol dalam larutan polisorbat
80 2 9 5 % maupun polisorbat 80, diokthl sodium sulfo suksi-
'nat dan glisin dengan kadar 17,5 % baik dengan metoda pencampuran
langsung maupun metoda granulasi basah tidak meningkatkan
laju disolusi kioramfenikol.

The problems in drug dissolution of solid, oral dosage
forms draw a. lot.. att.jxtion. because drug dissolution rate
plays important role in.predicting H bioavailabilty and
bioequivalent it of drug in vitro.
Many methods have been done to increase the drug
dissolution rate, especially for those which have slight
solubility in water or gastric liquid Amoung those me
thods, we chose to observe the effect of the addition of
polysorbate 80, dioctyl sodium sulfo succinate and glycine
in the increating the dissolution rate of piroxicam and
chioramphenicol.
The methods carried out in the experiment were crystallization
method, direct mixing method and wet granula -
tion method. Observation of the dissolution rate were done
using the U basket's method 11 on the rotation rate of 100
rpm, withHC1 0,1 N as medium at temperature of 370 LOV5°C
The sample were taken. on 5 th , 10tb , 15th , 20tb
1
25th
30th , kSth , and 60th minutes after the experiment had been
started The amount of drug that disolved in the dissolu -
tion medium were determined by using ultra violetspectrophotometer
at their maximum wave lenght, that is at 1 334
nm for piroxicam, and 278 nm for chioramphenicol by cog paring to the standard solution the original drug which
concentration had already been known.
The experiment showed that the addition of 2,5 %
solution of polysorbate 80 in the crystallization method
of piroxicam or 2,0 % concentration in wet granulation m
thod and direct mixing method could increase their dissolution
rate, and also the addition of glycine 2,0 % and
gave the same effect in wet granulation method.
While in chloram.phenicol the existence of surfactants
polysorbate 80 2,5 %, polysorbate 80, dioctyl sodium sulfa
succinate and glycine 17,5 % couldn't increase the disso -
lution rate in all three methods mentioned above
"
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S31691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caesar Christian Supardjo
"Laju pembakaran spontan pada batubara berbeda-beda sesuai jenis batubara jika dibandingkan batubara bituminous, maka batubara sub-bituminous memiliki laju pembakaran yang lebih cepat, untuk menghambat laju pembakaran pada batubara sub-bitiminous maka digunakan suatu surfaktan. Tugas skripsi ini bertujuan untuk mempelajari pengarauh penambahan surfaktan pada sifat pembakaran spontan batubara yang dilakukan menggunakan metode oksidasi adiabatik. Konsntrasi sulfaktandapat menyababkan perbedaan laju pembakaran spontan dari.
Hasil eksperimantal menggunakan jenis batubara sub-bituminous dan dengan dua jenis zat sulfaktan yang berbeda diketahui bahwa batubara yang dicampurkan dengan zat sulfaktan memiliki laju pembakaran spontan yang berbeda dengan laju pembakaran spontan batubara tanpa dicampurkan dengan surfakatan untuk kedua surfakatan tersebut dicampurkan pada batubara dengan konsentrasi yang berbeda-beda dari data eksperimental maka dilakukan perbandingan perubahan sifat pembakaran spontan pada batubara.

Spontaneous combustion rate on coal are different, depends on rank of coal. If sub-bituminous coal compare with bituminous coal, then sub-bituminous coal has faster spontaneous combustion rate. Surfactant are used to delay combustion rate of coal. This experiment did to learn influence of surfactant adding against spontaneous combustion coal characteristic in adiabatic oxidation. Surfactant concetration cause difference on spontaneous combustion rate.
Experiment results by using sub-bituminous coal and two kind of surfactant, that using surfactant on coal has different spontaneous combustion rate with blank coal spontaneous combustion rate. Two kind of surfactant are mixed on coal with difference concetrations. Experiment data results are used to compare transition characteristic of spontaneous combustion on coal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37847
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Edi
"Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh penambahan kombinasi Amilum dan Magnesium Stearat terhadap profil laju larut kapsul kloramfenikol. Variasi konsentrasi Amilum yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing : 10 %, 15 %, 20 % dan konsentrasi Magnesium Stearat : 0,5 %, 1 %, 1, 5 %. Metoda disolusi yang digunakan, adalah metoda basket, dengan putaran 100 rpm, temperatur 37° C, media disolusi HCI 0,1 N dan volume 900 ml. Penambahan kombinasi konsentrasi amilum 10 %, 15 %, dengan konsentrasi Magnesium Stearat 0,5 %. dapat meningkatkan laju larut kapsul kloramfenikol, dibandingkan dengan kapsul kloramfenikol tanpa bahan tambahan . Hal ini disebabkan sifat hidrofilik amilum, sehingga menyebabkan penetrasi cairan ke dalam massa kapsul lebih cepat setelah kapsul pecah. Penambahan kombinasi konsentrasi amilum 10 %, 15 %, 20 % dengan konsentrasi Magnesium Stearat 1 %, 1, 5 % dapat menurunkan laju larut kapsul kloramfenikol, dibandingkan dengan kapsul kloramfenikol tanpa bahan tambahan. Hal ini disebabkan terbentuknya gumpalan sehingga penetrasi cairan kedalam massa kapsul menjadi lebih sulit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S31895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dimas Patriangga
"Inhibitor merupakan suatu substansi yang ditambahkan kedalam lingkungan korosif dalam jumlah yang relatif kecil yang dapat menurunkan laju korosi (corrosion rate). Penggunaan inhibitor sebagai salah satu cara perlindungan korosi telah banyak digunakan pada dunia industri terutama pada industri pengolahan minyak gas dan petrokimia. Inhibitor terdiri dari berbgai jenis yang dalam penggunaanya harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta material yang hendak di proteksi. Inhibitor yang digunakan pada penelitian ini ialah katodik inhibitor PENDAWA 99-P yang memiliki kandungan utama polyphosphates. Lingkungan korosif yang menjadi fokus penelilian ialah larutan NaCl dengan konsentrasi 0,5 %, 2 % dan 3,5 %. ,material yang digunakan ialah baja karbon rendah karena aplikasinya yang banyak digunakan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Pribadi Umbara
"Korosi merupakan suatu permasalahan yang seringkali dijumpai pada berbagai sektor industri terutama minyak dan gas, dan dapat memberikan kerugian yang cukup besar. Korosi umumnya terjadi akibat reaksi oksidasi material logam dalam suatu elektrolit. Makin cepat reaksi oksidasi berlangsung maka laju korosi akan makin besar. Inhibitor polyaspartate merupakan salah satu jenis inhibitor organik yang dapat memperlambat laju korosi. Dalam aplikasinya, inhibitor ini ditambahkan ke dalam sistem korosi pada jumlah tertentu untuk mengetahui efisiensi tiap penambahan inhibitor setelah dilakukan pengujian selama 3, 5 dan 7 hari, serta pengaruhnya terhadap laju korosi. Pengujian ini dilakukan dalam skala laboratorium. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian statik yang mengacu kepada standard ASTM Gl-03 dan ASTM G3I72. Material yang digunakan adalah baja karbon rendah Penghitungan laju korosi dilakukan dengan metode kehilangan berat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa laju korosi baja karbon rendah pada penambahan berturut-turut 50, 100, dan 1000 ppm inhibitor pada lingkungan 0,5 % NaCl selama tiga hari adalah 2,69; 2,41; dan 2,13 mpy, pada hari kelima laju korosi naik menjadi 3,58; 3,14; dan 2,88 mpy dan pada hari ketujuh turun hingga 2,13; 1,76; dan 1,45 mpy. Pada penambahan 50, 100, dan 1000 ppm inhibitor pada lingkungan 2 % NaCl selama tiga hari adalah 2,91; 2,8; dan 2,52 mpy, pada hari kelima laju korosi naik menjadi 3,38; 3,49; dan 2,75 mpy dan pada hari ketujuh turun hingga 2,92; 2,84; dan 2,05 mpy. Pada penambahan berturut-turut 50, 100, dan 1000 ppm inhibitor pada lingkungan 3,5 % NaCl selama tiga hari adalah 4,46; 3,27; dan 2,13 mpy, pada hari kelima laju korosi menjadi 4,39; 3,97; dan 2 mpy dan pada hari ketujuh menjadi 4,73; 3,82; dan 2,02 mpy. Dari penelitian diketahui pula bahwa efisiensi inhibitor akan berkurang seiring dengan bertambahnya 'waktu perendaman, namun pada beberapa kondisi, efisiensi inhibitor akan meningkat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Pria Hutama
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui pcngaruh penambahan inhibitor Pendawa 99- H yang berbasis hydrazine pada lingkungan NaCl terhadap laju korosi baja karbon dengan menggunakan metode weight loss. Data yang dihasilkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan optimasi penggunaan inhibitor berbasis hydrazine pada lingkungan air laut. Material yang digunakan sebagai sampel uji adalah baja karbon rendah ST-41 dalam bentuk plat, sementara larutan yang digunakan sebagai lingkungan korosif adalah NaCl dengan konsentrasi 0,5%, 2% dan 3,5%. Penambahan inhibitorPendawa 99-H dilakukan dengan variasi kadar inhibitor sebesar50 ppm, 100 ppm dan 1000 ppm. Peng­ekspose-an sampel dilakukan selama tujuh hari, lulu perubahan berat yang terjadi ialah menjadi nilai laju korosi masing-masing sampel. Nilai ini digunakon untuk penentuan efisiensi inhibitor. Hasil laju korosi yang didapat untuk lingkungan NaCl lanpa penambahan inhibitor menunjukkan laju korosi rata-rata sebesar 2,419 mpy pada NaCl 0,5 %; 4,840 mpy pada NaCl 2 %; dan 5,912 mpy pada NaC l 3,5 %. Sementara untuk penambahan inhibitor 50 ppm nilai laju korosi rata-rata 4,299 mpy pada konsentrasi NaCl 0,5%; 4,545 mpy pada konsentrasi NaCl 2%; dan 5,766 mpy pada konsentrasi NaCl 3,5%. Lalu untuk penambahan 100 ppm inhibitor dihasilkan 3,231 mpy pada konsentrasi NaCl 0,5%; 4,429 mpy pada konsentrasi NaCl 2%; dan 4,429 mpy pada konsentrasi NaCl 3,5%. Dan untuk penambahan 1000 ppm inhibitor dihasilkan data laju korosi sebesar 0,916 mpy untuk konsentrasi NaCl 0,5%; 4,107 mpy untuk konsentrasi 25 dan 4,429 mpy untuk konsentrasi NaCl 3,5%. Efisiensi penggunaan inhibitor berbasis hydrazine terhadap penurunan laju korosi pada lingkungan NaCl menunjukkan nilai 62,14% untuk penambahan 1000 ppm inhibitor pada lingkungan NaCl 0,5. Sementara untuk penambahan 50 ppm dan 100 ppm inhibitor pada lingkungan NaCl 0,5% menunjukkan peningkatan laju korosi, dan untuk variable lingkungan NaCl 2% dan 3,5% tidak menunjukkan efisiensi yang tinggi. Penggunaan inhibitor berbasis hydrazine pada lingkungan korosif BaCl pada suhu ruang menunjukkan efisiensi inhibitor yang relative rendah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nym Guni Ridhanta
"Kebocoran sistem LPG memang tidak dapat dihindarkan dalam penggunanya sebagai bahan bakar rumah tangga mengingat kebocoran pada sistem ini salah satunya disebabkan oleh aliran difusi. Kebocoran akibat aliran difusi pada tabung LPG 3kg sebagian besar disebabkan oleh aliran difusi laminar yang diketahui melalui perbandingan compressive stress dengan gasket seating stress yang bernilai kurang dari 1 dengan karakteristik berupa persamaan eksponensial. Penambahan compressive stress terbukti memperkecil aliran difusi yang menyebabkan pengurangan tingkat kebocoran mencapai 33.18% untuk seal NBR dan 36.43% untuk seal Vulkanis. Pengurangan laju kebocoran akibat penambahan compressive stress sangat dipengaruhi oleh material penyusun seal yang direpresentasikan melalui nilai AL dan nL.
Analisa numerik memperlihatkan bahwa von mises stress yang diterima oleh seal masih dibawah nilai yield strength dari material jenis karet dengan nilai Factor of Safety (FOS) mencapai 7.08 yang menegaskan bahwa defleksi yang terjadi pada seal berada pada daerah elastisnya dengan nilai maksimum sebesar 0.326 mm. Selain itu analisa numerik juga memperlihatkan bahwa aliran difusi yang terjadi pada seal membentuk gradasi konsentrasi sesuai kedekatan dengan permukaan kontak difusinya.

The Leak of LPG system can not be avoided in its uses as domestic fuel which considering it is one of the result from difussion flow. The leak because of difusion flow in 3 kg LPG tube is mostly caused by Laminar difussion flow known by comparing compressive stress with gasket seating stress which value less than 1 with characteristic in exponensial equations. Augmentation of Compresive stress is proved in minimizing difussion flow which cause subtraction in leak until 33.18% to seal NBR and 36.43 to seal vulkanis. Minimizing leak caused by increasing compressive stress is very affected by seal material composed representated by AL and nL.
Numerical Analysis founded that von mises stress received by seal is still under yield strength from rubber material with Factor of Safety (FOS) achieve at 7.08, this condition affirm that deflectation happened in Seal in its elastic area with maximum value about 1.326 mm. Beside that, numerical analysis display that difussion flow is happened in seal creating gradiation concetration based on the imminet of diffusion contac.
"
2012
S43899
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>