Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134920 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Blasius Suprapta
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Engkos Abubakar Kosasih
"Pembicaraan mengenai lukisan gua tidak lepas dari proses terbentuknya gua itu sendiri. Gua (cave; caverne) adalah lubang atau rongga yang terbentuk di bawah dan di atas permukaan tanah, pada lereng-lereng bukit dan gunung, atau pada tebing-tebing yang terjal di tepi sungai, danau dan laut (Renault, 1970). Gua merupakan hasil proses ekosistem yang bermanfaat guna mempelajari hubungan ekologis yang timbal-balik, tidak saja penting bagi dunia ilmu pengetahuan tetapi juga untuk masyarakat pada umumnya (Whitten et al., 1988). Ukuran gua bermacam-macam dan terbentuk pada lapisan batu kapur atau batu gawping (limestone) serta batu karang (coral reef). Kecuali gua, ada juga yang disebut ceruk atau gua payung (rock shelter), yaitu gua yang dangkal. Gua dan ceruk sering digunakan sebagai tempat berlindung, baik oleh manusia maupun hewan, dari pengaruh angin, hujan, panas, dingin, serta dari gangguan kelompok manusia lain atau hewan buas. Menurut sejarahnya lapisan batu gawping terbentuk pada masa Cretaceous (Latin: creta - kapur), yaitu antara 135-60 juta tahun yang lalu (Howell et al., 1982)."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marika Dewi Santania
"Lukisan gua/ceruk merupakan salah satu data arkeologi yang diperkirakan berasal dari masa berburu dan mengumpulkan makanan. Di Indonesia, lukisan gua/ceruk kebanyakan ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, Kepulauan Kai, Timor Leste dan Flores (NTT). Namun pada awal tahun 1990-an ditemukan lukisan gua/ceruk di wilayah Indonesia bagian barat, yaitu di wilayah Kalimantan. Salah satunya adalah Situs Batucap. Situs Batucap ditemukan di Dusun Sedahan, Desa Benawai Agung, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Situs ini berbentuk ceruk dengan lukisan yang terdapat pada tiga bongkahan batu yang Membentuk dinding ceruk. Lukisan ini terletak pada dinding sebelah selatan, utara dan barat, dengan bagian depan ceruk yang menghadap ke timur. Dilihat dari ukurannya, ceruk ini diperkirakan tidak digunakan sebagai tempat hunian. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya temuan-temuan lain di dalam ceruk ini baik yang berupa ekofak, artefak ataupun temuan lainnya yang dapat memberikan bukti bahwa ceruk ini pernah dihuni. Secara keseluruhan, lukisan yang ada pada ceruk ini didominasi dengan lukisan geometris, yang diikuti dengan lukisan manusia, abstrak, binatang, matahari, dan potion hayat. Seluruh lukisan tersebut dibuat dengan menggunakan teknik sapuan kuas, baik sapuan kecil, sapuan besar maupun kombinasi dari keduanya. Secara umum, lukisan gua/ceruk di Indonesia terdiri dari lukisan manusia, binatang, tumbuhan, banda budaya, matahari, perahu, bentuk geometris dan abstrak. Dalam bentuk penggambarannya, lukisan-lukisan ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Untuk teknik pembuatannya, lukisan gua/ceruk di Indoensia kebanyakan dibuat dengan cara dilukis dengan menggunakan warna dominan merah, namun ada juga yang menggunakan warna hitam, putih, kuning, coklat, dan hijau. Ada juga yang dibuat dengan cara dipahat atau digores, seperti di Flores (NTT), Sambas (Kalimantan Barat), dan Sungai Tala (Maluku)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kosasih S.A.
"Salah satu obyek panelitian yang menarik perhatian para ahli arkeologi adalah Lukisan-lukisan yang terdapat pada dinding-dinding gua (cave wall paintings). Lukisan--lukisan tersebut, pada beberapa tempat di dunia, misalnya di Eropah, Afrika, Australia dan sebagainya, pada umumnya menggambarkan bermacam-macam jenis binatang, di samping lukisan-lukisan manusia dengan benda-benda perlengkapan_nya. Benda-benda yang dimaksud adalah tombak, bumerang, busur dengan anak panahnya, kadang-kadang juga pedang ser_ta perisai. Benda-benda ini, yang seringkali digambarkan bersama-sama dengan manusia, mungkin merupakan peralatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua tersebut di atas, kiranya talah menimbulkan beberapa pertanyaan yang menyangkut hubungan yang erat antara gua dengan lukisan dan dengan manusia pendukungnya. Mengapa manusia tinggal di dalam gua dan mengapa pula mereka membuat lukisan-lu_kisan pada dinding-dindingnya. Apa fungsi' lukisan-lukis_an ini: untuk maksud-maksud religius-magis, .untuk meng_ungkapkan rasa seni atau hanya untuk kesenangan belaka. Beberapa ahli arkeologi kemudian berpendapat, bahwa keterangan mengenai maksud lukisan-lukisan itu mungkin terletak pada konsep kontak magis (sympathetic magic), dalam hubungannya dengan usaha-usaha perburuan_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1978
S11755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Utami Ferdinandus
"ABSTRAK
Tegel dinding dari masa lampau adalah artefak keramik yang merupakan data purbakala penting yang dapat dijadikan sumber bagi penelitian masa lampau di Indonesia. Keberadaan tegel-tegel dinding berlukisan adegan cerita Alkitab di Indonesia, khususnva di Jakarta dan Ceribon belum mendapat perhatian serius dari para ahli di Indonesia.
Di Jakarta dan Ceribon pada abad-abad yang lampau penggunaan tegel sebagai hiasan dinding nampaknya cukup digemari. Hal ini dibuktikan pada Gedung Arsip Nasionai, Museum Pusat Jakarta, dan perumahan penduduk Arab di Jakarta. Selanjut-nya di Keraton Kasepuhan dan Makam Sunan Gunung Jati di Ceribon.
Adegan cerita yang digambarkan pada tegel adalah adegan yang dikutib dari Alkitab Nasrani (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Keberadaan tegel-tegel pada tempat-tempat tersebut menimbulkan suatu masalah.
Dari hasil identifikasi diperoleh gambaran bahwa tegel-tegel yang ditemukan di Jawa Barat sejumlah kurang lebih 1904 tegel. Tegel-tegel tersebut menggambarkan adegan cerita Alkitab sejumlah 1 16 yang terdiri 38 dari Perjanjian Lama dan 58 dari Per janjian Baru.
Dari dokumen VOC diperoleh informasi bahwa tegel-tegel ini berasal dari Eropa. Hasil cipta semi kriya pada masa tersebut mendapat tempat di hati masyarakat di Belanda dan Indonesia. Tege1-tegel dinding diduga berasal dari Amsterdam dan bukan Delfi seperti dikirakan beberapa sarjana. Apabila diperhatikan dari kehadirannya yang m am pu menembus :jarak yang demikian jauh, dapat dipastikan bukanlah suatu hasil yang dalam perwujuuannya tanpa dilandasi oleh pemikiran mendalam dan perancangan yang mantap.
Seiring dengan perjaianan sejarah tegel dinding di Eropa memperlihatkan betapa besarnva andil para pelukis dalam mengembangkan tegel berwarna-warni (mayolica). Tidak dapat dihindari bahwa dalam peralanan hidup manusia selalu membutuhkan sarana fisik dan sarana nonfisik. Dengan adanya tuntutan tersebut berarti Pula adanya tuntutan peningkatan kualitas karya kriya. Oleh karena itu, karya tegel dinding pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia maka tidaklah mengherankan jika hasilnya digunakan untuk materi pardagangan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Soekanto S.A.
Jakarta: Pustaka Jaya, 1976
808.83 SOE m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M. Alwan Tafsiri
Bukittinggi : N.V. Nusantara, 1963
899.221 ALW l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Lukisan dinding gua merupakan salah satu hasil budaya Prasejarah yang menarik. Hasil budaya ini terdapat berbagai tempat di dunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, Lukisan dinding gua pada umumnya di temukan di daerah Indonesia Timur, yaitu di Sulawesi..."
BARK 6 (1-2) 1985
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Karissa Karim
"Loving Vincent adalah sebuah film animasi yang terdiri dari lukisan-lukisan cat minyak. Di dalam film Loving Vincent terdapat lukisan-lukisan Vincent van Gogh yang asli dan lukisan-lukisan Vincent van Gogh yang dimodifikasi oleh pelukis-pelukis lainnya. Lukisan-lukisan penting di dalam film Loving Vincent membangun benang merah cerita dan memberikan makna-makna yang penting. Lukisan-lukisan di dalam film Loving Vincent yang dipilih untuk diteliti sebanyak tujuh lukisan. Masalah penelitian ini adalah : Makna apa yang terkandung di dalam tujuh lukisan dalam film Loving Vincent? Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan makna yang terkandung pada tujuh lukisan dan untuk melihat citra Vincent van Gogh di dalam film. Penelitian ini menggunakan semiotik dari Roland Barthes. Metode yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah metode Alih Wahana dari Sapardi Djoko Damono. Hasil penelitian menunjukan bahwa ke-tujuh lukisan yang diteliti memberikan makna mengenai kejiwaan Vincent van Gogh yang terganggu. Tujuh lukisan tersebut memperlihatkan citra Vincent van Gogh sebagai pribadi yang membutuhkan pertolongan, bukan hanya sebagai seorang pelukis yang brilian. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noerid Haloei R
"ABSTRAK
Kebudayaan terbentuk dan berkembang sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan yang timbul dalam proses adaptasi dengan lingkungannya. Tanggapan tersebut didasari oleh berbagai kebutuhan dasar yang terkelompokkan ke dalam kebutuhan biologis, sosial dan spiritual. Secara terinci kebutuhan dasar itu meliputi makan dan minum, keturunan, kenyamanan jasmaniah, rasa aman, rasa senang dan santai, bergerak dan berhubungan dengan orang lain, dan perkembangan yang lebih meningkat. Dalam menanggapi tantangan tersebut, manusia atau sekelompok orang mengembangkan sistem mata pencaharian dan sosial, dan yang bersama-sama dengan pengembangan aspek lainnya seperti bahasa, seni, religi, peralatan dan perlengkapan hidup, serta pengetahuan, terbentuklah kebudayaan manusia yang menyeluruh.
Sebagai perwujudan tanggapan aktif manusia terhadap lingkungan, kebudayaan oleh Leslie A.White dirinci dalam sistem teknologi , sistem sosial dan sistem ideologi. Sistem teknologi terdiri dari sejumlah peralatan material, mekanis, fisik dan peralatan kimia yang termanifestasikan dalam rupa alat-alat untuk memproduksi, mendirikan bangunan dan tempat tinggal, dan alat-alat untuk mempertahankan diri maupun untukmenyerang. Sistem sosial meliputi sekalian hubungan antarpribadi yang termanifestasikan ke dalam pola-pola tingkah laku tertentu baik yang coraknya individual maupun kolektif. Dalam hal ini disebutkan antara lain organisasi kemasyarakatan, ekoncmi, politik, etika, pertahanan (military), jabatan dan rekreasi. Sistem ideologi terdiri dari sekalian cita, keyakinan, pengetahuan yang termanifestasikan ke dalam bahasa dan tindakan bolis lainnya. Mitologi, theologi, dongeng, filsafat, ilmu pengetahuan (science) dan kebijakan tradisional (folkwisdom) termasuk ke dalam kategori ini. Ketiga sistem teknologi, sosial dan iedologi itu pada dasarnya berkedudukan sama dan saling menunjang. Hanya pada arena-arena tertentu dan pada waktu-waktu tertentu pula kelihatan salah satu sistem lebih menonjol peranannya daripada yang lain. Pada suatu ketika, seperti dikedap perkembangan sistem lainnya. Akan tetapi hal tersebut tidak menghalangi kemungkinan sistem ideologi khususnya religi mempengaruhi sistem sosial dan perkembangan teknologi secara
amat dominan pula."
1987
D24
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>