Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139288 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susi Safrina Irawati
"Knowledge management merupakan hal baru dari sebuah model bisnis di mana ruang lingkup knowledge terfokus pada organisasi. Ini berakar pada berbagai disiplin ilmu. Termasuk bisnis, ekonomi, psikologi, dan manajemen informasi. Pada saat ini knowledge management merupakan sesuatu yang bermanfaat dalam persaingan antar perusahaan (Awad & Ghaziri, 2004). Knowledge management mengandung unsur manusia, teknologi dan proses yang masing-masing saling berhubungan (Awad & Ghaziri, 2004).
Why should organizations manage knowledge? Knowledge tidak seluruhnya disimpan dalam sistem, tapi ada juga yang tersimpan dalam kognisi manusia. Banyak organisasi menginvestasikan dananya dengan merekrut orang-orang yang memiliki knowledge, baik dalam bentuk kuantitas maupun kedalaman guna meningkatkan investasi dengan pelatihan. Ini merupakan cara organisasi untuk memelihara knowledge dan information yang mereka miliki. Artinya knowledge dan manusia tak mungkin saling melepaskan diri. Ini merupakan masalah bagi organisasi bila tidak mengatur knowledge secara efektif (Hansen & von Oetinger, 2001).
Keuntungan knowledge management bagi organisasi atau perusahaan yang belum berbasis knowledge management, dapat dimulai dengan meninjau kesiapan organisasi itu sendiri yang disebut knowledge management readiness (Tiwana, 2000). Hal ini dapat dimulai dengan tiga pertanyaan yaitu (1) Apakah organisasi atau perusahaan mengerti fungsi dari lingkungan kerjanya?, (2) Apakah mengumpulkan informasi dari luar organisasi atau perusahaan?, (3) Apakah ada kesadaran dalam internal organisasi atau perusahaan terhadap kompetitor? (Tiwana, 2000).
Berawal dari adanya keluhan seorang pegawai di PT. XX Indonesia yang berkantor di Bekasi, maka penulis melakukan wawancara untuk mengetahui lebih jauh tentang hal yang dianggap sebagai masalah. Melalui pembicaraan awal, penulis menyimpulkan bahwa knowledge management readiness sebagai langkah awal untuk membantu tata cara pengelolaan di PT. XX Indonesia.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang sejauh mana kesiapan PT. XX Indonesia agar dapat menerapkan knowledge management, dan bagaimana penulis dapat memberikan rekomendasi demi kemajuan perusahaan. Berdasarkan analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa PT. XX Indonesia berada di tahap ke-2 (knowledge-aware) yang memiliki karakteristik (I) awareness of KM need, (2) some KM process, (3) technology process, dan (4) sharing information an issue.
Penulis merekomendasikan agar PT. XX Indonesia dapat mencapai tahap ke-3 (knowledge-enabled) yang memiliki karakteristik (1) benefits of KM clear, (2) standards adopted, (3) issues relating to culture and technology.
Dalam kesempatan ini penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini akan lebih baik bila wawancara dilakukan lebih dari satu kali, agar informasi yang dibutuhkan dapat lebih mendalam dan terfokus.
Hasil penulisan ini memberi gambaran sejauhmana kesiapan PT. XX Indonesia untuk menerapkan knowledge management dan cara pengelolaan perusahaan dalam melakukan perubahan. Hal ini seharusnya merupakan tanggung jawab bersama bagi seluruh pegawai di PT. XX Indonesia.

Knowledge management (KM) is a newly emerging, interdisciplinary business model that has knowledge within framework of an organization as its focus. It is rooted in many disciplines, including business, economics, psychology, and information management. It is the ultimate competitive advantage for today's firm. Knowledge management involves people, technology, and processes in overlapping parts (Awad & Ghaziri, 2004, page 2).
Why should organizations manage knowledge? Knowledge is not all held in data capture systems; much of it is held within people. Many organizations invest in their knowledge assets by recruiting knowledgeable people in the first instance, and then enhancing this investment by training them. The challenge for organizations is how to retain the knowledge and information they have invested in. This means that knowledge and people are inextricably linked, posing problems for organizations that do not manage knowledge effectively (Hansen & von Oetinger, 2001, page 3).
A number of facilitating are required for any knowledge management effort to succeed. You will notice that most successful adopters share many of these underlying facilitators that indicate their readiness for knowledge management. Three simple questions can help you determine if such a scanning imperative exists in your own company (1) does your company truly understand the environment in which it functions? (2) Does it gather information about practices and conditions outside the organization? (3) Is there awareness about how your company's internal operations compare with those of your competitors? (Tiwana, 2000, page 92-93).
Begin with grumble of an employee in XX Indonesia, Inc. who works in Bekasi, then the writer conduct an interview, to know what is considered as a problem. Pass through the initial talk, writer conclude that knowledge management readiness be the first step to know the condition in XX Indonesia, Inc.
The aim of this paper is to get a clear picture about the readiness of XX Indonesia, Inc. to apply knowledge management and how the writer can recommend for the sake of company. Based on the analysis it conclude that XX Indonesia, Inc. be the 21 stage with characteristics (1) awareness of KM need (2) some KM process (3) technology process (4) sharing information an issue (Evans, 2003, page 21).
Writer recommended that XX Indonesia, Inc can achieve the stage (knowledge-enabled) which have characteristics as follow (1) benefits of KM clear (2) standard adopted (3) issues relating to culture and technology (Evans, 2003, page 21).
In this occasion the writer realize that this paper could be better if the interview is conducted more than one time, in order to gain more focus and deeper information.
The result gives the description about the readiness of XX Indonesia, Inc. to apply knowledge management and how they manage to change as a responsibility of all of employee of XX Indonesia, Inc.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradana Atmadiputra
"Pada era informasi sekarang ini, pengetahuan telah menjadi aset berharga bagi suatu perusahaan, khususnya perusahaan konsultan teknologi informasi (TI). PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) sebagai sebuah perusahaan konsultan TI menggunakan pengetahuan sebagai aset berharga untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, diperlukan implementasi knowledge management (KM) agar aset pengetahuan tersebut tidak hilang dan dapat dikelola dengan baik. Sebelum suatu organisasi memutuskan untuk mengimplementasikan KM, diperlukan analisis pengukuran tingkat kesiapan implementasi KM terlebih dahulu.
Penelitian ini bertujuan mengukur kesiapan AGIT dalam megimplementasikan KM. Pengukuran kesiapan dilakukan berdasarkan hasil ekstraksi penelitian terdahulu sehingga diperoleh tujuh aspek penelitian, yaitu Strategy, Organization, Culture, Technology, Motivation, Process, dan Human Resources. Penelitian dilakukan pada departemen Microsoft Operation. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, sedangkan analisis data dilakukan dengan teknik analisis statistik deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan departemen Microsoft Operation telah mencapai tingkat kesiapan receptive (skor 2,51) dalam implementasi Knowledge Management.

In this information era, knowledge has been a valuable asset for a company, especially an Information Technology (IT) consulting firm. PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) as an IT consulting firm utilizes knowledge as a valuable asset to increase competitiveness. Therefore, implementation of Knowledge Management (KM) has been a necessity to retain and manage the asset. Before an organization decides to implement KM, an analysis to measure KM implementation readiness is needed.
The purpose of this study is to measure KM implemetation readiness at AGIT. The measurement is conducted using extraction of previous studies around KM critical success factors to obtain seven research aspects, namely, Strategy, Organization, Culture, Technology, Motivation, Process, and Human Resources. The study is conducted in Microsoft Operation Department. Data are collected using questionnaire, while the data analysis is performed using descriptive statistical analysis. The analysis result shows than Microsoft Operation department is at the receptive readiness level, scored 2,51.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Kurniawan
"BRI mempunyai Service Level Agreement SLA success rate pada aplikasi layanan e-banking sebesar 99,9 . Namun pada tahun 2015, persentase pencapaian SLA success rate layanan e-banking BRI hanya mencapai 98 dari 99,9. Kualitas aplikasi e-banking menjadi perhatian khusus karena tingginya error rate aplikasi sepanjang tahun 2015. Kualitas aplikasi e-banking dipengaruhi oleh banyaknya kesalahan logika saat pengembangan aplikasi. Kesalahan logika aplikasi e-banking dikarenakan minimnya pengetahuan alur aplikasi perbankan yang ada pada Programmer. Selama ini, pengetahuan alur aplikasi perbankan secara keseluruhan hanya diketahui oleh System Analyst dalam bentuk Tacit Knowledge. Kondisi permasalahan ini membutuhkan adanya aktifitas manajemen pengetahuan dalam pengembangan aplikasi e-banking di BRI. Namun tidak semua organisasi dapat berhasil dapat menerapkan manajemen pengetahuan. Oleh karena itu, BRI perlu mengidentifikasi tingkat kesiapan penerapan manajemen pengetahuan di bagian pengembangan aplikasi e-banking terlebih dahulu sebelum menerapkan manajemen pengetahuan di organisasinya.Penulis memetakan 6 Knowledge Management Critical Success Factor KMCSF terhadap Knowledge Management Infrastructure untuk mendapatkan instrumen penilaian yang lebih detil dan handal. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan metode pengumpulan data menggunakan media kuesioner. Hasil olah data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mendapatkan informasi tingkat kesiapan penerapan manajemen pengetahuan organisasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa BRI mendapatkan nilai 65,48 sehingga telah siap untuk menerapkan manajemen pengetahuan di proses pengembangan aplikasi e-banking.

BRI has a Service Level Agreement SLA success rate in the e banking service application of 99.9 . However, by 2015, the percentage of achievement of SLA success rate of BRI e banking services reaches only 98 from 99.9 . The quality of e banking applications is the particular concern due to the high application error rate throughout 2015. The quality of e banking applications is influenced by the many logical errors during application development. The logical errors of application is due to the lack of knowledge of the existing banking application flow in the programmer. So far, the knowledge of the whole banking application flow is only known by the System Analyst in the form of Tacit Knowledge. The condition of this problem requires knowledge management activities in the development of e banking applications in BRI. But not all organizations can successfully implement knowledge management. Therefore, BRI needs to identify the level of readiness of the application of knowledge management in the e banking application development section first before applying knowledge management in the organization.The author mapped 6 Knowledge Management Critical Success Factors KMCSF to Knowledge Management Infrastructure to obtain more detailed and reliable assessment instruments. This research is quantitative and data collection method using questionnaire media. The results of the data were analyzed using descriptive statistical analysis to obtain information on the readiness level of organizational knowledge management implementation.The result shows that BRI gets 65.48 once it is ready to implement knowledge management in the e banking application development process."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho
"PT. XYZ menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman karyawan merupakan aset intangible yang sangat berharga, dan pengetahuan tersebut tersimpan dalam pikiran tiap individu yang bisa saja hilang ketika karyawan tersebut tidak lagi berada di dalam organisasi. Perusahaan menganggap perlu adanya pengelolaan pengetahuan atau knowledge management (KM). Namun kenyataannya implementasi KM di suatu organisasi tidak selalu dapat dengan mudah berhasil seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, penting bagi PT. XYZ untuk melaksanakan pengukuran kesiapan sebelum implementasi KM. Pengukuran kesiapan dilakukan berdasarkan hasil ekstraksi lima penelitian terdahulu serta KM infrastruktur dan diperoleh tujuh aspek penelitian, yaitu Strategy, Organization, Culture, Technology, Motivation, Process, dan Human Resources. Pengukuran aspek menunjukkan bahwa secara keseluruhan PT. XYZ telah dalam kondisi siap untuk implementasi knowledge management. Namun tiga aspek (Strategy, Culture, dan Process) masih berada di level Preliminary, karena itu perusahaan perlu untuk melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kesiapannya sehingga implementasi KM ke depan dapat berjalan dengan sukses.

PT. XYZ realizes that the knowledge and experience of the employees are very valuable intangible assets, and the knowledge which stored in the minds of individuals who could have been lost when the employee is no longer in the organization. The company deems it necessary for implementing knowledge management. But in reality the implementation of knowledge management in an organization is not always easily succeed as expected. Therefore, it is important for PT. XYZ to implement readiness assessment before the implementation of KM. Readiness measurement conducted by extraction of five previous studies related to knowledge management critical success factors and KM infrastructure then obtained seven research aspects namely Strategy, Organization, Culture, Technology, Motivation, Process, and Human Resources. Measurement result showed that the overall aspect of PT. XYZ has been in a ready condition for the implementation of knowledge management. However, three aspects ( Strategy, Culture, and Process ) are still at the Preliminary level, therefore organization need to do strategic steps to improve its readiness so the future of KM implementation can run successfully."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Radytya Dharma Priwanto
"PT XYZ merupakan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan salah satu dari 3 perusahaan yang menyelenggarakan perdagangan efek di pasar modal Indonesia. Selain sebagai penyelenggara perdagangan efek, PT XYZ juga memiliki visi dan misi untuk memajukan pasar modal Indonesia. Pengukuran indeks kepuasan pengguna jasa merupakan salah satu cara untuk mewujudkan visi dan misi tersebut. Knowledge Management (KM) merupakan hal penting bagi PT XYZ dan merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pemenuhan target indeks kepuasan pengguna jasa. Oleh karena itu PT XYZ perlu untuk segera melakukan formalisasi KM.
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat kesiapan PT XYZ sebelum mengimplementasikan KM dan menyusun strategi untuk meningkatkan kesiapan implementasi tersebut. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Knowledge Management Critical Success Factor (KMCSF), KM Enabler, Infrastruktur KM dan Aspek KM. KMCSF dipetakan dengan KM Enabler dan Infrastruktur KM untuk mendapatkan KMCSF yang sesuai dengan PT XYZ. Kemudian hasil pemetaan tersebut dipetakan kembali ke dalam aspek KM sehingga KMCSF dikelompokkan ke dalam 3 aspek yaitu aspek abstract, soft, dan hard.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu tingkat kesiapan implementasi KM berada pada tingkat Receptive. Strategi peningkatan kesiapan implementasi dibentuk dengan membandingkan kondisi perusahaan saat ini dengan harapan di masa depan terhadap KM.

PT XYZ is a Depository and Settlement Institution and one of 3 companies that hold securities trading in the Indonesian capital market. Aside from being the organizer of the securities trading, PT XYZ also has its own vision and mission in advancing Indonesian capital market. The measurement of customer satisfaction index is one of many ways in realizing corporate vision and. Knowledge Management (KM) is a crucial factor that PT XYZ has and could help in achieving target of customer satisfaction index. Hence XYZ needs to formalize its KM implementation.
This research will be conducted to measure the level of readiness of PT XYZ before implementing KM and develop strategies to improve its readiness level. The measurement will be conducted by using Knowledge Management Critical Success Factor (KMCSF), KM Enabler, KM Infrastructure, and KM Aspects. KMCSF will be mapped together with KM Enabler and KM Infrastructure in order to create KMCSF that are suitable for PT XYZ. The mapping result will then be mapped again into KM Aspects so that the KMCSF will now be grouped into 3 aspects: abstract, soft, and hard.
Results obtained from this research is that the level of readiness of KM implementation of PT XYZ measured at the Receptive level. The strategies to improve readiness level are develop by conducting gap analysis between company current condition and future condition with the implementation of KM.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Paulus
"Tugas Akhir ini berisi uraian rekomendasi peningkatan kinerja berbasis knowledge di PT RPK. Dengan tujuan agar perusahaan dapat meningkatkan kondisi umum menjadi perusahaan baik-menjadi-hebat berdasarkan klasifikasi hasil riset Jim Collins (Collins, 2004). Rekomendasi ini diberikan sehubungan dengan harapan manajemen yang menginginkan adanya transformasi menjadi perusahaan baik-menjadi-hebat. Keinginan ini didasarkan pada kesadaran bahwa "jika perusahaan puas dengan kondisi good maka tidak akan terjadi peningkatan."
Berdasarkan hasil penelitian terhadap data Kesepakatan Karya dan Penilaian Karyawan (Periode 01 Januari 2004 sld 31 Desember 2004) ditemukan bahwa sebagian besar pencapaian target karyawan -manager, kepala bagian, kepala klub, kepala pengawai gedung, kepala komplek dan staf- ada di bawah standar yang ditetapkan. Hanya kepala seksi yang mencapai target melampaui standar. Rendahnya pencapaian target dapat terjadi karena berbagai kemungkinan seperti: budaya organisasi tidak mendukung tuntutan bisnis, karyawan kurang termotivasi, karyawau tidak memiliki kompetensi atau gaya kepemimpinan tidak menunjang jalannya proses bisnis.
Berdasarkan data gaya kepemimpinan, iklim organisasi dan penilaian karya dapat disimpulkan bahwa rendahnya pencapaian target bersumber pada problem menyeluruh. Dalam arti menyangkut level organisasi, group dan individu. Oleh karena itu, penanganannya juga harus bersifat menyeluruh menyangkut ketiga level di atas sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Untuk perbaikan yang bersifat menyeluruh ada beberapa kemungkinan pelaksanaan: Mendahulukan peningkatan kompetensi, mendahulukan pembenahan unit kerja, mendahulukan kelengkapan sarana dan prasarana atau kombinasi dari ketiga hal di atas. Analisa untung rugi tiap opini menghasilkan kesimpulan bahwa yang harus dipilih adalah kombinasi dari beThagai kemungkinan sehingga baik level organisasi, grup dan individu tertangani.Rincian langkah-langkah implementasi terurai dalam modul intervesi menyangkut:
a) Level organisasi terurai dalam modul: vision re-visited; sosialisasi; business sense; kebijakan, sistem dan prosedur SDM.
b) Level grup terurai dalam modul: tim kerja; komunikasi; advanced management skill; keterampilan supervise; keterampilan kepemimpinan; performance management; coaching, mentoring, counseling; dan appraisal interview.
c) Level individu terurai dalam modul: pengembangan pribadi; peran dan fungsi karyawan; self motivation; change readiness; time management; keterampilan prestasi; emitional intelegence; salesmendship mindset; service quality improvement; keterampilan teknis berkaitan dengan pekerjaan; manajernen konflik dan creative problem solving.
Total biaya pelaksanan diperkirakan Rp. 433.400.000,- (rincian pada bab Ifr)"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addy Wahyu Fitriadi
"Pada tahun 2011, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pembaharuan dan perubahan yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan kegiatan statistik dengan melakukan Reformasi Birokrasi (RB). Salah satu program yang ingin dicapai dalam RB adalah mengembangkan manajemen pengetahuan (knowledge management/KM). Tidak semua organisasi yang mengimplementasikan KM akan berhasil. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran tingkat kesiapan organisasi (KM readiness) sebelum melakukan implementasi KM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan BPS RI sebelum mengimplementasikan KM dan memberikan rekomendasi berupa strategi perbaikan jika terdapat faktor yang belum siap. Kerangka kerja kesiapan KM BPS RI dibangun berdasarkan KM enabler, infrastruktur KM, serta KMCSF yang dikelompokkan ke dalam aspek abstract, soft, dan hard. Penelitian ini merupakan survey research di mana objek penelitiannya adalah pegawai BPS RI. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Stratified single stage cluster sampling digunakan sebagai metode penarikan sampelnya dengan jumlah responden sebesar 268 responden. Data hasil pengolahan diolah menggunakan analisis deskriptif. Dari hasil analisis, BPS RI mempunyai nilai kesiapan sebesar 70,91% (tingkat 3/ready). Nilai tersebut menunjukan bahwa BPS telah siap untuk mengimplementasikan manajemen pengetahuan.

In 2011, BPS - Statistics Indonesia perform a fundamental changes to the implementation system of statistical activities by doing bureaucratic reform (RB). One of the RB program is to develop a knowledge management (KM). Not all organizations that implement KM will succeed. Therefore, it is necessary to measure the degree of organization’s KM readiness prior to the implementation of KM. This study aims to find out BPS RI readiness before implementing KM and provide recommendations in the form of improvement strategy if there are factors that are not ready. BPS RI’s KM readiness framework is built based on KM enablers, KM infrastructure, as well as KMCSF then grouped into KM aspects (abstract, soft, and hard). This study is a survey research in which the object of research is the BPS RI employees. The instrument used in this study was a questionnaire. Stratified single stage cluster sampling is used as a sampling method with the number of respondents is 268 respondents. Data processing results processed using descriptive analysis. From the analysis, BPS RI KM readiness value is 70.91% (level three/ready). These values indicate that BPS RI is ready to implement knowledge management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Achmad Kuddah
"Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai (IKC) pada Direktorat Jendral Bea Cukai (DJBC) mempunyai tugas memberikan pelayanan teknologi informasi dan komunikasi kepada satuan - satuan kerja yang ada. Pengetahuan yang dimiliki pegawai diperlukan didalam memberikan pelayanan yang prima. Hal tersebut memerlukan Knowledge Management (KM) untuk mengelola dan mendistribusikan pengetahuan tersebut. Tidak semua organisasi yang mengadopsi KM berhasil mengimplementasikannya. Maka perlu dilakukan pengukuran tingkat kesiapan organisasi (KM Readiness) dalam mengimplementasikan KM.
Penelitian ini berusaha untuk mengembangkan suatu framework untuk mengukur tingkat kesiapan implementasi KM pada Direktorat IKC. Pengumpulan data untuk pengembangan framework dilakukan melalui studi literatur dan pemetaan knowledge management critical success factor. Sedangkan pengumpulan data untuk studi kasus dilakukan melalui wawancara dan penyebaran kuisioner.
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat sebelas (11) dimensi dengan bobotnya masing-masing yang dikelompokkan pada 3 aspek KM (abstract, soft dan hard), yang bisa dipergunakan sebagai indikator penilaian. Hasil pengukuran kesiapan implementasi KM menunjukkan bahwa Direktorat IKC telah siap melakukan implementasi KM.

IT Division at the Indonesia Customs has a task to provide information and communication technology services to units in the Indonesia Customs. Knowledge possessed by an employee is required in providing excellent service. It requires Knowledge Management to manage and distribute that knowledge. Not all organizations are adopting knowledge management can be successfully implemented. Therefore, an organization must first be measured against the level of organizational readiness (KM Readiness) in implementing Knowledge Management.
This study try to develop a framework for measuring the level of readiness of implementation of Knowledge Management at the IT Division. The collection of data for the development of the framework is done through the study of literature and mapping knowledge management critical success factor. While the data collection for the case study conducted through interviews and spreading questionnaires.
The results of this study lead to the conclusion that there are eleven (11) dimensions with their respective weights are grouped in 3 aspects of KM (abstract ,soft, and hard), which could be used as an indicator assessment. The results of the implementation of knowledge management readiness measurement shows that the IT Division has been prepared to do the implementation Knowledge Management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Priyautama
"Pengetahuan dan pengalaman merupakan sumber daya yang paling penting dalam suatu organisasi. Knowledge Management (KM) merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam mengelola aset intelektualnya yaitu pengetahuan dan pengalaman. Minimnya pemahaman dan kurang fokusnya organisasi mengenai KM dapat mengakibatkan kegagalan dalam penerapan KM. Risiko kegagalan penerapan KM dapat dikurangi jika organisasi tersebut siap untuk menerapkan KM.
Penelitian ini menganalisis kesiapan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dalam menerapkan KM. Model analisis kesiapan penerapan KM pada penelitian ini dikembangkan berdasarkan faktor-faktor KM enablers, dan sikap reseptif atau penerimaan anggota organisasi terhadap penerapan KM. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari survei dengan kuesioner sebanyak 143 sampel responden pegawai Ditjen Dikti.
Berdasarkan pengukuran kesiapan menunjukkan seluruh faktor berada pada level 4 atau receptive, hanya faktor decentralization yang belum siap karena berada pada level 2 atau preliminery. Pada pengujian hipotesis, faktor yang mempengaruhi keinginan pegawai Dikti untuk terlibat dalam proses KM adalah collaboration, IT use, harapan manfaat dan harapan kemudahan dari penerapan KM.

Knowledge and experiences are the most critical resources in an organization. Knowledge Mangement (KM) is an effort to improve the organization's capability to manage it's intelectual assets like knowledge and experience. The lack of organizational understanding and focus on KM can lead to failure in the KM implementation. The risk of failure the implementation of KM can be reduced if the organization is ready to implementing KM.
This study aims to analyzes the readiness of Directorate General of Higher Education (DGHE) in implementing KM. The analysis model in this study was developed based on the factors of KM enablers, and receptive attitude or acceptance of a member organization of the implementation of KM. This study used data which be obtained from the questionnaire survey. The data collected are 143 respondent sample from DGHE staff.
The measuring of KM readiness show readiness of all the factors at the level of 4 or receptive, but only decentralization factor that was not yet ready at the level 2. On the hypothesis testing, the factors that influence the intention of DGHE staff to be involved in KM processes are collaboration, IT use, expectations benefits and expectations of the ease of implementation of KM.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Safira
"Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena peningkatan jumlah pengaduan pelanggan dalam empat tahun terakhir pada PT XX yang bergerak di bidang pemasok produk dan jasa di bidang konstruksi. Dari hasil penelitian ditemukan adanya permasalahan dalam penerapan knowledge management. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kematangan manajemen pengetahuan berdasarkan ISO 30401 dan sistem manajemen mutu sebagai strategi menghadapi kondisi persaingan global di masa depan sehingga para pemimpin dapat menyusun strategi yang efektif untuk mengurangi hilangnya pengetahuan organisasi dan keluhan pelanggan yang terjadi karena kurangnya pengetahuan manajemen. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh alat untuk mengukur knowledge management maturity level pada perusahaan penyedia produk dan jasa bidang konstruksi sehingga manajemen dapat menyusun strategi untuk mengurangi keluhan pelanggan. Pada beberapa penelitian sebelumnya, tingkat kematangan manajemen pengetahuan biasanya diukur pada perusahaan kontraktor untuk mencegah kegagalan konstruksi, namun penelitian ini dilakukan pada perusahaan pemasok produk dan jasa kepada kontraktor. Metode penelitian yang digunakan meliputi studi literatur, validasi ahli, dan angket. Hasil penelitian ini terdapat sepuluh subvariabel penelitian dengan 41 indikator sebagai alat untuk menilai tingkat kematangan manajemen pengetahuan. Saat diuji di PT XX menunjukkan bahwa maturity level berada pada level 4, dimana organisasi telah mengelola pengetahuan dengan baik dan dapat dikatakan matang. Hasil ini sudah divalidasi oleh para ahli yang bekerja di perusahaan tersebut. Dari hasil ini disusun empat strategi besar untuk meningkatkan knowledge management maturity level.

This research is carried out by the phenomenon of the increase in the number of customer complaints in the last four years at PT XX, which operates in the field of supplier of products and services in the construction sector. From the results of further research, it was found that there were problems in implementing KM. For this reason, this research aims to measure the Knowledge Management Maturity Level based on ISO 30401 and the quality management system as a strategy for facing global competitive conditions in the future so that leaders can develop effective strategies to reduce loss of organizational knowledge and customer complaints that occur due to lack of knowledge management. This research aims to obtain tools to measure knowledge management maturity in the company that supplies products and services in the construction sector so that management can develop strategies to reduce customer complaints. In several previous studies, knowledge management maturity levels were usually measured in contractor companies to prevent construction failures, but this research was carried out on the company that supplies products and services to contractors. The research methods used include literature studies, expert validation, and questionnaires. The results of this research are ten research sub-variables with 41 indicators as the tools for assessing the knowledge management maturity level. When tested at PT XX, it showed that the knowledge maturity is at level 4, where the organization has managed knowledge well and can be said to be mature. This result is already validated by experts who work in that company. From these results, four major strategies were formulated to increase the knowledge management maturity level."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>