Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2904 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Mangisara Marcos
"Sebagian besar usaha kecil di Indonesia berada pada situasi tidak menguntungkan. Berbagai masalah yang dihadapi, seperti; kekurangan modal, masalah perizinan, pemasaran serta belum adanya iklim yang kondusif menjadikan usaha kecil sulit bertahan hidup dan berkembang. Secara klasik, usaha kecil dilanda banyak persoalan yang sulit dipecahkan mereka sendiri misalnya; menemukan sumber-sumber pendanaan untuk mendapatan modal kerja/modal investasi, tidak memiliki akses yang memadai untuk masuk ke pasar uang, pasar modal ataupun ke institusi keuangan lainnya. Salah satu jenis usaha kecil diantara jutaan perusahaan kecil adalah Bank Perkreditan rakyat (BPR). Dewasa ini terdapat 2.133 BPR tersebar di seluruh nusantara. (Direktorat Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat, Bank Indonesia:2003). BPR berfungsi untuk melayani usaha kecil dan masyarakat pedesaan yang membutuhkan dana guna menjalankan usahanya. Tetapi pada umumnya BPR belum memiliki struktur permodalan yang memadai, seperti layaknya lembaga keuangan yang sehat. Oleh karena itu, BPR dalam pemberian kredit cenderung menetapkan suku bunga tinggi dan akhirnya menjadi beban usaha kecil dan masyarakat peminjam di pedesaan. Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui gambaran bagaimana usaha kecil dapat keluar dari permasalahan yang dihadapi, sehingga mampu menjadi Selft Financering. Weston & Brigham mengatakan; usaha kecil hams mengandalkan "laba ditahan" yang bersumber dari perusahaan itu sendiri untuk meningkatkan modal investasi, karena usaha kecil tidak mudah mendapatkan dana dari capital market, money market dan dari institusi keuangan lainnya. Oleh karena laba ditahan (retained earnings) sebagai andalan sumber internal usaha kecil untuk akumulasi modal, maka menjadi panting untuk diteliti, bagaimana hubungannya dengan rasio-rasio keuangan bank. Penelitian ini difokuskan terhadap rasio-rasio keuangan : Net Interest Margin (NIM), Cost of Fund (COF), Operating cost (OC), pengaruhnya terhadap retained earnings (RE). Penelitian menggunakan metoda "Test Granger Causality" dengan analisis model Vector Autoregresson (VAR) yang diolah melalui perangkat lunak EVIEWS 4.1. Penelitian menunjukkan bahwa hubungan variabel eksogen; Net interest margin (NIM), cost of fund (COF), operating cost (OC) sebagai variabel yang menjelaskan terhadap variabel endogen, retained earning (RE) yang dijelaskan, menggambarkan bahwa laba ditahan dapat menjadi andalan usaha kecil untuk akumulasi modal investasi dalarn jangka panjang. Pra-syarat yang perlu dipenuhi antara lain ; memiliki visi dan misi tentang masa depan usaha, perencanaan dan kebijakan perusahaan harus konsisten dan perusahaan menganut kebijakan dividen residual. Berdasarkan hal-hal tersebut, rnaka dapat disimpulkan bahwa labs ditahan dapat dijadikan instrumen penguatan struktur permodalan bagi usaha kecil dalam jangka panjang. Selain itu, untuk menjadikan usaha kecil dapat tumbuh dan berkembang baik, diperlukan kemauan politik yang kuat dari Negara, sehingga usaha kecil dapat memiliki akses ke lembaga-lembaga keuangan untuk memperoleh sumber-sumber pendanaan. Pengunaan laba ditahan sebagai andalan dari dalam perusahaan, apabila disertai dukungan politik yang kuat dari Negara, maka diharapkan usaha kecil dapat berkibar dengan kokoh dan dapat menjadi andalan motor penggerak ekonomi nasional.

Most of smaller businesses in Indonesia are in the unfortunate position. Many problems are faced, such as: lacking of capital, license problem, marketing, and no conducive climate available yet, have made the small businesses difficult to stay alive and develop. Classically, small businesses have been hit by many cases difficult to solve by themselves, for instance: to find funding resources to get work capital/investment, no adequate access to enter money market, capital market, or to other financial institutions. One kind of small businesses among millions of small companies is BPR (People's Credit Banking). Currently, there are 2.133 BPR spread all over the country (Directorate of People's Credit Banking Control, Bank Indonesia: 2003). BPR functions to serve smaller business and the villagers who need funds for their businesses. But generally BPR has no adequate capital structure, as those of the healthy financial institutions). Therefore, BPR, in distributing credit tends to set up high rate of interest, and it in turn will be the burden for small businesses as well as borrowers all over the villages. This survey is aimed at knowing the picture how small businesses may get rid of the problems faced, and able to be Self Financer. Weston and Brigham said: Small business shall rely on the "retained earnings" originated from the company itself, to increase investment, since small business has difficulties in obtaining funds from capital market, money market and from other financial institutions. Therefore, retained earnings as the reliant internal resource of for small business to accumulate their capital, and thus it's important to investigate, how the relationship with banking financing ratios looks like. This research is focused on the financial ratio of: Net Interest Margin (NIM), Cost of Fund (COF), Operating Cost (OC), their impacts against retained earnings (RE). This research applies the method of "Granger Casualty Test" with model analysis of Vector Auto-regression (VAR), processed using EVIEWS 4.1 software. The research shows that the exogenous variable relation: Net interest margin (NIM), cost of fund (COF), operating cost (OC) as the describing variables against endogenous variable, retained earnings (RE) described, show that the retained earnings may become the small business mainstay to accumulate investment for long run period. The pre-requirements need too fulfill are, among others: own vision and mission regarding business in the future, planning and company policy shall be consistent and the company shall follow residual dividend policy. Based on the things above, it's concluded that the retained earnings may bee used as an instrument to strengthen the capital structure of the small business for long run. Furthermore, to make small business grow and develop well, strong political will is expected from the State, so that small businesses are able to get access too financial institutions and obtain funding resources. The use of retained earnings as the mainstay from within the company, if supported by strong politics by the State, then we can expect that small business will start to strike their flags toughly and become the reliant generating motor against national economy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Bintang Palaon Putra
"Konflik di Eropa Timur pada 2022 menyebabkan harga komoditas energi melambung tinggi karena kebijakan embargo dan larangan ekspor. Lonjakan harga komoditas energi tersebut dimanfaatkan oleh berbagai negara untuk menambah penerimaan negara serta redistribusi pendapatan melalui windfall profit tax. Industri batu bara sebagai industri pertambangan utama di Indonesia juga menikmati windfall profit dari melonjaknya harga batu bara sehingga pemerintah seharusnya dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk menerapkan kebijakan windfall profit tax. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alternatif kebijakan windfall profit tax berdasarkan analisis komparasi dengan negara Inggris, India, Uganda, dan Uni Eropa serta mengetahui peluang dan tantangan penerapan kebijakan windfall profit tax berdasarkan konsep equity, revenue productivity, dan neutrality – equality. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan teknik pengumpulan data berupa studi lapangan melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua alternatif penerapan windfall profit tax di Indonesia di mana kedua alternatif tersebut menggunakan metode income-based dengan perbedaan pada objek, tarif, durasi penerapan, serta earmarked revenue. Kemudian, penelitian ini juga menunjukkan dalam metode income-based, terdapat tiga peluang yang terdiri dari adanya potensi penerimaan negara, skema income-based yang mirip dengan skema PPh Badan, serta penerimaan PNBP yang masih terbilang kecil dan perbedaan konsep antara pajak dengan PNBP, serta delapan tantangan berupa metode income-based terdiri dari penentuan kriteria dan ambang batas windfall profit, penentuan durasi penerapan dan evaluasi berkala, administrative cost dan enforcement costs, dan adanya PNBP Minerba dan potensi mengganggu investasi dan keputusan bisnis. Sementara itu, peluang dan tantangan dari metode excise yang ditunjukkan dalam penelitian ini adalah adanya potensi penerimaan negara yang dapat menjadi alternatif cost recovery, skema excise yang mirip dengan skema PNBP, serta penerimaan PNBP yang masih terbilang kecil dan perbedaan konsep antara pajak dengan PNBP. Kemudian, enam tantangan tersebut terdiri dari penentuan durasi penerapan dan evaluasi berkala, administrative cost dan enforcement costs yang meningkat, dan adanya PNBP Minerba serta potensi mengganggu investasi dan keputusan bisnis. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar lebih tanggap dalam menangkap momentum, melibatkan sektor industri dalam membuat kebijakan, mengoptimalkan potensi earmarked revenue, serta menggunakan metode income-based jika menerapkan windfall profit tax.

The conflict in Eastern Europe during 2022 is anticipated to result in a surge in energy commodity prices due to embargo policies and export restrictions. Various nations have capitalized on this price escalation to bolster state revenues and redistribute income through windfall profit taxes. Indonesia’s coal industry, as a pivotal mining sector, has also reaped windfall profits from the steep rise in coal prices. Consequently, the Indonesian government should leverage this momentum to enact a windfall profit tax policy. This research is aims to explore alternative windfall profit tax policies by conducting a comparative analysis with the United Kingdom, India, Uganda, and the European Union and to identify the opportunities and challenges associated with implementing windfall profit tax policies, drawing upon the concepts of equity, revenue productivity, and neutrality-equality. Employing a post-positivist approach, the study collects data through field studies involving in-depth interviews and literature reviews. The research findings reveal two distinct approaches for implementing windfall profit tax in Indonesia. Both alternatives employ an income-based method, differing in terms of the taxable object, tax rates, implementation duration, and earmarked revenue. Furthermore, within the income-based method, three opportunities emerge: the potential for state revenue, a scheme akin to Corporate Income Tax, and relatively modest non-tax state revenue (PNBP) compared to the conceptual differences between tax and non-tax revenue and relatively small PNBP receipts. However, eight challenges accompany the income-based method, including defining criteria and thresholds for windfall profit, determining implementation duration and periodic evaluation, administrative costs, enforcement costs, and the presence of PNBP Minerba, which could impact investment and business decisions. Meanwhile, the opportunities and challenges associated with the excise method, as indicated in this research, include the potential for state revenue as an alternative cost recovery, a scheme resembling PNBP, and relatively modest PNBP compared to the conceptual differences between tax and non-tax revenue and relatively small PNBP receipts. Six challenges arise from the excise method, including determining implementation duration and periodic evaluation, increasing administrative and enforcement costs, and addressing the impact on investment decisions due to PNBP Minerba. In conclusion, this research recommends that the government be more responsive in seizing momentum, involve industrial sectors in policy-making, optimize earmarked revenue potential, and consider using the income-based method when implementing windfall profit tax policies."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Hamdita
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari pemanfaatan kebijakan insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah terhadap manajemen laba perusahaan selama masa pandemi Covid-19. Wabah virus corona menyebabkan ketidakstabilan perekonomian dunia termasuk negara Indonesia, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan insentif pajak untuk meringankan beban pajak perusahaan. Namun, di sisi lain dengan adanya kebijakan tersebut menimbulkan sikap oportunis manajer untuk melakukan manajemen laba agar perusahaan dapat memangkas beban pajak yang harus dibayar. Manajer akan mengatur jumlah laba yang dilaporkan agar beban pajak yang dibayarkan tidak memberatkan perusahaan. Tindakan manajemen laba tersebut dipengaruhi oleh insentif pajak.

The research was conducted to see how the influence of the utilization of tax incentive schemes given by a government against a company profit during the Covid-19 pandemics. The coronavirus outbreak caused instability in the world economy including Indonesia, so the government issued a tax incentive policy to ease the corporate tax burden. However, on the other hand, the policy gives rise to the opportunist attitude of managers to conduct profit management so that the company can cut the tax burden to be paid. The manager will set the reported profit amount so that the tax expense paid does not burden the company. Such profit management actions are influenced by tax incentives."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indinesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Dharma Persada
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pajak tangguhan terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan non manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia. Penelitian ini menguji pengaruh masing masing variable yaitu pajak tangguhan terhadap manajemen laba, lalu pajak tangguhan terhadap kinerja perusahaan dan dalam penelitian ini juga menguji pengaruh manajemen laba sendiri terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini dimulai dari melakukan pengujian terhadap perusahaan yang melakukan perata laba sebagai langkah pengujian awal dari tindakan manajemen laba. Penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan regresi pada variable dan melakukan pengujian goodnes to Fit untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masing masing variabel. Penelitian ini menunjukan bahwa pajak tangguhan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan. Namun manajemen laba berpengaruh negatif pada kinerja perusahaan.

The porpose of this study is to examine the effect of deferred tax toward earning management practice and company performance of non manufacturing companies that listed in Indonesia Stock Exchange. This study examines each variable such as deferred tax toward earning management, deferred tax toward companies performance and earning managemen toward company performance. This study start by examine the income smoothing that indicate the earning management practice. This study also use regression to see the relation between each variable. Than goodness to Fit test used for examine the significant level of each variable effect other variable. This study shows that deferred tax has positive and significant influence to earnings management and firm performance. But earnings manajement negatively affect the firm performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoo, Adam
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011
338.516 KHO p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Basuki
"Keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam bisnis di Indonesia telah ada sejak zaman revolusi kemerdekaan hingga saat ini, pada awalnya hal tersebut dimaksudkan hanya untuk menutupi kekurangan anggaran dari pemerintah serta kesejahteraan prajurit TNI yang tidak dapat dipenuhi dari anggaran saja. Permasalahan timbul ketika lahirnya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI yang mengatur tentang penertiban bisnis militer tersebut. Selanjutnya, titik berat masalah terletak pada penggunaan fasilitas negara oleh badan hukum milik TNI, sehingga tidak jelas aturan, status hukum serta kepemilikan unit usaha tersebut. Pokok permasalahan adalah mengapa Tentara Nasional Indonesia (TNI) mendirikan badan usaha yang menghasilkan keuntungan? dan badan hukum apakah yang sesuai dengan kriteria Undang-undang nomor 34 Tahun 2004? Serta bagaimana status hukum keuangan dalam perseroan yang didirikan oleh TNI? dalam penulisan ini, digunakan penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif, memakai studi dokumen atau studi kepustakaan dan wawancara sebagai alat pengumpulan data, sedangkan studi dokumen tersebut menggunakan bahan hukum primer dan sekunder, lalu setelah dilakukan analisa.
Simpulan dalam penulisan ini adalah TNI mendirikan mendirikan unit-unit usaha untuk menutupi kekurangan anggaran yang tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, sedangkan badan hukum yang sesuai adalah badan hukum yang masih dapat menggunakan fasilitas negara sebagai asetnya, tetapi tetap memberikan keuntungan bagi TNI untuk menutupi kekurangan anggaran yang ada. Bentuk badan hukum yang cocok adalah Persero. Mengenai status hukum keuangannya, Persero merupakan ruang lingkup keuangan negara, sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, yangmenyatakan kekayaan pihak lain yang menggunakan fasilitas negara merupakan ruang lingkup kekayaan negara. Saran dalam penulisan ini, pembentukan persero hendaknya dilandasi peraturan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah agar dapat menjadi dasar serta memperkuat keputusan pemisahan kekayaan negara yang akan dijadikan aset persero. Terakhir, Solusi penertiban bisnis TNI hendaknya bersifat menguntungkan semua pihak, baik pemerintah maupun TNI sendiri."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
T16577
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Nurlaila
"Krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada tahun 1997 menimbulkan dampak yang luar biasa terhadap dunia perbankan karena salah strategi dalam menghadapi persaingan. Hal ini lebih dikarenakan banyak manajemen bank yang tidak baik mengelola asset dan liabilities yang dimiliki sehingga banyak bank yang dilikuidasi selama krisis moneter berlangsung sebab dinilai tidak sehat. Situasi ini menyebabkan industri perbankan kehilangan kepercayaan dari kalangan masyarakat. Hal ini ironis sekali sebab bank seharusnya merupakan lembaga kepercayaan dan lembaga yang berprinsip pada kehati-hatian (prudential banking). Selain itu, dengan berbagai kondisi yang melanda dunia perbankan mengalami berbagai kendala yang menimbulkan resiko-resiko pada bank dalam menjalankan usahanya. Kendala-kendala dengan resiko tersebut menimbulkan keterbatasan pada bank dalam beroperasi. Namun bank sebagaimana perusahaan pada umumnya didirikan untuk memperoleh laba. Oleh karena itu bank harus dikelola dengan sangat hati-hati dan professional agar kinerja bank bagus dan bank tetap sehat.
Kinerja dan kesehatan pada sebuah bank dalam periode tertentu dapat diketahui dan laporan keuangan sehingga terlihat kemampuan manajemen bank dalam mengelola assets dan liabilities dalam menghasilkan laba yang tereermin. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan manajemen dalam mengelola bank adalah dengan melakukan analisis laporan keuangan yang meliputi beberapa indikator keuangan seperti: likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi dasar apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan tugasnya dalam mengelola bank. Untuk itu maka perlu suatu pengukuran yang cermat dan hati-hati akan pengukuran return dan resiko.
Pengukuran return meliputi pengukuran: interest margin, net margin, asset utilization, RDA, leverrage dan ROE. Pengukuran resiko meliputi pengukuran resiko: likuiditas, interest rate, kredit, kapital dan resiko operasional. Dengan mengevaluasi ukuran return dan resiko tersebut maka diharapkan dapat dinilai bagaimana kinerja manajemen dalam mengelola bank serta kesehatan bank itu sendiri.
Walau kinerja dan tingkat kesehatan Bank "X" rata-rata berada pada tingkat rasio yang ditetapkan oleh pemerintah namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diprioritaskan agar pada tahun-tahun berikutnya angka-angka rasio yang sudah bagus ini dapat dipertahankan yaitu: pada komposisi earning asset dan komposisi Dana Pihak Ketiga. Pada komposisi earning asset terdapat dua komponen yang perlu diperhatikan yaitu: obligasi pemerintah dan kredit. Sedangkan pada komposisi Dana Pihak Ketiga yang perlu diperhatikan ialah persentase dari deposito berjangka terhadap total kewajiban dan modal.
Pendapat bunga Bank "X" masih didominasi oleh pendapatan bunga dari obligasi pemerintah dan kredit. Hal ini sangat membahayakan kondisi keuangan Bank "X" di masa yang akan datang jika tidak dicari alternatif pendapatan bunga dari gas lain karena kredit memiliki resiko yang cukup tinggi terutama dengan kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil benar, dan jika pendapatan bunga masih tergantung dari obligasi pemerintah maka bank "X" akan langsung menghadapi potensi loss yang tinggi yang sekaligus juga dapat menekan besaran CAR-nya.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar kinerja dan kondisi keuangan bank "X" tetap sehat, yaitu: memperbaiki komposisi Dana Pihak Ketiga, menjaga kualitas kredit saat ini ada di dalam bank, alternatif pendanaan selain penyaluran kredit, melepas ketergantungan pendapatan dari obligasi pemerintah dengan mulai mengurangi komposisi obligasi pemerintah untuk meningkatkan rasio CAR dan rasio LDR sehingga positif margin yang diperoleh bukan dari obligasi pemerintah. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh baik pada rasio-rasio keuangan lainnya yang semakin membaik.

Economic Crisis attacked Indonesia on I997 caused preternatural impact on world banking because wrong strategies in facing competition. Most of it because bank managements unwise in managing its assets and liabilities so most of them liquidation according to their health. This situation caused banking industry loss people's trust. It is ironic because banks are suppose a credibility institution and with prudential banking. Besides, with various conditions world banking is facing various problems which occurs risks to bank in its business. The problems with risks cause limitation to bank operational. Nevertheless like common companies, bank exists to gain profit. So bank has to manage with carefully and professionally in order to keep bank performances and health.
Bank performances and health on certain situations can be recognized from its financial highlight there for its capabilities in manage assets and liabilities also in gain profit are proved. There is a tool to measure management capabilities in managing bank with analysis its financial highlight which included some financial indicators: liquidity, solvability and profitability. Management performance's score becomes foundation of management successful on undertakes its duties to managing bank. There for an accurate and precise measurement is needed to measure return and risks. In return measurement is included measure interest margin, net margin, asset utilization, ROA, leverage and ROE. In risk measurement is included measure risks in liquidity, interest rate, credit, capital and operational risk Evaluation on return and risk hopefully can measure how management's performance in managing bank and its health.
Although Bank "X" performance and health levels are above ratios level that had been remained by the government but there are some matters have to be considered and priority so these ratio numbers are great today still great in the next years that is earning assets composition and deposits from customer composition. There are two components on earning assets composition which need to consider that is government bonds and credit. While deposits from customer composition need to be consider is time deposits toward total liabilities and capital percentage.
Bank "X" interest income is domination by interest income from government bonds and credit. This situation jeopardizes Bank "X" financial in the future if no interest income alternative from other segment because credit has high risky especially in unstable Indonesian economic condition, and if interest income still depend from government bonds so Bank "X" will face high potential loss which compress its CAR.
There some actions have to do to keep Bank "X" performance and financial condition still health, that is: repair deposits from customer composition, watch over quality current credit in bank, funding alternative besides credit, dismiss income dependence from government bonds and start to less its composition to improve its CAR and LDR ratio so positive margin can be gain not from government bonds. It is good impact to better financial ratios.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Prasetyo
"Pertumbuhan telekomunikasi selular di Indonesia tumbuh dengan pesat sehingga dalam kurun waktu 11 tahun jumlah pelanggan selular di Indonesia sudah mencapai 35 juta. PT X dengan 52% pangsa pasar telepon selular mempunyai peran penting dalam perkembangan tersebut.PT X merupakan pelopor pelayanan selular prabayar dengan sun card yang terpisah dengan handphone pertama di Asia. Produk ini menjadi pendorong pertumbuhan usaha perusahaan sehingga sejak tahun 1998 PT X sudah mendominasi jumlah pelanggan dan jaringan di Indonesia. Keunggulan tersebut merupakan kekuatan dan keunggulan kompetisi bagi PT X sehingga tetap menjadi operator terbesar di Indonesia sampai hari ini.
Pada tahun 2004, kondisi persaingan perusahaan selular semakin meningkat disebabkan karena tekanan dari perusahaan selular lain yang mendapatkan investor baru, tekanan dari produk substitusi terutama dari perusahaan dengan teknologi CDMA dan strategi pemasaran dari perusahaan selular yang ada.
Untuk memenangkan persaingan perusahaan, PT X harus mampu mengukur tingkat profitabilitas yang diniiliki sehingga dapat menentukan strategi yang tepat untuk menjaga tingkat pertumbuhan pelanggan yang disertai tingkat profitabilitas yang optimum dari tiap produk maupun kegiatan operasi yang dilakukan perusahaan.
Pengukuran tingkat profitabilitas dilakukan berdasarkan pendapatan operasional sebagai tolok ukur keberhasilan strategi perusahaan. Analisa terhadap laporan laba rugi perusahaan bertujuan untuk menentukan komponen pendapatan dan biaya yang utama dalam laporan tersebut. Langkah selanjutnya adalah melakukan segmentasi laporan laba rugi yang diperoleh berdasarkan produk yang dihasilkan sehingga dapat ditentukan tingkat profitabilitas untuk masing-masing produk. Setelah memperoleh laporan laba rugi yang tersegmentasi berdasarkan produk yang dihasilkan kemudian dilakukan analisa tingkat keuntungan yang dihasilkan berdasarkan tingkat aktifitas pelanggan yaitu panggilan dan sms.
Hasil penelitian memberikan informasi faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan bisnis, tingkat profitabilitas perusahaan atau informasi kinerja operasional perusahaan. Dengan analisa yang lebih komprehensif, perusahaan dapat menentukan estimasi harga pasar tarif dari setiap aktif setiap aktifitas pelanggan sehingga tingkat profitabilitas perusahaan dapat terjaga. Lebih dari itu, pengaruh dan karakteristik setiap produk terhadap tingkat dapat dijelaskan dengan analisa profitabilitas yang di lakukan. Data yang diperoleh tidak saja penting untuk penentuan strategi opersional namun menjadi dasar dalam pengembangan produk perusahaan.

Indonesia faced an economic crisis in 1997, most companies had a problem to run their business. In an uncertainty market condition, they didn't have much capital for investing, That condition didn't happened in Global System Mobile Communication (GSM)) companies, these company had a fast growth and prospective market at that time. They run the business in the beginning 1996, they had more than 50% EBITDA and more than 30% market share growth in 1997-2000. In 2004, they have reached 35 million subscribers.
In 1996, PT X was established their network in Batam, North Sumatera. It has been the largest coverage operator and largest market share 1998. It had been the best operator 1999 which had 54% of total market share. PT's key success factor in run their business until today is largest coverage and largest market share in Indonesia so the company have better operational and financial performance than other operator in Indonesia. They could maintenance their high profit margin and cooperative in their business.
In 2004, PT X faced a fierce competition because there are many new players in telecommunication industry. PT X had to compete against CDMA Company which had a cheaper calling tariff. Another challenge is come from GSM operators because they had doing an aggressively marketing strategy before CDMA company had better positioning in the market The easiest way to get subscriber is pricing strategy because customer in Indonesia a price sensitive. It would make their subscriber loyal to their product but it would be decrease their company profitability.
To win the competition, PT should maintenance the profitability carefully so they can manage their tariff as well as their maintenance their profitability. In order to know their optimum pricing, PT X should understand their product profitability so they can choose the best strategy to win the competition. To understanding product profitability, company should know whatever activities which have dominant contribution to their income statement.
After getting the activities, an comprehensive and detail study should be done for segmenting an annual income statement into product income statement. By theses segmentation, company could data whatever subscribers activities which significantly contribute to their product profitability. Company could segment their product income statement more detail into subscriber activities income statement each product. Based on subscriber activity and operational activity, company could estimate their subscriber activity minimum tariff for each product. By these data, company can develop best business solution and operational strategy to their business. These data would be valuable to the company to face the fierce competition.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Anisyah
"Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kinerja bank umum di Indonesia selama tahun 2004 di mana kinerja tersebut meliputi beberapa aspek keuangan seperti modal, pertumbuhan kredit, likuiditas, kualitas dan profitabilitasnya. Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah modal, pertumbuhan kredit dan faktor-faktor tingkat kesehatan yang ada, dapat mempengaruhi kinerja perbankan setiap tahunnya sehingga dapat diperoleh output yang diharapkan dapat membantu dunia perbankan untuk menciptakan kondisi usaha yang stabil.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode regresi linier berganda (Ordinary Least Square) dengan menetapkan 1 (satu) variabel terikat yaitu Return on Asset (ROA) dan 5 (lima) variabel bebas yaitu : jutnlah modal inti, pertumbuhan kredit, Credit Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL). Sebelum melakukan analisa terhadap hasil regresi, terlebih dahulu hasil tersebut diuji asumsi klasiknya dan signifikansinya sehingga dapat dipastikan hasil tersebut memenuhi standar BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).
Hasil penelitian didapati bahwa indikator pertumbuhan kredit, CAR dan NPL yang mempengaruhi ROA secara signifikan sedangkan jumlah modal inti dan LDR tidak ada pengaruhnya terhadap ROA. Walaupun demikian hasil ini masih harus lebih dikaji dengan metode dan observasi yang lebih baik di kemudian hari.

The thesis wants to depict the performance of banking industries in Indonesia, especially for period of 2004 where the bank's performance is visible from several financial aspects such as capital credit expansion, liquidity, portfolios quality and banks profitability. The main goal of this research is viewing how the capital, credit expansion and the determinant of banks soundness could be influencing its performance, and to establish some result which going to be assist for banking industries to create its stability condition.
The writer uses the ordinary least square and the variable consist of two parts once for independent variable (ROA Return of Asset) and fives variable for dependent variables which are Capital, Credit Expansion, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio(LDR), and Non Performing Loan (NPL). Before starting the analyzing of the result of' regression we need to examine the result to prove its significance by mean of statistic and classic assumption test, therefore we can ascertain the result already has a BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).
After completing the research and finding the result, we conclude that the bank's performance or ROA was influenced by credit expansion, Capital Adequacy Ratio (CAR) and Non Performing Loan (NPL) in dominant way. Even that case is discordant; the writer hope in the future the research can be an opinion to another researcher.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaiman Budiman
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh faktor-faktor suku bungs SBI, kurs Rp terhadap Dolar AS, IHSG, Pembiayaan dan Simpanan Mudharabah terhadap Laba Bruto bank- bank syariah di Indonesia. Sampel yang dipilih adalah Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan BNI (Unit) Syariah.
Untuk tujuan tersebut maka dilakukan pengujian menggunakan persamaan tinier regresi berganda, dengan metode Ordinary Least Square (OLS), dengan menggunakan data bulanan dan triwulan dari Januari 2001 hingga Desember 2003 yang diambil dari laporan keuangan bank syariah yang bersangkutan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa faktor pembiayaan, secara statistik dan substansi, menjadi faktor (variabel bebas) tunggal yang signifikan terhadap laba bruto bank syariah dari ketiga sampel bank tersebut, yang mampu dijelaskan secara memuaskan, dari sejumlah persamaan fungsi regresi yang dihasilkan. Sedangkaii, fungsi regresi yang menggunakan faktor tunggai simpanan ,nudharabah, yang secara statistik juga signifkan. secara substansi kurang menemukan penjelasan yang meumaskan. Kombinasi dari dua variabel bebas ini dalam satu persamaan fungsi regresi tidak dapat dilakukan karena bermasalah dalam hal multikolinieritas atau otokorelasi atau keduanya. Selain itu, hasil pengujian juga menunjukkan, bahwa meskipun faktor yang sama-sama signifikan adalah pembiayaan tetapi koefisien dan slop yang dihasilkan berbeda sehingga bisa disimpulkan bahwa pengaruh faktor pembiayaan terhadap masing-masing bank syariah tersebut adalah berbeda. Diduga hat tersebut berkaitan dengan lamanya operasi, faktor kepemilikan, modal dan size (ukuran) yang berbeda dari masing-masing bank syariah.

This research is performed to seek whether there are influences from the factors of SBI's interest rate, exchanged rate Rp to US Dollar, IHSG. Financing (known as "credit" in term of conventional banks) and Mudharabah Deposits against Gross Profit of shariah banks in Indonesia using Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri and BNI (Unit) Syariah as our sample.
In order to achieve those goals, we use linear regression equations with Ordinary Least Square (OLS) method to perform tests on monthly dan quartely data from January 2001 up to December 2003 which were taken from the financial statement of the banks.
The result of the tests has shown that the financing has become the only factor or independent variable, statistically and substantially, that significantly influence the gross profit of the three banks above which can be rexplained, from the linear regression equations that resulted from the tests. Meanwhile, the linear regression equations whose using the mudharabah deposits as the only independent variable, which also significant statistically, substantially can not meet satisfactory explanations. The combination of these two variables in one linear regression equations also resulting problem of multicollinierity or autocorrelations or both. The tests also shown that eventhough the significant variable for the each banks is the financing but since the coefficients and the slopes from the each equations are different, we can conclude that the influences of the financing factor has the different degree for each banks. We believe that the sources of the difference are come from the period of the operations experienced, ownerships factor, the capital and the size of the each shariah banks.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T20124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>