Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kenconoviyati
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Asap rokok merupakan salah satu polutan udara yang mendapat sorotan karena menimbulkan berbagai masalah kesehatan karena banyaknya senyawa yang dikandungnya. Di antara senyawa kimia tersebut adalah NO2 dan OH. Diketahui bahwa NO2 merupakan radikal bebas yang dapat merusak jaringan elastis paru (Halliwell,1999) sedangkan NO2 dan OH diperkirakan oleh banyak peneliti memicu terbentuknya lipid peroksida, serta adanya hipotesa bahwa asap rokok dapat menyebabkan makrofag mengeluarkan enzim proteolitik sehingga kolagen akan rusak (Rubins, 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah asap rokok yang dipaparkan pada hewan coba dapat merusak jaringan kolagen dan meningkatkan kadar malondialdehid pada paru. Hewan coba tikus sebanyak 10 ekor dipaparkan asap rokok 5 batang perhari selama 12 .minggu kecuali hari minggu, kemudian pada hari pengambilan sampel jaringan paru tikus untuk pemeriksaan kadar malondialdehid dibekukan secara langsung dengan menggunakan aseton dan es kering untuk menghindari metabolisme selanjutnya. Penetapan kadar peroksida lipid dengan cara memeriksa kandungan malondialdehid homogenat paru yang direaksikan dengan asam tiobarbiturat Untuk pemeriksaan mikroskopis, jaringan paru diwarnai dengan pulasan rutin Hematoksilin Eosin untuk menghitung sel radang dan fibroblas serta pulasan khusus Elastica van Gieson untuk melihat ketebalan kolagen.
Perhitungan ketebalan pulasan kolagen diukur dengan program Adobe photoshop 6.0 dengan menghitung derajat warna merah, hijau, biru (RGB), sedangkan penghitungan statistik untuk ketebalan kolagen, jumlah sel radang dan fibroblas serta kadar malondialdehid dengan SPSS 10.0 for windows, dilakukan uji distribusi dengan Kolmogorov-Smimov (KS), dan kemaknaan dengan uji t test.
Hasil dan kesimpulan: Jumlah sel radang dan fibroblas pada hewan perlakuan meningkat secara bermakna dibanding dengan hewan kontrol (p=0,000), ketebalan kolagen alveolus pada hewan perlakuan juga berbeda bermakna dibanding dengan kontrol (p=4,011),sedangkan pada jaringan kolagen bronkiolus tidak berbeda bermakna (p=0,779) dan kadar malondialdehid hewan perlakuan meningkat bermakna dibanding hewan kontrol (p=4,445)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmasari Sartono
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Salah satu penyebab gangguan pernapasan adalah asap rokok. Asap rokok yang berasal dari ujung rokok yang terbakar (sidestream) juga mengandung bahan toksik dan karsinogenik yang sama seperti asap rokok utama (mainstream), sehingga efek pada perokok pasif hampir sama dengan efek yang timbul pada perokok aktif. Bahan berbahaya yang terdapat dalam rokok. Seperti CO, NO, Hydrogen Cyanida dapat menyebabkan kerusakan jaringan saluran napas yaitu menebalnya lapisan mukosa, hilang atau rusaknya silia dan kelainan integritas epitel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah asap rokok yang dipajankan pada tikus secara pasif dapat mempengaruhi tinggi epitel bronkiolus dan kandungan GSH pada jaringan paru. Sebagai model perokok pasif digunakan 10 ekor tikus yang dipajankan asap rokok 5 batang/20 menit setiap hari selama 12 minggu dan selama pengasapan 10 ekor tikus kontrol dikeluarkan, Kemudian diambil jaringan bronkiolus tikus untuk dibuat sediaan histologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) yang selanjutnya diamati dibawah mikroskop cahaya untuk mengukur tinggi epitel bronkiolus. Penentuan kandungan GSH dilakukan dengan cara memeriksa homogenat paru dengan metode Ellman setelah direaksikan dengan DTNB (Asam DitiobisNitroBenzoat). Perhitungan statistik tinggi epitel bronkiolus dan kandungan GSH dilakukan dengan Uji distribusi dengan Kolmogorov Smirnov (KS) dan kemaknaan dengan uji t.
Hasil dan Kesimpulan : Tinggi epitel bronkiolus pada hewan perlakuan lebih rendah bermakna dibandingkan dengan hewan kontrol (p= 0,004 ) , sedangkan kandungan GSH jaringan paru lebih tinggi bermakna dibandingkan kandungan GSH paru tikus kontrol (p--0,OO).
Terjadinya penurunan tinggi epitel bronkiolus disebabkan karena adanya peningkatan pembentukan radikal bebas yang dapat merusak makromolekul di dalam sel epitel bronkiolus. Sedangkan peningkatan kandungan GS1-1 pada jaringan paru diduga disebabkan oleh mekanisme kompensasi jaringan paru dalam menanggulangi jumlah Radikal Babas yang terbentuk.

Background and method of investigation:
One etiology of the respiratory disease is cigarette smoking. The smoke from the tip of burning cigarette, the side stream smoke , contain the toxic and carscinogenic agents as the main stream smoke. Hence, the effect of the passive smoking is almost the same as the active smoking. The substances such as CO,NO and hydrogen cyanide in cigarette's smoke can induced the respiroatory tissue damage such as thickening of epithelial mucosa, loss cilia and impairment of ephithelial integrity. The aim of this study was to analyze the effect of passive cigarette kretek smoking on the epithelial height of bronchioles an GSH content of lung tissue. This study was carried on 20 swiss Webster rats which divided into 2 groups. The fisns group was control group the second group were exposured to cigarette kretek smoke, 5 cigarette 20 minutes per day. After i 2 weeks treatment the rats were sacrified. Histological slides were made from bronchiole epithelium and stained with Haemotoxiline-Eosine ( HE) and using light microscope the height of the bronchioles, epithelium were measured. The GSH content of lung tissue was measured with Ellman Method, The result of the study the study were analyzed statistically.
Result and Conclusion:
The height of bronchiols epithelium of the treatmaent group were decreased significantly compared to the control group. The GSH content lung tissue of the treatment group were significantly higher compared to the control group. It was concluded thet passive cigarette smoking will increased the free radicals which caused the macromolecules damage of the bronchioles epithelium and with the consequences increased of endogen antioxidant level such as GSH.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T17680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Hartamto
"ABSTRAK
Tahun 1990 WHO telah menfokuskan efek negatif dari asap rokok pada risiko yang timbul terhadap kesehatan wanita. Sehubungan dengan efek asap rokok terhadap kesehatan wanita terutama pada aspek reproduksi, telah dilakukan penelitian eksperimental pada tikus.
Tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui efek asap rokok kretek pada lama siklus estrus dan anak yang dilahirkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan tikus betina dewasa strain LMfl sebanyak 24 ekor dengan berat badan 120 - 135 gram, berumur 3 - 4 bulan yang dipelihara dalam lingkungan yang baik dan diberi makanan standard untuk tikus. Semua tikus percobaan dibagi secara acak dalam 6 kelompok dan masing--masing kelompok terdiri atas 4 ekor tikus. Perlakuan yang diberikan sebagai berikut : 3 tikus dari tiap kelompok dipajan asap rokok kretek (1 rokok untuk 1 tikus), sisanya sebagai kontrol yang tidak dipajan asap rokok. Tikus-tikus perlakuan dimasukkan dalam kandang khusus (50 x 50 x 40 cm). Semua dinding kandang ditutup tripleks dan ada 2 lubang fentilasi. Tiga rokok kretek untuk pemajanan berada di dalam laci di bawah kandang. Tikus-tikus kontrol juga dimasukkan dalam kandang yang bentuknya lama hanya tak dipajan asap rokok kretek.
Perlakuan dilakukan tiap hari selama 35,. 70, dan 105 hari (atau 7, 14, dan 21 siklus estrus). Setelah satu hari perlakuan selesai, semua tikus dikawinkan dengan tikus jantan dewasa. Lama siklus estrus, jumlah anak, dan jumlah embrio yang diabsorbsi dalam uterus (anomali embrio) dicatat. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam untuk mengetahui perbedaan lama siklus estrus, dan uji Kruskal- untuk mengevaluasi perbedaan jumlah anak yang dihasilkan.
Hasil perhitungan menunjukkan tak adanya pengaruh asap rokok kretek terhadap lamanya siklus estrus pada pemajanan 35, 70, dan 105 hari. Hasil yang sama juga didapatkan pada jumlah anak yang dihasilkan Penemuan yang penting dalam penelitian ini adalah besarnya persentase tikus yang tak bunting (50%) pada pemajanan 105 hari, dan lebih banyaknya embrio yang diabsorbsi pada kelampok perlakuan. Dari fakta pertama kami mempunyai dugaan bahwa pengaruh negatif asap rokok kretek akan lebih nyata bila pemajanan asap rokok lebih lama. Dari fakta kedua menimbulkan dugaan bahwa asap rokok kretek mempunyai pengaruh yang buruk terhadap embrio.
Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan pemajanan asap rokok yang lebih lama untuk mengetahui pengaruh asap rokok kretek terhadap fertilitas tikus percobaan. Di samping itu perlu juga dilakukan penelitian dengan pemajanan asap rokok kretek pada tikus yang sedang bunting untuk mengetahui pengaruh asap rokok kretek terhadap anaknya.

ABSTRACT
In 1990 WHO focused the negative effects of cigarette smoke on the: high risk on human female health. Studies in connection with the effects of cigarette smoke on human female health, especially on re-production aspects has been done experimentally in rats.
The purpose of the present study was to investigate the effect of cigarette kretek smoke on the length of estrous cycle and the offspring of rats. To achieve these goals, a research has been Carried out by using female rats (LfR strain), 120 - 135 grams body weight and 3 - 4 months old were kept in a controlled environment and fed a standard rat diet. All female rats were deviled randomly into 6.grouns of 4 rats each and treated as follows.
The first 3 female rats of each group were exposed to cigarette kretek smoke (one cigarette kretek for one rat). The remaining one female rat served as treated control. The rats belonging to the experimental groups were put into a special cage (50 x 50 x 4Ocm). All sides of the cage were covered with athin piece of wood and only had 2 ventilation, Afterwards, the smoke of 3 cigarette kretek Were placed under the cage. The treated control rate were also put into other cage with identical applied to them, but were not exposed to the smoke.
Treated rats and control were analysis the estrous cycles from the vaginal smears that were taken daily.
The treatment was given every day for 35, 70, and 105 days (7, 14, and 21 estrous cycles) respectively. After a series treatment, all rats were mated to an adult male rats. The length of estrous cycles, the number of offspring, and the,number of absorpted embryos in the uterus (anomalies embryos) were noted. The data were analyzed by 2 statistical tests. Analysis of variance was used to test the significant differences of the length of estrous cycles, whereas Kruskal-Wallis test was used to evaluate differences in number of offspring;.
The result showed no effect of kretek smoke on the length of estrous cycles at three dose levels of kretek smoke. The same results were also found in the number of offspring. The interesting finding in the present work is an increasing number, female rats which not be-came pregnant (5D) by 10; days of treatment. And increasing the number of absorpted embryos in treated groups. We suggested that the harmful effects of kretek smoke will be more obvious by the extension smoke exposure, and may be there were harmfull effects of kretek smoke to embryo.
Based on the present results, further studies with longer exposure were needed in order to known the effects of kretek smoke on fecundity Also further studies with pregnant rats exposed to kretek smoke done in order to know the effect on its offspring.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siam Subagyo
"Telah dilakukan penelitian kandungan senyawa kimia dan aktivitas mutagenik tar yang terdapat dalam asap arus utama dari rokok putih dan rokok kretek. Dari 69 merk rokok yang diuji menggunakan metode dari "ISO" 3308, 11 merk dari jenis rokok putih produksi dalam negeri (PO), 14 merk rokok putih lisensi (PL), 1 0 rokok putih produksi luar negeri (P), 15 merk rokok kretek buatan tangan (RKT} dan 19 merk rokok kretek buatan mesin (RKM}. Kandungan rata-rata tertinggi dari tar terdapat pada RKT (45, 48 mg/batang), terendah pada P ('17, 16 mg/batang); sedangkan untuk nikotin tertinggi pada RKT (2,42 mg/batang), terendah pada P (1,21 mg/batang); karbon monoksida tertinggi pada RKT (23,63 mg/batang), terendah pada P (15,84 mg/batang); karyofilin tertinggi pada RKT (1,08 mg/batang), terendah pada RKM (0,94 mg/batang); eugenol tertinggi pada RKT (11 ,62 mg/batang) terendah pad a RKM (8,25 mg/batang) dan eugenol asetat tertinggi pada RKM (0,32 mg/batang), terendah pada RKT (0,21 mg/batang). Hasil pengujian· mutagenitas tar dari 3 jenis rokok yaitu 3 rokok putih (RP); 3 rokok mental (RM) dan 3 rokok kretek buatan mesin (RK), dengan metode "Ames", menggunakan bakteri uji Salmonella typhimurium strain TA 98, jumlah revertan per lempeng tertinggi dihasilkan oleh RP3 (307) dan yang terendah dihasilkan oleh RK1 (125) dan RM2 (125) serta aktivitas mutagenik tar RP lebih besar,dari RM atau RK. Pada pengujian aktivitas mutagenik lebih lanjut yaitu dengan penambahan campuran karyofilin, eugonal dan eugonal asetat pada masing-masing tar RP, terjadi penurunan jumlah revertan per lempeng dibandingkan jumlah revertan yang dihasilkan oleh masing-masing tar RP sendiri. Demikian juga pada masing-masing kadar tar yang menghasilkan jumlah revertan tertinggi yaitu 160 JJ9 (RP1 ), 320 IJQ (RP2), 320 JJ9 (RP3), ditambah karyofilin (3,39 JJQ), atau eugenol (9,23 J.Jg), atau eugenol asetat (2,67 JJQ), terjadi penurunan jumlah revertan per lempeng dibandingkan dengan jumlah revertan yang dihasilkan oleh tar baik tanpa maupun dengan penambahan campuran karyofilin, eugenol dan eugenol asetat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T40306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Rahmat Hidayat
"Hipoksia hipobarik merupakan kondisi ketika konsentrasi oksigen mengalami penurunan seiring bertambahnya ketinggian. Fenomena ini dapat memicu stres oksidatif melalui peningkatan produksi radikal bebas yang menyerang komponen molekuler. Pemaparan hipoksia hipobarik intermiten (HHI) disinyalir dapat melatih kemampuan adaptasi jaringan sehingga menjadi lebih toleran terhadap kondisi hipoksia. Penelitian eksperimental ini menggunakan 30 tikus Sprague-Dawley jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang mendapat perlakuan selama 1, 7, 14, 21, dan 28 hari. Pemberian pajanan hipoksia hipobarik setara 10.000 kaki (523 mmHg) dilakukan setiap hari selama satu jam dengan menggunakan hypobaric chamber. Kadar malondialdehid (MDA) setiap sampel kemudian diukur dengan melakukan metode Wills yang dibaca dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm. Rata-rata kadar MDA secara perlahan mengalami penurunan pada kelompok yang terpajan hipoksia hipobarik intermiten ketika dibandingkan dengan kelompok yang terpajan hipoksia hipobarik akut. Meskipun uji statistik menunjukkan bahwa perubahan ini tidak signifikan, pajanan hipoksia hipobarik intermiten setara 10.000 kaki selama satu jam per hari dapat memengaruhi kadar MDA di jaringan paru tikus Sprague-Dawley.

A condition known as hypobaric hypoxia occurs when the concentration of oxygen falls with increasing altitude. This phenomenon can trigger oxidative stress through increased production of free radicals, which damage molecules. It is believed that exposure to intermittent hypobaric hypoxia (IHH) can train tissue adaptation mechanisms, increasing the tissues' tolerance to hypoxic environments. Thirty male Sprague-Dawley rats were utilized in this experiment as they were split into six groups: the control group and the groups that were exposed to IHH for 1, 7, 14, 21, and 28 days. Using a hypobaric chamber, exposure to hypobaric hypoxia equal to 10,000 feet (523 mmHg) was done once a day for an hour. The malondialdehyde (MDA) levels of each sample were measured using the Wills method which was read using a spectrophotometer at a wavelength of 530 nm. Compared to the acutely exposed to hypobaric hypoxia group, the average MDA level gradually decreased in the group that was exposed to intermittent hypobaric hypoxia. Despite the insignificant result, exposure to intermittent hypobaric hypoxia equivalent to 10,000 feet for one hour per day can affect MDA levels in the lung tissue of Sprague-Dawley rats."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbayak, Erma Mexcorry
"Pada masa menopause, produksi estrogen oleh ovarium berhenti. Berkurangnya produksi estrogen menyebabkan perubahan fisik dan mental pada wanita menopause. Perubahan tersebut sering menimbulkan perasaan tidak nyaman, antara lain terjadi pada kulit. Kulit wanita menopause menjadi tipis dan mudah luka karena menipisnya epidermis; ketebalan dermis juga berkurang karena menurunnya jumlah kolagen dermis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ovariektomi (ovx) bilateral (yang diasumsikan sebagai upaya penurunan kadar estrogen) terhadap lapisan dermis kulit dan dampak terjadinya perubahan tersebut. Penelitian ini menggunakan 32 ekor tikus Wistar betina berumur ± 3 bulan dengan berat badan 150-250 g, dan dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok I (ovx 50 hari), kelompok II (kontrol 50 hari), kelompok III (ovx 100 hari), dan kelompok IV (kontrol 100 hari). Kelompok I dan II dibedah pada hari ke-50, kelompok III dan IV dibedah pada hari ke-100. Organ kulit diambil dari abdomen dan dibuat sajian histologis dengan pewarnaan Trichrome. Preparat kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan serapan warna RGB (Red, Green, Blue) atau format RGB menggunakan program Adobe Photoshop 7.0.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tebal dermis maupun tebal pulasan kolagen dermis antara tikus 50 dan 100 hari pada ovariektomi bilateral dibandingkan dengan kontrol. Namun demikian, ditemukan perbedaan yang signifikan pada kenaikan berat badan tikus ovariektomi bilateral 50 dan 100 hari. Tidak adanya perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan karena estrogen yang berkurang akibat ovariektomi segera digantikan oleh estrogen dari jaringan lemak akibat kenaikan berat badan; dan estrogen dari kulit, yang merupakan tempat biosintesis estrogen ekstraglandular. Penelitian ini akan lebih akurat jika diperoleh data kadar estrogen darah, kadar biosintesis kolagen dan variasi waktu pengamatan.

Abstract
At menopause, estrogen production by the ovary ceases. Decreased estrogen causes physical and mental changes in menopausal women. These changes often result in discomfort, such as changes in the skin. The skin of menopausal women becomes thinner and more prone to injury due to the thinning of the epidermis; the thickness of the dermis also decreases because of the reduced collagen in the dermis. This research aims to investigate the influence of bilateral ovariectomy (ovx), assumed as a method to decrease estrogen levels, on the dermal layer of the skin and the impact of these changes.
Thirty-two female Wistar rats, aged ±3 months, weighing 150-250 g, were divided into 4 groups, each containing 8 rats. Group I, sacrificed 50 days after ovariectomy, and Group II, the control group, were sacrificed on day 50. Group III, sacrificed 100 days after ovariectomy, and Group IV, the control group, were sacrificed on day 100. Skin samples were taken from the abdomen and made into histological slides stained with Trichrome. These slides were then analyzed quantitatively using the RGB (Red, Green, Blue) color absorption method with Adobe Photoshop 7.0.
The results showed no significant difference in dermis thickness and collagen staining thickness between the 50-day and 100-day bilateral ovariectomy groups compared to the control groups. However, there was a significant difference in body weight increase between the 50-day and 100-day bilateral ovariectomy groups. The lack of difference in dermis thickness and collagen staining is possibly due to the decrease in estrogen levels from ovariectomy being quickly replaced by estrogen from fat tissue as a result of weight gain, and estrogen from the skin, which represents extraglandular estrogen biosynthesis. This research would be more accurate if blood estrogen levels, collagen biosynthesis rates, and variations in observation time were also measured."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanslavina
"Hasil penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa pada perokok.dengan bronkitis kronis dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) terdapat hipersekresi mukus dan hiperplasia sel goblet pada saluran napas. Beberapa penelitian lain juga mengesankan bahwa faktor utama yang menyebabkan hiperplasia sel goblet adalah pajanan asap rokok pada paru secara konis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hiperplasia sel goblet akibat asap rokok terjadi juga pada keadaan akut. Pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 20 ekor tikus dewasa jantan dari galur Swiss Webster dengan berat badan 250 -- 300 gram yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan diberi paparan asap rokok sebanyak 5 batang perhari selama 20 menit (kecuali hari Minggu) selama 12 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna jumlah sel goblet antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ( p< 0,025) . lni berarti bahwa terjadi hiperplasia sel goblet akibat asap rokok. Hasil ini diperkuat oleh pemeriksaan penunjang Electron Spin Resonance (ESR) untuk radikal bebas dalam darah tikus perlakuan yang menunjukkan peningkatan yang signifikan (p<0,025 ).
Acute Effects of Kretek Cigarette Smoke on Goblet Cell Hyperplasia in the Airway of Swiss Webster RatsPrevious investigations have shown that in smokers with chronic bronchitis and Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) hyper secretion of mucus and goblet cell hyperplasia at the respiratory tract is present. A number of other investigations suggest that the main factor causing goblet cell hyperplasia is chronic exposure to cigarette smoke. The aim of this investigation is to find out whether goblet cell hyperplasia due to cigarette smoke also occurs in the acute state. In this investigation a sample of 20 adult male rats weighing 250 -- 300 g was used, divided into a treated group and control group. Each animal in the treated group was exposed daily for 20 minute to 5 the smoke of cigarettes for 12 weeks (except on Sunday).
The result of the investigation showed that there was a significant difference in the number of goblet cell between the control and the treated group (p value < 0,025), indicating the occurrence of goblet cell hyperplasia due to cigarette smoke. This result was confirmed by Electron Spin Resonance (ESR) tests for free radical concentration in blood (p value < 0,025).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Ferdinand
"Iron overload disebabkan oleh transfusi darah jangka panjang pada penderita hemoglobinopati. Iron overload menyebabkan stress oksidatif yang meningkatkan produksi malondialdehid (MDA) yang dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis. Mangiferin yang terkandung dalam buah Phaleria macrocarpa memiliki potensi sebagai kelator besi dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak etanol buah Phaleria macrocarpa dalam menurunkan kadar MDA paru tikus Sprague-Dawley. Sebanyak 30 tikus Sprague-Dawley menjadi kelompok normal, kontrol negatif, deferiprone 462,5 mg/kgBB, mangiferin 50 mg/kgBB, Phaleria macrocarpa 100 mg/kgBB (PM1) dan 200 mg/kgBB (PM2). Besi dekstran 15 mg diberikan dua kali seminggu secara intraperitoneal pada semua kelompok kecuali normal. Pada minggu ke-7, organ paru sampel diambil untuk dibuatkan homogenat. Homogenat direaksikan dengan TBA dan TCA untuk mengukur kadar MDA dan direaksikan dengan reagen Bradford untuk mengukur protein jaringan yang kemudian diukur dengan spektrofotometer. Hasil yang didapatkan adalah kadar MDA dibagi dengan protein jaringan dan kemudian dilakukan analisis dengan One-Way ANOVA. Kadar MDA paru pada seluruh kelompok yang diinduksi besi cenderung meningkat dibandingkan normal. Kadar MDA pada kelompok PM1 dan mangiferin lebih rendah (p < 0,05) dari deferiprone, sedangkan PM2 dan deferiprone cenderung lebih tinggi dari kontrol negatif. Kelompok PM1 menurunkan kadar MDA lebih baik dibandingkan PM2 dan deferiprone.

Iron overload is caused by long-term blood transfusion in hemoglobinopathies patients. Iron overload causes oxidative stress that increases malondialdehyde (MDA) production, which cause chronic obstructive pulmonary disease. Mangiferin contained in Phaleria macrocarpa fruit have potential as iron chelator and antioxidant. This study aimed to evaluate the effectiveness of Phaleria macrocarpa fruit ethanol extract in reducing lung MDA levels in Sprague-Dawley rats. Thirty Sprague-Dawley rats were divided into normal group, negative control, deferiprone 462.5 mg/kgBW, mangiferin 50 mg/kgBW, Phaleria macrocarpa 100 mg/kgBW (PM1) and 200 mg/kgBW (PM2). Iron dextran 15 mg was administered intraperitoneally twice a week in all groups except normal. At week 7, lung organs samples were taken to make homogenates. Homogenates were reacted with TBA and TCA to measure MDA levels and reacted with Bradford's reagent to measure tissue protein which was measured by spectrophotometer. Results obtained were MDA levels divided by tissue protein and then analyzed using One-Way ANOVA. Lung MDA levels in all iron-induced groups tended to increase compared to normal. MDA levels in the PM1 and mangiferin were lower (p < 0.05) than deferiprone, while PM2 and deferiprone tended to be higher than negative controls. PM1 group reduced MDA levels better than PM2 and deferiprone."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Kustanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S31152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mewahyu Dewi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S31155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>