Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180038 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferdi Widiputera
"Industri polyester adalah industri yang padat karya dan padat modal. Untuk masuk ke industri ini dibutuhkan modal yang tidak sedikit dan industri ini juga banyak menyerap tenaga kerja. Sampai dengan tahun 2004 jumlah pekerja di industri polyester mencapai rata-rata 12,000 orang.
Industri polyester di Indonesia juga didominasi oleh PMA yang diantaranya adalah perusahaan multinasional (multinational company), Banyaknya permintaan polyester didalam negeri tidak diikuti dengan jumlah produksi polyester di dalam negeri sehingga terjadi ketidakseimbangan. Sumber permintaan polyester tersebut lebih banyak berasal dari dalam negeri yang hampir 80 % produsen polyester tersebut merupakan perusahaan PMA dan sisanya 20% merupakan perusahaan PMDN. Dengan adanya ketidakseimbangan yang terjadi antara permintaan polyester di dalam negeri dan jumlah produksi polyester didalam negeri maka untuk menutupi kekurangannya, dilakukan impor polyester dari negara lain.
Tulisan ini ingin mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan polyester, seperti harga polyester, harga bahan baku MEG, harga barang substitusi dalam hal ini harga kapas, penambahan variabel makro, seperti : tingkat PDB Indonesia, dummy kebijakan bea masuk pemerintah.
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang ada saat ini lebih mengarah kepada sistim dan prosedur ekspor dan impor produkproduk tertentu sedangkan kebijakan yang lebih spesifik ditujukan terhadap industri polyester sampai saat ini belum ada, kebijakan yang ada hanya ditujukan secara umum kepada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sehingga diharapkan dengan tulisan ini akan ada semacam masukan bagi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sangat dibutuhkan oleh industri TPT umumnya serta industri polyester pada khususnya. Data-data penunjang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data-data time series dalam bentuk kuartal dimana periode waktu yang diambil adalah periode tahun 1983 sampai dengan 2003.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis regresi berganda, yaitu dengan menggunakan uji statistik dan uji ekonometrika dimana variabel endogennya adalah permintaan polyester. Hasil dari model kemudian diestimasi dan digunakan untuk menguji relevansi empiris dari teori yang digunakan. Latar belakang penggunaan metode regresi berganda ini adalah karena regresi berganda biasa digunakan untuk sistem peramalan hubungan antar variabel eksogen terhadap vanabel endogen pada data runtun waktu."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armenzano Yulianto
"Kondisi industri tekstil Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin menurun, menggugah penulis untuk melakukan penelitian mengenai seberapa besar tingkat efisiensi dan seberapa banyak industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia yang mampu melakukan efisiensi serta seberapa banyak perusahaan yang ada dalam industri tekstil dan produk tekstil yang mampu melakukan efisiensi. Industri tekstil dan produk tekstil di dalam penelitian ini dipecah ke dalam 3 klasiflkasi sesuai dengan ISIC yang berlaku, yakni industri tekstil (ISIC 17), industri pakaian jadi (ISIC 18) dan industri kulit dan barang dari kulit (ISIC 19). Berbeda dengan penelitian-penelitian tingkat efisiensi pada industri tekstil sebelumnya, penelitian kali ini menggunakan metode Data envelopment Analysis dengan pendekatan input. Model DEA yang digunakan adalah model variable return to scale (VRS).
Adapun pada penelitian kali ini penulis menggunakan data net (value added) output. Variabel yang mempengaruhi output tersebut ada 2, yakni, kapital (K) dan tenaga kerja (Labor). Penelitian ini menggunakan data statistik industri tekstil Indonesia skala besar dan menengah untuk tingkat perusahaan kurun waktu tahun 1999 - 2001.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat efisiensi pada industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia masih rendah. Jumlah perusahaan yang ada di dalam suatu industri tekstil dan produk tekstil turut menentukan tingkat efisiensi industri tersebut, secara umum industri dengan jumlah perusahaan yang relatif sedikit memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa jumlah perusahaan yang efisien dalam industri tekstil dan produk tekstil relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan total perusahaan dalam industri tersebut, rata-rata sekitar 4% dari total perusahaan yang ada. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara umum perusahaan skala besar lebih efisien jika dibandingkan dengan perusahaan skala menengah.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan. Selain itu diharapkan pula pengukuran etisiensi ini tetap dilanjutkan dari tahun ke tahun, agar industri ini tetap terpantau jangan sampai kolaps, karena industri tekstil dahulu pernah menjadi komoditi primadona bagi pemasukan devisa negara, dan diharapkan industri ini akan bangkit kembali di masa-masa mendatang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhayati
"Tesis yang ditulis dengan deskriptif analitis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak yang terjadi akibat adanya penghapusan sistem kuota ekspor pada industri Tekstil dan Produk Tekstil di Indonesia sebagai bagian dari kebijakan yang telah ditetapkan dalan ketentuan hasil perundingan WTO. Penulisan secara metode kualitatif kali ini akan membahas perkembangan industri TPT Indonesia sebagai dampak dari penghapusan sistem kuota. Dimana tingkat pertumbuhan ekspor tekstil Indonesia cenderung mengalami penurunan sejak pertengahan periode penghapusan sistem kuota diberlakukan.
Hasil perundingan yang telah disepakati oleh semua negara-negara anggota tersebut, pada awalnya memang merupakan permintaan dari kelompok negara-negara berkembang untuk mempercepat proses penghapusan sistem kuota akan tetapi mendekati berakhirnya periode tahapan sistem kuota tersebut kelompok negara-negara berkembang mulai merasa tidak mampu untuk bersaing di dalam perdagangan bebas dunia. Peran WTO dalam hat ini sangat membantu kelompok negara-negara berkembang tersebut yang di kombinasikan dengan kebijakan yang di tetapkan oleh pemerintah setempat.
Dengan keluarnya kebijakan-kebijakan yang ditentukan oleh pemerintah Indonesia diharapkan dapat memberikan arah bagi perkembangan perdagangan industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Kornelia Basauli
"Industri garmen dan tekstil merupakan suatu industri yang tingkat penjualannya sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara dimana produknya dipasarkan. Selain itu, karena pada umurnnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri ini menjual produknya ke mancanegara, dimana penerimaan perusahaan berbentuk US$, maka selain juga olah laju inflasi nasional, pertumbuhan penjualannya juga dipengaruhi oleh perusahaan nilai tukar Rupiah terhadap US$.
Tulisan ini merupakan suatu penelitian mengenai bagaimana analisa terhadap resiko bisnis dan laporan keuangan perusahaan dapat menjelaskan pengaruh krisis ekonomi yang terjadi secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan secara obyektif, dan membantu penilaian prospek investasi bagi para investor dalam mengambil keputusan yang tepat untuk target investasinya. PenelĂ­tian ini terutama perlu dilakukan mengingat besarnya kandungan impor bagi proses produksi perusahaan?perusahaan yang bergerak dalam industri garmen dan tekstil. Selain itu juga banyak dan perusahaan-perusahaan ini yang melakukan pinjaman dalam bentuk US$ yang menyebabkan nilainya dalam Rupiah naik berkali-kali lipat.
Dalam tulisan ini, penulis melakukan penelitian terhadap tiga perusahaan yang bergerak dalam industri garmen dan tekstil, yaitu PT. Century Textile lndustrĂ˝ Tbk., PT. Ever Shine Textile Industry Tbk., dan PT. Sarasa Nugraha Tbk. Dalam melakukan analisa terhadap ketiga perusahaan ini, penulis melakukan penelitian melalui liga tahapan, yang didasarkan pada analisa Krishna G. Palepu:
Yang pertama adalah analisa terhadap industri garment dan tekstil, dengan mempergunakan aeon Five Forces yang diperkenalkan oleh Michael Porter.
Tahap kedua adaah melakukan analisa terhadap laporan keuangan ketiga perusahaan tersebut, yang merupakan cerminan dari kinerja perusahaan-perusahaan tersebut selama beberapa tahun terakhir. Dalam hal ini, laporan keuangan yang diambil adalah laporan keuangan tahun 1994 hingga 2000. Analisa yang dilakukan adalah analisa rasio keuangan, dan analisa vertikal dan horisontal.
Tahap ketiga yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa prospek perusahaan yang merupakan proyeksi dan kineria perusahaan di masa yang akan datang. Selain didasarkan pada kinerja perusahaan di masa yang lalu, yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan, proyeksi analisa terhadap prospek perusahaan juga didasarkan pada proyeksi mengenai keadaan makro ekonomi di masa yang akan datang.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan nilai perusahaan-perusahaan tersebut berdasarkan hasil penelitian. Nilai yang didapat kemudian akan dibandingkan dengan harga saham perusahaan pada saat ini, sehingga pada akhirnya penulis dapat memberikan rekomendasi kepada para investor atau calon investor mengenai saham ketiga perusahaan tersebut. Selain itu, penulis juga dapat memberikan saran kepada para pengelola perusahaan sehubungan dengan nilai perusahaan yang didapatkan berdasarkan penelitian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Widodo
"Pembangunan industri Indonesia dititik beratkan pada industri yang berorientasi ekspor dan banyak menyerap tenaga kerja, mengolah hasil pertanian dan industri penghasil mesin-mesin industri. Industri yang berorientasi ekspor adalah industri yang berdaya saing kuat, yaitu industri yang mampu memanfaatkan dan dapat mengembangkan keunggulan komparatif. Selain itu pengembangan industri harus diarahkan pada pengembangan industri yang mampu memanfaatkan peluang yang tersedia, utamanya peluang pasar potensial, balk pasaran ekspor maupun dalam negeri. Dalam pengembangan industri yang berdaya saing kuat salah satunya adalah pengembangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang selama ini menjadi andalan ekspor nasional serta penghasil devisa utama.
Industri TPT Indonesia merupakan andalan ekspor bagi industri nasional semenjak tahun 1987 dan mencapai puncaknya pada tahun 1992 dengan nilai ekspor US$ 6,1 milyard. Ekspor industri TPT Nasional juga sangat bergantung pads lingkungan bisnis TPT dunia. Industri TPT dunia selama ini memiliki karakteristik sendiri dalam lingkungan bisnisnya, dimana tata niaganya diatur dalam MFA (Multi Fibre Arrangement).
Produk TPT Indonesia yang meliputi produk serat, benang dan tekstil Iembaran, pakain jadi serfs tekstil lainnya beberapa tahun terakhir ini sedang mengalami penurunan dalam pertumbuhan ekspornya dan proporsinya. Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh pennintaan yang menurun dan pertumbuhannya melamban karena krisis ekonomi yang melanda sebagian dunia, tumbuhnya negara-negara pesaing baru yang turut serta mengembangkan industri TPT atau perkembangan teknologi yang pesat sehingga membawa dampak pada proses produksi industri ini dan merubah bentuk persaingan di pasar international karena persaingan international tersebut untuk sebagian besar tidak lagi hanya didasarkan atas persaingan dalam harga, akan tetapi juga atas inovasi dan teknologi.
Selain itu industri TPT Indonesia menghadapi tantangan yang berat dalam persaingannya di pasar dunia antara lain dengan terwujudnya WTO yang menyebabkan perubahan mendasar pada lingkungan bisnis TPT pada tahun 2005. Pada tahun tersebut seluruh produk TPT dunia tidak lagi diatur oleh tata niaga MFA tetapi akan dengan bebas diperdagangkan baik ekspor maupun impornya, sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada perjanjian didalam WTO. Sehingga hanya kekuatan daya saing internal dimasing-masing negara produsen saja yang akan menentukan keunggulan daya saing komoditinya.
Dalam periode 1991-1998 industri TPT nasional mengalami tingkat daya saing yang cenderung terus menurun. Penurunan ini terlihat setelah dianalisa menggunakan alat analisis RCA, ISP dan CMSA. Dari hasil analisa ini dapat dilihat bahwa industri TPT yang selama ini anya mengandalkan endowment factor tidak dapat bersaing di pasar dunia. Kecenderungan ini dapat juga dilihat sebagai akibat tidak efektifnya kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah. Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, pemerintah harus mampu membuat kebijakan yang menyangkut industri TPT nasional dengan tidak hanya mempertimbangkan kelebihan dari endowment factor saja tapi juga harus mempertimbangkan competitive factor sehingga kebijakan yang dihasilkan akan mampu mengangkat industri TPT Indonesia untuk bersaing di pasar dunia.
Selain itu kebijakan yang dihasilkan harus bersifat menyeluruh dan tidak bersifat sementara/hanya peredam. Kebijakan-kebijakan tersebut juga diharapkan mampu mendorong pengembangan industri TPT nasional dari hulu hingga hilirnya menjadi sebuah industri yang modem yang efektif dan effisien dengan tidak melupakan peningkatan sumber daya manusia, teknologi , R&D dan juga mampu mendorong pengusaha industri ini membuka pasar baru selain pasar tradisonal bagi produk industri TPT selama ini.
Dengan kebijakan yang komprehensif seperti telah diungkapkan di atas, industri TPT Indonesia diharapkan akan mampu meningkatkan daya saingnya di pasar dunia utamanya pada tahun 2005 disaat MFA terintegrasi dengan WTO."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T9815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Nur Ayuni
"Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi efisiensi teknis pada industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia selama tahun 2005 hingga tahun 2011. Jangka waktu analisis dipilih karena pada rentang tersebut terdapat pula kebijakan yang diperuntukkan secara langsung untuk industri TPT. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai pengukuran efisiensi dengan pendekatan variable return to scale (VRS).
Hasil penelitian ini adalah sub sektor industri yang mampu memertahankan efisiensinya selama periode pengamatan adalah sub sektor pemintalan benang, sub sektor industri kapuk, dan sub sektor industri pakaian jadi dari tekstil. Sedangkan hanya terdapat 7 sub sektor yang mengalami peningkatan efisiensi teknisnya (efisiensi = 1) dari periode sebelum diterapkannya kebijakan pada industri TPT.

The objective of this research is to analyze the condition of technical efficiency in the textile and textile products industry in Indonesia during 2005 until 2011. A period of the analysis was chosen because there is also available policy affect directly to this industry. This study using Data Envelopement Analysis (DEA) method for measure the efficiency with variable return to scale (VRS) approach.
The results of this research is subsector industries are capable of maintain their efficiency during the period of observation, they are spinning yarn, cottonwoods, and clothing industry. While only 7 sub sector increased their technical efficiency (efficiency = 1) of the period before the policy implemented in the textile and textile products industry.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Setiawan
"Penelitian ini menganalisis hubungan antara program restrukturisasi mesin industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dengan kinerja ekspor TPT nasional. Penelitian ini menggunakan data panel dengan 4 negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Inggris serta periode tahun 2004-2012 dan dengan menggunakan analisa regresi estimasi EGLS weighting pada Cross-section SUR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program restrukturisasi industri tekstil berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor TPT dan Variabel PDB negara tujuan ekspor secara signifikan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor TPT nasional.

This study analyze the relationship between the restructuring program of textile industrial machinery and performance the national textile exports. This study using panel data with four export destinations which are the United States, Japan, Germany, and England in the period from 2004 to 2012 and using weighting EGLS Cross-section SUR regression analysis to estimate.
The results show that textile industry restructuring program significantly influence the value of textile exports and GDP of export destinations is significantly has positive effect on the value of national textile exports."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T35267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, P. Remedy
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi/peluang pemberdayaan industri TPT, mengingat kelangsungan industri TPT terkait erat dengan lingkungan strategis global, faktor eksternal dan internal pemerintahan serta manajemen TPT nasional. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor pengaruh pilihan konsumen, kebijakan pemerintah, besarnya devisa yang hilang dan relevansi industri TPT terhadap ketahanan ekonomi nasional. Teori untuk mengidentifikasi permasalahan, konsepsi ketahanan nasional, tugas pokok dan fungsi leading sector sebagai pengendali kebijakan dan instansi terkait lainnya.
Metode analisis, digunakan AHP dengan melibatkan 30 (tigapuluh) orang expert (responder). Adapun hasil temuan menunjukkan, faktor dominan dalam preferensi konsumen adalah desain, harga, motif, merek dan kualitas. Besarnya konsumsi masyarakat terhadap produk TPT impor (baru, illegal dan bekas), sangat merugikan. Upaya pemerintah untuk mengamankan industri TPT belum optimal, mengingat hadirnya pesaing baru didukung pemerintahnya untuk mendapatkan devisa. Relevansi industri TPT dengan ketahanan ekonomi nasional sangat signifikan mengingat besarnya angkatan kerja dan devisa yang dihasilkan, peran produktivitas dan konsumsi di dalam negeri.
Solusi bersama untuk menumbuhkembangkan industri TPT sebagai perkuatan ketahanan ekonomi nasional, adalah kesadaran berbangsa dan bernegara dalam membentuk nasionalisme baru. Kebijaksanaan yang sinkron dengan dinamika usaha, dan diikuti pendekatan dengan multi disiplin ilmu pengetahuan. Transparansi, kepastian hukum dan berusaha, dapat menstimuli lapangan usaha dan pekerjaan, sebagai dasar lahirnya produktivitas dan kreativitas dengan memfasilitasi bidang perbankan dan Iptek guna meningkatkan kemampuan industri lokal dalam penyediaan bahan baku, restrukturisasi mesin guna memenangkan persaingan.

Development Policy of Textile and Product Textile Industry with Domestic Customer Preferences Toward Its (A Study of Economic National Tenacity Point of View)This research purpose is to know opportunities of TPT industry empowerment, consider with TPT's industry persistence tight-related by global strategic environment, internal and external factors have governmental and national's TPT management. Also to know influence of customer preference, government policy, amounts have Foreign exchange and relevancy of TPT industry toward national tenacity. The theory to identify problems, national tenacity conception, and other agencies related. Analytical methods use of AI-IP involved 30 (thirty) respondent (who expert). There coming out shown, dominant factor in customer preference is design, price, motive, merk and quality. Have a lot of public refreshment toward import textile-product (newest, illegal and former), quiet suffer financial lost. Government efforts' to safe TPT industry not optimal yet, remain arose of new competitor that support by government to gain the foreign exchange. Significance between TPT industry and national economic tenacity is interrelated, consider with field of endeavor and foreign exchange outcome, productivity role and domestic consumption.
A collective solution to flourish TPT industry as strengthen of national economic tenacity is awareness of new nationalism in sense of having a nationality and state-owned. Policy that synchronized with business in dynamic, follow by multidiscipline of science approaches. Transparency, law enforcement and good business condition, can stimulate business field and job opportunities as ground of increase productivity and creativity by facilitate it banking sector and technology in order to extent local industrial capability to provide raw material, machine restructurization to win competition.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadapdap, David Wilfrid
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa tentang bagaimana faktor-faktor tenaga kerja serta daya saing negara yang terdapat di Yordania dapat berpengaruh kepada daya tarik negara tersebut di dalam industry tekstil, apabila dibandingkan dengan daya tarik yang dimiliki Indonesia di dalam industry yang sama. Selanjutnya, penelitian ini akan meringkas perbedaan kondisi buruh yang bekerja di Indonesia dan Yordania dan menentukan bagaimana Indonesia dapat mengembangkan industri tekstil dalam negeri serta daya saingnya terhadap negara-negara lain dalam industry yang sama. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Data bersumber dari materi yang dipublikasikan, dari Better Work, dari BAPPENAS, serta dari interview mendalam dengan auditor bersertifikasi di bidang social compliance, beberapa manajer perusahaan, dan beberapa pekerja guna mendapatkan informasi lebih dalam tentang industri tekstil di Indonesia dan di Yordania. Dalam studi ini, ada beberapa faktor tenaga kerja yang dapat meningkatkan kinerja dari Indonesia dalam industry tekstil, misalnya kondisi bekerja yang mana berhubungan dengan waktu kerja karyawan, kompensasi dan keuntungan, keselamatan kerja dan kesehatan, serta diskriminasi dalam bekerja.

The purpose of this study is to critically compare labor factors and country competitiveness of Jordan and Indonesia that affecting its country attractiveness in the textile industry. This study will also discuss how Indonesia could improve its textile industry and become more productive than others.
This research is a quantitative descriptive research. The data were collected from the published materials, Better Work data, BAPPENAS data, and in depth ? interview with the certified social compliance auditors, factory managers, and some workers to earn more information on textile industry both in Indonesia and Jordan. The result of this study indicated that there are several labor factors that could boost up the Indonesian?s performance in Textile industry, such as working conditions which related to working time, occupational safety and health,compensation and benefits, and also discrimination.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Ksatrio Utomo
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta defisit perdagangan Indonesia secara keseluruhan pada tahun 2012. Secara substansif, defisit perdagangan Indonesia disebabkan oleh pilihan modernisasi pembangunan bagi negara sejak era pemerintahan Suharto. Penerapan agenda modernisasi ditunjukkan melalui implementasi ATC dan ACFTA. Kedua protokol perjanjian internasional menunjukkan kuatnya pengaruh modernisasi dari negara maju. Negara maju mendesain perencanaan pembangunan untuk negara Indonesia. Negara Indonesia memperoleh imbalan arus investasi asing. Paradigma modernisasi mengarahkan pada perubahan matriks kebijakan industri menjadi jasa dan keuangan. Industri tekstil nasional mengalami kemunduran.
Modenisasi tidak mengubah struktur tradisional masyarakat. Struktur tradisional mendesain pembagian peran antara lelaki dengan perempuan. Perempuan diutamakan sebagai pekerja di ranah domestik. Modernisasi kemudian memindahkan perempuan ke industri tekstil nasional sejak era Suharto. Hanya saja, perspektif tradisional menyebabkan perempuan mengalami marginalisasi dalam hal pengupahan. Perempuan mengalami disparitas pendapatan dengan lelaki buruh. Konstruksi peran privat perempuan berlanjut hingga masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Penerapan otonomi daerah pada masa reformasi sejak tahun 1999 tidak mengubah paradigma pembangunan.
Sebagai kerangka pemikiran yang menjadi pijakan teori, penelitian ini menggunakan teori atau paradigma Gender and Development. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan teknik mengumpulkan data dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan data-data literatur lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan kuatnya persepsi peran domestik untuk perempuan. Persepsi budaya mempengaruhi cara pandang negara, industri tekstil nasional, dan serikat buruh mengenai posisi perempuan dalam industri tekstil nasional. Marginalisasi ditunjukkan oleh kuatnya bias gender dalam proses politik perumusan upah. Negara pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono mendesain acuan indeks kebutuhan hidup layak sebagai acuan kebijakan upah. Hanya saja, desain tersebut tidak memperhatikan kenyataan adanya perbedaan gender, kondisi ekonomi, status marital, dan akses politik dari perempuan buruh.

This research is motivated by the fact about the Indonesian?s trade deficit in 2012. Indonesia's trade deficit is caused by modernization paradigm for this country development. Modernization option is demonstrated through the implementation of ATC and ACFTA. Both of this protocol shows the strong influence of the modernization agenda from the developed country. Developed countries are designing the development plans for Indonesia. Indonesian state is obtaining the benefits from foreign investment flows. Modernization paradigm leads to a change in the industry policy. National textile industry suffered a setback.
However, modernization is not changing the traditional structure of society. Traditional structure designs the division of roles between men and women. The Society preferred women as workers in the domestic sphere. Modernization then moves women into the national textile industry since the reign of Suharto. However, the traditional perspective led to marginalization of women in terms of wages. Women experiencing labor income disparity with men. Construction of private role of women continues to the reign of Susilo Bambang Yudhoyono. Implementation of regional autonomy since 1999 does not change the national development policy.
This study uses the theory or paradigm of Gender and Development. This study is using the qualitative methods. This thesis is collecting and analyzing the data from the Ministry of Industry, Ministry of Commerce, and other literature data.
Results from this thesis are showing the strong perceptions of the role of the domestic sphere for women. Cultural perceptions are affecting about how the state, the national textile industry, and trade unions regarding the position of women in the national textile industry. Marginalization is shown in the wage formulation process. The reign of Susilo Bambang Yudhoyono has design the good living index as the foundation of the wage policy. However, this design from the government is ignoring the fact about the gender difference, economic condition, marital status, and the political access from the women worker.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T33735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>