Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66066 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Sujatini
"Kerusakan lingkungan telah menjadi isu sentral dunia tidak hanya di negaranegara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Salah satu akibat dari kerusakan Iingkungan tersebut adalah timbulnya kesulitan untuk mendapatkan air bersih Hal ini dibuktikan dari Iaporan tiap tahun negara-negara di dunia mengenai kondisi air di masing-masing negara pada seat penngatan hari air bersih sedunia tiap tanggal 22 Maret. Isu yang terkait dengan masalah air selain akses terhadap air bersih juga mengenai bencana kekeringan di musim kemaran dan banjir di musim hujan. Masalah air ini adalah suatu kondisi yang rriengganggu berlangsungr_ya proses pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan suatu negara yang sejahtera_
Pertumbuhan dan perkembangan Propinsi DKI Jakarta menyebabkan tekanan yang berat terhadap kota. Dikeluarkannya Inpres No. 13 Tahun 1976 merupakan salah satu upaya untuk mengatasi pengembangan wilayah Jabotabek yang menghasilkan strategi pembangunan ke arah timer dan berat" Pengembangan ke arah barat adalah ke Kota Tangerang untuk peruntukan kota industri, sedangkan pengembangan ke arah timer (ke Kota Bekasi) adalah .untuk daerah permukiman. Salah satu ketetapan dalam konsep pengembangan Jabotabek adalah pengembangan kota-kota yang berada di sekitar Jakarta Untuk menampung jumlah penduduk yang telah melebihi kapasitas daya dukung dan daya tampung Jakarta, maka tuinbuhlah kota-kota bar' (sub urban). Wilayah Serpong, Kabupaten Tangerang adalah salah satu wilayah yang berpotensi untuk menjadi kota mandiri.
Tumbuhnya kota baru tidak dapat dihindari akan menimbulkan efek bagi lingkungan. Perubahan yang pertama terjadi adalah konversi lahan dari lahan terbuka menjadi lahan terbangun. Perubahan ini akan berakibat pada peningkatan jumlah air larian (run off) dan penurunan jumlah air yang meresap. Akibatnya, persediaan air tanah akan berkurang sedangkan kebutuhan akan air bersih justru meningkat akibat dari pertumbuhan dan perkembangan jumlah penduduk.
Untuk mengetahui masalah ini pads kasus kota baru sampai ke akar permasalahannya, maka Peneliti mengambii studi kasus pads aspek hidrologi di sebuah kota ban.", yaitu Kota BSD. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui besarnya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh terjadinya peningkatan air larian, yaitu berkurangnya ketersediaan air tanah pads musim kering dan banjir pada musim hujan, dan (2) memformulasikan suatu pemecahan masalah untuk mengendalikan peningkatan air Iarian dan mempertahank agar air dapat meresap ke dalam tanah semaksimal mungkin
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif Metode yang digunakan adalah gabungan Bari kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan uotuk menghitung peningkatan air larian, dan air yang meresap akibat adanya pembangunan BSD, dihitung dengan GIS (Geografis Information System). Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk menggambarkan kondisi di daerah penal-Man dengan mengadakan observasi dan pengkajian data sekunder (Rencana Umum Tata Ruang Wilayah), wawancara dengan pembuat RUTRW, dan pemerintah setempat, menyebar kuisioner, didukung oleh teori-teori tentang keherlanjutan pembangunan suatu kota, serta teori perkembangan teknologi. . Terakhir analisis dan sintesis, yang basil akhunya berupa syarat syara:t untuk menuju proses pembangunan berkelanjutan, berupa kebijakan dan teknologi.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan: (1) Pembangunan BSD teiah menyebabkan kerusakan lingkungan khususnya yang berkaitan dengan hidrologi. (2) Pembangunan BSD telah menyebabkan erosi dan sedimentusi pada sungai khususnya sungai Cisadane (3) Pembangunan BSD telah menyebabkan persediaan air tanah berkurang sebesar 44,1 juta mat, air tartan meningkat sebesar 63,6 juta m31 tahun atau senilai Rp. 318 milyard/ tahun (4) Sekecil apapun pembangunan pasti akan merusak lingkungan, akan tetapi kerusakan lingkungan dapat dikendalikan_
Siran peneliti adalah (1) Peninjauan ulang master plan BSD (2) Jmplementasi peraturan (3) Pembuatan waduk pengendali banjir yang mempunyai multi fimgsi, yaitu sebagai cadangan air, pengendali banjir dan sebagai Pembangkit Tenaga Listrik (PLTA) (hemat energi. (4) Treatmen air limbah rumah tangga (5) Artificial Recharge dengan cara mengijeksikan air ke lapisan air tanah akifer dengan diijeksikan (6)Ecological Footprint perlu diterapkan (7) Penelitian lanjutan, membuat permodelan hubungan antara konversi lahan dengan kerusakan lingkungan.

Environmental damage has become a central issue in the world, not only in developing countries but also in developed countries. The damage has lead to a problem of clean water access, drought in dry season and flood in rainy season. The depth of the problem can be retrieved from the reports in World Water Day every March 22 submitted by many countries in the world. Unless a measure is made, this water problem will disturb the development process to achieve the goal of a prosperous nation.
The growth and development in DK1 Jakarta has lead to a heavy pressure to the city. The enact of Inpres No. 13 Tahun 1976 is an. effort to solve Jabotabek development resulted in the development strategy to east (Bekasi) and west region (Tangerang) of Jakarta. An entry in development concept of Jabotabek is the development of cities surrounding Jakarta. New cities (sub urban) are growing to contain more people from overpopulated Jakarta. Serpong City in Tangerang Regency is one of the new city that has the potency to become an Autonomous City.
The growth of new cities/sub urban areas will unavoidably affect the environment The first change is land conversion from an open space to a built area. The conversion will raise the amount of water run off and decrease the amount of water percolation and infItration. This condition will resulted to a water crisis due to the decrease the water table while in the same time there is an increase of water demand caused by the population growth of the area.
To study this problem, the writer chose a case study of hydrology aspect of sustainable development in a sub urban, BSD City. The study aimed to (1) study the environmental damage caused by the increase of run off (low water table in dry season and flood in rainy season), (2) formulate a method to control water rim off and to maintain a high water percolation and infiltration.
The study uses a descriptive approach. A Quantitative method is used to hence the run off resulted from BSD development and the decrease of water infiltration with the help of GIS (Geographic Information System). A Qualitative method is used
xviii
to describe condition in research site. Observation, secondary data (RUTRW), interview with people who made the RUTRW, interview with Iocal government, and questionnaire distribution are employed to get better overview. Analysis and synthesis are developed using sustainable development .theories and technology development information to form conditions needed to achieve sustainability including regulations to use new technology to solve the water crisis.
This study shows that (1) the development of BSD City has caused an environmental damage, in this case is hydrological problem (2) the development of BSD City caused erosion and sedimentation in rivers, especially Cisadane River that has been serving as clean water source for industry and household sectors in Tangerang Regency. The sedimentation decreases the river's capacity to store water. (3) the development of BSD City decrease water table for the amount of 44,1 million m' per year, (4) the development of BSD City increase water run off as high as 63,6 million m per year equal to Rp 318 billion per year. Any new building will increase water run off. The measure should be taken is to control run off so the damage can be put into minimum effect and maintain the hydrological cycle.
The writer suggests the following: (1) re-review BSD Master Plan, (2) implement policy that regulate the installment of water run off control structure and artifificial water recharge , (3) Build ponds to control flood that with the use of new technology can be used as an electricity plant, (4) Install household greywater treatment plant to avoid water pollution and as a new source for clean water, (5) install artificial water re-charger to aquifer layer to maintain normal hydrological cycle.(6) Made simulaton about enviromental damage land conversion from an open space to a built area.(T) implement Ecological Footprint.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Zainuddin
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan hasil penelitian mengenai empat variabel terpengaruh (Dependent Variable) dan tiga variabel terpengaruh (Independent Variable) dengan jumlah sampel 145 orang atau 10% dari 1.452 orang.
Pembangunan penting untuk mengurangi kemiskinan dan untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat. Namun kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan pembangunan selalu mengakibatkan kerusakan lingkungan. Keadaan seperti ini menjadi dasar untuk memikirkan kembali ukuran keberhasilan pembangunan. Kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan dengan pertimbangan lingkungan untuk keberlanjutan pembangunan dan kesejahteraan rakyat generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Pada hakikatnya kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan tidak menghendaki pelaksanaan dan kebijaksanaan yang menguras sumber-sumber produksi termasuk sumberdaya alam yang dapat mengakibatkan generasi masa depan memiliki prospek kemiskinan dan risiko yang lebih besar daripada yang dimiliki generasi sekarang. Secara operasional kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan antara lain diwujudkan dalam bentuk: upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, dan penggunaan eko-teknologi.
Meskipun kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan telah ditetapkan sejak tahun 1978 melalui Garis-garis Besar Haluan Negara namun kenyataan menunjukkan masih terjadi kerusakan sumberdaya alam. Hal ini menunjukkan seakan-akan kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan kurang efektif dalam penerapannya. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan. Dalam kaitan ini menurut pendapat penulis faktor pendidikan, tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi. Sehubungan dengan itu disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan ekoteknologi dan sikap.
2. Ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan eko﷓teknologi dan sikap.
3. Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan ekoteknologi dan sikap
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris persepsi masyarakat terhadap kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan dan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan eko-teknologi dan sikap.
Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data atau bukti-bukti empiris tentang persepsi masyarakat terhadap kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan; sekaligus memperoleh gambaran tentang persepsi masyarakat terhadap kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan; untuk memperkaya bahan pertimbangan pengambil keputusan dalam rangka penetapan kebijaksanaan dan pengelolaan lingkungan hidup; serta untuk memberikan dasar bagi penelitian selanjutnya.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dengan 25 pertanyaan atau pernyataan berstruktur, yang diajukan kepada masyarakat yaitu: Pengambil Keputusan Dalam Perencanaan Pembangunan (Pejabat Bappeda Tingkat I dan II, dan Ketua LKMD); Pengambil Keputusan Dalam Pelaksanaan Pembangunan (Kepala Dinas/Instansi Tingkat I dan II); Pelaku Kegiatan Pembangunan (Pemimpin Proyek Daerah/Sektoral dan Pengusaha Pelaksana Pembangunan); serta Pemerhati Lingkungan dan Pembangunan (Pemuka Agama, Pemuka Masyarakat dan LSM).
Untuk mengetahui persepsi masyarakat digunakan analisis statistik dengan memakai Skor T untuk mengubah skor mentah dari kuesioner yang menggunakan Skala Likert . Berdasarkan Skor T tersebut dilakukan penggolongan Persepsi Baik, Buruk dan Sedang.
Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat yang mempunyai persepsi baik sebanyak 62,07 %, persepsi sedang 8,28% dan persepsi buruk 29,65%. Masyarakat yang berpendidikan sedang dan rendah pada umumnya mempunyai persepsi buruk. Sebaliknya masyarakat yang berpendidikan tinggi pada umumnya mempunyai persepsi baik. Masyarakat yang berpendapatan rendah pada umumnya mempunyai persepsi buruk. Sebaliknya masyarakat yang berpendapatan tinggi dan sedang pada umumnya mempunyai persepsi baik.
Berdasarkan jenis pekerjaan; pengambil keputusan dalam perencanaan pembangunan pada umumnya mempunyai persepsi baik. Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pembangunan pada umumnya juga mempunyai persepsi baik. Demikian pula pelaku kegiatan pembangunan dan pemerhati lingkungan dan pembangunan secara umum mempunyai persepsi baik.
Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi upaya konservasi alam; pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan eko-teknologi dan sikap.
2. Terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan eko﷓ teknologi dan sikap.
3. Terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan ekoteknologi dan sikap.
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut tersimpul bahwa hipotesis (1) , (2) dan (3) terbukti.
Daftar pustaka 55 (1972 - 1994).

>ABSTRACT
This thesis is the result of research on four Dependent Variables and three Independent variables using a sample of 145 persons or 10% of 1452 persons.
Development is essential for sustained poverty reduction and for the purpose of improving the quality of life of the people. The fact that implementation of development has often caused environmental damage. Conditions of this type provide additional ground for rethinking our measurement of progress. Sustainable Development Policy is a development based upon environmental considerations as a means of achieving continuity and well-being of present and future generations. Indeed it reject policies and practices that support current living standards by depleting the productive base including natural resources, and that leaves future generations with poorer prospect and greater risk than our own. Operationally form of sustainable development policy, among other things is the effort of conservation, rational utilization of natural resources, and utilization of eco-technology.
Although the sustainable development policy established since 1978 by the Guidelines of State Policy, the fact shows that the environmental damage still happened, it seems the sustainable development policy is not very effectively implemented. And then come to the surface, the question is how to formulate the problem of "whether there is a different perception in community toward sustainable development policy". In such a case, it is the writer's opinion that education level, income level and kind of job are factors that influence the perception toward sustainable development. We can therefore draw up the following hypothesis:
1. There is a correlation among education level and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude.
2. There is a correlation among income level and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude.
3. There is a correlation among kind of job and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude.
The objectives of this research is to study the community's perception as a empirical manner toward sustainable development policy. Besides it is also to find out whether education level, income level, and kind of job have correlation with perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude. Then, the effect of this research is to obtain the data and empirical proof on community's perception toward the sustainable development policy, at the same time to know the perception of the community toward sustainable development policy. To enrich those who might concern to improve the management of living environment and to supply basic data for further research.
The data have been collected by questionnaires using 25 questions or structured statements, covering the decision makers in development planning (official of the regional development planning board at province and regency level, and chairman of the village development institutions); decision makers in the execution of development (head of the government instance at province and regency level); executors of development (sectoral/regional project leader and contractors); and observers of development and environment (representative of religious/community leader and community self supporting institutions).
To know the perception of the community, statistical analysis is used with T score to change raw data questionnaires which using Likert Scales. Based on T score it is done to classify good, moderate and bad perception toward sustainable development policy. The data analysis has pointed out that community who have had good perception 62.07%, moderate perception 8.28% and bad perception 29.65%.
Community of low and middle education level has had bad perception. The other side, community of high education level has had good perception.
Community of low income level has had bad perception. The other side, community of high and middle income level has had good perception. Based on kind of job: decision makers in development planning has had good perception. Decision maker in the execution of development has had good perception. Then, the executors of development and observers of development and environment have had good perception.
Based on the results of the examination of the hypothesis, it can be concluded that:
1. There is a correlation among education and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology, and attitude.
2. There is a correlation among income level and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude.
3. There is a correlation among kind of job and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude.
Based on the results of examination of the hypothesis, it can be concluded that hypothesis (1), (2), and (3) has been proven.
Bibliography : 55 (1972-1994)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Wahyudi
"Berbagai keterkaitan suatu perusahaan dengan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi menjadi perhatian stakeholders dan manajemen perusahaan di kalangan lokal, regional dan global. Perusahaan nasional yang bergerak di bidang energi khususnya eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi juga perlu memperkirakan berkelanjutannya korporasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model korporasi berkelanjutan perusahaan minyak dan gas bumi serta untuk mempelajari pengaruh sosial dan lingkungan terhadap keberlanjutan korporasi dan mempelajari tingkat sustainabilitas korporasi.
Metodologi penelitian ini adalah melakukan analisa korporasi berkelanjutan dengan menggunakan data publik PT. X, melakukan pengembangan model korporasi berkelanjutan dengan mengadopsi model triple bottom line API/IPIECA.
Pengukuran tingkat sustainabilitas PT. X dibandingkan dengan perusahaan minyak dan gas bumi dunia sebagai benchmark dan pendekatan logika Fuzzy untuk melihat penyebaran tingkat sustainabilitas perusahaan. Analisa sensitivitas dengan perubahan + 10% pada indikator sustainabilitas dilakukan untuk mengetahui indikator yang paling berpengaruh terhadap tingkat sustainabilitas.
Hasil penelitian didapatkan model korporasi berkelanjutan dengan pendekatan model triple bottom line API/IPIECA memberikan gambaran posisi perusahaan minyak dan gas bumi nasional relatif terhadap perusahaan di sektor perusahaan minyak dan gas bumi internasional. Tingkat sustainabilitas perusahaan minyak dan gas bumi PT. X sebesar 0,46 atau berada pada tingkat menengah. Tingkat sustainabilitas perusahaan minyak dan gas bumi dunia berada pada tingkat tinggi ? sangat tinggi. Model dengan pembobotan setara pada indikator inti memberikan perbedaan indeks sustainabilitas sebesar 4,3% dibandingkan dengan model DJSI (Dow Jones Sustainability Index).
Urutan sensitivitas indikator inti dari yang paling sensitif adalah Indikator lingkungan, disusul indikator sosial dan terakhir adalah indikator ekonomi. Perusahaan minyak dan gas bumi PT. X sensitif terhadap indikator lingkungan, dimana peningkatan 10% pada indikator lingkungan akan memberikan kenaikan 15,1% pada tingkat sustainabilitas.

Several relationships of corporation with environment, social and economic aspects become the concern of stakeholders and corporate management in local, regional dan global point of view. National corporation in energy sector especially exploration and production of oil and gas industry shall predict the sustainability of their corporation.
The purposes of this research are developing the model of corporate sustainability of oil and gas and learning influence of the economic, social and environment aspects regarding the corporate sustainability.
Method of thesis is analizing corporate sustainability by using public information of PT. X and PT. Y as comparation, developing model of corporate sustainability of which adopt triple bottom line model of API/IPIECA guideline. Measurement of sustainability score is compared to world class oil and gas company as benchmark and uses Fuzzy logic approach to review corporate sustainability index. Sensitivity analysis with + 10% changing of sustainability indicator is carried out to study the most affecting indicator to sustainability index.
The results of this research shows corporate sustainability model with triple bottom line model API/IPIECA approach gives relative position of national oil and gas company to international oil and gas company. Sustainability index of PT. X is 0,46 or in intermediate level. Sustainability index of world class oil and gas company in high ? very high level. Equal weighting model to core indicator gives sustainability index difference at 4,3% compared to DJSI Model (Dow Jones Sustainability Index).
Rank of core indicator sensitivity start from the most sensitive is environment indicator, social indicator and economic indicator. National oil and gas company PT. X is sensitive to environment indicator, of which 10% increment on environment indicator increases 15,1% of its sustainability index.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27544
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Rahayu
"Skripsi ini membahas integrasi kebijakan pembangunan berkelanjutan di Indonesia dengan mitigasi perubahan iklim. Sebagai negara berkembang, Indonesia tidak mempunyai kewajiban untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca tetapi masih bisa berkontribusi dengan berpartisipasi sebagai tempat pelaksanaan Clean Development Mechanism (CDM). Dengan demikian diperlukan persiapan dalam berbagai aspek kebijakan dan regulasi, aspek keuangan dan teknis selama pelaksanaan CDM. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mencari korelasi antara teori dan praktek. Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan wawancara dengan responden. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang akan memungkinkan Pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksaan CDM, mengingat mandat dari CDM di bawah Protokol Kyoto akan berakhir pada tahun 2012.

This thesis discussess integration of sustainable development policy in Indonesia with the climate change mitigation. As developing country, Indonesia has no obligation in restricting of its Green House Gas, but it still can contribute into Clean Development Mechanism (CDM) project execution. Consequently, it will take a preparation in many aspects of policy and regulation, financial and technical aspect during the CDM implementation. In connection with implication point, this research has become a problem focused research where the processed issue is based on theory or observing its correlation between theory and practice. Data are collected through library research and interviews with respondents. In general this research aims to provide policy recommendations that will enable the Government of Indonesia to maximize the benefits that can be secured, and the urgency that the current mandate of CDM under the Kyoto Protocols will expire in 2012."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S42825
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nandy Setiadi Djaya Putra
"Tujuan dari laporan praktik keinsiyuran pengaplikasian kegiatan K3LL, KEI dan profesionalisme di dalam pelaksanaan Praktik Keinsiyuran lampau pada proyek pembangunan gedung I-CELL FTUI, sehingga hasil identifikasi tersebut juga dapat digunakan sebagai pengalaman dan pembelajaran saat diaplikasikan di PK yang lain di masa mendatang dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para insiyur, termasuk pemilik atau pengelola bangunan, pengembang, pemerintah, dan masyarakat umum, tentang pentingnya mengadopsi konsep green building, memahami manfaat dan dampak positif dari pembangunan berkelanjutan serta dapat menginspirasi orang untuk mengambil tindakan yang lebih berkelanjutan dalam lingkungan. Pada proses Pembangunan Gedung I-CELL FTUI ini etika insinyur sangat penting dalam memastikan bahwa pembangunan gedung hijau tidak hanya memenuhi tujuan berkelanjutan tetapi juga memenuhi standar moral dan etika profesi. Pentingnya aspek K3LL dalam pembangunan gedung I-CELL FTUI adalah untuk menciptakan bangunan yang tidak hanya berkelanjutan secara lingkungan, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan penghuninya. Kompetensi bidang keilmuan yang dimiliki penulis digunakan atau diaplikasikan melalui proses Manajemen Pembangunan Gedung I-CELL FTUI, Penentuan parameter desain Gedung Hijau dan Desain Termal pada Gedung I-CELL FTUI agar dapat menghemat pemanfaatan energy dan mendapatkan kenyamanan termal. Kebutuhan akan ruang laboratorium Pendidikan yang terintegrasi dengan mengusung konsep berkelanjutan telah diwujudkan melalui selesainnya dan beroperasinya gedung i-CELL FTUI tepat waktu sehingga berhasil mewujudkan rencana strategis FTUI 2018-2020. Gedung I-CELL FTUI ini telah berhasil meraih sertifikat EDGE tingkat advanced certified dengan raihan 22% energy savings, 34% water savings, and 42% embodied energy savings in materials dan pengahargaan Subroto serta Asean Energy Award sebagai Gedung hemat energi, menunjukkan tujuan dari pembanguan gedung hijau sudah berhasil dicapai.

The purpose of the report on the implementation of safety, health, and environmental activities (K3LL, KEI, and professionalism) in the past Safety and Environmental Practices at the I-CELL FTUI building construction project is to use the identified results as an experience and learning when applied to other projects in the future. It is expected to raise awareness among engineers, building owners or managers, developers, government officials, and the general public about the importance of adopting green building concepts. Understanding the benefits and positive impacts of sustainable development is emphasized, with the hope of inspiring people to take more sustainable actions in their environment. In the process of constructing the I-CELL FTUI building, engineer ethics are crucial to ensure that the green building not only meets sustainable goals but also complies with moral standards and professional ethics. The significance of K3LL aspects in the construction of the I-CELL FTUI building is to create a structure that is not only environmentally sustainable but also prioritizes the well-being and safety of its occupants. The author's expertise in the field is applied through the Management of the I-CELL FTUI Building Construction process, determining parameters for Green Building design and Thermal Design in the I-CELL FTUI building to conserve energy utilization and achieve thermal comfort. The need for an Education laboratory space integrated with a sustainable concept has been realized through the timely completion and operation of the I-CELL FTUI building, successfully realizing the FTUI 2018-2020 strategic plan. The I-CELL FTUI building has achieved advanced EDGE certification with a 22% energy savings, 34% water savings, and 42% embodied energy savings in materials. It has also received the Subroto Award and the Asean Energy Award as an energy-efficient building, indicating the successful achievement of the goals of constructing a green building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Prisca Delima
"Ketahanan sosial-ekologi adalah kemampuan penyintasan masyarakat dalam menghadapi keterbatasan lingkungan agar dapat pulih apabila terjadi gangguan. Meskipun keterbatasan lingkungan alam dan sosial di Kota Batam dapat dikelola dengan kemajuan teknologi, potensi gangguan tetap perlu diperhitungkan agar perikehidupan dan kesejahteraan masyarakat tetap terjamin.
Riset ini bertujuan untuk mengkonstruksi model ketahanan sosial-ekologi dalam pembangunan berkelanjutan. Pendekatan riset menggunakan metoda gabungan dengan pendekatan kualitatif terkait kondisi ketahanan sosial-ekologi Kota Batam yang dianalisis menggunakan sarana Kualitas Kehidupan Sosial Budaya berbasis fuzzy logic interaksi antara elemen struktural, kultural dan prosesual berkenaan dengan capaian pembangunan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ketahanan sosial-ekologi sangat terkait dengan dinamika lokal, regional dan global; spesifikasi dan spesialisasi lingkungan setempat, karakteristik region, serta faktor-faktor sosial budaya yang berpengaruh dalam menentukan kekhasan lingkungan yang menentukan ketahanan sosial-ekologi. Kondisi ketahanan sosial-ekologi juga dapat bervariasi secara spasial dan menurut waktu sehingga model konseptual ketahanan sosial-ekologi perlu mengakomodasi strategi implementasi yang bersifat multicompartment sekaligus terintegratif.

Social-ecological resilience is the community’s surviving ability to face environmental limitations and possible disruptions. Although physical and social environmental limitations in the City of Batam can be managed with technological advances, the potential of disruptions should be taken into account to assure the good community’s livelihood and welfare.
This research is to construct a social-ecological resilience model in sustainable development. It is based on mixed method research with qualitative approach on the social-ecological resilience condition of the City of Batam; that is analyzed based on the Quality of Socio-Cultural Life that seeks through the fuzzy-logic-interaction between structural, cultural and processual elements on the results and transformation of development.
The results show that the social-ecological resilience condition is related with dynamics of local, regional and global conditions, local environment specifications and specializations, regional characteristics, as well as socio-cultural factors that determine the social-ecological resilience condition that can vary spatially and according to time. Therefore, the conceptual model of social-ecological resilience in sustainable development should accommodate multi-compartment and integrative strategy of implementation.

"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2629
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriatna
"Permodelan spasial merupakan bagian dari Ilmu Geografi sejalan dengan perkembangan teknologi, dimana salah satu ciri Ilmu Geografi adalah perspektif ruang (spasial). Geografi adalah studi ilmiah tentang fitur fisik bumi dan bagaimana manusia memengaruhi dan dipengaruhi oleh fitur-fitur ini. Preston E. James (1967) mengatakan bahwa Geografi adalah bidang ilmu pengetahuan, yang diawali dari pengamatan permukaan bumi, dan berkembang menjadi penelitian proses yang spesifik. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
P-pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Alti Nurmuhariaty Kusmayadi
"Perubahan iklim merupakan respons terhadap peningkatan konsentrasi gas rumah kaca sebagai akibat dari aktivitas manusia. Pada tahun 2015, UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) termasuk Indonesia menandatangani Perjanjian Paris (Paris Agreement). Salah satu kerangka kerja yang disediakan dalam Perjanjian Paris adalah terkait dengan dukungan keuangan/pembiayaan. Green bond didefinisikan sebagai instrumen keuangan pendapatan tetap untuk meningkatkan modal guna membiayai atau membiayai kembali (re-financing) proyek-proyek hijau yang memenuhi syarat. Kecenderungan green bond adalah menciptakan peluang untuk berinvestasi pada lingkungan dengan memberikan nilai terhadap lingkungan dan perekonomian sebuah negara. Namun, representasi green bond dalam pasar obligasi secara global ternyata tidak lebih dari 2%. Meskipun pasar green bond berkembang pesat di Indonesia, namun masih dalam tahap awal. Masalah dalam riset ini adalah fakta bahwa jumlah penerbitan green bond di Indonesia terutama oleh pihak korporasi masih rendah. Padahal kebijakan terkait sustainable finance di telah diberlakukan sejak 2014 dan pengaturan terkait kerangka green bond dan penerbitan green bond juga telah tersedia sejak 2017. Berdasarkan masalah tersebut, tujuan riset ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap kebijakan green bond dan memberikan rekomendasi kebijakan dalam rangka mendukung upaya terwujudnya pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif (mix method) menggunakan quantitative content analysis, analisis statistik deskriptif, analisis finansial dan wawancara mendalam. Hasil riset menunjukkan bahwa green bond di Indonesia memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai alternatif pembiayaan yang mendukung upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Hal-hal yang menjadi kendala dalam pengembangan pasar green bond di Indonesia antara lain adalah tidak adanya perbedaan keuntungan secara finansial bagi penerbit maupun investor yang berinvestasi pada green bond dan belum optimalnya insentif yang didapatkan bagi pihak yang berinvestasi pada green bond di Indonesia. Kesimpulan dari riset ini adalah diperlukan upaya tambahan dari yang telah dilakukan saat ini, seperti adanya bentuk insentif tambahan bagi pihak yang berinvestasi pada green bond, adanya penguatan regulasi/kebijakan yang dapat mendorong peningkatan dan pengembangan pasar green bond di Indonesia, dan kolaborasi antar pemerintah untuk mendukung pengembangan pasar green bond di Indonesia agar pembangunan berklenajutan dapat terwujud.

Climate change is a response to the increasing concentration of greenhouse gases resulting from human activities. In 2015, the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), including Indonesia, signed the Paris Agreement. One of the frameworks provided in the Paris Agreement is related to financial support. Green bonds are defined as fixed-income financial instruments used to raise or refinance capital for eligible green projects. The trend of green bonds aims to create opportunities for investing in the environment, adding value to both the environment and the economy of a country. However, the global representation of green bonds in the bond market is still less than 2%. Although the green bond market in Indonesia is growing rapidly, it is still in its early stages. The issue addressed in this research is the fact that the issuance of green bonds in Indonesia, primarily by corporate entities, remains low. This is despite the implementation of sustainable finance policies since 2014 and the availability of regulations and frameworks for green bond issuance since 2017. Based on this issue, the research aims to evaluate green bond policies and provide policy recommendations to support sustainable development efforts in Indonesia. The research methodology combines quantitative and qualitative methods (mixed method), utilizing quantitative content analysis, descriptive statistical analysis, financial analysis, and in-depth interviews. The research findings indicate that green bonds in Indonesia have the potential to be utilized as a financing alternative that supports sustainable development efforts. Constraints in the development of the green bond market in Indonesia include the lack of financial benefits for issuers and investors in green bonds and the suboptimal incentives provided to parties investing in green bonds in Indonesia. The conclusion of this research highlights the need for additional efforts beyond the current initiatives, such as providing additional incentives for parties investing in green bonds, strengthening regulations/policies to encourage growth and development of the green bond market in Indonesia, and fostering collaboration among governments to support the development of the green bond market in Indonesia to achieve sustainable development goals."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fauzan Fadliansyah
"Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak program TJSK terpadu dan bersifat pemberdayaan yang mengacu pada pedoman program pemberdayaan dalam PROPER. Literatur mengenai evaluasi program TJSK kurang membahas mengenai efektivitas program terpadu. Selain itu studi sebelumnya juga cenderung melihat bahwa PROPER adalah rujukan pelaksanaan program pemberdayaan yang baik di level operasional dan dapat meningkatkan kualitas program pemberdayaan. Dengan mengkombinasikan secara komprehensif beberapa alat evaluasi evaluasi seperti means-ends, SWOT, dan gap, studi ini ingin melihat sejauh mana program “Desa Binaan” yang mengikuti prosedur PROPER bisa mencapai tujuannya meningkatkan kondisi penerima manfaat, dan mendorong peningkatan kapasitas mereka untuk mandiri. Data dikumpulkan dengan metode kualitatif, yang ditunjang penggunaan metode most significant change untuk mendalami aspek dampak program secara tangible dan intangible. Hasil evaluasi menunjukan bahwa pengelolaan program secara prosedural sudah relatif sesuai dengan tahapan dan karakteristik program comdev dalam pedoman PROPER dan memperlihatkan dampak peningkatan kondisi ekonomi penerima manfaat, walaupun dalam lingkup terbatas. Namun partisipasi masyarakat yang rendah dan capacity building yang terbatas menunjukan bahwa secara substantif belum mencerminkan program yang baik dalam parameter program pemberdayaan yang berkelanjutan. Secara teoritik hal ini menunjukan bahwa upaya mendorong program pemberdayaan masyarakat secara otoritatif-top down dengan aturan legal tertentu, berisiko membuat pelaksanaannya menjadi prosedural dan tidak mencapai substansi pemberdayaan yang dimaksudkan.

This study aims to guide the impact of the integrated and empowering CSR program which refers to the empowerment program in PROPER. The literature on the evaluation of the CSR program does not discuss enough the effectiveness of the integrated program. In addition, previous studies also saw that PROPER is a good
reference for implementing empowerment programs at the operational level and can improve the quality of empowerment programs. By comprehensively combining several evaluation evaluation tools such as means-ends, SWOT, and gaps. This study wants to see the extent to which the "Desa Binaan" program that follows the PROPER
procedure to achieve the conditions of the beneficiaries, and encourage the improvement of their ability to be independent. Data were collected using qualitative methods, which were supported by the use of the most significant change method to explore aspects of the program's real and intangible impacts. The evaluation results
show that the procedural management of the program is relatively in accordance with the stages and characteristics of the comdev program in the PROPER guidelines and the impact of improving the economic conditions of the beneficiaries, although in a limited scope. However, the low community participation and limited capacity building show that substantively it has not reflected a good program in the parameters of a sustainable empowerment program. Theoretically, this shows that efforts to encourage community empowerment programs in an authoritative-top-down manner with certain rules run the risk of making their implementation procedural and not achieving the substance of empowerment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>