Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Minarti
"Stroke merupakan penyakit yang mulai menyerang usia produktif. Dampak yang ditimbulkan adalah kecacatan, sehingga mengakibatkan ketergantungan klien kepada keluarganya. Upaya yang dilakukan adalah memberikan pelaayanan rehabilitasi fisik melalui pemberdayaan klien dan keluarga dengan harapan ketergantungan klien kepada orang lain menjadi minimal dan klien mampu mandiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan klien dan keluarga dalam melakukan rehabilitasi fisik di rumah terhadap kemandirian aktivitas sehari-hari klien pasta stroke. Desain penclitian adalah kuasi eksperimen pre tes - pas tes dengan kelompok kontrol. Besar sampel adalah 54 responden, dengan rincian 27 responden kelompok kontrol dan 27 responden kelompok intervensi. Cara pemilihan sampel adalah non probability sampling jenis consecutive sampling.
Uji statistik yang digunakan adalah uji beda dua mean dependent samples test paired t test dan uji beda dua mean independent sample t test. Uji regresi Iinier ganda digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik klien dan keluarga terhadap kemandirian aktivitas klien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok intervensi yang dilakukan pendampingan 8 kali, peningkatan kemandirian lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang dilakukan pendampingan 4 kali (p=0,000). Peningkatan kemandirian klien pasca stroke dipengaruhi oleh pendidikan klien dan pendidikan keluarga yang merawat klien (p),000).
Saran untuk perawat komunitas adalah pemberdayaan klien dan keluarga perlu dikembangkan lebih lanjut sehingga potensi yang dimiliki oleh klien dan keluarga dapat digali dan ditingkatkan. Perawatan berkelanjutan perlu dibentuk oleh perawat komunitas dengan meningkatkan kemitraan antar pclayanan keperawatan dan antar profesi kesehatan yaitu antara perawat di rumah sakit dengan perawat yang berada di Puskesmas."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumampouw, Nathanael Elnadus Johanes
"Faktor psikologis dan kondisi kesehatan seseorang saling terkait (Di Matteo & Martin, 2002; Sarafino, 2002). Hal ini menjadi sesuatu yang penting pada penderita stroke. Defisit yang dialami pasta stroke dapat menjadi sesuatu yang permanen jika tidak melakukan usaha atau mendapatkan bantuan apapun untuk pulih. Pemulihan pada penderita stroke merupakan proses yang panjang dan membutuhkan usaha dan energi (Sarafino, 2002).
Penderita stroke membutuhkan keseimbangan antara harapan dengan kenyataan yang dialami terkait dengan kondisinya pasca stroke (Sarafino, 2002). Pada penderita stroke, harapan merupakan prediktor yang bermakna pada depresi dan hendaya psikososial (Farran, Herth & Popovich, 1995). Menurut Snyder (1994), terdapat 2 dimensi dalam definisi psikologis harapan, yaitu: waypower dan willpower. Willpower merupakan suatu kekuatan pendorong yang mengarahkan seseorang ke arah pencapaian tujuan sedangkan waypower merefleksikan rencana mental atau alur yang mengarahkan seseorang ke pencapaian tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat harapan seseorang pasca stroke di fase rehabilitasi. Untuk menjawab permasalahan penelitian, penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif pada 40 subyek yang berada di fase rehabilitasi pasca stroke.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara harapan subyek secara umum dan harapan subyek mengenai pemulihan kondisi pasca stroke. Berdasarkan dimensi yang ada, yaitu: willpower dan waypower, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam dimensi willpower secara umum dan willpower mengenai pemulihan kondisi pasca stroke. Willpower subyek tampak lebih bazar dalam hal pemulihan kondisi pasca stroke daripada dalam hal kehidupan subyek secara umum. Dalam hal waypower, tidak ada perbedaan yang bermakna antara waypower secara umum dengan waypower mengenai pemulihan kondisi pasca stroke. Jika dilakukan perbandingan antara waypower dan willpower dalam harapan secara umum maupun harapan mengenai pemulihan kondisi pasca stroke, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara dimensi waypower dan willpower pada harapan secara umum. Mayoritas subyek memiliki harapan secara umum maupun mengenai pemulihan kondisi pasca stroke. Harapan secara umum yang memadai pada subyek tampak dipengaruhi oleh kemampuan subyek dalam mengembangkan tujuan konkret pada kurun waktu 1 - 3 tahun ke depan.
Secara khusus, harapan subyek yang cukup memadai mengenai pemulihan kondisi pasta stroke dipengaruhi oleh tujuan yang dimiliki subyek akan kemajuan kondisi fisik yang diharapkannya. Mayoritas subyek diperoleh peneliti dari klinik, tempat rehabilitasi medik dan klub stroke. Hal ini merupakan indikasi adanya tujuan yang dimiliki oleh subyek untuk mencapai kemajuan/pemulihan serta mempertahankan kemajuan yang telah dicapai. Terkait dengan efek psikologis yang dialami, subyek cenderung mampu beradaptasi dengan efek stroke yang dialaminya. Mayoritas subyek merasa mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri meskipun mengalami keterbatasan fisik sebagai efek dari stroke yang dialami."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17872
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Citraresmi
"Masalah kecacatan cenderung meningkat terus sebagai dampak keberhasilan pembangunan di segala bidang. Peningkatan kecacatan bisa terjadi seiring transisi demografi ke arah struktur umur menua karena bertambahnya usia harapan hidup. Meningkatnya lanjut usia dapat berarti meningkatnya kelompok rentan terhadap kecacatan. Tingginya mobilitas manusia dan kemudahan transportasi meningkatkan angka kecelakaan dengan bermacam kecacatan. Pola penyakit yang mengarah kepada penyakit degeneratif, kanker, AIDS dan penyakit kronis lainnya, juga menjadi ancaman pada peningkatan kecacatan.
Rehabilitasi Medik adalah salah satu upaya kesehatan guna memulihkan fungsi-fungsi tubuh kembali seperti semula sehingga seseorang dapat hidup produktif atau lebih produktif. Dengan semakin meningkatnya keinginan untuk memperoleh mutu hidup yang lebih baik, upaya rehabilitasi menjadi lebih panting. Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Islam Jakarta saat ini mulai menjadi unit yang berperan penting dalam pelayanan dan memiliki pasar yang semakin bertambah. Dengan dijadikannya Unit Stroke Center sebagai layanan unggulan di Rumah Sakit Islam Jakarta, maka peran dari Unit Rehabilitasi Medik menjadi semakin penting dalam mendukung layanan unggulan tersebut.
Namun Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Islam Jakarta memiliki banyak pesaing yang perlu dicermati. Banyak rumah sakit yang kini sudah melengkapi diri dengan fasilitas Rehabilitasi Medik, bahkan kini mulai bermunculan Klinik Rehabilitasi Medik yang tidak tergabung dalam Rumah Sakit. Tidak adanya strategi pemasaran bagi Unit Rehabilitasi Medik dapat membuat Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Islam Jakarta sulit untuk bersaing dengan fasilitas Rehabilitasi Medik lain. Untuk itu, dilakukan penelitian analitik deskriptif yang mengidentifikasi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan bagi Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Islam Jakarta dengan menggunakan analisis SWOT, dan merumuskan strategi pemasaran bagi Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Islam Jakarta.
Dari hasil analisis SWOT, maka strategi yang sebaiknya dijalankan oleh Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Islam Jakarta dalam memasarkan produk layanannya untuk periode 2001 -- 2002 adalah Strategi Penetrasi Pasar. Strategi ini merupakan upaya untuk merebut market share secara agresif dengan mempromosikan produk secara intensif. Promosi produk ini harus dilakukan pada dua komponen, yaitu pasien sebagai end user dan pada dokter yang merujuk, baik dokter yang berpraktek di RSIJ maupun yang tidak berpraktek di RSIJ.

Marketing Strategy for Rehabilitation Medicine Unit at Jakarta Islamic HospitalDisability and impairment problems tend to increase as an impact of development in every sector. The increasing of disability and impairment can be happened as a result of several factors. One of those factors is demographic transition yielding older people in population because of increasing of life expectancy. Arising in the number of older people means the increasing of susceptibility to disability and impairment. Other factors are high mobility and quick access to transportation that can increase the accident rate with various disabilities. The morbidity pattern that is shifting to degenerative diseases, cancer, AIDS, and other chronic diseases, also is factor that can increase the disability and impairment.
Rehabilitation medicine is one of efforts that can be done to recover body functions that can make one can live productively or more productive. Rehabilitation medicine is becoming more important as increasing of willingness to have better quality of life. Rehabilitation medicine unit at Jakarta Islamic Hospital (RSIJ) currently becomes a unit that plays important role in services and has good potential market.
On the other hand, rehabilitation medicine unit RSIJ has several competitors to be aware. Rehabilitation medicine unit RSIJ will be difficult to compete because there is no marketing strategy. For that reason, a descriptive analytical study has been done using SWOT analysis to identify the opportunities, threats, strengths, and weaknesses of rehabilitation medicine unit of RSIJ.
From the result of SWOT analysis, rehabilitation medicine unit of RSIJ should take market penetration strategy as marketing strategy. The strategy is an effort to take or steal market snare aggressively by promoting the product intensively. The promotion should be done to 2 components: the patients as end user, and doctors, either works in RSIJ or not.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mentari Namira Pertiwi Isma
"Penelitian ini dilakukan pada 66 pasien yang sedang menjalani program rehabilitasi medik. Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran optimisme dan subjective well-being serta hubungan keduanya pada pasien yang sedang menjalani program rehabilitasi medik. Dari pengukuran menggunakan Life Orientation Test-Revised dan Subjective Happiness Scale,hasil menunjukkan tidak terdapat hubungan yan signifikan antara optimimse dan subjective well-being pada pasien yang sedang menjalani program rehabilitasi medik. Secara umum, mereka memiliki optimisme yang sedang dan tinggi, serta termasuk ke dalam kategori orang yang bahagia. Optimisme serta subjective well-being tidak ditemukan berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, serta jenis program rehabilitasi mereka.

This research is conducted with 66 medical rehabilitation patients. The purposeis to describe optimism, subjective well-being, and the relationship between the two in patients within a medical rehabilitation program. Using the Life Orientation Test-Revised and Subjective Happiness Scale, the result showed that optimism is not significantly correlated with subjective well-being among patients in a rehabilitation program. Generally, the patients’optimism are moderate and high, and so does their subjective well-being. There was no optimism and subjective well-being diferrences found in patients, based on their age, gender,occupation, education, marital status, and medical rehabilitation program."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikwan Yuda Pratama
"Alasan penghapus pidana merupakan alasan-alasan yang memungkinkan seseorang tidak dijatuhi hukuman terhadap orang yang melakukan perbuatan pidana. Adanya alasan penghapus pidana dalam KUHP merupakan cara untuk mengubah persepsi pandangan tersebut jika benar memenuhi syarat-syaratnya. Alasan Noetoestand dapat digunakan untuk membantu pasal 48 KUHP sebagai bentuk untuk menjalankan hukum yang tidak kaku agar suatu putusan dapat benar-benar terasa adil. Pada kasus Fidelis seorang yang menggunkan Ganja untuk alsan medis yang merupakan Narkotika Golongan-I untuk mengobati istrinya yang telah didiagnosa mengidap penyakit Syringomyelia. Fidelis dikenakan pasal 116 ayat (1) UU Narkotika divonis hukuman 8 bulan penjara serta dedenda Rp. 1.000.000.000 subsider 1 bulan penjara tanpa menghiraukan adanya noodtoestand (keadaan darurat) yang dialami oleh Fidelis. Kemudian pada kasus serupa yang dialami oleh Rossy dipidana penjara selama 10 bulan karena dianggap melanggar pasal 127 ayat (1) huruf a UU Narkotika karena mengkonsumsi racikan tanaman ganja untuk mengobati penyakit syaraf terjepit yang dialaminya. Rehabilitasi baik secara medis dan sosial diharapkan dapat dijadikan terobosan hukum yang dapat diterapkan bagi pelaku ganja medis sebagai bentuk hukuman yang bertujuan untuk memberikan manfaat kepada pelaku. Dalam memahami kebijakan penanggulangan kejahatan melihat tujuan pemidanaan dengan berbagai teori yang ada seharusnya dapat membuka pemikiran baru bagi para penegak hukum dalam hal menanggulangi kejahatan. Kemudian tujuan pemidanan pada KUHP Baru juga kedepannya perlu diperhatikan pada pelaksaannanya, karena jika hakim tidak mendalami dalam menggali suatu permasalahan maka pertauran yang ada pada KUHP Baru hanya merupakan tulisan kaku.

The criminal elimination ground is the reason that allows a person not to be convicted of the perpetrator of a crime. The existence of a criminal abolition rationale in the Code of Criminal Procedure is a way of changing the perception of such views if correctly fulfilling the conditions. Noetoestand's argument can be used to help enforce article 48 of the Covenant as a form of enforcing a law that is not rigid so that a judgment can really feel fair. In the case of Fidelis, a man who uses Ganja for medical purposes that are Group I Narcotics to treat his wife who has been diagnosed with Syringomyelia. Fidelis was sentenced to 8 months in prison and a fine of Rp. 1,000,000,000 subsider of 1 month in jail, regardless of the emergency situation experienced by Fidelis. Later in a similar case, Rossy was sentenced to 10 months in prison for allegedly violating article 127, paragraph 1, letter a of the Narcotic Drugs Act for consuming cannabis plants to treat the severe nervous disease he suffered. Rehabilitation, both medically and socially, is expected to be a legal breakthrough that can be applied to medical marijuana perpetrators as a form of punishment (sanctions/acts) aimed at benefiting the perpetrator. In understanding the crime policy, looking at the purposes of mediation with the various existing theories should open up new thoughts for law enforcement in terms of combating crime. Then the purposes of the investigation on the New Covenant should also be taken into account in the prosecution, because if the judge is not thorough in digging a problem then the statements in the New covenant are only rigid writing."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayi Adila Paramita
"Layanan rehabilitasi medik menghadapi permasalahan dalam hal keberlangsungan durasi dan intensitas terapi yang terbatas. Implementasi Internet of Things (IoT) pada unit rehabilitasi medik dapat membantu dokter dan perawat untuk memberikan perawatan yang akurat serta pemulihan yang lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk memilih alternatif terbaik IoT yang dapat diimplementasikan pada unit rehabilitasi medik di rumah sakit dengan memperhatikan kriteria penerapan Internet of Things dan kemampuan keuangan rumah sakit. Opini dari delapan orang ahli digunakan untuk mengidentifikasi dan memilih kriteria dan subkriteria yang mendukung proses penerapan IoT pada rehabilitasi medik di rumah sakit. Metode Best Worst Method (BWM) digunakan mendapatkan bobot prioritas dari kriteria dan subkriteria penerapan IoT. Metode Additive Ratio Assessment (ARAS) digunakan untuk mendapatkan tingkat utilitas setiap alternative IoT. Metode Zero One Goal Programming digunakan untuk memilih penerapan Internet of Things berdasarkan limitasi seperti tingkat utilitas ARAS dari setiap alternatif, biaya pengadaan dan instalasi, biaya pelatihan, dan biaya pemeliharaan. Hasil akhir didapatkan bahwa virtual reality adalah penerapan Internet of Things yang terpilih berdasarkan kriteria penerapan Internet of Things dan kemampuan keuangan rumah sakit.

Medical rehabilitation services face problems in terms of limited duration and intensity of therapy. The implementation of the Internet of Things (IoT) in medical rehabilitation is expected to help doctors and nurses to provide accurate care and faster recovery. This study aims to choose the best alternative IoT that can be implemented in medical rehabilitation units in hospitals by taking into account the factors of Internet of Things implementation and hospital financial capability. The opinions of eight experts were used to identify and select factors and sub-factors that support the process of applying IoT in medical rehabilitation in hospitals. The Best Worst Method (BWM) method is used to get priority weighting from the criteria and sub-criteria for applying IoT. The Additive Ratio Assessment (ARAS) method is used to obtain the utility level of each alternative IoT. The Zero One Goal Programming method is used to choose the implementation of Internet of Things based on limitations such as the ARAS utility level of each alternative, procurement and installation costs, training costs, and maintenance costs. The final result is that virtual reality is chosen based on the factors of Internet of Things implementation and the financial capability of the hospital."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tulaar, Angela B.M.
Jakarta: UI-Press, 2010
PGB 0285
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Boston: Butterworth-Heinemann , 1994
617.03 PHY
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Washington, DC: American Psychological Association, 1995
150.287 PSY
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Puspitasari Wulandari
"[ABSTRAK
LATAR BELAKANG. Rasa takut jatuh merupakan gejala psikologis yang umum terjadi pada usia lanjut. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap rasa takut jatuh merupakan multifaktorial antara lain kecemasan, depresi, aktivitas dasar sehari-hari dan penyakit kronis yang dimiliki. Rasa takut jatuh yang menimbulkan efek negatif akan menyebabkan menurunnya mobilitas fungsional dan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan mobilitas fungsional dan kualitas hidup pada populasi usia lanjut dengan rasa takut jatuh serta faktor mana yang paling mempengaruhi.
METODE. Disain observasional potong lintang. Penelitian dilakukan terhadap 108 usia lanjut yang didapat secara konsekutif. Analisis bivariat dengan uji Chi-Square dan analisis multivariat dengan regresi logistik. Penilaian rasa takut jatuh dengan kuesioner Falls Efficacy Scale-International (FES-I), tingkat kognisi dengan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE), rasa depresi dengan kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS), rasa cemas dengan kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HAM-A), aktivitas dasar dengan kuesioner Barthel Index, mobilitas fungsional dengan uji Timed Up and Go (TUG) dan kualitas hidup dengan European Quality of Life ? 5 Dimensions (EQ-5D).
HASIL. Subyek penelitian memiliki median Barthel Index 20 (15-20), median GDS 2 (0-13), dan median HAM-A 2 (0-22). Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan hubungan yang bermakna secara signifikan antara variabel aktivitas dasar dengan mobilitas fungsional (OR 3.421; IK95% 1.324-8.841). Juga didapatkan hubungan yang bermakna secara signifikan antara variabel aktivitas dasar dan depresi dengan kualitas hidup (OR 4.789; IK95% 1.836-12.497 dan OR 3.000; IK95% 1.172-7.682) . Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukan variabel aktivitas dasar merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap mobilitas fungsional (OR 3,421; IK95% 1,324-8,841) dan kualitas hidup (OR 4,789; IK95% 1,836-12,497).
KESIMPULAN. Faktor aktivitas dasar merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap mobilitas fungsional dan kualitas hidup pada usia lanjut dengan rasa takut jatuh.

ABSTRACT
BACKGROUND.Fear of falling is one of psychological symptom which is common among older adults. Factors which is contributed to fear of falling are multifactorial such as anxiety, depression, basic activity daily living (ADL) and chronic disease. Negative effect caused by fear of falling will lead to decreasing in functional mobility and quality of life. The purpose of this study is to find factors that affects functional mobility and quality of life in elderly population and also to find which factors that most affect it.
METHODS.Cross-sectional observasional study design in 108 subjects taken consecutively. Bivariat analysis use chi-square test and multivariat analysis use logistic regression. Fear of falling assessed with Falls Efficacy Scale-International (FES-I) questionnaire, cognitive state with Mental State Examination (MMSE), depression with Geriatric Depression Scale (GDS), anxiety with Hamilton Rating Scale for Anxiety (HAM-A), basic ADL with Barthel Index, functional mobility with Timed Up and Go test (TUG) and quality of life with European Quality of Life ? 5 Dimensions (EQ-5D).
RESULTS. Median of Barthel Index, GDS and HAM-A are 20 (15-20), 2 (0-13) and 2 (0-22). Bivariat analysis show that there is significantly relationship between basic ADL variable and functional mobility (OR 3.421; IK95% 1.324-8.841). There are also significantly relationship between basic ADL variable, depression variable and quality of life (OR 4.789; IK95% 1.836-12.497 dan OR 3.000; IK95% 1.172-7.682). Multivariat analysis show that basic ADL is the most influence variable to functional mobility (OR 3,421; IK95% 1,324-8,841) and to quality of life (OR 4,789; IK95% 1,836-12,497).
CONCLUSIONS. Basic activity daily living of elderly with fear of falling is the most influence factor to functional mobility and quality of life.;BACKGROUND.Fear of falling is one of psychological symptom which is common among older adults. Factors which is contributed to fear of falling are multifactorial such as anxiety, depression, basic activity daily living (ADL) and chronic disease. Negative effect caused by fear of falling will lead to decreasing in functional mobility and quality of life. The purpose of this study is to find factors that affects functional mobility and quality of life in elderly population and also to find which factors that most affect it.
METHODS.Cross-sectional observasional study design in 108 subjects taken consecutively. Bivariat analysis use chi-square test and multivariat analysis use logistic regression. Fear of falling assessed with Falls Efficacy Scale-International (FES-I) questionnaire, cognitive state with Mental State Examination (MMSE), depression with Geriatric Depression Scale (GDS), anxiety with Hamilton Rating Scale for Anxiety (HAM-A), basic ADL with Barthel Index, functional mobility with Timed Up and Go test (TUG) and quality of life with European Quality of Life ? 5 Dimensions (EQ-5D).
RESULTS.Median of Barthel Index, GDS and HAM-A are 20 (15-20), 2 (0-13) and 2 (0-22). Bivariat analysis show that there is significantly relationship between basic ADL variable and functional mobility (OR 3.421; IK95% 1.324-8.841). There are also significantly relationship between basic ADL variable, depression variable and quality of life (OR 4.789; IK95% 1.836-12.497 dan OR 3.000; IK95% 1.172-7.682). Multivariat analysis show that basic ADL is the most influence variable to functional mobility (OR 3,421; IK95% 1,324-8,841) and to quality of life (OR 4,789; IK95% 1,836-12,497).
CONCLUSIONS.Basic activity daily living of elderly with fear of falling is the most influence factor to functional mobility and quality of life.;BACKGROUND.Fear of falling is one of psychological symptom which is common among older adults. Factors which is contributed to fear of falling are multifactorial such as anxiety, depression, basic activity daily living (ADL) and chronic disease. Negative effect caused by fear of falling will lead to decreasing in functional mobility and quality of life. The purpose of this study is to find factors that affects functional mobility and quality of life in elderly population and also to find which factors that most affect it.
METHODS.Cross-sectional observasional study design in 108 subjects taken consecutively. Bivariat analysis use chi-square test and multivariat analysis use logistic regression. Fear of falling assessed with Falls Efficacy Scale-International (FES-I) questionnaire, cognitive state with Mental State Examination (MMSE), depression with Geriatric Depression Scale (GDS), anxiety with Hamilton Rating Scale for Anxiety (HAM-A), basic ADL with Barthel Index, functional mobility with Timed Up and Go test (TUG) and quality of life with European Quality of Life ? 5 Dimensions (EQ-5D).
RESULTS.Median of Barthel Index, GDS and HAM-A are 20 (15-20), 2 (0-13) and 2 (0-22). Bivariat analysis show that there is significantly relationship between basic ADL variable and functional mobility (OR 3.421; IK95% 1.324-8.841). There are also significantly relationship between basic ADL variable, depression variable and quality of life (OR 4.789; IK95% 1.836-12.497 dan OR 3.000; IK95% 1.172-7.682). Multivariat analysis show that basic ADL is the most influence variable to functional mobility (OR 3,421; IK95% 1,324-8,841) and to quality of life (OR 4,789; IK95% 1,836-12,497).
CONCLUSIONS.Basic activity daily living of elderly with fear of falling is the most influence factor to functional mobility and quality of life., BACKGROUND.Fear of falling is one of psychological symptom which is common among older adults. Factors which is contributed to fear of falling are multifactorial such as anxiety, depression, basic activity daily living (ADL) and chronic disease. Negative effect caused by fear of falling will lead to decreasing in functional mobility and quality of life. The purpose of this study is to find factors that affects functional mobility and quality of life in elderly population and also to find which factors that most affect it.
METHODS.Cross-sectional observasional study design in 108 subjects taken consecutively. Bivariat analysis use chi-square test and multivariat analysis use logistic regression. Fear of falling assessed with Falls Efficacy Scale-International (FES-I) questionnaire, cognitive state with Mental State Examination (MMSE), depression with Geriatric Depression Scale (GDS), anxiety with Hamilton Rating Scale for Anxiety (HAM-A), basic ADL with Barthel Index, functional mobility with Timed Up and Go test (TUG) and quality of life with European Quality of Life – 5 Dimensions (EQ-5D).
RESULTS.Median of Barthel Index, GDS and HAM-A are 20 (15-20), 2 (0-13) and 2 (0-22). Bivariat analysis show that there is significantly relationship between basic ADL variable and functional mobility (OR 3.421; IK95% 1.324-8.841). There are also significantly relationship between basic ADL variable, depression variable and quality of life (OR 4.789; IK95% 1.836-12.497 dan OR 3.000; IK95% 1.172-7.682). Multivariat analysis show that basic ADL is the most influence variable to functional mobility (OR 3,421; IK95% 1,324-8,841) and to quality of life (OR 4,789; IK95% 1,836-12,497).
CONCLUSIONS.Basic activity daily living of elderly with fear of falling is the most influence factor to functional mobility and quality of life.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>