Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148319 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kumaat, Meike
"DKI Jakarta, sebagai kota metropolitan, masalah transportasi, khususnya angkutan umum, merupakan salah satu masalah yang memerlukan penanganan yang cukup serius. Tingginya arus migrasi akan menyebabkan semakin membengkaknya jumlah penduduk di Jakarta. Pada tahun 1998, tercatat bahwa DKI Jakarta dengan luas wilayah 650 km2 mempunyai jumlah penduduk sebesar 8.5 juta jiwa. Kondisi ini akan berdampak pula pada tingginya tingkat mobilitas kendaraan di Jakarta, yang pada akhirnya akan berakibat meningkatnya jumlah permintaan (demand) akan angkutan umum.
Pemerintah Daerah DKI Jakarta Dinas LLAJ mencatat bahwa pada tahun 1998 jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta berjumlah 3.867.562 unit, di mana hanya sekitar 2 % dari jumlah tersebut yang berupa angkutan umum. Di samping itu, tercatat pula bahwa jumlah perjalanan orang di Jakarta adalah 16 juta perjalanan orang perhari. Dari jumlah tersebut, 50.8 % di antaranya dilakukan dengan menggunakan kendaraan pribadi dan sisanya sebesar 49.2 % dilakukan dengan menggunakan angkutan umum. Jumlah angkutan umum, khususnya bus kota, yang masih sangat minim tersebut idealnya mampu memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat tersebut, yang sebagian besar merupakan golongan ekonomi menengah ke bawah, dan mayoritas tidak mempunyai pilihan lain (captive) selain menggunakan angkutan umum. Akan tetapi pada kenyataannya, saat ini terjadi penurunan tingkat pelayanan dan kinerja angkutan umum bus kota. Hal ini terjadi karena pada saat ini jumlah angkutan umum tidak mampu mengimbangi tingkat permintaan atau tidak mampu mengangkut jumlah penumpang yang ada. Dalam angkutan umum ada tiga dimensi yang menentukan, yaitu dimensi evaluasi pelayanan, yang akan ditentukan oleh pengguna (user), dimensi kinerja pelayanan yang Iebih banyak ditinjau dari sisi operator angkutan umum, dan dimensi kebijakan pemerintah (regulator). Masyarakat, dalam hal ini bertindak sebagai pengguna, akan menentukan bagaimana permintaan muncul. Di lain pihak, operator akan menentukan bagaimana penawaran (supply) dapat diselenggarakan. Dimensi yang ketiga, yaitu regulator dalam ha! ini pemerintah, dituntut untuk dapat memadukan kepentingan dari 2 (dua) dimensi sebelumnya yang saling berinteraksi, dengan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan sehingga proses interaksi tersebut dapat berjalan dengan baik.
Dari hasil analisis dengan menggunakan analisis korelasi kanonik terhadap variabel-variabel yang menentukan dalam setiap dimensi yang ada diperoleh hasil bahwa ada hubungan (korelasi) yang sangat kuat antara dimensi kinerja pelayanan dengan dimensi kebijakan. Hal ini berarti ada hubungan yang sangat kuat antara kebijakan pemerintah dengan kinerja pelayanan perusahaan angkutan umum. Bagi perusahaan angkutan umum (operator) untuk meningkatkan kinerja pelayanan sangat tergantung dari besarnya tarif angkutan umum yang ditetapkan pemerintah.
Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa hubungan antara dimensi kebijakan dan dimensi evaluasi pelayanan angkutan umum temyata juga sangat kuat. Tarif yang ditetapkan pemerintah berkaitan sangat erat dengan pendapatan kendaraan dan panjang rute. Besamya kredit lunak dan subsidi yang diterima oleh perusahaan angkutan umum akan mempengaruhi jumlah kendaraan yang beroperasi, sehingga memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memperoleh angkutan yang dikehendaki. Jadi, pada sisi perusahaan angkutan umum yang penting adalah penetapan tarif yang sesuai dan pemberian kredit lunak yang dipermudah agar perusahaan dapat mengoperasikan angkutan dengan baik. Pada sisi konsumen pemakai jasa angkutan umum, pada dimensi evaluasi pelayanan mengisyaratkan perlunya pemberian subsidi agar kedua belah pihak merasakan keuntungan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T3671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bolleau, Janet
Jakarta: APA Publications (HK) , 1991
910.202 BOL i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Kemacetan dapat terjadi akibat dibangunnya pusat - pusat perbelanjaan seperti Jakarta City Center (JaCC) karena akan mengakibatkan bangkitan perjalanan kendaraan (trip generation) baik kendaraan pribadi maupun kendaraan angkutan umum dan barang.
Metode analisis yang digunakan untuk menghitung bangkitan perjalanan (kendaraan angkutan umum dan barang) di kawasan bukan pemukiman (non-home based trip ) adalah Trip Rate Anaiysis Technique, metode ini menggunakan data - data (Iuas area dan jumlah unit kios) dari tempat Iain atau Iokasi pembanding yang mempunyai kesamaan karakteristik dengan lokasi studi ( C. Jotin Khristy, 1990 ).
Hasil analisis bangkitan perjalanan yang ditimbulkan oieh Pusat Perbelanjaan Jakarta City Center (JaCC) untuk angkutan umum (penumpang) yang mempunyai trayek dibedakan menjadi dua yaitu bangkitan perjalanan yang terjadi pada angkutan penumpang existing (yang sudah ada). yaitu Bis Kecil 115 kend/jam, APB 1250 kend/jam. Bemo 354 kend/jam dan bangkiian perjalanan angkutan penumpang tambahan, yaitu Bis Kecii 272 kend/jam, APB 2275 kendqam, Bemo 905 kend/jam.
Sedangkan bangkitan perjalanan untuk angkutan- penumpang yang tidak mempunyai trayek merupakan gabungan antara yang sudah ada (existing) dengan yang tambahan, yaitu Bajaj 1632 kend/jam, Taksi 111 kendqam, Ojek 2611 kend/jam. Dan untuk bangkitan perjalanan angkutan barang per-jam sesuai dengan jenis angkutan barang adalah mobil Pick Up 102 kend/jam dan mobil Box 76 kend/jam.
Dari data bangkitan perjalanan yang didapat dan apabila diterapkan dengan kondisi jalan disekitar lokasi JaCC sekarang ini maka jalan tersebut tidak dapat mengakomodasi bangkitan perjaianan kendaraan angkutan umum ( penumpang ) yang ditimbulkan oleh JaCC. Disarankan dilakukan perbaikan - perbaikan atau menyediakan sarana transportasi baru di Iokasi tersebut supaya akibat yang ditimbulkan oleh bangkitan perjalanan angkutan umum ( penumpang ) terutama kemacetan lalu - Iintas dapat diatasi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jogi Harjudanto
"Koridor Sudirman - Thamrin, tercipta dari hasil perkembangan kebutuhan kawasannya akan akses yang dapat menghubungi berbagai kawasan lain. Berbagai jenis angkutan umum telah memberikan kontribusinya dalam turut serta mengefektifkan pemanfaatan lahan guna efisiensi ruang, biaya dan waktu. Dan kenyaraan yang teriihat, kendaraan pribadi memberikan kontribusi besar terhadap dampak kemacetannya dibandingkan dengan pengguna angkutan umum.
Untuk itu maka diperlukan suatu perhitungan nilai waktu perjalanan pengguna angkutan umum dan kendaraan pribadi, sebagai salah satu elemen yang mendukung eksistensi dan keberadaan moda baru yang akan direncanakan. Melalui perbedaan selisih biaya perjalanan (Travel Cost), juga waktu perjalanan (Travel time) pengguna angkutan umum dan kendaraan pribadi, akan didapatkan suatu formulasi besaran nilai waktu perjalanan (Travel Time Value) yang dapat mewakili dari komunitas di koridor terrebut.
Penelitian ini bertujuan :
1. Memperoleh suatu pendekatan mode yang legitable dan dapat dipergunakan untuk kasus-kasus yang memiliki variabet setara. Sehingga melalui pendekatan model ini, Idta dapat memulai suatu tahapan proses kebijakan/keputusan.
2. Mengetahui secara terukur hingga seberapa besar kemampuan dan kesudian dari responden untuk membayar lebih guna mewujudkan suatu wahana baru yang jauh lebih efisien, efektif, nyaman dan terjadwal.
Dengan menggunakan pemodelan binary logit, dihasilkan suatu nilai waktu perjalanan dari 500 responden yang terbagi atas pengguna kendaraan pribadi dan angkutan umum.
Hasil perhitungan nilai waktu perjalanan di koridor Sudirman - Thamrin adalah sbb :
1. Untuk pelaku perjalanan dengan mobil pribadi, nilai waktu perjalanan per jam di kawasan KST (Koridor Sudirman-Thamrin) adalah Rp. 1.700,
2. Untuk pengguna angkutan umum sebesar Rp. 1.300,- per jam.
3. Gabungan dari kedua moda sebesar Rp. 1.500,- per jam.
Tingkat kesudian pengguna jasa untuk membayar lebih pada system baru yang ditawarkan untuk moda gabungan adalah Rp. 730,-, untuk moda pribadi Rp.770,-dan untuk moda angkutan umum adalah Rp.700,-"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Luthfi Aziz
"Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di wilayah Jabodetabek mencapai Rp.3 triliun/tahun untuk biaya operasi kendaraan dan Rp. 2,5 triliun/tahun untuk waktu perjalanan. Dalam rangka menanggulangi permasalahan transportasi, termasuk kemacetan lalu-lintas di wilayah Jabodetabek, studi SITRAMP (2004) merekomendasikan perlunya program pengembangan angkutan
umum. Rekomendasi ini perlu dicermati, mengingat adanya opini sebagian masyarakat yang menganggap angkutan umum khususnya jenis minibus (angkot) tidak efisien dan merupakan biang keladi kemacetan. Penelitian ini bertujuan mengkaji karakteristik dan perilaku angkutan umum jenis minibus dan pengaruhnya terhadap kinerja lalu-lintas, mengkaji karakteristik desain lingkungan sekitar dan pengaruhnya terhadap perilaku lalu-lintas, serta memberikar saran/masukan dalam penanganan masalah lalu-lintas. Sebagai studi kasus diambil segmen ruas jl. Ciledug Raya depan CBD Ciledug Mall, kota Tangerang.
Pengumpulan data perilaku lalu-lintas dilakukan melalui pengamatan video kamera. Metode analisa yang digunakan adalah analisa korelasi, regresi, dan analisa deskriptif. Hasil analisa menunjukkan bahwa angkutan umum minibus memiliki perilaku lalu-lintas yang unik untuk setiap trayeknya, dan mempunyai pola berbeda untuk setiap arah pergerakannya. Motiv ekonomi, faktor kebiasaan, sistem budaya dan norma tidak tertulis yang berlaku di antara para pengemudi angkutan umum minibus, melatar belakangi perilaku lalu-lintas tersebut. Variabel load factor memiliki korelasi sedang terhadap variabel kecepatan angkutan umum minibus, dan variabel jumlah penumpang naik/turun memiliki korelasi kuat terhadap variabel rata-rata lama henti angkutan umum minibus. Pengaruh perilaku lalu-lintas angkutan umum minibus, meliputi: jumlah kendaraan berhenti, dan kecepatan rata- rata angkutan umum minibus mempunyai korelasi kuat dan sedang terhadap variabel kecepatan kendaraan pribadi roda-4 arus menerus. Desain bukaan median/simpang di lokasi studi tidak sesuai dengan standar geometri simpang yang ada, dan mengakibatkan konflik ruang gerak antara jalur lalu-lintas belok kanan dengan garis henti (stop line) arus lalu-lintas terlawan. Desain bukaan median juga tidak sejalan dengan adanya rambu dilarang belok kanan dan berputar bagi arus lalu-lintas dari arah jalan Ciledug Raya (Timur). Disarankan penutupan bukaan median, rehabilitasi fungsi terminal dan halte, evaluasi sistem perizinan trayek, dan penataan ulang trayek/rute angkutan umum
Economic losses due to traffic jams in the Greater Jakarta area reach Rp. 3 trillion/year for vehicle operating costs and Rp. 2.5 trillion/year for travel time. In order to overcome transportation problems, including traffic congestion in the Greater Jakarta area, the SITRAMP study (2004) recommends the need for a public transportation development program. This recommendation needs to be observed, given the opinion of some people who think that public transportation, especially the minibus (angkot) is inefficient and is the cause of congestion. This study aims to examine the characteristics and behavior of minibus types of public transportation and their effect on traffic performance, examine the design characteristics of the surrounding environment and its influence on traffic behavior, and provide suggestions/inputs in handling traffic problems. As a case study, the segment of the Jl. Ciledug Raya in front of CBD Ciledug Mall, Tangerang city.
Traffic behavior data collection is done through video camera observations. The analytical method used is correlation analysis, regression, and descriptive analysis. The results of the analysis show that minibus public transport has a unique traffic behavior for each route, and has a different pattern for each direction of movement. Economic motives, habit factors, cultural systems and unwritten norms that apply among minibus public transport drivers are the background of the traffic behavior. The load factor variable has a moderate correlation to the variable speed of minibus public transport, and the variable number of passengers getting on/off has a strong correlation to the variable average length of stopping of minibus public transport. The influence of minibus public transport traffic behavior, including: the number of vehicles stopped, and the average speed of minibus public transport has a strong and moderate correlation to the variable speed of continuous flow 4-wheeled private vehicles. The design of the median/intersection opening at the study site is not in accordance with the existing intersection geometry standards, and results in a conflict of movement space between right-turning traffic lanes and the stop line of opposing traffic flows. The design of the median opening is also not in line with the sign prohibiting turning right and turning for traffic flow from the Ciledug Raya (East) road. It is recommended to close the median opening, rehabilitate the function of terminals and bus stops, evaluate the route licensing system, and rearrange public transport routes/routes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24752
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Fadhli
"Skripsi ini membahas tentang kebijakan politik perkotaan di DKI Jakarta, dengan studi kasus penertiban dan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Tanah Abang pada masa Pemerintahan Joko Widodo (2012-2014) dan Basuki Tjahaja Purnama (2014-2017). Tujuannya adalah untuk mengetahui proses penertiban dan relokasi PKL di Tanah Abang, dimana terjadi konflik kepentingan di dalamnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara dan studi kepustakaan. Untuk mencari solusi yang dapat disetujui bersama, pemerintah DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Jokowi dan Ahok mencoba membangun hubungan bisnis dengan PKL dengan membentuk koalisi. Sesuai dengan teori Growth Machine, koalisi yang dibangun disebut sebagai progrowth coalition. Namun, solusi tersebut tidak dapat menyelesaikan permasalahan tentang PKL, karena pemerintah DKI Jakarta yang tidak bisa menjaga komitmennya sebagai syarat keberlangsungan koalisi tersebut.

This paper explains about the Urban Policy of Jakarta with case study the control and relocation of PKL in Tanah Abang under Jokowi (2012-2014) and Basuki Tjahaja Purnama (2014-2017) regime. The purpose of this study is to understand the process behind the relocation in Tanah Abang, where there has been conflict of interest underneath. This study is a qualitative research, the data were gathered by in depth interview and conducting library research. To come up with acceptable agreement between all stakeholders, the government under Jokowi and Ahok has tried to build a business relation with PKL by forming a coalition. By using Growth Machine theoretical framework, the coalition, that the government tried to establish, is called pro-growth coalition. However, this solution cannot completely solve the problems about PKL because the government of DKI Jakarta cannot keep their commitment which is required to sustain the coalition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2020
388 REF
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Lutfi Aziz
"Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di wilayah Jabodetabek mencapai Rp.3 triliun/tahun untuk biaya operasi kendaraan dan Rp. 2,5 triliun/tahun untuk waktu perjalanan. Dalam rangka menanggulangi permasalahan transportasi, termasuk kemacetan lalu-lintas di wilayah Jabodetabek, studi SITRAMP (2004) merekomendasikan perlunya program pengembangan angkutan umum. Rekomendasi ini perlu dicermati, mengingat adanya opini sebagian masyarakat yang menganggap angkutan umum khususnya jenis minibus (angkot) tidak efisien dan merupakan biang keladi kemacetan.
Penelitian ini bertujuan mengkaji karakteristik dan perilaku angkutan umum jenis minibus dan pengaruhnya terhadap kinerja lalu-lintas, mengkaji karakteristik desain lingkungan sekitar dan pengaruhnya terhadap perilaku lalu-lintas, serta memberikan saran/masukan dalam penanganan masalah lalu-lintas. Sebagai studi kasus diambil segmen ruas jl. Ciledug Raya depan CBD Ciledug Mall, kota Tangerang. Pengumpulan data perilaku lalu-lintas dilakukan melalui pengamatan video kamera. Metode analisa yang digunakan adalah analisa korelasi, regresi, dan analisa deskriptif.
Hasil analisa menunjukkan bahwa angkutan umum minibus memiliki perilaku lalu-lintas yang unik untuk setiap trayeknya, dan mempunyai pola berbeda untuk setiap arah pergerakannya. Motiv ekonomi, faktor kebiasaan, sistem budaya dan norma tidak tertulis yang berlaku di antara para pengemudi angkutan umum minibus, melatar belakangi perilaku lalu-lintas tersebut. Variabel load factor memiliki korelasi sedang terhadap variabel kecepatan angkutan umum minibus, dan variabel jumlah penumpang naik/turun memiliki korelasi kuat terhadap variabel rata-rata lama henti angkutan umum minibus. Pengaruh perilaku lalu-lintas angkutan umum minibus, meliputi: jumlah kendaraan berhenti, dan kecepatan ratarata angkutan umum minibus mempunyai korelasi kuat dan sedang terhadap variabel kecepatan kendaraan pribadi roda-4 arus menerus.
Desain bukaan median/simpang di lokasi studi tidak sesuai dengan standar geometri simpang yang ada, dan mengakibatkan konflik ruang gerak antara jalur lalu-lintas belok kanan dengan garis henti (stop line) arus lalu-lintas terlawan. Desain bukaan median juga tidak sejalan dengan adanya rambu dilarang belok kanan dan berputar bagi arus lalu-lintas dari arah jalan Ciledug Raya (Timur). Disarankan penutupan bukaan median, rehabilitasi fungsi terminal dan halte, evaluasi sistem perizinan trayek, dan penataan ulang trayek/rute angkutan umum.

Annual economic loss caused by traffic congestion in Jabodetabek region could be as much as Rp. 3,000 billion for vehicle operating costs and Rp. 2,500 billion for travel time. To overcome transportation problem, including traffic congestion in Jabodetabek region, study SITRAMP (2004) recommending the importance of public transport development program. This recommendation require to be applied neglectlessly, considering of some people opinion assuming that public transport especially for minibus type (angkot) is inefficient and represent the major cause of traffic congestion problem.
This study aim to identify characteristic and traffic behavior of angkot and its influence to traffic performance, identify characteristic of engineering design and its influence to traffic behavior, and give suggestion in handling of traffic problem. As case study one segment of jl. Ciledug Raya front of CBD Ciledug Mall, Tangerang was chosen.Data collecting was conducted by video camera observing. The analysis use method of correlation, regression, and decriptive analysis.
Result of analysis showed that minibus public transport has unique traffic behavior to each its route, and has pattern differ to each flow direction. Economic motivation, habit factor, cultural system and unwritten norm among driver of minibus public transport represent background of their traffic behavior. Variable of load factor have medium correlation to variable speed of angkot, and variable of number of loading/unloading passenger have strong correlation to variable mean of stopped time. Influence of minibus (angkot) traffic behavior which represented by variable: number of stopped vehicle and mean speed of angkot, have strong and medium correlation to variable mean speed of private vehicle (4 wheels) of through traffic.
Design of existing median opening (intersection) in study area disagree with intersection geometry standard, and result conflict between lane of right turn traffic and stopping line of opposed traffic. Design of median opening was also disagree with traffic sign of prohibited right turn and prohibited u-turn for traffic from jl. Ciledug Raya (Eastbound). It is suggested to close of median opening, rehabilitation of terminal and shelter function, evaluation of public transport route permit system, and rearrange public transport route.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40657
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arianti Dyah Pitasari
"Faktor penyebab utama kecelakaan dibagi menjadi 3 kelompok besar. Pertama, dari segi perilaku pengendara atau 91% disebabkan oleh faktor manusia, contohnya seperti berkendara dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan, ketidakfokusan dalam berkendara, berkendara dalam kondisi lelah dan tidak sadar. Kedua, sebanyak 5% adalah faktor kendaraan yang kurang atau tidak memenuhi standar keselamatan. Ketiga, dari segi lingkungan yaitu faktor jalan 3% dan faktor lingkungan 1%, contohnya lingkungan yang kurang bersahabat seperti salju, badai, jalanan berlubang, dan makhluk hidup/benda yang melintas di sepanjang jalan.
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan karena hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran ramburambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Semua hal tersebut lebih sering terjadi pada angkutan umum dimana pengemudinya terbilang cukup nekad dalam mengendarai kendaraan yang dibawanya.
Seringkali pengemudi angkutan umum mengabaikan keselamatan penumpang bahkan dirinya sendiri demi mencukupi kebutuhan setoran hari itu. Seperti : mengemudi dengan melebihi batas kecepatan yang diperbolehkan, menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat, mengabaikan peraturan lalu lintas yang ada, dll.
Hal ini merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan pengemudi menjadi kurang memperhatikan aspek keselamatan berkendara di jalan raya yang dapat membahayakan jiwa penumpang ataupun dirinya sendiri. Dengan kata lain mereka akan berusaha sekeras dan secepat mungkin mengambil penumpang untuk menutup biaya setoran dengan mengesampingkan aspek keselamatan. Sikap seperti ini tercipta karena banyaknya perusahaan-perusahaan angkutan umum yang bermunculan dengan rute trayek yang hampir sama sehingga para pengemudinya seolah menjadi berlomba untuk mendapatkan penumpang.
Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan individu lain di sekitarnya. Dalam hubungan ini, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah : pertama adalah faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan itu sendiri, seperti selektivitas. Kedua adalah faktor ekstern yang merupakan faktor diluar manusia. faktor internal meliputi usia, pendidikan terakhir, lama bekerja menjadi pengemudi, pengalaman, dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi jalan dan peraturan perundangan.
Analisis univariat menghasilkan, pengemudi mikrolet T19 paling banyak berusia antara 31-40 tahun dengan persentase 45,8%, pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA/Sederajat dengan persentase 46,9%, lama bekerja menjadi pengemudi terbanyak adalah 0-4 tahun dengan persentase 37,3%. Sebanyak 87,5% pengemudi menyatakan memiliki pengalaman terkena tilang dan sebanyak 39,6% pengemudi mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan. Terdapat sebanyak 57,3% pengemudi yang pengetahuan terhadap aspek keselamatan berkendaranya masih kurang baik. Berdasarkan pendapat pengemudi, 57,3% mengatakan bahwa jalanan yang mereka lalui setiap hari masih kurang baik dan 61,5% pengemudi mengatakan bahwa peraturan perundangan yang ada masik kurang baik penerapannya.
Analisis bivariat menghasilkan, tidak terhapat hubungan yang bermakna antara usia, pendidikan terakhir, lama bekerja menjadi pengemudi, pengalaman terkena tilang, pengalaman mengalami kecelakaan, pengetahuan, kondisi jalan, dan peraturan perundangan dengan sikap yang artinya sikap tidak dipengaruhi oleh usia, pendidikan terakhir, lama bekerja menjadi pengemudi, pengalaman terkena tilang, pengalaman mengalami kecelakaan, pengetahuan, kondisi jalan, dan peraturan perundangan.
Jika dilihat dari analisis bivariat yang menghubungkan sikap dengan faktor internal dan eksternal, didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor?faktor internal dan faktor-faktor eksternal dengan sikap. Hal ini berarti sikap pengemudi terhadap keselamatan berkendara di jalan raya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa faktor-faktor tersebut memiliki peran yang kecil dalam membentuk sikap walaupun diketahui bahwa sikap dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Sikap seseorang yang sudah positif terhadap sesuatu hal, tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Berdasarkan analisis univariat, didapatkan bahwa sikap pengemudi mikrolet dikatakan masih negatif yaitu sebanyak 56,3%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Ikram
"Pelayanan dan lalu lintas perairan merupakan salah satu elemen penting dari negara Indonesia sebagai negara maritim. Pelabuhan, jalur pelayaran, shipping, arus kargo, dan sebagainya merupakan elemen-elemen pendukung pelayaran dan lalu lintas ruang perairan. Pada pelayaran dan lalu lintas kapal di dalam pulau, yaitu jalur pelayaran dan lalu lintas kapal pada sungai, kondisi ruang perairan yang ada tidak seluas dan sebaik kondisi ruang perairan pada laut lepas. Sungai memiliki kondisi-kondisi batasan tertentu yang memberikan pengaruh cukup signifikan pada kelancaran pelayaran dan arus yang lewat. Daerah Jambi sebagai propinsi yang memilikii banyak ruang perairan sungai merupakan contoh studi kasus yang cukup memenuhi kelayakan untuk melakukan penelitian tentang arus masuk dan keluar kapal pada pelabuhan-pelabuhan sungai.
Dari penelitian didapat hal-hal mempengaruhi kedatangan kapal di propinsi Jambi yang berhubungan dengan waktu pelayanan dalam rangka menilai kinerja suatu pelabuhan sungai. Studi kasus dilakukan disalah satu pelabuhan sungai di propinsi Jambi, yaitu pelabuhan Muara Sabak. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang direncanakan khusus untuk lalu lintas peti kemas dan kargo, dimana perencanaan operasional pelabuhan Muara Sabak dibagi dalam dua tahap yaitu short-term plan yaitu tahun 2007 dan master plan tahun 2025. Pembatasan ruang lingkup diberlakukan pada pembahasan studi kasus yang hanya mengambil bagian perencanaan pelabuhan Muara Sabak untuk short-term plan tahun 2007."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>