Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170115 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yayuk Rahayuningsih Suhardjono
"ABSTRAK
Collembola merupakan Hexapoda yang mempunyai beraneka ragarn ukuran, warna, habitat, dan peran dalam lingkungannya. Kelompok antropoda ini mudah dikenal karena cirinya yang khas, yaitu alat pelenting yang disebut furkula. Dengan adanya alat pelenting ini, Collembola juga dikenal dengan nama ekorpegas.
Dasar pemilihan Collembola
Ukuran Collembola berkisar antara 0,25 mm dan 8,00 mm panjangnya. Warnanya pun bermacam-macam, dari yang paling pucat sampai yang sangat mencolok, yaitu dari putih, abu-abu, biru tua, hitam, sampai merah merona. Secara menyeluruh, Collembola menduduki habitat-habitat lapisan tanah, serasah, kulit pohon yang melapuk, daun, dan bunga. Dengan habitat yang bermacam-macam ini, peran Collembola dalam lingkungannya juga bermacamrnacam, yaitu sebagai perombak bahan organik, penyeimbang fauna tanah, pemangsa hewan lain, penyerbuk, perusak tanaman bawang dan jamur merang, serta penyerap ion racun dan/atau logam berat.
Walaupun Hexapoda ini terdiri atas berbagai kelompok yang menduduki berbagai lingkungan, yang menonjol darn segi jumlah dan peran dalam lingkungan adalah Collembola tanah. Sebagai fauna tanah, Collembola tanah terdapat pads lapisan tanah atas. Habitat seperti ini berkisar parka kedalaman tanah darn 0 cm sampai 15 cm. Dengan persyaratan kehidupan Collembola tanah seperti itu, peran kelompok ini yang dapat dimanfaatkan manusia adalah dalam aspek indikasi kandungan air tanah, ion racun dan Iogam berat, Berta sebagai faktor penyeimbangan fauna tanah.
Kias Collembola, yang terklasifikasi di dalam Induk klas Hexapoda, terdiri atas tidak kurang darn 6.000 jenis yang sudah dikenal. Jenis-jenis ini terkelompok ke dalarn seldtar 500 marga (Greenslade 1991: 548). Collembola tidak tersebar merata di bagian-bagian dunia. Di Jepang tercatat 331 jenis yang terkelompok dalam 92 marga darn 13 suku (Yoshii, 1977: 141-170), Norwegia memiiild 234 jenis dalam 48 marga dari 5 suku (Fjellberg 1980: 1-200), sedangkan di Australia tercatat lebih darn 1.600 jenis yang terkelompok dalam 14 suku.
Di Indonesia pencatatan mengenai Collembola masih sangat terbatas. Sampai tahun 1989 dikenal 154 jenis dalam 57 marga (Suhardjono 1989a: 1-22; 1989b: 117-127, Yoshii & Suhardjono 1989: 23-90). Jenis-jenis yang tercatat ini berasal clan Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Lombok, Sulawesi, dan Irian Jaya. Darn kenyataan ini, jelaslah bahwa masih terdapat peluang besar untuk mengungkapkan keanekaragaman Collembola darn Indonesia. Dengan inventarisasi yang lebih rinci di banyak bagian Indonesia, akan lebih banyak jenis bare yang dapat ditambahkan pads daftar Collembola Indonesia. "
1992
D336
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Sandy
Jakarta: Direktorat Topografi. Departemen Angkatan Darat, 1961?
910.598 65 IMA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Suca Sumadi
Bali: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2013
306.8 WAY t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hirsanuddin
"Akhir-akhir ini kita tengah menyaksikan suatu proses menuju krisis sosial yang disebabkan oleh sengketa tanah. Tanah sejak lama memang menjadi hal yang sangat rawan dan menjadi potensi pemicu krisis sosial. Gejala krisis sosial akibat dari sengketa tanah telah memanifestasi dalam bentuk pertentangan kepentingan atas tanah, antara rakyat dengan negara maupun antara rakyat dengan industri merupakan sengketa yang telah terjadi di mana-mana, dan pada setiap periode zaman sistem sosial atau formasi sosial.
Pembahasan tentang kasus sengketa tanah di atas mengingatkan kita pada dua hal pokok yaltu: 1. Bahwa persoalan petani sebagai pemilik/penggarap tanah bukan hanya soal persengeketaan masalah tanah. Masalah tanah pada dasarnya erat kaitannya dengan pilihan kebijakan agraria dari suatu era tertentu. 2. Bahwa masalah tanah bagi petani tidak berdiri sendiri, dia merupakan bagian dari persoalan besar yang menyangkut aspek politik, ekonomi, budaya dan hukum. Sementara kasus sengketa tanah juga terjadi melalui mekanisme lain seperti: Melalui Hak Penguasaan Hutan (HPH). Program Hutan Tanaman Industri (HPI) dan penggunaan tanah Pembangunan Kawasan Wisata, waduk dan lain-lain.
Di Pulau Lombok kasus sengketa tanah mulai mengemuka sekitar tahun 1986, ketika pemerintah menetapkan Nusa Tenggara Barat sebagai daerah tujuan wisata. Banyak kasus sengketa tanah terjadi seperti: Kasus Gill Trawangan, Kuta dan yang terakhir yang sempat mendapat perhatian di tingkat nasional adalah kasus pembebasan tanah kawasan pariwisata Rowok yang menjadi kajian dalam tulisan ini, dengan mengajukan permasalahan sebagai berikut: Apakah yang menjadi penyebab terjadinya sengketa dan bagaimana cara penyelesaiannya.
Untuk memecahkan persoalan tersebut metode penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan berbagai macam sumber yang ada kaitannya dengan masalah yang dikaji, di samping itu mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menangani sengketa pembebasan tanah kawasan pariwisata Rowok tidak terlepas dari keterlihatan aparat secara langsung baik aparat keamanan maupun aparat pemerintah daerah, sehingga menimbulkan perlawanan yang dilakukan oleh pihak penggarap. Perlawanan yang dilakukan dengan melalui jalur di luar pengadilan formal. Tetapi upaya yang dilakukan oleh pihak penggarap selalu mengalami kegagalan. Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Ujung Pandang maupun Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya yang mengadili perkara sengketa tanah tersebut mengalahkan para penggarap. Dengan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya tersebut menambah sejarah bahwa sengketa antara petani pemilik/penggarap melawan penguasa maupun pemilik modal, petani pemilik/penggarap senantiasa dalam posisi yang lemah dan selalu dengan mudah dikalahkan oleh penguasa atau pemilik modal."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Solichin Salam
Jakarta: Kuning Mas, 1992
959.8 SOL l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"This paper is based on an observation on mollusc's life in mangrove forest of sepanjang Island, Sumenep Regency, east Java. a total of 25 species of molluscs that belong to 12 families was found in the Island. However only 19 species were used to found in Sepanjang's mangrove, others were immigrants from the sea. This paper also discusses the mollusc's density, reproduction conservation and potency."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Teeuw, Andries, 1921-
Jakarta: Biro Reproduksi Djawatan Topografi, 1951
R 499.2 TEE a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Daiman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S33839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bakteri Aeromonas spp. merupakan bagian dari mikroflora perairan. Bakteri ini dapat menyebabkan wabah penyakit pada budidaya ikan yang intensif, yaitu apabila ikan mengalami stress karena kepadatan terlalu tinggi, kualitas pakan yang rendah dan kualitas air yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman bakteri Aeromonas spp. Pada ikan yang dipelihara di keramba jaring apung (KJA) di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat dan pada kolam-kolam ikan budidaya di Pulau Lombok dan Sumbawa, berdasarkan uji biokimia. Untuk itu, dilakukan pengambilan sampel bakteri pada bulan April, Mei dan Juli 2012 dari ikan sakit dan ikan yang terlihat sehat dengan cara menyapukan swab di permukaan tubuh ikan. Sampel ditumbuhkan di media TSA yang ditambah Ampisilin, lalu dimurnikan dan diuji dengan serangkaian uji biokimia menurut SNI 7303:2009. Dari penelitian ini diperoleh 50 isolat Aeromonas sp., 12 isolat di antaranya dipastikan merupakan spesies Aeromonas hydrophila, sedangkan 34 isolat merupakan Aeromonas sp., tetapi tidak diketahui dengan pasti spesiesnya dan 4 isolat bukan merupakan Aeromonas sp. Berdasarkan uji motilitasnya, 11 isolat diduga merupakan strain A. hydrophila virulen, 19 isolat merupakan Aeromonas sp. virulen dan 15 isolat merupakan strain Aeromonas sp. non virulen."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>