Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Frensidy
"Stock investors are very concerned with the stock market index because intuitively, most stocks move in the same direction as the stock market index. If the stock market index rises (declines), a portfolio most likely will also increase (decrease) In value. How is the stock market index derived ? ln some capital markets where the listed stocks are quite limited such as Jakarta Stock Exchange, all the stocks (total population) are included in the index calculation. Some indexes, however, do not use the total population but take a representative sample to reflect the market. Once we have the sample (or the total population), the next question is how to give weights to each of the stocks In the sample (or the population). This article explains three weighting methods for index calculation namely price-weighted, value-weighted, and unweighted.A set of examples and an actual but simplified example on IHSG are given to help understand the three calculation (weighting) methods."
2006
MUIN-XXXV-1-Jan2006-28
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mujiati
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji perubahan return dan likuiditas yang diukur dengan volume, frekuensi dan bid ask spread di sekitar pengumuman perubahan komposisi Indeks LQ45 dan Jakarta Islamic Index (Jll) di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dengan metode studi kejadian (event study). Tesis ini mendapatkan hasil kenaikan return yang signifikan pada saham yang masuk indeks LQ45 dan penurunan return yang signifikan pada saham yang keluar dart indeks LQ45 dan JII. Selanjutnya penelitian ini juga menemukan penurunan volume dan frekuensi perdagangan pada saham yang keluar dari indek LQ45 dan JII. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bid ask spread yang turun signifikan pada saham yang masuk ILQ45 dan naik signifikan pada saham yang dikeluarkan dari JII.
Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji pengaruli return, volume, frekuensi, pengumuman perubahan komposisi saham dalam indeks dan pengenalan future indeks LQ45 terhadap bid ask spread, dengan menggunakan metode analisa regresi multivariat karat lintang. Konsisten dengan penelitian terdahulu, return, volume dan frekuensi berpengaruh secara signifikan pada bid ask spread. Tetapi pengumuman perubahan komposisi saham dalam indeks hanya berpengaruh pada bid ask spread saham yang masuk indeks LQ45. Selain itu, ditemukan pula bahwa pengenalan future indeks LQ45 berpengaruh pada bid ask spread baik pada saham-saham yang masuk maupun keluar indeks LQ45.

This study examines changes in stock and liquidity as measured by the volume, bid ask spread and frequency surrounding announcement of changes in the composition of the liquidity (LQ)45 and Jakarta Islamic Index (JII) at Jakarta Stock Exchange, by event study. The paper presents evidence of significant increase in the return upon LQ45 Index addition and significant decrease in the return upon LQ45 Index dan JII deletion. Furthermore, the study presents evidence of significant decrease in the trading volume and frequency upon LQ45 Index and JII deletion. Otherwise, the study presents evidence of significant decrease in the bid ask spread upon LQ45 Index addition and significant increase in the bid ask spread upon JII deletion.
This study also examines the effect of return, volume, frequency, announcement of changing index composition and introduction of LQ45 Index future on bid ask spread, by cross section multivariate regression analysis. Consistent to listing studies; return, volume and frequency have significant impact on bid ask spread. But announcement of changing index composition only impact on bid ask spread at LQ45 Index addition. Otherwise, LQ45 Index future introduction impact on the bid ask spread at both LQ45 Index addition and LQ45 Index deletion.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arovati Wardani
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap prinsip keterbukaan (disclosure) yang merupakan Salah satu standar informasi dari Pasar Modal yang harus ditegakkan dalam menciptakan Pasar Modal yang adil bagi semua pihak. Bagi perusahaan yang telah menawarkan sahamnya di pasar modal (go public) lewat prosedur Initial Public Offering (IPO) diwajibkan untuk menerapkan Prinsip Keterbukaan. Keterbukaan merupakan jiwa dari Pasar Modal di Indonesia yang telah mendapat legalisasi dalam UU no. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Indonesia.
Keterbukaan fakta material sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga secara rasional para investor dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.
Prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud).
Fakta materiel yang disampaikan kepada masyarakat (investor), tidak
memerlukan pembuktian tetapi lebih banyak tergantung informasi
apa yang harus disampaikan. Fungsi keterbukaan untuk mencegah
terjadinya penipuan ini merupakan pendapat yang telah berlangsung
sejak Pasar Modal diperkenalkan di dunia.
Prinsip Keterbukaan merupakan fokus utama dari Pasar Modal, dan UU no. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah mengatur pelaksanaan Prinsip Keterbukaan sehingga investor dan pelaku bursa lainnya mempunyai informasi yang cukup dan akurat untuk pengambilan keputusara Namun dernikian, disadari bahwa UU no. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan berbagai aturan pelaksanaannya belum cukup baik dalam memuat ketentuan-ketentuan Prinsip Keterbukaan.
Masih terdapatnya lubang-lubang (loopholes) kelemahan dalam UU no. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal inilah kemudian banyak dimanfaatkan oleh mereka yang tidak beritikad baik. Hal ini
dikarenakan tidak terperincinya standar penentuan fakta material
sangat berpotensi terhadap pelanggaran Prinsip Keterbukaan. Pada
akhirnya, dapat menimbulkan perbuatan curang dalam penjualan
saham dan merugikan investor. Ketentuan standar peraturan fakta
material dan ketentuan perbuatan curang adalah nafas hukum pasar
modal.
Berdasarkan hasil penelitian penulis, sejumlah emiten yang
mendaftarkan perusahaannya di Pasar Modal, telah melakukan
pelanggaran Prinsip Keterbukaan. Sejauh ini, hukuman terhadap
pelanggaran Prinsip Keterbukaan ini adalah denda. Belum ada
pelanggaran Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal yang dijatuhi
hukuman kurungan. Hal ini merupakan loopholes yang perlu
dipertimbangkan dalam penerapan pelaksanaan UU No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T16263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yulianti
"Penelitian ini menyelidiki apakah pemilik perusahaan yang akan go public memilih metode-metode akuntansi dengan melakukan income-increasing discretionary accrual pada periode IPO.
Ada dua alasan utama mengapa issuers memiliki motivasi yang tinggi untuk menaikkan keuntungan yang dilaporkan. Pertama, tidak adanya informasi harga sebelum penawaran telah membuat sulit pihak-pihak yang terlihal dalam proses IPO untuk menetapkan harga secara rasional. Kedua, ketiadaan informasi harga pasar ditambah kenyataan bahwa earnings merupakan salah satu target utama dalam evaluasi harga saham di pasar modal semakin memberi peluang kepada issuers untuk mengatur tingkat laba yang dilaporkan. Pengujian dilakukan terhadap 37 perusahaan yang go public tahun 1995 sampai dengan 1997 di Bursa Efek Jakarta. Model yang dikembangkan oleh Aharony et al (1993) serta persamaan empiric yang dibuat Healy, DeAngelo (1988) dipilih untuk pengujian data dengan melakukan beberapa modifikasi sesuai dengan keterbatasan data dan karakteristik IPO.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa earnings management ditemukan di 19 dart 37 perusahaan pada periode IPO. Hipotea kedua yaitu adanya hubungan antara penjualan, perkembangan perusahaan, arus kas operasi, umur rata-rata asset tetap, hutang jangka panjang serta proporsi kepemilikan modal atas perseroan tidak dapat diterangkan dengan baik( pada penelitian ini. Hal ini disebabkan telah terjadinya kesalahan type I dalam pengujian, karena menolak hipotesa yang pada hakikatnya benar. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa harga saham tidak sepenuhnya ditentukan oleh ditemukan atau tidaknya earning management pada periode IPO. Faktor-faktor seperti image perusahaan, kebijakan-kebijakan perusahaan, peraturan-peraturan pemerintah, kondisi perekonomian dan politik secara umum juga turut mempengaruhi harga saham ke tingkat keseimbangan.

This research investigate whether owner of company to go public chosen accounting method conducted accrual income increasing discretionary period IPO.
There is two special reason why issuers own high motivation to boost up reported advantage. First, inexistence of information of price before tender have made unrighteous difficult in concerned in course of IPO to price rationally. Second, no information of market price added by fact that earnings represent one of especial goals in evaluation of price of share in capital market progressively give opportunity to issuers to arrange story,- level of reported advantage. Examination conducted to 37 company which go public of year 1995 up to 1997 in Effect Exchange Jakarta. Model developed by Aharony et al (1993) and also equation of empiric made by Healy, Deangelo (1988) selected for examination of data conducted some modification as according to limitation of data and characteristic IPO.
Result of research indicate that earnings management found 19 from 37 company at period IPO. Hypothesizing of Second that is existence of relation among sale, company growth, cash flow operate for, age of mean of asset remain to, long term liabilities and also proportion of its ownership of capital for copartner ship cannot be explained better at this research. This matter is caused by have the happening of mistake of type I in examination, because refusing hypothesizing which intrinsically correctness. Result of this research also express that price of share is not full determined by found earning management of at period IPO. Factors like image company, company policy, governmental regulation, condition of economics and political in general also partake to influence price of share to balance storey level.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Safrina
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh konsensus rekomendasi dan jumlah analis terhadap abnormal return perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Studi ini menganalisis imbal hasil saham 168 perusahaan dari periode Januari 2007 hingga Desember 2012 yang mendapatkan rekomendasi, yang dikumpulkan dari pusat data Institutional Brokers Estimate System (I/B/E/S). Imbal hasil dihitung menggunakan Buy and Hold Abnormal Return (BHAR) selama 5 hari dan 20 hari.
Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh signifikan positif konsensus rekomendasi dan signifikan negatif jumlah analis terhadap abnormal return. Nilai negatif dari jumlah analis dapat menjadi indikasi adanya dispersi rekomendasi yang tinggi antar analis dalam konsensus rekomendasi analis. Di saat krisis, konsensus rekomendasi menghasilkan abnormal return yang lebih rendah dibandingkan pada saat stabil. Sementara itu tidak ada perbedaan pengaruh jumlah analis dalam periode krisis dan normal.

The purpose of this study is to analyze the effect of recommendation consensus and number of analyst in abnormal returns of listed firms in Indonesia Stock Exchange. This study analyzes 168 covered firm?s data from the period December 2006 to December 2012, collected from Institutional Brokers Estimate System (I/B/E/S). Abnormal return is calculated with Buy and Hold Abnormal Return (BHAR) for 5 days and 20 days.
Findings shows that there is a significant positive impact from recommendation consensus and significant negative impact from number of analyst to abnormal return. Negative value from number of analyst could indicate a high dispersion of recommendations in analyst recommendation consensus. On crisis period, recommendation consensus has lower abnormal return than on normal period. In addition, there is no difference of number of analyst effect between crisis and normal period.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T38631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Prasetya
"Penelitian dan analisa terhadap sekuritas telah banyak dibahas rangka pencarian faktor-faktor yang menentukan return dan resiko, dan prediksinya di masa depan. Capital Asset Pricing Model, yang ditemukan oleh Harry Markowitz (1952), dikemudian dikembangkan oleh Sharpe (1964), Lintner (1965, dan Black (1972) telah lama membentuk cara pikir para praktisi dan akademis tentang return dan resiko. CAPM menjelaskan bahwa return yang diharapkan dan suatu sekuritas merupakan suatu fungsi yang positif dan beta (f3) pasar dan 13 dapat menjelaskan return suatu sekuritas.
Tetapi, ada beberapa kontradiksi dan model Sharpe-Lintner-Black. Banz (1981) menyatakan bahwa dan basil penelitiannya, maka market equity berpengaruh juga
terhadap return. Return dan perusahaan kecil lebih tinggi dari B estimasi dan return dan perusahaan besar lebih rendah dan f3 estimasi. Juga Stattman (1980) dan Rosenberg, Reid, & Lanstein (1985) menemukan bahwa return mempunyai hubungan yang positif dengan rasio antara book value dan market value pada saham-saham Amerika. Lebih lanjut, Chan, Hamao, & Lakonishok (1991) menemukan hubungan yang kuat antara BE/ME dengan return pada saham-saham Jepang. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fama & French (1992) menunjukkan hasil yang mendukung penelitian-penelitian tersebut.
Dari Indonesia hadir penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Dewiyani (1999) Untuk jangka waktu tiga tahun.(1994-1996) Hasil dari penelitian ini konsisten dengan penelitian sebeIumnya bahwa firm size dan Market lo Book ratio memiliki korelasi yang negatif terhadap average return dan saham, sedangkan PER tidaic berpengaruh signifJkafl terhadap return. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh IJtama &
Fitriani (1999) yang mengambi] sampel antara tahun 1993 s/d 1998 menyimpukan bahwa portofolio yang dibentuk oleh Price Earning Rallo (PER), Price to Book Value (PBV), dan Price to Sales Ratio (PSR) yang rendah, memberikan hasil yang lebib baik dibandingkan dengan portfolio yang dibentuk oleh PER, PBV, dan PSR
yang tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa portofolio yang dibentuk dan perusahaan-perusahaan yang berkapitalisasi besar membenikan hash yang lebih buruk dîbandingkan yang berkapitalisasi kecil. Machfoeds (1994), dari hasil penelitiannya atas saham-saham manufaktur selama periode 1989-1992 menemukan bahwa ada 13 rasio keuangan yang berguna untuk memprediksi laba. Mahadwarta (1999) melanjuti penelitian diatas dengan meneliti ketigabelas ratio keuangan diatas dalam memprediksi return saham. Penelitian dilakukan dalam jangka waktu 1994-1997 dengan 30 sampel perusahaan manufaktur berkapítalísasi terbesar, Hasil dan penelitian ini adalah, ROA, ROE, EBIT/Total Debt dan Sales/Quick Ratio mempunyai konsistensi dalam memprediksi return saham dan tahun ke tahun secara signifikan.
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleb Rusdianto (2000) menyimpulkan bahwa terdapat pengarub yang kuat antara Earning per Share dan Price to Book Ratio terhadap harga saharn, untukjangka waktu penelitian 1994 s/d 1997.
Tujuan penulisan karya akhir ini adalah meneliti kaitan antara rasio keuangan dan nilai kapitalisasi pasar terhadap, return saham nada periode bullish dan bearish Metode yang dipakai adalab multiple regression, dimana rasia kaiangan dan kapitalisasi pasar dijadikan variabel dependen dan return dijadikan variabel independen. Input data yang digunakan disusun secan timelag 1 tahun, misalnya
varìabei rasio keuangan tahtrn 1995 digunakan untuk memprediksi return saham tahun 1996. Adapun rasio keuangan yang digunakan adalah earning per Price
(I/PER). Book value per Price (IIPBV), Debt to Total Asset (DTA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Operating Profil margin (OPM). Sampel dipilih sebanyak 100 perusahaan per tahun secara random untuk semua jenis industri. Penelitian ini dilaksanakan pada Bursa Efek Jakarta. Jangka waktu penelitian adalah selama 6 tahun mulai dari akhir Desember 1995 s/d akhir April 2000. Obyek yang diamati adalah laporan keuangan perusahaan tahunan 1995-1998 dan return saham 1996-2000.
Test yang dilakukan adalab test multicollinearity dengan menggunakan Variance Inflation Factor (ViF). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalab 95 %, baik untuk menguji persamaan regresi maupun untuk menguji korelasi antar variabel independen dengan dependen-nya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, ternyata banyak variabel Debt To Total Asset (DTA) yang signifikan berpengaruh terhadap return.
Pengaruhnya positIf pada periode bullish dan negatif pada periode bearish. Hal ini mungkin disebabkan, pada periode bullish, dengan semakin meningkatnya hutang, maka akan semakin meningkatkan keuntungan yang didapat oleh investor. Sedangkan pada peniode bearish, dengan semakin meningkatnya hutang, maka perusahaan akan semakin berisiko dalam menjalankan usahanya, dan investor khawatir bahwa perusahaannya akan bangkrut. Secara Overall Pooled Section, variabel BPP (Book Value Per Price) berpengaruh positif secara signifikan terhadap return saham. Pada
periode bullish variabel LogMcap (Market Capitalization) mempunyai, pengaruh signifikan yang negatif terhadap return dan juga mempunya pengaruh yang negatif pada periode bearish, tetapi tidak signifikan.
Secara Overall Pooled Section, variabel OPM (Operating Profit Margin) signifikan mempunyai pengan.ah yang positif terhadap return saham, sebaliknya variabel NPM (Net Profit Margin) tidak signifikan terhadap return, baik pada periode
bullish atau periode bearish. Ada dua kemungkinan, pertama, ðiantara variabel OPM dan NPM terjadi muliicollinearity, sehingga regresi dengan metode Stepwise hanya memunculkan satu variabel saja yang menipunyai hubungan yang terkuat terhadap return. Hal yang kethia adalah, ini mungkin disebabkan disebabkan karena investor sudah lebih melihat pada keuntungan yang dihasilkan oleh kegiatan operasinya dan bukan dari bisnis lain atau keuntungan atas penjualan aset perusahaan.
Variabel ROE (Return on Equity) signifikan berpengaruh positif pada periode bearish, tetapi meskipun tetap menunjukkan pengaruh yang positif, tidak signifikan dalam rnenjelaskan return saham secara overall pooled section. Hasil ini sedikit
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahadwarta (1999) yang antara lain menyebutkan bahwa ROE signifikan berpengarub positif terhadap return saham. Hal yang membuatnya tidak signifikan mungkin karena adanya multicollinearility antara variabel EPP (Earning per Price), BPP (Book Value per Price), dan ROE itu sendiri.
Variabel EPP itu sendiri tidak konsisten berpengaruh terhadap return saham. Secara cross section (1996 & 1999), variabel EPP tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham, akan tetapi secara pooled section, berpengaruh negatif terhadap return saham. Bila dilakukan simple regresion (hanya variabel EPP terhadap return), maka hasilnya adalah: pada tahun 1996, variabel EPP berkorelasi positif terhadap return saham tetapi pada tahun 1999, variabel EPP berpengaruh negatif terhadap return saham. Sedangkan penelitian terdahulu (Utama & Fitriani (1999) dan
Utama & Dewiyani (1999) menyebutkan bahwa PER (yang berarti 1/EPP) tidak signifikan dalam menjelaskan return saham.
Bagi investor, apabila investor merasa bahwa pasar modal alcan berada pada periode bullish, maka investor dapat memilih saham-saham yang memiliki Book
Value per Price (1/PB V), Debt to Total Asset, dan Operating profit Margin yang tinggi, karena berdasarkan penelitian, rasio-rasio keuangan diatas berpengaruh positif terhadap return saham. SeÍain itu, investor dapat memilih saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, karena berdasarkan penelitian, rasio-rasio diatas berpengaruh negatif terhadap return saham.
Apabila investor ragu-ragu atau tidak memiliki dugaan yang kuat bahwa pasar modal akan berada pada pedode bullish atau bearish, maka investor dapat memilih
saham-saham yang memiliki rasio Book Value per Price (1/PBV) dan Operating Profit Margin yang tinggi, karena berdasarkan penelitian, secara overall pooled
section, rasio Book Value Per Price dan Operating Profit Margin yang tinggi akan memberjkan return yang tinggi pula baik pada periode bullish maupun bearish.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harjum Muharam
"Perkembangan Pasar Modal Indonesia juga tidak lepas dari pengamatan para ahli walaupun secara kuantitas dan kualitas masih belum memadai, hal ini wajar mengingat Pasar Modal Indonesia baru berkembang pada era delapan puluhan ketika pemerintah Indonesia mengeluarkan paraturan baru tentang pasar modal.
Penelitian tentang integrasi pasar modal di Indonesia masih sangat terbatas apalagi yang melakukan penelitian secara mendalam tentang Pasar Modal Indonesia. Pudjiastuti dan Husnan (1991) melakukan penelitian pada Pasar Modal Asia Pasifik dan menemukan ada empat pasar modal yang telah terintegrasi dengan Pasar Modal Dunia, yaitu Pasar Modal Jepang, Pasar Modal Hong Kong, Pasar Modal Singapura dan Pasar Modal Malaysia, sedangkan untuk Pasar Modal Indonesia mereka tidak menemukan bukti yang signifikan yang menunjukkan bahwa Pasar Modal Indonesia telah terintegrasi dengan Pasar Modal Dunia.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah memberikan dampak yang sangat besar bagi pasar modal Indonesia.
Harga saham merosot tajam, bahkan ada harga saham yang jauh Iebih murah dibandingkan harga pisang goreng, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta jatuh pada titik terendah dalam sejarah perkembangannya.
Berlanjutnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, maka pada bulan September 1997 pemerintah melepas batas kepemilikan asing di Bursa Efek Jakarta, hal itu berarti para investor asing bisa memiliki 100% saham perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta dan di lain pihak investor Indonesia juga bebas melakukan investasi di luar negeri. Secara teoritis kebijakan ini menjadikan Bursa Efek Jakarta terintegrasi dengan pasar modal dunia. Diterapkannya sistem devisa bebas dan sistem nilai tukar mata uang mengambang ikut mendorong terintegrasinya Bursa Efek Jakarta dengan Pasar Modal Dunia, karena para investor bebas memasukkan dan menarik modalnya dari Indonesia.
Jika hipotesis terintegrasinya Bursa Efek Jakarta dengan pasar modal dunia terbukti, maka secara otomatis pergerakan Indek Harga Saham Gabungan akan mempunyai korelasi yang signifikan terhadap pergerakan indeks-indeks
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T20416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Mulawarman
"Tesis ini membahas pengaruh dari empat indeks saham (variabel bebas), yaitu: DJIA(Amerika), DAX (Jerman), NKY (Jepang) dan FSSTI (Singapore) terhadap JCI (Indonesia) sebagai variabel terikat. DJIA mewakili Indeks saham global sementara DAX, NKY dan FSSTI mewakili indeks saham regional. Hipotesa: Pengaruh ke-4 variabel bebas tersebut terhadap JCI diperkirakan signifikan pada periode krisis subprime mortgage di AS dan krisis surat utang di UE. Analisis ini menggunakan metodologi uji korelasi, uji regresi OLS dan uji kausalitas Granger. Hasil yang diperoleh ternyata dalam kedua periode pengujian, hanya DJIA dan FSSTI yang berpengaruh signifkan terhadap JCI.

This thesis analyzes the influence of the four stock indices (independent variables): DJIA (USA), DAX (Germany), NKY (Japan) and FSSTI (Singapore) to JCI (Indonesia) as the dependent variable. The DJIA represents global stock index while DAX, NKY and FSSTI represent regional stock indices. Hypothesis: All of independent variable would influence the independent variables significantly in the period of the sub-prime mortgage crisis in the USA and debt crisis in the EU. This analysis uses correlation test methodology: OLS regression test and Granger causality test. The results show that only DJIA and FSSTI influence JCI significantly on both period tests."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T38628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Ali Pasha
"Saham merupakan salah satu surat berharga yang diterbitkan dan dijual oleh perusahaan,
yang telah memenuhi syarat, di Bursa Efek Indonesia. Prinsip dasar yang dimiliki oleh
saham adalah High Risk High Reward, yang menggambarkan bahwa saham memang
dapat memiliki hasil yang besar, namun memiliki risiko yang tinggi pula. Dengan
prinsip High Risk High Reward, tentunya para investor harus lebih hati-hati dalam
menentukan langkah yang akan mereka lakukan. Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengurangi risiko, yaitu melakukan prediksi tren harga saham menggunakan
Machine Learning. Menggunakan data historis saham pada Bursa Efek Indonesia,
yaitu open, high, low, dan close price, algoritma Machine Learning dapat melakukan
prediksi tren harga saham yang selanjutnya akan digunakan sebagai strategi investasi
para investor. Terdapat banyak metode Machine Learning yang dapat digunakan untuk
melakukan prediksi, salah satu metode yang dapat digunakan adalah Recurrent Neural
Network yaitu Long Short Term Memory (LSTM). Pada metode LSTM, data historis
harga saham akan dibawa ke depan melalui seluruh gerbang LSTM yaitu: Forget
Gate, Input Gate, dan Output Gate. Selanjutnya akan dicari nilai loss dari model,
setelah didapat nilai loss, model akan ditinjau kembali setiap tahapannya, dimulai dari
belakang. Langkah pengulangan tesebut dilakukan agar mendapat variabel Weight dan
Bias yang optimal. Kemudian, tingkat akurasi dari metode tersebut akan ditentukan
menggunakan: Root Mean Square Error (RMSE) dan Mean Absolute Error (MAE).
Penelitian ini menggunakan data historis perusahaan yang termasuk pada Indeks LQ45
dan dapat diambil melalui website, finance.yahoo.com. Dari penelitian ini, diketahui
bahwa, masing-masing masalah memiliki model terbaiknya, untuk penyelesaian masalah
tersebut.

Stock is a part of ownership of a company, that have fulfill the requirement to be sold at
Bursa Efek Indonesia. The basic principal of stock market is High Risk High Reward,
which describe that stock market indeed have a chance to get a great profit, but it also
come with a high risk. This principal is the reason that all investor must be cautious in
deciding their move. There’s many method to do this, with one of the being, forecasting
the stock market trend with machine learning. With the historical data, that include
open, high, low, dan close price, the machine learning algorithm, could forecast the stock
market direction for the next days, which will be one of the deciding factor for investor to
choose their move. Nowadays, there’s many machine learning method that can be used to
forecast, one of them is the branch method of Recurrent Neural Network, which is, Long
Short Term Memory (LSTM). LSTM use the historical data, and bring them forward to,
Forget Gate, Input Gate, Memory State, Output Gate. Then the loss value of the model
will be calculated. After all the process the model will be re-evaluated. The re-evaluation
step is to update all the weights and biases in the model. Then the accuracy of the model
will be evaluated with Root Mean Squared Error (RMSE) and Mean Absolute Error
(MAE). This study uses the historical data of the companys that’s included in the index
LQ45, and the data is taken from the website, finance.yahoo.com. From this research, it
is known that every problem has their own preference model to solve.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Anggia Eben Haezer
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum, selama, dan sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008?2009. Metode penelitian yang digunakan untuk melihat adanya hubungan saling ketergantungan adalah lewat uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan saling ketergantungan pada sebelum, selama, dan sesudah terjadinya krisis. Sebelum terjadinya krisis, terdapat hubungan saling ketergantungan antara Singapura dan Jepang, Singapura dan Amerika Serikat, Hong Kong dan Amerika Serikat, India dan Amerika Serikat; selama terjadinya krisis, Singapura dan Hong Kong, Cina dan India saling memiliki ketergantungan; dan sesudah terjadinya krisis, terdapat hubungan saling ketergantungan antara Hong Kong dan India, Hong Kong dan Amerika Serikat.

This research aims to identify and explain the interdependence of Asian stock markets and the United States stock market before, during, and after the United States financial crisis in 2008?2009. The research methodology that has been used to identify this interdependence is the correlation coefficient test and the Granger causality test. The results of these tests identified and confirmed proven interdependencies before, during, and after the crisis. Before the crisis, interdependencies existed between Singapore and Japan, Singapore and the United States, Hong Kong and the United States, India and the United States; during the crisis, Singapore and Hong Kong, China and India were all interdependent; and after the crisis, interdependencies existed between Hong Kong and India, Hong Kong and the United States.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>