Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106838 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azrul Azwar
"Selama 29 bulan, terhitung sejak bulan Januari 1993 telah dilakukan penelitian dengan judul UPAYA MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN METODA KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI RUMAH SAKIT di Jakarta. Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini dibedakan atas empat macam. Pertama, untuk mengetahui sampai seberapa jauh prinsip-prinsip Program Menjaga Mutu telah dilaksanakan pada pelayanan metoda kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang diselenggarakan di Rumah Sakit (RS). Kedua, untuk mengetahui upaya apa yang harus dilakukan agar RS dapat menyelenggarakan Program Menjaga Mutu pada pelayanan MKJP. Ketiga, untuk mengetahui faktor-faktor apa yang hares diperhatikan jika ingin melaksanakan Program Menjaga Mutu pada pelayanan MKJP. Keempat, untuk mengetahui apa dampak dari penyelenggaraan Program Menjaga Mutu terhadap mutu pelayanan MKJP.
Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian ini, bukan saja mutu pelayanan MKJP akan dapat ditingkatkan, tetapi juga pengalaman serta hasil yang diperoleh akan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan Program Menjaga Mutu pada pelbagai pelayanan RS danlataupun di RS lain, yang pada saat ini dirasakan makin mendesak untuk segera dilakukan.
Karena penelitian bermaksud memperkenalkan sesuatu yang bare, yakni Program Menjaga Mutu, pada suatu kegiatan yang tidak mungkin dihentikan, yakni pelayanan MKIP, maka desain penelitian yang dipergunakan adalah penelitian operasional (operational re-search), yang pada pelaksanaannya dibedakan atas tiga tahap, yakni tahap analisis masalah (problem analysis), tahap penyusunan cara penyelesaian masalah (solution development) serta tahap validasi cara penyelesaian masalah (solution validation).
Tahap analisis masalah (problem analysis) dilaksanakan dalam bentuk survai diskriptif (descriptive study) di 23 RS yang menyelenggarakan pelayanan MKIP di Jakarta. Hasil yang diperoleh mencatat bahwa prinsip-prinsip Program Menjaga Mutu pada pelayanan MKJP belum banyak dilaksanakan oleh 23 RS yang diteliti. Hal ini dapat dilihat dari tidak ditemukannya RS yang telah memiliki satuan organisasi yang bertanggungjawab untuk peningkatan mutu pelayanan MKJP, tidak ditemukannya RS yang telah memiliki standar unsur-unsur pelayanan MKJP secara lengkap, tidak ditemukannya RS yang telah menyelenggarakan semua kegiatan Program Menjaga Mutu secara terns menerus dan berkesinambungan, serta masih banyak ditemukannya RS yang belum menerapkan sistem insentif danlatau disinsentif yang terkait dengan mutu pelayanan_ Sedangkan untuk keadaan dari masing-masing unsur pelayanan MKJP, sekalipun standar tertulis belum dimiliki, jika ditanyakan pendapat pimpinan RS, pada umumnya dinilai telah memenuhi persyaratan.
Kecuali itu, hasil interview terhadap 172 orang penyelenggara pelayanan MKJP di 23 RS yang diteliti menemukan pula bahwa pengetahuan dan perilaku penyelenggara pelayanan MKJP terhadap konsep, teknik dan kegiatan Program Menjaga Mutu pada umumnya belum memuaskan. Sedangkan untuk sikap, relatif telah cukup baik, kecuali untuk sikap terhadap penerapan sistem insentif danlatau disinsentif yang terkait dengan mute pelayanan.
Tahap penyusunan cara penyelesaian masalah (solution development) dilaksanakan dalam bentuk studi kepustakaan (literature review) dan kesepakatan pakar (expert meeting). Menyadari bahwa membentuk satuan organisasi khusus dan/ataupun menyusun standar tertulis unsur-unsur pelayanan, meskipun hanya untuk pelayanan MKJP, adalah tidak mudah, maka ditetapkan bahwa cara penyelesaian masalah yang disusun tidak diarahkan pada model Program Menjaga Mutu yang menuntut keberadaan kedua unsur pokok Program Menjaga Mutu tersebut.
Disesuaikan dengan hasil studi kepustakaan dan juga dengan kemampuan yang dimiliki, cara penyelesaian masalah yang disusun lebih diarahkan pada model Program Menjaga Mutu yang menerapkan tiga prinsip pokok manajemen secara terpadu yakni prinsip kerja kelompok (team work), prinsip pengambilan keputusan dengan kesepakatan kelompok (group decision making) serta prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle).
Selanjutnya, disesuaikan pula dengan hasil penelitian tahap analisis masalah yang mencatat masih rendahnya tingkat pengetahuan serta belum memuaskannya perilaku penyelenggara pelayanan MKJP terhadap konsep, kegiatan serta teknik Program Menjaga Mutu, maka untuk dapat meningkatkan pengetahuan, perilaku dan sekaligus juga komitmen para penyelenggara pelayanan MKJP serta pimpinan RS, ditetapkan pula perlunya menyusun suatu program intervensi. Adapun program intervensi yang akan disusun tersebut berupa model program pelatihan yang terdiri dari tiga paket, yakni paket orientasi Program Menjaga Mutu untuk pimpinan RS/penanggungjawab pelayanan MKJP, paket pelatihan Program Menjaga Mutu untuk penyelenggara pelayanan MKJP yang akan diikusertakan sebagai anggota Tim Penjaga Mutu, serta paket orientasi Program Menjaga Mutu untuk penyelenggara pelayanan MKJP yang tidak diikutsertakan sebagai anggota Tim Penjaga Mutu.
Karena ditemukan kesulitan mengawasi pengaruh pelbagai faktor eksternal, maka desain penelitian yang dipergunakan pada tahap validasi cara penyelesaian masalah (solution validation) adalah penelitian eksperimen kuasi ((gasy experiment). Selanjutnya karena Program Menjaga Mutu yang akan diperkenalkan pada dasarnya mengikuti prinsip siklus pemecahan masalah yang keberhasilannya dihitung dari perbandingan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program, maka desain penelitian kuasi yang dipergunakan adalah desain pretes dan postes sate kelompok (one group pretest-postest design only).
Pelaksanaan tahap validasi cara penyelesaian masalah ini dimulai dengan melaksanakan program intervensi berupa orientasi model Program Menjaga Mutu kepada pimpinan RSlpenanggungjawab pelayanan MKJP, pelatihan model dan teknik Program Menjaga Mutu kepada anggota Tim Penjaga Mutu, serta seminar sehari tentang model Program Menjaga Mutu kepada penyelenggara pelayanan MKTP yang tidak ikut sebagai anggota Tim Penjaga Mutu. Karena keterbasan yang dimiliki, pelaksanaan program intervensi ini tidak dilakukan di 23 RS yang diteliti pada tahap analisis masalah, melainkan hanya di 12 RS terpilih saja.
Pengalaman menyelenggarakan Program Menjaga Mutu di 12 RS yang diteliti terse-but menemukan 9 dari 12 RS dapat menyelesaikan Program Menjaga Mutu. Dari 9 RS yang dapat menyelesaikan masalah mutu, 6 RS mendapat nilai tinggi, sedangkan 3 RS mendapat nilai rendah. Waktu rata-rata yang diperlukan oleh Tim Penjaga Mutu di 9 RS yang dapat menyelesaikan Program Menjaga Mutu untuk menyelenggarakan semua kegiatan Program Menjaga Mutu adalah 31,8 hari. Sedangkan biaya rata-rata yang diperlukan oleh tiap RS adalah Rp 2330.000, dengan perincian Rp 1.730.000 untuk biaya persiapan, serta Rp 600.000 untuk biaya pelaksanaan. Pada penelitian ini biaya penyelenggaraan cara penyelesaian masalah mutu tidak diperlukan, karena cara penyelesaian masalah mutu tersebut dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan rutin RS.
Hasil interview terhadap 117 orang anggota Tim Penjaga Mutu pelayanan MKJP yang dilengkapi dengan catatan pengamatan selama menyelenggarakan Program Menjaga Mutu di 12 RS yang diteliti mencatat dari 12 faktor yang diduga mempengaruhi selesaitidaknya Program Menjaga Mutu, 7 diantaranya terbukti memiliki pengaruh tersebut. Ketujuh faktor yang dimaksud adalah peranan ketua Tim (p < 0,05; OR =4,92:1,87-13,8)), tanggungjawab anggota Tim (p <0,05), kerjasama anggota Tim (p < 0,05); OR=94,24; OR=22,16-456,78), minat anggota Tim (p < 0,05; OR=155,13: 27,80-1156,06), perhatian pimpinan (p < 0,05), frekuensi supervisi pimpinan (p < 0,05), serta kerjasama fasilitator (p < 0,05; OR=12,90: 1,37-304,01).
Apabila Program Menjaga Mutu dapat dilaksanakan akan besar peranannya dalam meningkatkan mutu pelayanan. Hasil uji t untuk besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan Program Menjaga Mutu mencatat perbedaan yang bermakna (p < 0,05).
Dengan hasil penelitian yang seperti ini, ada 7 saran yang dapat diajukan. Lima saran yang pertama terkait dengan teori yang dipergunakan, sedangkan dua saran yang kedua terkait dengan objek penelitian yang dilakukan, yang dalam hal ini adalah upaya meningkatkan mutu pelayanan MKJP di RS.

A study entitled "EFFORTS TO IMPROVE THE QUALITY OF HOSPITAL BASED LONG TERM CONTRACEPTIVE SERVICES" was conducted in Jakarta, starting in January, 1993 and running for 29 months.
The objectives of the study were (1) to investigate the basic principles of a quality assurance program that has already been implemented for long term contraceptive services in hospitals, (2) to determine the efforts that are necessary for the implementation of a quality assurance program in hospitals, (3) to identify the factors that must be considered in the implementation of quality assurance programs, and (4) to document the impact of a quality assurance program on the quality of long term contraceptive services in hospitals.
It is hope that the results of this study can contribure not only to the improvement of the quality of long term contraceptive services in hospitals but also can be used as a model for the development of a quality assurance program for other services within the hospitals studied or for other hospitals.
Since the intention of the study is to introduce a new program element, a quality assurance activity, to the on going long term contraceptive service program, it was decided to use the operational research study design. The implementation of this study design is divided into three phases, namely problem analysis, solution development, and solution validation.
The implementation of the problem analysis phase was carried out in the form of a descriptive study, undertaken in 23 hospitals located in Jakarta. It was determined that the implementation of the basic principle of quality asurance was still rare in the study hospitals. None of these hospitals had established a special organizational unit responsible for the quality of long term contraceptive services. Also, none of the hospitals had completed written standards of input, environment, process and output factors for long term contraceptive services. Furthermore, none of the hospitals had carried out any continous quality assurance activities and there are still many hospitals that do not implement an incentive andlor disincentive system that relates to the quality of services provided. This is the case with the study hospitals although the input, environment, process and output conditions for long term contraceptive servives are acceptable, according to the manager of the hospitals.
Furthermore, finding from interviews of 172 services providers at the 23 study hospitals indicated that the knowledge and the practice of the services providers concerning the basic concept and activities of a quality assurance program needed to he improved. The data indicated that the attitude of the services providers toward the basic concept and activities of the quality assurance program was positive, except towards the concept of an incentive and/or disincentive system for the provision of quality services.
The solution development phase was carried out in the form of a literature review and expert meeting. It is known that the establishment of a new organizational unit in a hospital and the formulation of complete long term contraceptive services standards are not easy. Therefore, it was decided that the solution was to develop a model quality assurance program that do not need a quality assurance organizational unit and standards. Based on the literature and also the existing experience and expertise, the plan was to develop a quality assurance program that has the involvement of services providers as a group as the implementors of the quality assurance program. This model would use a group decision making process, including special decision making techniques, and would follow the steps of a prescribed problem solving cycle to guide the implementation of the quality assurance activities.
Based on the findings of the problem analysis that the knowledge and practice of the services providers concerning the basic concept and activities of quality assurance program were still poor and in order to enhance the committment of the hospital directors and the health providers towards the quality assurance program, it was necessary to carry out intervention activities in the form of a training program. Three training packets were developed: 1) orientation on the quality assurance program for the hospital directors, 2) training on the quality assurance program for the hospital quality assurance team, and 3) a one day seminar on the quality assurance program for the entire staff of hospital.
Because of the difficulties to control the external factors, the solution validation design was quasi experiment. Furthermore, because the concept of the quality assurance program utilized a problem solving cycle, it was decided that the specific solution validation design should be a one group pretest-post test design only.
The solution validation phase was initiated with intervention activities, namely an orientation program for hospital manager on the quality assurance program, training for member of the hospital quality assurance team, and a one day seminar on the quality assurance program for the entire staff of the hospital. Because of limited resources, the solution validation phase activities could not be implemented in all 23 hospitals but in only 12 selected hospitals.
The lessons learned from the implementation of a quality assurance program in these 12 selected hospitals has demonstrated that nine out of the 12 hospitals were able to complete the quality assurance activities. Six out of the nine hospitals that completed the quality assurance activities were characterized as belonging to a high score group while the remainig three hospitals belong to a low score group. The average time needed to complete all quality assurance activities was 31.8 days, while the average direct cost of the quality assurance program was Rp 2.330.000, consist of Rp 1,730,000 for the preparation activities and Rp 600,000 for implementation activities of the quality assurance program. There are no cost for the implementation solution activities since this has already been integrated into the routine activities of the hospital.
Based on the results of the interviews with 117 members of the Quality Assurance Teams and the data collected through periodic observation, it was found that out of the 12 factors choosen as possible influences on the success of the quality assurance program, seven factors were shown to have actual influence on the success of the quality assurance effort. Those seven factors are: role of team leader (p < 0,05; OR=4.93: 1.87-13.8), responsibility of the team members (p < 0,05), team work of team members (p < 0,05; OR=94,24: 22.16-456.78), interest of the team members (p < 0,05; OR=155.13: 27,80 1156.06), the attention of the hospital manager (p < 0,05), amount of supervision by the manager (p < 0,05), and good cooperation with an outside facilitator (p < 0,05; OR=1290: 137-304.01).
Therefore, it can be concluded that when a quality assurance program is implemented properly, it can make a significant contribution to the improvement of the quality of services (p < 0,05).
Based on the finding above, seven suggestions have been formulated. The first five sugestions are related to the theoritical aspect of quality assurance program whereas the second two sugestions are related to the efforts to improve the quality of hospital family planning program.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
D41
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Supriadi
"Penilaian penampilan kerja Rumah Sakit merupakan salah satu upaya dalam rangka menilai dan meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit . Prosesnya menggunakan indikator-indikator berdasarkan struktur, proses dan outcome Rumah Sakit, juga standar, sistem dan prosedur pelayanan medis dan manajemeri pasien serta melibatkan sumberdaya manusia yang terlibat didalam sistem informasi manaiemen Rumah Sakit. Sumberdaya manusia mempunyai peranan yang sangat penting karena didalam mencapai tujuan, cita-cita serta misinya, Rumah Sakit sangat tergantung dari tingkat kompetensi, jumlah serta perilaku tenaga yang bekerja didalamnya.
Penelitian ini merupakan penelitian kwalitatif yang bersifat deskriptif dan analitis untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan proses penilaian penampilan kerja Rumah Sakit di R.S.U.D. Kab. Bekasi, dengan melakukan wawancara dan memberikan kwesioner terhadap seluruh petugas pencatatan dan pelaporan yang ada pada unit-unit kerja, juga melakukan penelusuran data thn.1992 s/d 1994.
Faktor peranan atasan langsung, peranan petugas dan peranan koardinasi merupakan faktor-faktor yang sangat berhubungan dengan proses penilaian penampilan kerja Rumah Sakit.
Disarankan dibentuk. Kelompok Kerja yang bertugas membantu pimpinan Rumah Sakit dalam memantau dan mengupayakan peningkatan kwalitas sumberdaya manusia terutama yang terkait dengan sistem informasi manajemen, juga kelengkapan sarana-sarana penunjangnya.

The Hospital Work Presentation Evaluation in the means of increasing the service quality in the R.S.U.D at the District of Bekasi.The Hospital Work presentation evaluation is one of the means in evaluating and increasing the Hospital service quality. The process is using all the indicators based upon the structure, the process and the outcome of the Hospital and also the standard system and procedure of the medical service, the patient management, and to include the human resource that to be involved in the Hospital management. The human resource is no doubt possessing a very important roll due to that the goal of the Hospital mission is dependent upon the competency, the amount and the behavior of the power that works in it.
This research is a qualitative research which is naturally descriptive and analytic to see the all factors those are connected with the Hospital work presentation evaluation process in the R.S.U.D. at the District of Bekasi, through interviewing and questioning against all the duty persons who were in charge to record and to report those were existing in the work units, and also to conduct a search through the data from 1992 up to 1994.
The direct superior roll factor, the roll of the duty persons and coordination roll are all the factors those are very connected with the Hospital work presentation evaluation.
To be suggested, to create a Working Group that holds a duty assist the Hospital Chief in observing and in taking measures for increasing the human resource, especially those are connected with the Management Information System, and also the complete outfit of the supporting facilities.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada periode 2002 _ 2012, tren angka fertilitas total mengalami stagnasi
sekitar 2,6. Milenium Development Goals (MDGs) menunjukkan kemajuan
yang baik, tetapi masih memerlukan kerja keras untuk mencapai target
tahun 2015. Khususnya upaya untuk mencapai target 102 per 100.000 ke-
lahiran hidup. Metode keluarga berencana (KB) yang banyak digunakan
pasien pascapersalinan saat ini adalah metode kontrasepsi jangka pendek
seperti pil dan suntik. Sedang metode kontrasepsi jangka panjang seperti
intra uterine device dan implant cenderung turun satu poin dari tahun 2002
hingga 2007. Upaya mengatasi masalah yang sedang dialami masyarakat
Indonesia saat ini meningkatkan akseptor KB metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP). Model pengambilan keputusan adalah alat yang di-
kembangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KB di tingkat
pelayanan kesehatan primer dan sekunder. Alat tersebut dapat membantu
meningkatkan kepuasan pasien, penggunaan jasa konseling, dan pemilihan
penggunaan KB MKJP yang aman dan efektif. Model shared decision ma-
king adalah model pengambilan keputusan yang banyak digunakan, ber-
manfaat dalam memotivasi pasien memilih perawatan yang tepat dan mem-
pertahankan hubungan terapeutik. Diharapkan jumlah akseptor KB MKJP
dapat memenuhi target MDGs 2015.
Trends in total fertility rate from the year 2002-2012, amounting to 2.6 stag-
nated. Targets of the Millennium Development Goals (MDGs) have shown
good progress but still needs to work hard to achieve in 2015. MDGs par-
ticular purpose, efforts are needed to achieve the 2015 target of 102 per
100,000 live births. Family planning method that is widely used today are
short-term contraceptive methods such as pills or injections. Being a long-
term contraceptive methods (LTM) such as intra uterine device and implants
tend to go down one point from the year 2002 to 2007. Efforts to address
Model Pengambilan Keputusan Meningkatkan Akseptor
Keluarga Berencana Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Decision Making Model for Increasing Acceptors Family Planning Long-
Term Contraception Method
Suryani Manurung
483
the problems being experienced by the people of Indonesia is currently im-
proving family planning acceptors LTM. Decision making model is a tool de-
veloped to improve the quality of family planning services at the level of pri-
mary and secondary health care. This tool can help increase the patient sa-
tisfaction, using counseling services, and the selection use is safe and ef-
fective of contraceptive LTM. Model of shared decision making is a decision
making model that is widely used, useful in motivating patients choose the
proper care and maintain a therapeutic relationship. Expected number of
family planning acceptors LTM can meet MDGs targets by 2015."
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I, 20136
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mursifah
"Untuk peningkatan mutu pelayanan di unit rawat jalan diperlukan pengelolaan terhadap mutu itu sendiri yang dapat digambarkan dalam struktur organisasi dan didukung dengan personil-personil yang berpendidikan, terampil dan mengerti akan arti peningkatan mutu.
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo telah melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit kurang iebih sejak tahun 1990. Namun belum pernah dilakukan penelitian terhadap upaya-upaya tersebut sehingga kurang diperoleh informasi sebagai masukan dalam membuat perencanaan untuk upaya-upaya peningkatan mutu pelayanan selanjutnya.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan lembar pertanyaan sedangkan data kualitatif diperoleh dengan wawancara mendalam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit terutana mutu pelayanan di unit rawat jalan.
Penelitian ini dilakukan di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo dengan sasaran personil-personil di unit rawat jalan , juga personil yang terkait dengan kegiatan di unit rawat jalan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa pendapat, persepsi dan harapan karyawan tentang struktur organisasi yang mengelola mutu pelayanan, motivasi karyawan dalam peningkatan produktifitas kerja, pendidikan dan keterampilan serta gaya kepernimpinan yang akan dikembangkan.
Saran-saran yang diusulkan antara lain :
1. Dibentuknya satu organisasi yang mengatur mutu pelayanan di rumah sakit.
2. Membuat program kerja upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit terutama di unit rawat jalan.
3. Meningkatkan kualitas tenaga dan menambah fasilitas yang lebih lengkap.
4. Meningkatkan motivasi karyawan agar produktifitas karyawan menjadi lebih baik lagi.
5. Melakukan pelatihan kepemimpinan bagi karyawan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk masukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di unit rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Haryono
"ABSTRAK
Komite Medik RS. Pertamina Jaya Jakarta Pusat yang telah berjalan selama satu tahun, merupakan wadah fungsional untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai peningkatan multi pelayanan medik di rumah sakit. Melalui pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Komite Medik yang dilaksanakan selama 1 tahun dari periode 1 April 1997 s/d 31 Maret 1998 dibandingkan periode 1 April 1996 s/d 31 Maret 1997. Untuk mengetahui apakah masukan, proses, dan keluaran dari kegiatan Komite Medik berdasarkan SK Kepala RSPP/RSPJ dengan membandingkan pelayanan medik tindakan bedah RSPJ pada periode sebelum dan sesudah terbentuk Komite Medik.
Penelitian ini merupakan studi kualitatif, menggunakan pendekatan studi kasus pada Komite Medik RS. Pertamina Jaya dengan membandingkan sebelum dan sesudah terbentuk Komite Medik, menggunakan instrumen penelitian untuk pengumpulan data primer dari informasi, data sekunder dari dokumentasi serta penggunaan kuesioner untuk penilaian tingkat kepuasan pasien, dengan meneliti masukan, proses dan keluaran yang sudah memiliki bentuk, khususnya yang berhubungan dengan masukan, proses dan keluaran kegiatan Komite Medik pada tindakan bedah di RS. Pertamina Jaya.
Dari hasil penelitian, didapat suatu gambaran pengorganisasian Komite Medik berdampak positif terhadap masukan, proses, keluaran tindakan bedah sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan Komite Medik di RS.Pertamina Jaya.
Selanjutnya pada peningkatan multi pelayanan medik di RS. Pertamina Jaya, perlunya Komite Medik membantu dan bekerja sama dengan Kepala Rumah Sakit dalam mengawasi dan evaluasi masukan, proses, keluaran secara berkesinambungan.

ABSTRACT
The Medical Committee of Pertamina Jaya Hospital at Central Jakarta was a functional organization that had an obligation to implement progress on the quality of the medical service at the hospital. Through observations and evaluations, the performance of the two periods of Medical Committee, 1 April 1996 to 31 March 1997 and 1 April 1997 to 31 March 1998, were compared. To find out whether the input, the process, and the output of the Medical Committee activities were based on the decree of the Head of Pertamina Hospital Centre or Pertamina Jaya Hospital, the medical service of surgical action of the hospital on the periods before and after the Medical Committee formed was compared.
This research is a quality study using a case study approach on the Medical Committee of Pertamina Jaya Hospital. The research instruments were used to collect primary data from information, secondary data from documentation and questioner in evaluating the degree of patients satisfaction, and then used to examine the input, the process and the output that had a shaped, especially related to the input, the process and the output of the Medical Committee's activities on the surgical actions at the hospital.
In the findings, a description of the organizing of the Medical Committee was discovered that it had a positive impact onto the input, the process and the output of the surgical action. Thus the findings of this research can be used as a foundation to improve the performance of the Medical Committee of Pertamina Jaya Hospital in the future.
To increase the quality of the medical service of Pertamina Jaya Hospital, Medical Committee need to assist and cooperate with the Head of the Pertamina Jaya Hospital in observing and evaluating the input, the process, and the output continually.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiriza Andarwati
"Metode kontrasepsi jangka panjang pasca persalinan merupakan strategi pemerintah yang efektif dalam meningkatkan kesehatan ibu nifas dan menekan tingginya laju pertumbuhan penduduk. Dalam upaya meningkatkan metode kontrasepsi jangka panjang pasca persalinan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas pemasangan MKJP pasca persalinan khususnya IUD dan implant dibutuhkan peran bidan yang kompeten untuk terus mengajak ibu hamil bersedia menggunakan MKJP. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kinerja bidan dalam jumlah pemasangan metode kontrasepsi jangka panjang pasca persalinan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan tersebut, tujuan ini bermaksud mengetahui kinerja bidan dalam terus berupaya meningkatkan kuantitas pemasangan MKJP dengan begitu bidan akan semakin terampil dan PUS/ ibu sebelum bersalin akan memilih MKJP tanpa ragu. Bidan yang semakin terampil dalam memasang KB maka akan meminimalisir resiko dari pemasangan MKJP. Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa sebanyak 5 puskesmas (50%) mempunyai kinerja baik dan 5 puskesmas (50%) mempunyai kinerja buruk, sedangkan dari 9 variabel (umur bidan, lama bekerja, domisili, status kepegawaian, disiplin, pelatihan, motivasi, kepemimpinan, supervisi) terdapat 3 variabel yang memiliki nilai probabilitas (p value <0,05) meliputi umur bidan, status kepegawaian, pelatihan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja bidan dalam pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pasca persalinan di puskesmas. Untuk itu perlu ditingkatkan dengan melakukan pelatihan secara berkala untuk memperbarui dan menambah motivasi dalam peningkatan KB pasca persalinan

The postpartum long-term contraceptive method is an effective government strategy in improving the health of postpartum mothers and suppressing the high rate of population growth. In an effort to improve long-term postpartum contraceptive methods by increasing the quantity and quality of postpartum MKJP installation, especially IUD and implants, a competent midwife role is needed to continue to invite pregnant women to be willing to use MKJP, especially postpartum. The purpose of this study is to determine the performance of midwives in the number of installations of long-term postpartum contraceptive methods and factors related to the performance of the midwife, this goal intends to know the performance of midwives in continuing to strive to increase the quantity of MKJP installations so that midwives will be more skilled and PUS / mothers before childbirth will choose MKJP without hesitation. Midwives who are increasingly skilled in installing kb will minimize the risk of installing MKJP. From the results of the study, it was found that as many as 5 puskesmas (50%) had good performance and 5 puskesmas (50%) had poor performance, while from 9 variables (midwife's age, length of work, domicile, staffing status, discipline, training, motivation, leadership, supervision) there were 3 variables that had a probability value (p value <0.05) includes midwife's age, staffing status, training has a significant relationship with the performance of midwives in the service of long-term contraceptive methods (MKJP) postpartum at puskesmas. For this reason, it needs to be improved by conducting training periodically to update and increase motivation in the improvement of postpartum birth control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhina Kemala
"ABSTRAK
Infeksi luka operasi nosokomial merupakan infeksi nosokomial kedua terbanyak setelah saluran kemih. Infeksi yang terjadi pada luka operasi selain menimbulkan morbiditas dan mortalitas juga menimbulkan dampak yang merugikan pihak rumah sakit dalam mengelola sumber dayanya dan merugikan penderita beserta keluarganya.
Rumah Sakit Islam Jakarta merupakan salah satu rumah sakit swasta kelas utama yang sejak tahun 1986 telah memulai upaya meningkatkan mute layanan. Dalam meningkatkan upaya kualitas pelayanan, pihak rumah sakit menyadari pentingnya untuk mengetahui besarnya masalah infeksi nosokomial di rumah sakit tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik kasus infeksi luka operasi nosokomial pasca appendiktomi selama bulan Januari sampai Juli 1995.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berdasarkan data pada rekam medik. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi luka operasi nosokomial pasca appendiktomi di Rumah Sakit Islam Jakarta lebih banyak terjadi pada kelompok pasien berumur diatas 45 tahun, kelompok pasien berjenis kelamin laki-laki, kelompok lama hari rawat prabedah 0 (nol ) hail, kelompok operasi cito, kelompok waktu operasi jam 14.01 sampai 21.00 dan pada kelompok operasi kotor. Kejadian infeksi luka operasi nosokomial pasca appendiktomi juga lebih banyak terjadi pada kelompok pasien yang tidak menderita anemia, kelompok pasien yang dirawat di kelas 1 dan kelas 2, kelompok lama operasi kurang atau sama dengan 30 menit.
Disarankan agar Rumah Sakit Islam Jakarta dalam membuat tatalaksana bedah lebih memperhatikan pasien pasien dengan risiko tinggi. Juga disarankan agar Komite Nosokomial Rumah Sakit Islam Jakarta dapat memasyarakatkan pengertian infeksi nosokomial dikalangan masyarakat rumah sakit.

ABSTRACT
The Charactersitic of Nosocomial Infection in Post Appendectomy Surgical Wound and The Efforts of Increasing The Quality of Care in "Rumah Sakit Islam", Jakarta.
Nosocomial infection of surgical wound is the most frequent nosocomial infection after urinary tract infection. Infection in surgical wound increasing the risk of morbidity and mortality in hospitalized patients and also had economical impacts to hospital and patients.
Rumah Sakit Islam Jakarta, is one of the top private hospital in Jakarta which had begun quality of care program since 1986. In the effort of increasing the quality of care, the hospital management realize the importance of nosocomial infection in that hospital.
This study is attempted to describe the characteristics of nosocomial infection in post appendectomy surgical wound in January to July 1995.
This study is a descriptive study which used medical record's data. It can be concluded that nosocomial infection in post appendectomy surgical wound are more likely to occur in elderly patients (7 45 years old), male, short length of stay (0 day), emergency surgery, time of operation at 14.01 to 21.00 and dirty surgery. The infection is also more likely to occur in non anemic patients, patients in class 1 and 2 duration of surgery less than 30 minutes.
We recommend Rumah Sakit Islam Jakarta in developing surgical protocol to be more seriously for patients with high risk of nosocomial infection. We also recommend the nosocomial committee of Rumah Sakit Islam Jakarta to give information about nosocomial infection to medical personnel in the hospital."
1996
T3744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Nurachmah
1991
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Viviyanti Azwar
"Penurunan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil
merupakan penentu bagi kinerja rumah sakit sebagai perusahaan jasa.
Penurunan mutu pelayanan diindikasikan dengan penurunan rata-rata
pelayanan periode tahun 2008-2010 pada instalasi radiologi mencapai
11,29%, laboratorium 5,19%, farmasi 18,5%, instalasi rehabilitasi medik
3,74%, gizi 9,12%, pemulasan jenazah 11,86%, operasi 5,29%, dan hemo-
dialisa 3,62%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan soft
skills memoderasi sumber daya organisasi, keterikatan kerja, kinerja
karyawan dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Pengukuran
seluruh konstruksi dan indikator penelitian menggunakan kuesioner yang
disebarkan kepada 530 karyawan rumah sakit sebagai tenaga medis
maupun nonmedis yang dijadikan responden. Metode analisis data meng-
gunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan software. Hasil
penelitian menyimpulkan soft skills memoderasi sumber daya organisasi
berperan meningkatkan mutu pelayanan dengan standar koefisien sebesar
0,53. Soft skills memoderasi keterikatan kerja berperan meningkatkan
mutu pelayanan dengan koefisien standardize sebesar 0,62. Soft skills
memoderasi kinerja karyawan berperan meningkatkan mutu pelayanan
dengan standar koefisien sebesar 0,32.
The decline in the quality of service General Hospital Dr. M. Djamil is a de-
terminant for the performance of the Hospital as a service company. Decline
in service quality as indicated by the decline in average service period of
2008-2010 on radiological installations reached 11.29%, laboratory 5.19%,
pharmacy 18.5%, IRM 3.74%, 9.12% nutrition, smear bodies 11.86%, sur-
gery 5.29%, and hemodialysis 3.62%. This study aims to analyze the mo-
derating role of soft skills of organizational resources, work engagement,
employee performance in improving the quality of hospital care.
Measurement of whole constructs and indicators study used questionnaires
Peranan Moderasi Soft Skills dalam Meningkatkan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit
Role of Soft Skills Moderation in Improving Quality of Hospital Care
Viviyanti Azwar
distributed to 530 employees at the Hospital as a medical or nonmedical
personnel who serve the respondent. The method of data analysis using
SEM (Structural Equation Modeling) with application software. The research
concludes soft skills moderating role of organizational resources to improve
the quality of service with a standardize coefficient of 0.53. Soft skills mo-
derating role of work engagement to improve the quality of service with a
standardize coefficient of 0.62. Soft skills moderating role of employee per-
formance to improve the quality of service with a standardize coefficient of
0.32."
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Theresia Rhabina Noviandari
"Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) efektif dalam mengendalikan fertilitas tetapi angka penggunaannya cukup rendah jika dibandingkan metode lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap karakteristik MKJP dengan penggunaan MKJP di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian menggunakan data Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi di Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat Tahun 2013 yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK UI) dengan besar sampel 1.370 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi terhadap karakteristik MKJP memiliki hubungan dengan pengambilan MKJP pada WUS di Kabupaten Tuban (p= <0,005 POR= 4,64 CI 95%= 2,74-7,86). Uji regresi logistik menunjukkan bahwa persepsi terhadap karakteristik MKJP berhubungan dengan penggunaan MKJP setelah dikontrol dengan pengambilan keputusan dan interaksi antara pengambilan keputusan dengan persepsi terhadap karakteristik MKJP.

Long term contraceptive method effective in controlling fertility but the usage is lower than other methods. This study aims to determine the relationship between perception of the characteristic of long term contraceptive method and using of long term contraceptive method in Tuban, East Java. This research used the data of Operational Research on Family Planning to Improve Contraceptive Method Mix in East Java and West Nusa Tenggara Province held by Center for Health Research University of Indonesia, with sample size of 1.370 subjects. Statistical test used was multiple logistic regressions. The subject is women of childbearing age who used contraception method. Perception of long term contraceptive method associated with using of long term contraceptive method among women of childbearing age in Tuban (p= <0,005 POR= 4,64 CI 95%= 2,74-7,86). Logistic regression analysis showed that perception associated with the use of long term contraceptive method after controlled by decision-making and interaction between decision making and perception of long term contraceptive method.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>