Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitanggang, Thombos Pandapotan Hot Parulian
"Seorang investor akan berhadapan dengan resiko ketika melakukan investasi pada bursa saham. Resiko Saham dalam penelitian ini akan di lihat melalui volatilitas dari return saham. Penelitian ini menggunakan tiga model peramalan volatilitas, yaitu HISVOL, ARCH, GARCH.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah volatilitas pada saat ini dipengaruhi oleh volatilitas sebelumnya dan kesalahan sebelumnya secara parsial maupun simultan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah model penelitian yang diajukan sesuai dengan data yang ada di pasar modal Indonesia.
Obyek dari penelitian ini adalah saham LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2004. Jumlah obyek penelitian secara keseluruhan adalah 50 saham. Terdapat lima saham yang hanya tercatat pada LQ45 semester satu. Terdapat enam saham yang hanya tercatat pada LQ45 semester dua. Terdapat 39 saham yang tercatat pada LQ45 semester satu dan semester dua Periode penelitian adalah dari Januari 1995 sampai dengan Desember 2004.
Hasil dari Penelitian adalah terdapat 41 saham yang secara statistik signifikan pada tingkat signifikansi lima persen dengan menggunakan Model 1: HISVOL, hal ini menandakan volatilitas saham LQ45 semester satu dan semester dua tahun 2004 dipengaruhi oleh volatilitas periode t-l. Terdapat 17 saham yang secara statistik signifikan pada tingkat signifikansi lima persen dengan menggunakan Model 2: ARCH, hal ini menandakan volatilitas saham LQ45 semester satu dan semester dua tahun 2004 dipengaruhi oleh Kuadrat Residual Return periode t-1. Dengan menggunakan Model 3: GARCH terdapat 41 saham yang secara statistik signifikan pada tingkat signifikansi lima persen. Hal ini menandakan volatilitas saham LQ45 semester satu dan semester dua tahun 2004 dipengaruhi oleh volatilitas periode t-l dan Kuadrat Residual Return periode t-1 secara bersama-sama. Dan hanya terdapat enam saham yang secara statistik tidak signifikan pada tingkat signifikansi lima persen dengan menggunakan tiga model yang diajukan.

An investor will be dealing with risk when he/she investing in stock market. Stock risk in this research will be seeing from stock return volatility. This Research will used three model of forecasting Volatility, which is HISVOL, ARCH, and GARCH.
Purpose from this research is to know whether today volatility is influence by previous volatility and previous residual return. This research also have purpose to know whether the model that being proposed is can be used according data from Indonesian Stock Market.
Object from this research is LQ45 stocks listed in Bursa Efek Jakarta (BEJ) for the year 2004. There are 50 stocks in total. There are five stocks that listed only in LQ45 first semester. There are six stocks that listed only in LQ45 second semester. There are 39 stocks that listed in LQ45 first semester and second semester. Period of this research is from January 1995 until December 2004.
Result from this research: 41 stocks are statistically significant with five percent significance degree using Model 1: HISVGL, this result shows that volatility of LQ45 first semester and second semester is influenced by previous volatility. 17 stocks are statistically significant with five percent significance degree using Model 2: ARCH, this result shows that volatility of LQ45 first semester and second semester is influenced by previous residual return. 41 stocks are statistically significant with five percent significance degree using Model 3: GARCH, this result shows that volatility of LQ45 first semester and second semester is simultaneously influenced by previous volatility and previous Residual return. There is six stocks that insignificant statistically using with five percent significance degree using all three model that being proposed to analyze volatility.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas A. Pandu A.
"Investasi pada instrumen reksa dana yang berbasis saham mengandung tingkat risiko yang relatif lebih besar daripada investasi lain seperti deposito, tabungan dan obligasi. Hal ini dikarenakan penghasilan dari saham yaitu berupa deviden dan capital gain bersifat tidak pasti, dimana deviden ini dapat dibayarkan oleh perusahaan jika ada kelebihan kas. Di lain sisi capital gain ditentukan naik turunnya harga saham di bursa. Risiko tersebut muncul karena adanya volatilitas (fluktuasi) harga sekuritas dari waktu ke waktu.
Penelitian karya akhir ini bertujuan untuk mengetahui profil volatilitas imbal hasil Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana saham. Model yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat volatilitas di masa yang akan datang, yang berguna dalam penentuan keputusan investasi. Pembentukan model adalah dengan menggunakan metode ARCH/GARCH. Penelitian ini menggunakan pendekatan single index dimana indeks pasar digunakan sebagai variabel independen yang memprediksi NAB. Pembentukan model ARCH/GARCH diawali dengan proses mean lalu kemudian dilanjutkan proses conditional variance dimana kemudian baru bisa ditentukan profil volatilitas dari masing-masing reksa dana saham yang dijadikan sampel. Pemodelan dengan menggunakan ARCH/GARCH baru bisa dilakukan apabila didapatkan adanya volatilitas yang tidak konstan atau ada masalah heteroskedastisitas. Hasil penelitian ini menunjukkan hanya ada 3 reksa dana yang dapat dimodelkan dengan menggunakan ARCH/GARCH, hal ini berarti volatilitas imbal hasil reksa dana saham secara umum relatif konstan. Volatilitas yang konstan diduga karena efek dari diversifikasi, dimana terjadi pengurangan unsystematic risk. Model GARCH(1,1) dan GARCH(1,0) merupakan model yang paling cocok digunakan untuk menggambarkan volatilitas portofolio reksa dana saham. Kesimpulan ini berdasarkan temuan hasil penelitian yang menyatakan bahwa model GARCH(1,1) adalah model yang paling optimal untuk dua reksa dana yang volatilitasnya tidak konstan, kecuali Reksa Dana Mawar yang model terbaiknya adalah GARCH(1,0). "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23052
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Daulat H. H.
"ABSTRAK
Meskipun kondisi ekonomi makro hingga kini belum menguntungkan, kinerja reksadana mengalami peningkatan baik jumlah reksadana yang beredar maupun jumlah investomya. Reksadana berkembang secara pesat akibat kebijakan pembebasan pajak, sehingga pemilik dana akan memilih reksadana sebagai instrument investasi dibandingkan dengan deposito, terutama untuk reksadana obligasi. Secara teoritis semua investor adalah risk-averse yang berarti investor akan memilih jenis investasi yang memberikan rate of return sebesar mungkin dan tingkat resiko yang serendah mungkin.
Untuk membantu investor menakar resiko investasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama, dengan beta (p) yang memiliki nilai sebesar satu untuk resiko pasar dan kedua adalah standar deviasi yang biasa disebut dengan volatilitas (a). Reksadana yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah reksadana saham yang memiliki potensi resiko yang tertinggi.
Beberapa lembaga independen dunia juga menghitung kinerja investasi yang disesuaikan dengan resiko (risk-adjusted return). Dari basil perhitungan (riskadjusted return), selanjutnya akan dapat dilakukan rating atas reksadana. Rating ini melihat seberapa besar potensi resiko sebuah reksadana kalau dilihat dari data-data historis, selain juga pertumbuhan NAB-nya. Dengan rating ini investor akan dapat memilih reksadana yang mencatat pertumbuhan NAB tinggi, tetapi potensi resikonya seimbang. Gaya investasi tertentu dari reksadana bisa mencatat pertumbuhan yang rendah tetapi memiliki potensi resiko yang tinggi.
Proses Rating reksadana saham bertujuan untuk melihat kemampuan Manajer Investasi yang menerbitkan reksadana tersebut dalam mengelola portfolio investasi yang sangat beresiko. Indikator resiko yang akan digunakan adalah conditional variances dan akar dari conditional variances adalah volatilitas (a) yang akan diperoleh dengan metode: Exponential Weighted Moving Average Model (EWMA}, Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) I Generalised Autoregressive Conditional Heteroscedastic (GARCH).
Permasalahan dalam karya akhir ini adalah mengukur risiko investasi dalam reksadana saham menggunakan metode perhitungan standar deviasi (volatilitas) dengan estimator model EWMA dan model ARCH/GARCH, mencari estimator model volatilitas yang terbaik, membuktikan apakah reksadana saham yang memiliki volatilitas yang tingginya melebihi volatilitas pasar (IHSG) akan memiliki pertumbuhan imbal hasil (return) yang tinggi, atau sebaliknya. Meneliti strategi portfolio yang digunakan perusahaan manajer investasi di Indonesia dalam mengelola portofolio reksadana saham.
Data yang dipergunakan dalam penulisan karya akhir ini adalah nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan, yaitu NAB harian yang dikeluarkan oleh Bank Kustodian. Peri ode penelitian dalam penghitungan volatilitas adalah selama 24 (dua puluh empat) bulan yaitu dari tanggal 1 Januari 2001 sampai dengan 31 Desember 2002 (sekitar 500 titik data). Karya akhir ini difokuskan kepada penghitungan conditional volatilitas pada risiko pasar, yaitu resiko portfolio saham atau ekuitas. Kemudian melakukan uji validitas model dengan melakukan proses backtesting dengan Kupiec Test, baik pada EWMA maupun ARCH/GARCH untuk melihat model apa yang lebih baik.
Hasil dari portofolio yang diteliti pada umumnya menunjukkan risiko yang sebanding dengan returnnya, namun bisa saja suatu portofolio yang memiliki volatilitas tinggi tetapi ratingnya tidak begitu baik. Pada reksadana ABN Amro Dana Saham mengikuti fenomena Low Risk High Return. Phinisi Dana Saham, BNI Reksa Dana Berkembang, Panin Dana Saham, GTF Agresi( Si Dana Saham, Rencana Cerdas dan GTF Sentosa mengikuti fenomena High Risk High Return. BIG Nusantara mengikuti fenomena Low Risk Moderat Return. Nikko Saham Nusantara, Master Dinamis, Bahana Dana mengikuti fenomena High Risk Moderat Return. Megah Kapital, Danareksa Mawar, Arjuna, Bima, GTF Sejahtera mengikuti fenomena Low Risk Low Return. Fenomena volatilitas yang tinggi tidak selalu disertai dengan pertumbuhan return yang tinggi, jika para manajer investasi tidak melakukan pengelolaan yang baik. Keputusan terletak di tangan investor sendiri untuk memilih asset lokasi, strategi, style, reksadana maupun manajer investasi yang sesuai dengan rencana investasi.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Heru Basuki
"Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh issue-issue dalam negeri pada volatilitas return saham serta menguji kinerja model GARCH dalam kemampuannya memprediksi (forecast) volatilitas return saham. Return saham diproxy dari indeks harga saham gabungan harian (composite index daily). Aspek-aspek yang diteliti meliputi pengenalan model GARCH, cara mendapatkan konstanta dan koefisien persamaan regresi serta kemampuannya memprediksi nilai volatilitas return saham ke masa yang akan datang.
Penelitian ini menggunakan data IHSG harian dari 1 Juli 1997 sampai dengan 30 Desember 2004. Data-data tersebut diperoleh dari PDPM-il3ii dan website "www jsx.co.id" di Internet, yang merupakan situs resmi dari Jakarta Stock Exchange. Metodologi penelitian adalah dengan cara membagi data menjadi 2 bagian atau periods, perioda ke-1 untuk pembuatan model dan perioda ke-2 untuk digunakan sebagai pembanding hasil prediksi. Keabsahan hasil model yang dibuat dan kemampuannya memprediksi diuji dengan beberapa soft ware komputer. Sedangkan hasil ujinya dilihat dari indikator-indikator statistik yang ditampilkan.
Kesimpulan hasil penelitian, ternyata issue-issue dalam negeri terutama yang berhubungan dengan perpolitikan berpengaruh pada volatilitas return saham serta GARCH merupakan model regresi yang mampu menjelaskan volatilitas return saham dan memberikan prediksi yang baik. Model GARCH bahkan mampu memprediksi volatilitas return saham pada kondisi ekonomi makro yang stabil maupun bergejolak tahun 2003 - 2004 dengan model yang dibangun dari kondisi crisis ekonomi parah tahun 1997 - 1998.

Target implementation of this research is analyzing influence domestic issues on stocks return volatility and also test performance of GARCH models and its ability stock return volatility forecasting. Stock return was taken from composite index daily. Aspects of research cover recognition of GARCH model, way of getting coefficient and regression equation constant value and also the ability to forecast stock return volatility value in the future.
This research use composite index daily data from July P`, 1997 until December 30'h, 2004. The data obtained from PDPM-iBii and website "www jsx.co.id" in internet, is formal sites of Jakarta Stock Exchange. Methodologies of Research is by dividing data become 2 period, first period for making of models and second period to be used as comparator result of forecasting. Validity of made models result and the ability to forecast is tested by a few computers software. While the test result of is seen on statistical indicator which is presented.
Conclusion of research, in the reality domestic issues especially related to politics having an effect on stocks return volatility and also GARCH is regression model that capable to explain stock return volatility and give forecasting the goodness. GARCH models even forecast stock return volatility at stable macro economic condition and flare up year 2003 - 2004 with woke up models from hard economic crisis condition of years 1997 - 1998.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Sari
"Volatility pasar obligasi dan pasar saham dapat diprediksi. Analisis yang dilakukan adalah menemukan cara sistematik menggunakan statistik untuk menemukan prediksi yang terbaik. Model yang popular digunakan untuk conditional variance adalah ARCH dan GARCH. Hasilnya menunjukkan bahwa pasar obligasi dan pasar saham diestimasi dengan menggunakan model GARCH (1,1). Volatility pasar obligasi dan pasar saham mempunyai persistensi yang tinggi.

Stock market and bond market volatility are predictable. The present analysis is systematic way to use statistics to find the best forecast of volatility. A variety of popular models for conditional variance are ARCH and GARCH The result indicate that bond market and stock market are modeled by GARCH (1,1). Bond market and stock market have high persistence."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T17859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Ratnamurty
"Variabel penting di dalam melakukan analisis sekuritas adalah keuntungan yang diharapkan (expected return) dan identifikasi risiko atau sering disebut sebagal risk -return analisis. Beta dapat digunakan sebagai ukuran risiko yang sangat membantu investor dalam memprediksi return dan suatu saham yang dimilikinya. Bela menunjukkan sensitivitas tingcat pengembalian sural berharga saham terhadap tingkat pengembalìan berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti tingkat pengembalian pasar. Tingkat pengembalian pasar chtunjukkan oleh besamya pengembalian indeks barga saham gabungan ataupun indeks beberapa saham lertentu yang dianggap representatif Untuk indeks barga saham ini di Buma Efek Jakarta dikenal adanya IHSG dan LQ45.
Variance juga dapal digunakan sehagai alat ukur risiko suatu saham. Variance dibedakan menjadi unconditional variance dan conditional variance. Conditional variance sangat penting bagi para investor untuk melakukan analisis fmansial, misalkan untuk inengukur risiko yang akan terjadi dan memperhitungkan return dan investasinya sehingga risiko investasi dapat dikurangi dan return yang diharapkan dapat diperoleh. Conditional variance dapat diformulasikan dengan menggunakan model ARCH / GARCH Engle (1982) memperkenalkan model Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH). Model ini adalab model time-series untuk kondisi heteroscedasticity yang didasarkan pada conditional variance dimana variance adalah fungsi dan variance sebelumnya. Tim Bollerslev (1986) memperkenalkan model Generalized Autoregressive 2onditional Heteroscedasticity (G ARCH) yang merupakan pengernbangan dan model ARCH Model GARCH merupakan teknik pemodelan time-series yang menggunakan peramalan variance masa lalu untuk meramalkan variance masa depan.
Karya akhir ini bertujuan untuk mengetahui besarnya beta dan conditional variance sepuluh perusahaan sektor consumer goods yang memiliki total kapitalisasi pasar terbesar selama 1996-2001 dengan menggunakan model ARCH / GARCH. Adapun untuk pengolaban data digunakan alat bantu software EViews version 3.0, sedangkan untuk pembuatan grafik digunakan bantuan Microsoft Excel 2000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saham-saham consumer goods yang dipengaruhi oleb return 1148G dan return 1148S path vmumnya mempunyai pergerakan yang searah dengan pasar maupun sektoralnya karena sebagian besar basil estimasi menunjukkan nilai beta 1H50 dan beta mss yang positif, serta termasuk saham yang agresif terhadap pasar namun defensif terhadap ektoraJnya, berdasarkan hasil estimasi yang sebagian besar menunjukkan nilai beta IHSG> 1 dan beta IHSS < 1. Secara umum dari tahun 1996 hingga tahun 2001, return saham consumer goods juga dipengaruhi oleh return saham pada han-han sebelumnya namun tidak dipengaruhi oleb return IDR.
Berdasarkan model ARCH / cIARCH, dari hasil penelitian didapat bahwa pada Umurnnya volatilitas return saham consumer goods sebelum krisis ekonomi mel anda Indonesia fluktuasinya rendah. Volatìlitas meningkat tajam ketika luisis mulal terasa imbasnya path bulan Juli 1997. Fenomena ini mendukung teoni Steward (1989) bahwa krisis ekonomi akan menyebabkan meningkatnya volatilitas dan volatilitas akan turun ketika terjadi ekspansi ekonomi. Agar investor BEJ bisa mendapatkan keuntungan dan investasinya pada saham-saham consumer goods, maka apabila kondisi penerimaan pasar modal sedang membaik, hampir semua saham consumer goods dapat dijadikan pilihan investasi karena memiliki beta yang positif apalagi jika investor memilih saham consumer goods yang juga memiliki miai beta lebih besar dan satu, seperti misalnya saham INDF, KLBF, dan MYOR. Namun demikian, para investor juga harus mengantisipasi keadaan yang sebaliknya, yaitu jika kondisi pasar modal menjadi memburuk. investor justru bisa mengalami kerugian.
Berdasarkan data con!iiionuI variance, untuk investasi jangka panjang, investor BEJ sebaiknya memilib saham consumer goods yang tidak mengalami volatilitas dalam periode yang cukup panjang, seperti misalnya saham MYOR. Selain itu, investor juga disaraTikan agar tidak berinvestasi pada saham consumer goods pada periode yang memiliki volatilitas tinggi. Hal ini dimaksudkan agar investor dapat memperkecil risiko yang terjadi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T6153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Rudi Hartono
"Karya tulis ini bertujuan untuk mempelajari dan mengukur volatilitas serta membuat estimasi model yang dapat meramalkan volatilitas imbal basil saham-saham sektor tekstil dan Barmen. Periode penelitian adalah antara tahun 1998 sampai dengan 2005. Dalam melakukan estimasi model volatilitas model yang dipilih adalah Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) dan Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH). Kelebihan dari model tersebut adalah kemampuannya untuk menangkap kecendrungan dari volatility clustering dimana berdasarkan basil observasi pergerakan yang besar (kecil) biasanya diikuti dengan pergerakan yang besar (kecil) pula.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat 8 emiten yang memiliki volatilitas return bersifat homoscedastic yaitu PT Argo Pantes Tbk (ARGO), PT Centex Tbk (CNTX), PT Ever Shine Tex Tbk (ESTI), PT Apac Citra Centertex Tbk (MYTX), PT Pan Brothers Tex Tbk (PBRX), PT Texmaco Jaya Tbk (TEJA) dan PT Teijin Indonesia Fiber Corporation Tbk (TFCO). Volatilitas return saham 8 emiten tersebut bersifat konstan sepanjang waktu sehingga tidak dapat dibuat model conditional variance dengan menggunakan model ARCH/ GARCH.
Sementara itu terdapat 10 emiten yang memili volatilitas return bersifat heteroscedastic yaitu PT Karwell Indonesia Tbk (KARW), PT Panasia Filamen Inti Tbk (PAFI), PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY), PT Stinson Textile Manufacture Tbk (SSTM) dan PT Panasia Indosyntec Tbk (HDTX). Dengan demikian hanya terliadap 10 emiten tersebut dapat dibuat estimasi model conditional variace dengan metode ARCH/GARCH untuk meramalkan volatilitas return saham emiten yang bergerak dalam bidang tekstil dan garmen.
Kesimpulan permodelan volatilitas (conditional variance) terhadap 10 emiten yang memiliki volatilitas bersifat heteroscedastic adalah model ARCH hanya cocok digunakan untuk emiten ERTX (ARCH (3)), RICY (ARCH (3)), dan SSTM (ARCH (2)) sedangkan model GARCH cocok untuk emiten ADMG (GARCH (1, I)), HDTX (GARCH (1, I)), INDR (LARCH (I, 1)), KARW (GARCH (3, 2)), MYRX (GARCH (2, 3)), PAF1 (GARCH (4, 1)), dan POLY (GARCH (4, 1)).
Berdasarkan model ARCH/ GARCH tersebut diketahui bahwa pada periode 1998 sampai dengan 1999 (awal-awal krisisi ekonomi) volatilitas imbal hasil saham relatif tinggi, yang diikuti oleh volatilitas yang rendah setelah tahun 1999 sampai dengan 2005. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aggarwal dkk (1999) bahwa pada saat krisis terjadi perubahan volatilitas yang cukup besar karena adanya perubahan kurs mats uang negara yang bersangkutan.
Seluruh model volatilitas dengan ARCH/ GARCH signifikan secara statistik, namun demikian seluruh model tersebut memiliki tingkat explanatory power yang rcndah dimana model tersebut hanya dapat menerangkan variasi volatilitas sekarang di bawah 5% kccuali terhadap dua emiten yaitu MYRX dan POLY . Hal ini mcnunjukkan bahwva masih banyak variabel lain yang dibutuhkan untuk dapat menerangkan volatilitas return saham selain volatilitas dan kesalahan periode sebelumnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Hidayat
"ABSTRAK
Karya akhir ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran profil risiko masmgmasing reksadana saham, membandingkan peringkat reksadana saham berdasarkan kinerja Sharpe, Treynor dan Fama serta mempelajari korelasi yang terjadi pada imbal hasil (return) dengan tolak ukur yang telah ditentukan. Penelitian ini cukup penting untuk memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai reksadana saham kep.ada para investor serta kepada manager investasi pengelola reksadana untuk meningkatkan kinerja portofolio yang ditawarkan kepada masyarakat.
Dalam karya akhir ini digunakan bantuan metode ARCH/GARCH untuk mendapatkan model yang lebih akurat serta untuk mendapatkan komponen yang . akan digunakan dalam analisa kinerja berikutnya. Analisis kinerja dilakukan dengan bantuan metode Sharpe, Treynor dan Fama decomposition.
Metode ARCH/GARCH pada penelitian ini juga digunakan untuk melakukan analisis volatilitas pada masing-masing reksadana saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat volatilitas dengan cepat dapat kembali ke tingkat yang stabil dalam waktu yang singkat.
Dari proses pengolahan data diperoleh hasil bahwa hampir semua reksadana saham dapat dimodelkan dengan GARCH(l,l). Kecuali reksadana Bima, Danareksa Mawar, Panin Dana Maksima serta GTF Sentosa yang hanya dapat dimodelkan dengan ARCH.
Dari hasil penelitian hubungan NAB terhadap IHSG menunjukkan bahwa semua reksadana saham mempunyai korelasi yang positif dimana imbal hasil dari NAB akan mengikuti pergerakan dari IHSG. Model yang paling akurat adalah dimiliki oleh reksadana Bahana Dana Prima sedangkan validitas terendah dimiliki oleh GTF Agresif.
Hasil pengukuran kinerja dengan ketiga metode tersebut diatas selama periode pengukuran menunjukkan bahwa reksadana Phinisi Dana Saham (HZPHSE) mempunyai nilai indeks yang paling tinggi untuk ketika pengukuran tersebut sedangkan nilai indeks yang paling rendah juga memiliki oleh reksadana yang sama yaitu oleh reksadana Arjuna (UPARJE). Peringkat kinerja untuk masing-masing metode pengukuran cenderung sama terutama untuk metode Sharpe dan Fama (Net Selectivity).
Dalam penelitian ini juga didapat temuan bahwa portofolio dengan beta tinggi (lebih besar dari 1) tidak secara otomatis menghasilkan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan portofolio yang mempunya1 beta lebih kecil seperti ditunjukkan oleh reksadana Master Dinamis.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang diperoleh maka dalam pengukuran suatu portofolio metode pengukuran kinerja menggunakan Metode Sharpe dan Fama (Net Selectivity) dapat digunakan untuk melakukan perhitungan kinerja secara bersama-sama karena memberikan hasil yang relatifkonsisten (sama) dalam hasil peringkatnya. Untuk lebih akuratnya penelitian ini maka perlu dilakukan penelitian lanjutan yang membedah lebih detail periode tersebut diatas dengan membaginya ke dalam sub periode -sub periode yang lebih pendek (misal 1 tahun) sehingga akan diperoleh profil serta kinerja yang lebih detail serta dapat dilihat apakah ada pola berulang/konsisten untuk masing-masing reksadana saham tersebut selama periode pengukuran.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vianna Tandriani
"Penelitian ini menguji dampak dari business cycle dan VIX terhadap tingkat return maupun volatilitas untuk pasar saham kawasan developed market dan emerging market. Penelitian ini menggunakan sampel 4 negara terbesar dari kawasan developed market serta 3 negara terbesar dari kawasan emerging market. Dalam melakukan pengujian, peneliti menggunakan GARCH-in-Mean model. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh business cycle dan VIX lebih signifikan pada tingkat volatilitas ketimbang pada tingkat return. Selain itu, pada periode krisis global 2008, dampak dari krisis lebih besar terhadap pasar saham kawasan emerging market ketimbang pasar saham pada kawasan developed market.

This paper investigates the effect of business cycle and VIX for stock markets rsquo return and volatility in major developed and emerging markets. Researcher employ the effect by using the GARCH in Mean model. The results suggest that the effect of business cycle and VIX are more prominent on stock volatility rather than stock returns. This study also identifies during recent global financial crisis, the magnitude is larger on the emerging markets compared to the developed market."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salastin Afriliyati
"Tesis ini membahas analisis Value at Risk dan Expected Shortfall menggunakan model volatilitas GARCH terhadap indeks saham dan nilai tukar local currency terhadap US dollar pada delapan negara emerging market Asia. Periode perkiraan penilaian risiko antara 01 Januari 1997 sampai dengan 31 Desember 2009 dan periode validasi out of sample 01 Januari 2010 sampai dengan 31 Maret 2014. Penilaian model menggunakan back testing terhadap data in sample dan out of sample.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengukuran volatilitas return indeks saham dan nilai tukar dengan model GARCH dianggap tepat. Perkiraan risiko kerugian indeks saham menggunakan Value at Risk berdasarkan model volatilitas GARCH dapat digunakan pada confidence level 95%, sementara Expected Shortfall dapat digunakan sebagai alternatif pengukuran risiko pada confidence level 99%. Sedangkan untuk memperkirakan risiko kerugian nilai tukar dapat menggunakan Expected Shortfall pada confidence level 99%.

This thesis describes the analysis of Value at Risk and Expected Shortfall using GARCH volatility models of the stock indices and exchange rate of local currency against the U.S. dollar in eight Asian emerging market countries. The estimation period of risk measurement is between January 1, 1997 until December 31, 2009 and out of sample validation period is January 1, 2010 until March 31, 2014. Assessment model using back testing in sample and out of sample data.
The analysis showed that the measurement of return volatility of stock indices and exchange rates by the GARCH model is appropriate. Estimating loss using Value at Risk based on GARCH volatility models of stock indices is appropiate to be applied at 95% confidence level, while the Expected Shortfall can be used as an alternative of risk measurement at the 99% confidence level. Whereas estimating the risk of exchange rate losses can use the Expected Shortfall at 99% confidence level.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>