Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144783 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firwansyah Arbi
"Bank sebagai lembaga kepercayaan harus dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik dan berkembang secara wajar serta bermanfaat bagi perkembangan ekonomi nasional. Dalam meniiai tingkat kesehatan suatu bank, terdapat 5 (lima) faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan bank yaitu Permodalan, Aktiva Produktif, Manajemen, Rentabilitas dan Likuiditas. Kelima faktor in; disebut juga konsep CAMEL (Capital, Asssets, Management, Earnings, Liquidity).
Dalam kesempatan ini, penulis mencoba rnenyusun suatu 'Model' yang berbasis komputer dan selanjutnya disebut sebagai Model Camel. Dengan model ini diharapkan perhitungan tingkat kesehatan bank akan dapat lebih mudah, cepat dan akurat hasilnya. Adapun parameter dan kriteria yang digunakan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia. Sebagai objek penelitian, penulis mengambil Laporan Bulanan Bank 'X' untuk periode bulan Januari 1997 sampai Desember 1997. Klasifikasi tingkat kesehatan bank dibagi dalam 4 (empat) keiompok yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat.
Berdasarkan hasil evaluasi atas faktor permodalan diketahui CAR Bank 'X' untuk bulan Januari s/d Desember 1997 berkisar antara 20,7% s/d 43% (batas minimal sehat 8%). Dari aspek Aktiva Produktif menunjukkan rasio KAP (Kualitas Aktiva Produktif) dalam periode Januari s/d Desember 1997 berkisar antara 0,46% s/d 1,15% (batas maksimal sehat 3,5%). Sedangkan nilai kredit aspek manajemen selama periode Januari s/d Desember 1997 berkisar antara 75 s/d 83 (batas minimal sehat 80). Adapun dari faktor rentabilitas menunjukkan ROE yang dicapai berkisar antara 2% s/d 5,4% (batas maksima! sehat 1,5%) dan yang terakhir faktor likuiditas menghasilkan LDR (Loan Deposit Ratio) berkisar 45% s/d 83,9% (batas minimal sehat 90%).
Dengan Model Camel tersebut, maka hasil evaluasi tingkat kesehatan Bank 'X' secara keseluruhan menghasilkan Nilai Faktor Kredit berkisar antara 90 s/d 95 untuk periode Januari s/d Desember 1997. Hal ini menunjukkan bahwa Bank 'X' memperoleh predikat 'Sehat' selama tahun 1997 (batas sehat minimal Nilai Faktor Kredit 80).
Krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 tidak menyebabkan tingkat kesehatan bank ini turun, karena pada saat itu bank ini beium terlalu banyak melempar kredit dan justru kelebihan dana yang kemudian di tempatkan pada pasar uang dengan tingkat bunga yang tinggi sehubungan dengan tingginya Sertifikat Bank Indonesia.
Hasil dari Model Camel ini dapat memberikan masukan atas faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kelima aspek tersebut. Namun demikian menurut hemat penulis terdapat beberapa rasio lainnya yang perlu ditambahkan karena dapat berpengaruh pada kinerja bank yaitu : Rasio pendapatan bunga dalam penyelesaian terhadap hasil bunga; Debt Equity Ratio (DER); Return On Equity (ROE) dan Reserve Requirement Ratio (RRR) atau Giro Wajib Minimum (GWM)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Andromeda
"Kredit bermasalah merupakan resiko bisnis yang wajar melekat pada dunia perbankan, tetapi nilai kredit bermasalah yang sangat besar pada skala nasional telah menjadi salah satu sebab melemahnya kondisi perbankan Indonesia. Kondisi perbankan yang lemah merupakan salah satu dari tiga mata rantai penting di dalam lingkaran permasalahan yang membelenggu perekonomian Indonesia selama krisis.
Untuk mernperbaiki kondisi perbankan yang lemah dibutuhkan langkah komprehensif yang tidak hanya mencakup perbaikan kondisi neraca perbankan, tetapi juga neraca dunia usaha dan sistem yang mempengaruhi kedua sektor tersebut, Salah satu sistem dimaksud adalah sistem penyelesaian kredit bermasalah.
Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) adalah bagian dari sistem penyelesaian kredit bennasalah di Indonesia. DJPLN melaksanakan pengurusan kredit bermasalah yang mengandung unsur piutang negara, berdasarkan Undang-undang No.49 Prp tahun 1960. Saat ini DJPLN menangani piutang negara perbankan berupa kredit macet kategori 5 dari bank pemerintah, serta piutang negara non perbankan.
Pada tulisan ini, penulis mengemukakan tugas pengurusan piutang negara perbankan yang dilaksanakan DJPLN, serta potensi penyempumaan dan pemberdayaan lembaga tersebut menuju tugas dan fungsi yang lebih luas dalam sistem penyelesaian kredit bermasalah. Dua sasaran yang diusulkan penulis dalam kajian ini adalah : 1. Sasaran jangka panjang DJPLN untuk menjadi satu-satunya lembaga khusus pengurus kredit bermasalah di Indonesia; dan 2, Sasaran jangka menengah DJPLN untuk mengambil alih tugas pengurusan kredil bermasalah yang merupakan piutang negara di Divisi Asset Management Credit Badan Penyehatan Perbankan Nasional (AMC-BPPN) pada akhir tahun 2004.
Selain itu, dalam tulisan ini penulis juga mengemukakan kondisi kredit bermasalah dan dampak negatifhya bagi perekonomian Indonesia, skema restrukturisasi perbankan nasional dan restrukturisasi sektor swasta yang sedang dijalankan saat ini, serta lembaga-Iembaga lain yang menangani penyelesaian kredit bermasalah di Indonesia, baik melalui jalur litigasi maupun jalur non litigasi.
Salah satu dari lembaga lain dimaksud adalah Divisi AMC-BPPN. Lembaga ini disajikan sebagai benchmark bagi DJPLN karena tugas dan wewenang yang dijalankan kedua lembaga tersebut memiliki sejumlah persamaan. Kajian atas Divisi AMC-BPPN ini juga terkait langsung dengan kajian atas DJPLN, mengingat sasaran jangka menengah DJPLN yang diajukan dalam tulisan ini didasarkan pada ketentuan tentang masa tugas BPPN berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1999 yang berakhir pada akhir tahun 2004.
Dari hasil analisa diperoleh gambaran bahwa DJPLN memiliki peluang untuk mencapai kedua sasaran sebagaimana tersebut di atas, dengan syarat lembaga tersebut melaksanakan langkah-langkah penyempurnaan organisasi, perluasan wewenang, dan pemberdayaan fimgsi yang dijalankan secara. berkesinambungan.
Pada akhir tulisan ini penulis mengajukan sejumlah saran tentang langkah-langkah yang dapat dilaksanakan DJPLN dalam kerangka penyempuraaan dan pemberdayaan lembaga tersebut untuk mencapai kedua sasaran jangka menengah dan jangka panjang yang diharapkan."
2001
T277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lubis, Simon Muliawan Pandapotan
"Di dalam mencapai sasaran dan tujuannya, baik perusahaan kecil maupun besar selalu menghadapi berbagai masalah internal (dibawah kontrol perusahaan) maupun eksternal (di luar kontrol perusahaan) Merumuskan suatu masalah sangatlah penting dan perlu, sehingga masalah tersebut dapat diamati dan diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebabnya. Masalah yang dihadapi PT.IIU adalah perolehan laba negatif (rugi) untuk tahun 1996. Masalah adalah sesuatu yang memerlukan pemecahan dan merupakan sesuatu yang tidak diinginkan. oleh karena itu setiap masalah membutuhkan tanggapan dan cara?cara untuk mengatasinya agar perusahaan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan dan penulisan karya akhìr ini adalah menge tahui seberapa efektif dan efisien-kah PT.IIU mampu mengelola dananya yang berada di dalam perusahaan, se dangkan manfaatnya dapat memberikan masukan, tidak saja bagi para pemegang saham tapi juga bagi PT.IIU sendiri.
Metode Analisa yang digunakan adalah :
1) Metode analisa vertikal yaitu untuk mengetahui persentase masing-masing pos aktiva terhadap total ,aktiva, persentase masing?masing pos passiva terhadap total passiva dan persentase perkomponen dan pos-pos perhitungan rugi?laba terhadap penjualan untuk diada kan penilaian dan interpretasi.
2) Metode analisa rasio yaitu untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan pos?pos tertentu dalam neraca, laporan rugi laba, baik secara sendiri-sendiri maupun kombinasi antara pos neraca dan pos rugi-laba. Dan di dalam analisa rasio ini diperkenalkan konsep sustain able growth rate yang mengintegrasikan berbagai jenis rasio?rasio (ROE ditambah Dividen policy).
3) Metode analisa cash flow dimaksudkan untuk mengetahui likuiditas perusahaan dan kemampuan manajemen dalam mengelola aktivitas operasi, investasi dan financingnya.
Hasil penalitian menunjukkan bahwa PT.IIU merugi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor external dan internal. Faktor external disebabkan harga pulp dan rayon yang sangat fluktuatif terutama di pasaran luar negeri.
Sedang faktor internal disebabkan ROE yang negatif. Kesimpulan dan karya akhir ini adalah PT.IIU lemah atas 3 (tiga) komponen ROE-nya yaitu: Net Profit Margin, Asset Turn Over, Financial Leverage. Ini menunjukkan masih kurang efisien dan efektifnya kebijakan investasi yang dilakukan PT.IIU, yang mana terlihat Rugi bersih pada tahun 1996.
Saran-saran yang bisa sebagai masukan adalah untuk segera memperbaiki ROE-nya di masa akan datang agar bisa mencapai sustainable growth rate yang diinginkan. Dan keputusan PT.IIU untuk mengakuisisi Pabrik Nimia Kerinci tepat sekali, dalam rangka menstabilkan cash flownya untuk mengantisipasi harga pulp yang sangat fluktuatif di pasaran domestik maupun luar negeri."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T3954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Yanto Maurikson
"Alasan dan tujuan penelitian adalah membahas pentingnya peranan model tingkat pertumbuhan sustainabel dalam mengelola pertumbuhan internal suatu perusahaan menuju tingkat yang optimal. Dengan membandingkan tingkat pertumbuhan aktual terhadap tingkat pertumbuhan yang seharusnya dipertahankan oleh perusahaan maka manajer keuangan akan dapat mengambil keputusan mengenai perimbangan antara tingkat profitabilitas usaha, struktur modal dan tingkat retensi laba yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan usaha. Penulisan skripsi menggunakan dua metode: Pertama, studi literatur manajemen keuangan dan perbankan. Yang ke dua adalah studi lapangan pada bank "X". Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank X mengalami tingkat pertumbuhan pendapatan operasional yang terlalu tinggi tanpa didukung oleh tingkat rentabilitas yang tinggi, struktur modal yang optimal dan jumlah retained earning yang memadai. Hal ini diperkuat oleh hasil analisa terhadap rasio-rasio keuangan bank X dan analisa lingkungan bank. Penulis mengambil kesimpulan bahwa manajer keuangan bank atau perusahaan perlu menerapkan the sustainable growth model ini sebagai salah satu alat bantu perencanaan keuangan untuk mengendalikan tingkat pertumbuhan usaha menuju ke arah peningkatan efektivitas dan efisiensi. usaha yang lebih baik sehingga masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pertumbuhan usaha dapat dihindari atau diantisipasi. Penulis juga menyumbang saran agar kiranya para pimpinan badan usaha dapat memanfaatkan peralatan analisa sustainable growth, disamping analisa rasio keuangan dan analisa lingkungan usaha, dalam mengevaluasi kinerja badan usaha pada masa lalu dan pada periode berjalan serta dalam proses perencanaan dan perumusan strategi keuangan sehingga dapat mengelola tingkat pertumbuhan usaha di masa mendatang. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meinita Setiawati
"Salah satu faktor yang mendorong perkembangan sektor moneter, keuangan dan perbankan di Indonesia adalah dikeluarkannya paket deregulasi dan debirokratisasi. PAKTO No. 27 tahun 1988 memberikan kemudahan untuk mendirikan bank baru atau membuka cabang. Dengan demikian para pelaku perbankan dituntut untuk membuat sistem perencanaan dan pengendalian yang baik melalui anggaran. Permasalahan yang ditemukan pada penerapan sistem anggaran tradisional adalah ketidakefisienan pada suatu tahun akan terbawa ke tahun berikutnya (incremental inefficiency) dan tidak mendukung enterprise excellence. Pendekatan anggaran berdasarkan aktivitas dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Pendekatan tersebut dikenal dengan Sistem Activity Based Budgeting (Sistem ABB), Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan sistem ABB, bagaimana penerapannya pada Bank X serta kekuatan dan kelemahan sistem tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan berupa wawancara dan observasi langsung. Dan untuk memudahkan pihak manajemen Bank X memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penerapan sistem ABB, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa dengan menerapkan sistem ABB, manajemen Bank X dapat merencanakan dan mengendalikan aktivitasaktivitas dalam perusahaan dengan lebih baik, yang akan berdampak pada pengurangan biaya yang timbul dari aktivitas-aktivitas yang tidak memberi nilai tambah. Selain itu, karena sifat dari aktivitas yang dinamis akan menghasilkan anggaran yang dinamis juga. Dari sisi pengendalian, sistem ABB memiliki sistem pengendalian yang build-up sehingga dengan mudah dapat diantisipasi bila terjadi kondisi di luar yang direncanakan. Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, perlu adanya pengembangan ilmu mengenai sistem ABB, dengan melakukan penelitian dan pengkajian ulang agar sistem ini dapat diterapkan di berbagai industri, baik barang dan jasa."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S9163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Ramelan
"Abstrak
Tindak pidana oleh korporasi adalah tindak pidana yang dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana kepada korporasi sesuai dengan undang-undang yang mengatur tentang korporasi. Sanksi pidana yang dapat dikenakan berupa pidana denda dan pidana tambahan lainnya yang diatur undang-undang termasuk pembubaran atau pencabutan izin usaha. Sebagai lembaga keuangan yang berbasis kepercayaan, jika bank melakukan tindak pidana maka dampak yang ditimbulkan oleh adanya tindak pidana tersebut tidak hanya merugikan bank itu sendiri, merusak reputasi bank namun juga merugikan masyarakat nasabah penyimpan dana dan pihak lain yang bertugas menyelenggarakan resolusi bank. Melihat pada dampaknya, penerapan tanggungjawaban pidana korporasi kepada bank harus dilakukan secara hati-hati dan selektif. Jika menimpa pada bank berskala besar dan sistemik, dampaknya bisa multi efek."
Depok: Badan Penerbit FHUI, 2018
340 JHP 48:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alim Bahri
"Bank di Indonesia dari segi kepemilikannya dikelompokkan menjadi Bank Pemerintah dan Bank Swasta. Kepemilikan tersebut dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan.
Dalam tesis ini ingin dibuktikan apakah perbedaan kepemilikan bank di Indonesia, yaitu antara Bank Pemerintah Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa juga dapat membedakan Kinerjanya, dengan ukuran teknik analisis CAMEL (Capital/Permodalan, Asset Quality/Kualitas Aktiva Produktif, Earnings/Rentabilitas, dan Liquidity/Likuiditas) tanpa memasukkan aspek Manajemen, Mengingat faktor manajemen terkait dengan penilaian kualitatif terhadap kinerja personalia, dan tidak dapat diukur semata-mata dengan rasio keuangan.
Penelitian ini menggunakan sampel dari populasi Perbankan Umum Nasional, dimana dipakai kriteria asset bank Iebih dari 10 Trilyun. Untuk Bank Pemerintah Persero diambil sebanyak 4 bank dari total populasi yang berjumlah 5 bank. Sedangkan untuk Bank Umum Swasta Nasional Devisa diambil 10 bank dari total populasi yang berjumlah 38 bank. Data yang digunakan merupakan data Rasio CAR, BDR, CAD, ROA, BOPO dan LDR Berta total CAMEL Bank secara keseluruhan dari Bank Sampel yang didapat dari Laporan Publikasi Bank Umum kepada Bank Indonesia, dengan periode tahun 2000-2004.
Data diolah dengan dua tahap, yaitu: Pengujian distribusi data dan Pengujian Hipotesis. Adapun hasil yang didapat dari pengujian masing-masing aspek CAMEL, bahwa aspek Permodalan dengan rasio CAR, aspek Rentabilitas dengan rasio ROA dan BOPO dan aspek Likuiditas dengan rasio LDR menunjukkan bahwa tidak terdapatnya perbedaan secara signifikan antara kinerja Bank Pemerintah Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada periode penelitian tahun 2000-2004. Sedangkan aspek Kualitas Aktiva Produktif dengan rasio BDR dan CAD menunjukkan terdapatnya perbedaan yang signifikan, yaitu pada rasio BDR tahun 2003 dan rasio CAD pada tahun 2000, 2001 dan 2004.
Pengujian Total CAMEL versi Bank Indonesia didapatkan hasil bahwa tidak terdapatnya perbedaan secara signifikan antara kinerja Bank Pemerintah Persero dan Bank Umum Swasta Nasionai Devisa pada periode penelitian tahun 2000-2004.
Akan tetapi mengingat adanya sensitifitas terhadap pembobotan CAMEL versi Bank Indonesia yang juga merupakan indikasi kelemahan pada tekniknya tersebut, maka penulis melakukan uji sensitivitas dengan melakukan simulasi pembobotan CAMEL, yaitu: versi Penulis #1 dan versi Penulis #2. Dan perhitungan Total Nilai Pembobotan kedua model modifikasi tersebut diperoleh hasil yang menguatkan bukti bahwa besar-kecilnya nilai CAMEL sangat tergantung dengan persentase bobot masing-masing aspeknya.
Jadi, dalam tesis ini disimpulkan bahwa adanya sensitivitas pembobotan yang mempengaruhi Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan adanya Perbedaan kepemilikan suatu bank tidak selalu menyebabkan perbedaan pada kinerjanya.
Daftar Bacaan 18 (1999 - 2005)"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Antonia Riste Marudur
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>