Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11012 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elfizon Amir
"Gastropathy refers to the damage of the epithelial cells of the gastric mucosa and disturbance of epithelial cell regeneration unaccompanied by inflammation. Gastropathy occurs due to irritation by chemical agents (such as non-steroidal anti inflammatory drugs - NSAIDs and alcohol), bile reflux, hypovolemic conditions, and chronic obstruction.
NSAIDs in general are chemical agents that cause irritation of the upper gastrointestinal tract through direct and indirect topical effects and by inhibiting prostaglandin synthesis through inhibition of COX-1 and COX-2. There are many data that demonstrates that the anti-inflammatory function of NSAIDs is mainly through inhibition of COX-2, while many of their side effects are due to inhibition of COX-1.
In general, there is a correlation between the influence of NSAID and the administered dose. The higher the dose, the higher the risk for upper gastrointestinal tract disorder. NSAID users who frequently switch drugs have a risk twice higher than those only receiving one kind of NSAID. Those who use NSAID with corticosteroids have 15 times the risk. Use ofNSAID simultaneously with anticoagulants increases the risk of bleeding from ulcer 13 times compared to control subjects. NSAID use in a patient with history of bleeding from the gastrointestinal tract is 17.2 times non-users. Smoking also increases the percentage of gastroduodenal ulcer due to NSAID.
Clinical symptoms ofNSAID gastropathy are often only dyspepsia syndrome. There is no correlation between symptoms and endoscopic findings.
The first step in the therapy ofNSAID gastropathy is termination ofNSAID administration. To treat and prevent risks of gastropathy due to NSAID, mucosal protection agents may be used. Out of the various kinds of medicine available, proton-pump inhibitors turn out to be more effective compared to H2 receptor antagonists or cytoprotectiveagents."
2002
AMIN-XXXIII-4-OktDes2001-163
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Sunardi
"ABSTRAK
Pasien kanker umumnya mengalami penurunan berat badan terkait kaheksia. Patofisiologi kaheksia kanker multifaktorial, termasuk efek sitokin pro inflamasi dan inflamasi sistemik. Profil asam amino plasma pada pasien kanker mengalami perubahan. Deplesi protein dapat terjadi akibat asupan yang menurun atau efek langsung dari tumor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan hubungan antara asam amino serum, status nutrisi dan sitokin-sitokin pro-anti inflamasi, serta sel T helper 17 pada pasien kaheksia kanker paru. Penelitian potong lintang dengan consecutive sampling pada pasien kanker paru dengan kaheksia ini mengambil subjek berusia lebih dari 18 tahun dan belum diterapi atau sudah selesai terapi lebih dari 2 bulan di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Analisis asupan dilakukan dengan food frequency questionnaire semikuantitatif dan 24-hours food recall. Pemeriksaan asam amino serum dengan metode spektofotometri, Sel T helper-17 dengan metode flowcytometry, dan C-reactive protein dengan metode latex agglutination, serta kadar IL 17, IL 6 dan TNFα dengan metode ELISA. Data yg didapat kemudian di analisis dengan uji T atau Mann Whitney untuk melihat hubungan dan untuk menganalisis hubungan dalam tabel digunakan uji Chi-Square atau Fischer Exact, sedangkan untuk korelasi digunakan uji Pearson atau Spearman. Asam amino triptofan, asparagin, glutamin, valin, lisin dan sistein berkorelasi positif dengan sitokin anti-inflamasi dan status nutrisi, sebaliknya negatif dengan sitokin pro inflamasi. Asam amino fenilalanin, treonin, dan glutamat berkorelasi positif dengan sitokin pro-inflamasi dan berkorelasi negatif dengan status nutrisi dan sitokin anti inflamasi. Khusus aspartat, selain berkorelasi positif dengan sitokin pro inflamasi, juga berkorelasi positif dengan indeks massa tubuh, tetapi menunjukkan korelasi negatif dengan penurunan berat badan. Beberapa asam amino serum terbukti berhubungan dengan status sitokin dan status nutrisi pada subjek kanker paru dengan kaheksia, sehingga perlu menjadi perhatian dalam terapi nutrisi pasien kanker
Kata kunci: asam amino serum, status nutrisi, sitokin, kaheksia kanker

ABSTRACT
Cancer patients generally experience weight loss associated with cancer cachexia. The pathophysiology of cancer cachexia is multifactorial, including the effects of pro inflammatory cytokines and systemic inflammation.. The plasma amino acid profile was found to significantly undergo changes in cancer patients. Protein depletion can occur due to decreased intake or direct effects of tumors on protein metabolism. This study aimed to determine the profile and relationship between serum amino acids, nutritional status and pro-anti-inflammatory cytokines, and T helper 17 cells in lung cancer cachexia patients. This cross-sectional study with consecutive sampling in lung cancer patients with cachexia took subjects over the age of 18 years and who had not been treated or who had finished therapy for more than 2 months at the Dharmais Cancer Hospital. Dietary intake analyses were carried out with semiquantitative food frequency questionnaire and 24-hour food recalls. Blood tests were carried out in the form of serum amino acids, cytokines, C-reactive protein and T helper 17 cells. Data obtained were then analyzed by the T or Mann Whitney test to see the relationship and to analyze relationships in the table used chi-square or Fischer Exact, while for correlation used Pearson or Spearman test. The amino acids tryptophan, asparagine, glutamine, valine, lysine and cysteine were positively correlated with anti-inflammatory cytokines and nutritional status, and negatively correlated with pro-inflammatory cytokines. Phenylalanine, threonine and glutamate amino acids were positively correlated with pro-inflammatory cytokines and negatively correlated with nutritional status and anti-inflammatory cytokines. Aspartate showed a positive correlation pro inflammatory cytokines and body mass index, but a negative correlation with weight loss. Some serum amino acids have been shown to be related to cytokines and nutritional status in lung cancer cachexia patients, so it should be a concern in nutritional therapy for cancer patients"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Phildephia : JB Lippincott company , 1975
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Price, Sylvia A.
Jakarta : EGC , 1995
616.07 PRI pt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Ilone
"Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) is a group of drugs used to treat pain, inflammation, and fever. High consumption of NSAIDs associated with high gastrointestinal side effects. Common complaint from patients, which ranging from mild heartburn to the onset of gastrointestinal bleeding, often complicates the adequate administration of NSAIDs. Various methods have been developed to reduce the likelihood of gastroenteropathy complication. Early diagnosis, appropriate prompt treatment, as well as adequate monitoring will reduce morbidity and mortality from complications due to NSAIDs. This paper will discuss the diagnosis and management of gastro-enteropathy NSAID through approaching the underlying pathophysiology."
Jakarta: Interna Publishing (Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam), 2016
611 UI-IJGHE 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers, 2014
617.522 ORA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Reza Tigor
"Tujuan: Mengetahui faktor-faktor resiko (klinis dan laboratoris) mortalitas maternal akibat preeklampsia berat dan eklampsia di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Desain penelitian: kasus kontrol.
Tempat: Kamar bersalin dan unit perawatan instensif RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo
Cara Kerja: Seluruh kasus kematian maternal akibat preeklampsia dan eklampsia yang terjadi antara tanggal 1 Januari 2003 s/d 31 Desember 2005, diperoleh catatan rekam medisnya. Sebagai kontrol diambil kasus preeklampsia dan eklampsia yang tidak berakhir dengan kematian, pada periode yang sama, sebanyak 5 kali jumlah kasus. Dari status dan catatan medis yang diperoleh, didata faktor-faktor klinis yang diteliti, yaitu umur ibu, usia gestasi, paritas, status perawatan antenatal, riwayat penyakit penyerta, komplikasi maternal dan fetal yang terjadi, cara persalinan. Parameter laboratorium yang diteliti yaitu kadar hemoglobin, leukosit, trombosit, SGOT, ureum, dan kreatinin. Analisa dilanjutkan dengan analisa multivariat (regresi logistik) untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian maternal.
Hasil Penelitian: Selama kurun waktu penelitian, terdapat 58 kasus kematian maternal akibat preeklampsia dan eklampsia (Terdiri dari 28 kasus eklampsia dan 30 kasus preeklampsia). Sehingga angka kematian maternal pada preeklampsia diperoleh 2,1 % dan eklampsia sebesar 12.7 %. Rekam medik hanya dapat diperoleh pads 42 kasus. Analisa multivariat menunjuickan faktor-faktor resiko yang berhubungan yaitu adanya riwayat hipertensi kronis (OR 3,9 IK 95 % 1,15 - 13,89; p<0,05), kesadaran saat masuk sopor-komatus (OR 6.7 IK 95 % 1,38 - 31,21; p<0,05), hitting trombosit 100,000/uL (OR 6,1 IK 95 % 1,72- 21,88; p<0,05), kadar kreatinin > 1,5 mgldL (OR 6,4 IK 95 % 1,87-22,16; p<0,05), komplikasi edema pare akut (OR 39,36 IK 95 % 13,12-118,035; p<0,05), dan perdarahan pasca persalinan (OR 15,1 IK 95 % 3,35 - 67,89; p<0,05).
Kesimpulan: Faktor resiko yang berhubungan dengan kematian maternal adalah riwayat hipertensi kronis, kesadaran sopor komatus, hitung trombosit < 100.000/uL, kreatinin > 1,5 mg/dL, komplikasi edema paru akut, dan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Objective: To analyze risk factor (clinical and laboratory findings) associated with maternal mortality from severe preeclampsia and eclampsia in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Design: Case control study.
Setting: Delivery room and Intensive Care Unit at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta.
Methods: All medical records of maternal death associated with severe preeclampsia and eclampsia between 1 January 2003 and 31 December 2005 were obtained and than information about risk factors were collected and tabulated. Risk factor analyzed were maternal age, gestational age, parity, antenatal care status, coexisting medical illness (hypertension, diabetes mellitus), maternal and fetal complication, methods of delivery, systolic and diastolic blood pressure at admission, and admission laboratory data. For one maternal death cases we then obtained 5 controls (severe preeclampsia or eclampsia cases not ended in death) from the same period of time. Data from cases and controls were analyzed using logistic regression technique.
Results: There were 54 maternal death associated with severe preeclampsia and eclampsia during period of study (consisted of 28 cases of eclampsia and 30 cases of severe preeclampsia). Maternal mortality rate for severe preeclampsia dan eclampsia were 2,1 % and 12,7 %, respectively. Multivariate analysis identified the following risk factors associated with maternal death: coexisting chronic hypertension (OR 3,9; 95% CI 1,15 - 13,89, p<0,05), coma at arrival (OR 6,7; 95% CI 1,38 - 31,21, p<0,05), thrombocyte count < 100.000/uL (OR 6,1; 95% CI 1,72- 21,88, p<0,05), creatinine serum level > 1,5 mgldL (OR 6,4; 95% Cl 1,87-22,16, p<0,05) , acute lung edema complication (OR 39,36; 95% Cl 13,12-118,035; p<0,05), and post partum hemorrhage (OR 15,1; 95% CI 3,35 - 67,89, p<0,05).
Conclusion: Risk factors associated with maternal death were coexisting chronic hypertension, sopor-coma at arrival, thrombocyte count 1,5 mg/dL, acute lung edeme complication, and post partum hemorrhage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Botefilia
"Tujuan: Menilai hubungan kadar VCAM-1, jumlah lekosit dan hitung jenis lekosit pada penderita preeklampsia
Metode: Rancangan penelitian adalah potong lintang dan data disajikan dalam bentuk deskriptif analitik. Penelitian dilakukan terhadap 32 orang penderita yang digolongkan sebagai preeklampsia dan dari 32 orang tersebut, 3 orang masuk kriteria preeklampsia ringan dan 29 orang masuk kriteria preeklampsia berat. Kelompok preeklampsia yang datang tidak dalam keadaan inpartu atau ketuban pecah maupun tidak ada tanda-tanda infeksi secara klinis sesuai kriteria inklusi. Kelompok kontrol pada penelitian ini berjumlah 34 orang wanita hamil normal, dengan usia kehamilan > 20 minggu baik elompok preeklampsia maupun kelompok kontrol. Penelitian berlangsung mulai bulan Juli 2004 sampai September 2004 di IGD dan PolikIinik Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo FKUI
Hasil: Rerata jumlah lekosit pada kelompok preeklampsia didapatkan 15.6191pL f 5.3571pL, sedangkan pada kelompok kontrol rerata 9.873/mL ± 3.494/mL. Dddapatkan perbedaan yang bermakna antara jumlah lekosit pada kelompok kontrol dan preeklampsia (p<0,001). terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar VCAM-1 antara kelompok kontrol dibandingkan kelompok preeklampsia (p<0,001) dengan rerata kadar VCAM-l kelompok preeklampsia 961,2 ng/ml dan pada kelompok kontrol 573,8 ng/ml. Kadar VCAM-1 pada preeklampsia dengan komplikasi 1137,9 ± 297,2 nglml juga meningkat secara bermakna jika dibandingkan tanpa komplikasi 805,3 ± 320,6 ng/ml (p=0,001), Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar VCAM-1 dan jumlah lekosit (p<0,001) dengan x0,528 menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sedang. Pada penelitian ini didapatkan nilai titik potong lekosit 14.400/mL dengan sensitivitas 73,3% dan spesifisitas 70,6% dan didapatkan nilai titik potong kadar VCAM-1 sebesar 805,25 ng/ml dengan sensitivitas 93,3% dan spesifisitas 82,4%.Terdapat perbedaan yang bermakna pada hitung jenis basofil (p<0,05), eosinofil (p<0,001), neutrofil (p<0,05) dan monosit (p<0,001) antara kelompok preeklampsia dan kelompok kontrol. Hanya pada hitung jenis limfosit tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan preeklampsia dengan p>0,05.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar VCAM- 1 dan jumlah lekosit antara kelompok kontrol dibandingkan kelompok preeklampsia Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar VCAM-1 dan jumlah lekosit dengan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sedang. Peningkatan jumlah lekosit dapat dipertimbangkan sebagai parameter perburukan preeklampsia, namun masih perlu dicari nilai prognostik titik potong jumlah lekosit sebagai prediktor perburukan preeklampsia dengan penelitian lebih lanjut.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaga Irawan Nugraha
"Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (PKV) di Indonesia terus meningkat dan tahun ke tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986, kematian yang disebabkan oleh PKV adalah 9,7% dan pada SKRT tahun 1992 angka ini meningkat menjadi 16,4% , kemudian pada SKRT tahun 1995 menjadi 24,2% (Departemen Kesehatan RI, 1997; Departemen Kesehatan RI, 1994).
PKV yang utama adalah penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh terbentuknya plak aterosklerotik pada arteri koronaria. Etiologi aterosklerosis bersifat multifaktorial dengan faktor risiko utama adalah dislipidemia (Libby, 2001). Dislipidemia ditandai dengan perubahan profil lipid yang berupa (salah satu atau semua) kenaikan kadar kolesterol total (KT), kolesterol low-density lipoproteins (KLDL) dan trigliserida atau penurunan kolesterol high-density lipoproteins (K-HDL). Sedangkan rasio K-LDL/K-HDL lebih dari 5 dapat meningkatkan risiko PKV (Tribble dan Krauss, 2001; Semiardji, 2000; Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia Indonesia, 1995).
Apolipoprotein A-I (apo A-I) merupakan protein utama HDL. Berdasarkan penelitian epidemologis apo A-I mempunyai korelasi negatif terhadap PKV. Oleh sebab itu apo A-I bersama K-HDL digunakan sebagai parameter yang bersifat protektif terhadap risiko terjadinya PKV (Rader, 2003; Walldius dkk, 2001).
Minyak kelapa merupakan minyak yang sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, namun kemudian penggunaan minyak kelapa makin menurun seiring dengan adanya anggapan bahwa minyak kelapa yang mengandung tinggi saturated fatty acid (SAFA; 91%) berbahaya untuk digunakan karena dianggap dapat meningkatkan risiko PKV. Selain itu mulai tahun 1981 industri minyak sawit mulai tumbuh dan berkembang makin pesat di Indonesia (BPS, 2003; Gun, 1984; Setyomidjaja, 1984). Pada saat ini minyak kelapa merupakan minyak yang sulit didapatkan balk di pasar tradisional maupun pasar swalayan. Namun demikian ternyata masih ada masyarakat di Kabupaten Ciamis Sawa Barat yang menjadi perajin minyak kelapa yang hanya menggunakan minyak kelapa untuk memasak sehari-hari.
Berbagai penelitian melaporkan bahwa asupan SAFA yang banyak terdapat pada minyak kelapa terbukti meningkatkan KT dan K-LDL. Namun asupan SAFA juga meningkatkan K-HDL, sehingga rasio KT/K-HDL ataupun K-LDL/ K-HDL menjadi lebih rendah secara bennakna dibandingkan dengan asupan minyak kelapa sawit, atau minyak jagung yang kaya MUFA dan PUFA (Mensink dkk, 2003; Enig, 1996; Sundram, 1994).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada suku Tokelau yang tinggal di kepulauan New Zealand yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan 34% asupan energinya berasal dari kelapa menunjukkan bahwa tidak ada satupun yang menderita dislipidemia dan menderita PKV (Prior dkk, 1981)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>