Motivasi merupakan faktor utama yang menentukan efek hijab terhadap pemakainya, dan efek tersebut dapat memengaruhi subjective well-being. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi untuk memakai hijab dengan subjective well-being yang dimiliki muslimah yang bersangkutan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Subjective Happiness Scale yang dikembangkan oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999) untuk mengukur subjective well-being serta Relative Autonomy Index yang digunakan oleh Sheldon, Ryan, Deci, dan Kasser (2004) untuk mengukur motivasi berhijab. Pengambilan data dilakukan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berhijab dengan subjective well-being partisipan.
Motivation is a major factor that determines the effect of hijab to its wearer, and these effects can influence subjective well-being. This study aims to find the relationship between motivation to wear hijab and subjective well-being of muslim women. This research is a quantitative research with correlational design. This study used Subjective Happiness Scale developed by Lyubomirsky and Lepper (1999) to measure subjective well-being and the Relative Autonomy Index by Sheldon, Ryan, Deci, and Kasser (2004) to measure motivation to wear hijab. The results showed that there was no significant relationship between motivation to wear hijab and subjective well-being of participants.
"Kebahagiaan menjadi kebutuhan penting yang tidak dapat dihindarkan bagi setiap orang, termasuk buruh. Purbalingga sebagai sentra industri rambut dan bulu mata palsu terbesar kedua di dunia, telah mempekerjakan puluhan ribu buruh perempuan di industri ini. Bagaimana gambaran kebahagiaan buruh perempuan industri rambut? Konsep kebahagiaan sering disebut sebagai subjective well-being atau SWB. SWB merujuk pada evaluasi individu dari hidupnya, dalam pikiran dan perasaan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan SWB pada buruh perempuan industri rambut di Purbalingga. Responden yang terlibat sebanyak 210 responden adalah buruh perempuan, usia 18-60 tahun, dan masih aktif bekerja di bagian produksi industri rambut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner. SWB diukur menggunakan alat ukur terpisah, yaitu Satisfaction With Life Scale (SWLS) yang mengukur kepuasan hidup dan Positive And Negative Affect Schedule (PANAS) yang mengukur frekuensi afek. Hasil penelitian ini menunjukkan para buruh memiliki kepuasan hidup cukup atau rata-rata dan lebih sering mengalami afek positif daripada afek negatif. Adapun ranah kehidupan buruh setelah diukur menggunakan alat ukur Domain Satisfaction, paling memuaskan adalah keluarga namun, paling tidak memuaskan adalah penghasilan.
Happiness is an unavoidable important need for everyone, including workers. Purbalingga as the second largest wig and false eyelashes industrial center in the world, has hired thousands of women workers in this industry. How was the image of women workers‟ happiness in this industry? The concept of happiness is often referred to as subjective well-being or SWB. SWB refers to an individual evaluation of his life, in the form of thought and feeling. This research aimed to describe subjective well-being of women labor of hair industries in Purbalingga. Respondents who were involved are 210 women workers respondents, aged 18-60 years old, and still actively working as labors in hair industries. The research method used was quantitative methods with data collection through questionnaire. SWB measured by a separate measurement instrument; Satisfaction With Life Scale (SWLS) that measured life satisfaction and Positive And Negative Affect Schedule (PANAS) that measured frequency of affect. The results of this study indicated that the workers have an average life satisfaction and more frequent positive affect than negative affect. From Domain Satisfaction scale, the most satisfied domain of life for labor was family and the least was income.
"