Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139733 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ismunaryo Moenandar
"Senyawa organotimah hidroksida merupakan senyawa yang umum digunakan sebagai insektisida baik dibidang kehutanan maupun pertanian atau perkebunan. Pada penelitian ini dilakukan sintesis satu tahap lagi dari organotimah hidroksida menjadi senyawa organotimah oksida dan selanjutnya diujicobakan sebagai insektisida untuk rayap kayu kering (Crypiotermes cynocephalus). Tahap sintesis dikerjakan melalui bahan baku trifeniltimahklorida dengan ditambahkan larutan alkali agar terbenluk trifeniltimah hidroksida. yang selanjutnya melalui pemanasan (refluks) terbenluk bis-trifeniltimah oksida.
Hasil yang diperoleh berupa kristal putih trifeniltimah hidroksida 4.8796 gram atau sekitar 88.56 %. sedangkan bis-trifeniliimah oksida 1,2194 gram alau sekitar 51.26 %. Karakterisasi produk dilakukan dengan metode penentuan tilik leleh. spektra FTIR dan GCMS. Uji insektisida hasil sintesis baik irifeniltimah hidroksida dan bis-trifeniltimah oksida secara statistik menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap mortalitas rayah kayu kering."
2005
SAIN-10-2-2005-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson Rahmat MPP
"ABSTRAK
Senyawa triorganotimah seperti trifeniltimah hidroksida merupakan senyawa yang biasa digunakan sebagai insektisida baik pada bidang kehutanan maupun bidang pertanian. Modifikasi kimia kayu diperkirakan menjadi perlakuan altematif dalam bidang pengawetan kayu di masa yang akan datang karena kemampuannya dalam meningkatkan ketahanan kayu. Penelitian ini bertujuan mensintesis senyawa trifeniltimah hidroksida kemudian mensintesis bentuk oksida. Sintesis senyawa trifeniltimah hidroksida dapat melalui trifeniltimah klorida dengan penambahan larutan alkali kemudian dari bentuk hidroksida dapat menjadi oksidanya, untuk mensintesis bis-trifeniltimah oksida dapat melalui pemanasan trifeniltimah hidroksida pada suhu tertentu atau melalui refluks .. Has if sintesis kedua senyawa ini diaplikasikan pada kayu untuk mencegah serangan rayap kayu kering {Cryptotermes cynocephalus). Hasil yang didapatkan kristal putih trifeniltimah hidroksida 4,8796 gram atau sekitar 88,56% sedangkan bis- trifeniltimah oksida 1,2194 gram atau sekitar 51,26%. Untuk menguji kemurnian senyawa tersebut metoda yang digunakan antara lain: uji titik leleh, FTIR dan GCMS. Pengaruh senyawa hasil sintesis terhadap ketahanan kayu dari serangan rayap memberikan hasil yang positif. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian trifeniltimah hidroksida dan bis-trifeniltimah oksida berpengaruh sangat nyata pada beberapa taraf signifikasi, mortalitas rayap kayu kering meningkat dengan meningkatnya konsentrasi senyawa trifeniltimah hidroksida dan bis-trifeniltimah oksida. Sebaliknya kehilangan berat kayu menurun dengan peningkatan konsentrasi kedua senyawa tersebut.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi Islami
"Ae. aegypti merupakan nyamuk yang dapat menularkan berbagai patogen penyakit seperti virus, bakteri dan parasit sehingga disebut sebagai vektor. Berbagai penyakit manusia yang diperantarai oleh nyamuk Ae. aegypti antara lain adalah demam berdarah DBD , Chikungunya, Yellow Fever dan Zika. Terjadinya resistensi pada berbagai insektisida, termasuk piretroid merupakan masalah yang sekarang dihadapi di berbagai negara. Pada penelitian ini dilakukan uji bioassay WHO pada Ae. aegypti Palembang dan Jakarta dengan menggunakan insektisida piretroid permetrin 0,25 . Fragmen gen VGSC yang berkaitan dengan resistensi piretroid L982, S989, I1011, L1014, V1016 dan F1534 dari strain resistan dan sensitif diamplifikasi dan dianalisis. Uji kerentanan menunjukkan adanya resistensi pada Ae. aegypti Palembang dan Jakarta. Dari hasil analisis fragmen gen VGSC diketahui terdapat mutasi S989P dan/atau V1016G pada Ae. aegypti Palembang resistan dan S989P dan/atau V1016G pada Ae. aegypti Jakarta resistan.

Ae. aegypti mosquito is a vector that could transmit various pathogens, such as viruses, bacteria, and parasites. Several human diseases transmitted by Ae. aegypti mosquito are dengue fever DHF , Chikungunya, Yellow Fever and Zika. The occurance of resistance to various insecticides, including pyrethroid, is a current problem faced by various countries. In this research, a WHO bioassay test on Palembang and Jakarta Ae. aegypti was conducted using 0.25 permethrin pyretroid insecticide. VGSC gene fragments associated with pyrethroid resistance L982, S989, I1011, L1014, V1016 and F1534 of resistant and sensitive strains were amplified and analyzed. The test showed the presence of resistance in Palembang and Jakarta Ae. aegypti. From the results of VGSC gene fragment analyses, it was known that there were mutations S989P and or V1016G on resistant Palembang Ae. aegypti and S989P and or V1016G on resistant Jakarta Ae. aegypti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penyemprotan sistem Ultra Low Volume (ULV) dengan menggunakan insektisida lorsban 100 ULV, 150 ULV (dosis 250, 500, 1000 ml/ha) dan malathion 96 EC (dosis 500 ml/ha) terhadap Aedes aegypti. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan alat Fontan ULV di daerah pemukiman Kotamadya Salatiga pada tahun 1995. berdasarkan uji hayati (Air Bioassay) dosis yang paling efektif membunuh Ae.aegypti lebih dari 70% pada radius 0-15 meter dari rute penyemprotan adalah lorsban ULV dosis 500 ml/ha , 1000ml/ha dan malathion 96 EC dosis 500 ml/ha. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bany Faris Amin
"Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit arbovirus yang paling umum di dunia, termasuk di berbagai daerah di Indonesia. Pengendalian vektor kimia pada Ae aegypti dengan permethrin adalah salah satu cara untuk mengendalikan penyakit, meskipun resistensi telah dilaporkan. Berdasarkan hal-hal ini, penelitian ini menguji resistensi Ae. aegypti terhadap permethrin di Desa Pangkah, Kabupaten Tegal. Tes dilakukan berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan mengukur tingkat kematian Ae aegypti yang dicatat selama 24 jam.
Hasil percobaan menunjukkan Ae. Angka kematian aegypti terhadap permethrin 0,25% selama 24 jam adalah 26% yang menunjukkan terjadinya resistensi. Selain itu, waktu kematian permetrin ditunjukkan sebagai LT50, LT90, LT99 untuk 6611.636 menit, 280603.776 menit, dan 5958807.272 menit masing-masing. Perlawanan terhadap permethrin di Ae. aegypti diidentifikasi sehingga penggunaan permethrin 0,25% perlu dipertimbangkan.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is the most prevalent arbovirus disease in the world, including including in various regions in Indonesia. Chemical vector control on Ae aegypti with permethrin is one way to control the disease, even though resistance has been reported. Based on these matters, this study tested the resistance of Ae. aegypti against permethrin in Pangkah Village, Tegal Regency. Test was performed based on the World Health Organization (WHO) standard by measuring Ae aegypti mortality rates which are recorded for 24 hours.
The results of the experiments show the Ae. aegypti mortality rate against permethrin 0.25% for 24 hours is 26% which shows the occurance of resistance. Besides that, the permethrin mortality times are shown as LT50, LT90, LT99 for 6611,636 minutes, 280603,776 minutes, and 5958807,272 minutes respectively. Resistance to permethrin in Ae. aegypti was identified so that the use of permethrin 0.25% needs to be considered.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baehaki
Bandung: Angkasa, 1993
632.951 BAE i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a major public health problem in Indonesia. Jakarta is a capital city with the
highest number of dengue patients. Among sporadic endemic areas in Jakarta, Pulogadung, a district of East Jakarta, is
one of the endemic areas of this disease. The primary strategy for the control of DHF is based on reducing population
densities of the main mosquito vector Aedes aegypti. Organophosphate is an insecticide that has been used for more
than 25 years in dengue vector control program. The long term used and sublethal dosage of this insecticide can induce
resistance. This laboratory study used microplate test and ELISA reader to determine the increase of alfa- esterase
activity in A. aegypti larvae for detecting the resistance to organophosphate. Resistance pattern of A. aegypti to
organophosphate insecticide in RW 01 Pulogadung was shown to be: 23% high resistant, 33% medium resistant and
44% sensitive. This result was highly related to local community behavior where we found that the use of insecticide
spray by the people was very low (8.8% of the sample). We found that the people who used insecticide spray were only
8.8% of the sample. Therefore, organophosphate still can be used in this area to control the DHF in the future. Based on
resistance pattern of A. aegypti to organophosphate insecticide in Rukun Warga (RW) 01 Pulogadung, we can conclude
that organophosphate still can be used in this area to control the DHF in the future.
Deteksi Resistensi Aedes Aesgypti terhadap Insektisida Organofosfat di Pulogadung Jakarta Timur. Demam
Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. DKI Jakarta merupakan propinsi
dengan jumlah penderita DBD terbanyak. Pulo Gadung Jakarta Timur merupakan salah satu daerah endemis DBD dan
beberapa wilayah lainnya di DKI merupakan daerah sporadis penyakit tersebut. Strategi pengendalian utama DBD
masih ditekankan pada pemberantasan vektornya yaitu Aedes aegypti (A. aegypti). Sampai saat ini insektisida golongan
organofosfat adalah insektisida yang telah digunakan lebih dari 25 tahun untuk pengendalian vektor DBD. Penggunaan
insektisida tersebut dalam waktu lama dan dosis subletal dapat menginduksi terjadinya resistensi. Pada penelitian ini
dilakukan uji microplate dengan ELISA reader untuk mengetahui resistensi serangga terhadap organofosfat. Resistensi
diketahui dengan adanya peningkatan aktivitas enzim esterase non spesifik. Pola resistensi A. aegypti terhadap
organofosfat di RW 01 Pulogadung menunjukkan hasil sebagai berikut: 23% sangat resisten, 33% resistensi sedang dan
44% sensitif. Hasil ini berkaitan erat dengan rendahnya frekuensi penggunaan obat nyamuk semprot oleh masyarakat
(8,8% sampel). Berdasarkan pola resistensi A. aegypti terhadap organofosfat di wilayah Rukun Warga (RW) 01
Pulogadung, kami menyimpulkan bahwa organofosfat masih dapat dipakai dalam pengendalian DBD di wilayah tersebut."
Faculty of Medicine Universitas YARSI ; Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam pengendalian populasi nyamuk dewasa, insektisida telah banyak digunakan dengan berbagai cara. Meskipun secara efektif mengurangi serangan gigitan pada manusia, tetapi tidak dapat menekan perkembangan populasi nyamuk di alam. Beberapa spesies nyamuk ternyata ada yang lebih suka menghisap darah hewan, khususnya sapi dibanding manusia. Karena itu, penggunaan insektisida pada permukaan tubuh sapi merupakan salah satu cara untuk membunuh nyamuk tersebut pada saat menghisap darah. Penelitian ini dilakukan di Universitas Pertanian Malaysia pada tahun 1992. Insektisida yang digunakan adalah sihalotrin 0,005 mg/ml ; nyamuk yang diuji adalah An. Maculatus, An. Dirus ,Ma. Uniformis. Mortalitas dan persentase pengisapan darah dibaca 24 jam setelah nyamuk tersebut dipaparkan selama 10 menit ke badan sapi. Angka mortalitas dihitung pada hari ke 1, 2, 7, 14, dan 21 setelah penggunaan insektisida. Penelitian ini diulangi sebanyak 3 kali.
"
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Giyono
"ABSTRAK
Untuk memperpanjang umur pakai bambu ater (Gigantochloa atter Kurz) telah dilakukan percobaan dengan menggunakan bahan pengawet boron konsentrasi 5% dan I0%. Pengawetan bambu dilakukan dengan metoda Boucherie, dengan lama perendaman 1 hari, 3 hari, dan 5 hari di daerah Ciapus, Bogor. Untuk mengetahui efikasi boron pada bambu yang telah diawetkan dilakukan pengujian kepada dua jenis rayap, yaitu rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgr) dan rayap kayu kering (Cryptoterrmes cynocephalus Light) di Laboratoriu Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Rogor. Pengujian menggunakan 200 ekor rayap tanah dan 50 ekor rayap kayu kering untuk tiap-tiap contoh uji. Pengujian terhadap rayap tanah dilakukan selama 4 minggu, dan untuk rayap
kayu kering selama 12 minggu.
Lamanya perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap penetrasi longitudinal boron dan derajat proteksi pada bambu. Konsentrasi boron 5% dengan lama perendaman 1 hari sangat efektif dan tidak berbeda nyata dengan boron 10% dalam mencegah serangan rayap."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>