Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118787 dokumen yang sesuai dengan query
cover
F.X. Soewarto Citro Taruno
"Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengadakan kajian terhadap faktor-faktor sosial ekonomi dan faktor-faktor latar belakang yang mempengaruhi fertilitas, dan (2) mengadakan kajian terhadap bentuk-bentuk hubungan fertilitas dengan faktor-faktor tersebut.
Studi tentang faktor-faktor penentu fertilitas di Irian Jaya ini menggunakan data sekunder hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 1985 yang telah dikumpulkan oleh Kantor Biro Pusat Statistik. Responden penelitian ini adalah wanita yang berstatus kawin (currently married women) berusia antara 15 - 49 tahun, yang berjumlah 1560 responden.
Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial. Teknik analisis yang dipergunakan untuk menduga pengaruh faktor-faktor penentu fertilitas di Irian Jaya adalah Teknik Analisis Regresi Linier Berganda yang Aditif.
Hasil temuan mengenai pola pengaruh atau pola hubungan masing-masing variabel bebas terhadap fertilitas (anak lahir hidup) setelah dikontrol terhadap variabel-variabel lainnya di dalam persamaan garis regresi, adalah sebagai berikut:
Pertama, umur perkawinan pertama dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan cenderung mempunyai hubungan atau pengaruh negatif dengan fertilitas.
Kedua, umur wanita, pengeluaran rumah tangga sebulan sebagai proksi penghasilan.. dan banyaknya mengalami kematian bays cenderung mempunyai hubungan atau pengaruh positif dengan fertilitas.
Ketiga, jenis pekerjaan, status pekerjaan, daerah tempat tinggal, agama, dan akseptor keluarga berencana mempunyai hubungan (asosiasi) dengan fertilitas, sebagai berikut:
(1) Wanita yang bekerja di bidang profesional dan tata usaha memiliki anak lahir hidup lebih rendah dibandingkan wanita yang bekerja di bidang penjualan-jasa-produksi, dan wanita yang bekerja di bidang pertanian, serta wanita yang tidak bekerja.
(2) Wanita yang status pekerjaan sebagai pegawai/karyawan dan status pekerjaan sebagai pekerja keluarga mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang status pekerjaan sendiri tanpa bantuan buruh dan yang bekerja dengan bantuan buruh, serta wanita yang statusnya tidak bekerja.
(3) Wanita yang bertempat-tinggal di daerah perkotaan memiliki anak lahir hidup lebih sedikit dibandingkan dengan wanita yang bertempat tinggal di daerah pedesaan.
(4) Wanita yang menganut agama Islam atau Katholik memiliki jumlah anak lahir hidup lebih sedikit dibandingkan dengan wanita yang beragama Protestan/Kristen lainnya.
(5) Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi memiliki anak lahir hidup lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.

The purpose of this study was to investigate social economic and background variables which influence fertility, and to examine pattern of relationships between those variables and fertility.
This study was about the province of Irian Jaya and utilized the 1985 Inter Cencal Population Survey (SUPAS 1985) data collected by The Central Bureau of Statistics (Biro Pusat Statistik).
The respondents is considered in this study were currently married women only aged 15 to 49, i.e women in the reproductive ages. The total member of respondents analyzed was 1560.
The data was analyzed using descriptive and inferential analysis methods. Multiple Linear Regression was used for estimating coeficients of the fertility determinants. The empirical result of this study after controlling for other variables in the model were as follows:
1. Age at first marriage and highest education attained affected fertility negatively.
2. Wive's age, income (proxied by household monthly expenditure) and frequency of infant mortality affected fertility positively or were positively associated with fertility.
3. Type of work, work status, recidence, religion and family planning acceptance affected or were associated with fertility:
(i) Children ever born alive was lowest for women who were profesionals or were in administrative jobs.
(ii) Female employees and unpaid family workers had less children ever born alive as compared to self employed women (with or without temporary help).
(iii) Women living in the city had less children ever born alive as compared to women living in the villages.
(iv) Islamic and Catholic women had less children ever born alive as compared to Protestant women.
(v) Current acceptors (of family planning) had more children ever born alive as compared to women who had never been acceptors.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifkin, Bernard
"Salah satu masalah kependudukan yang terjadi sekarang ini adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk. Salah satu usaha menangani masalah tersebut adalah dengan menurunkan fertilitas.
Analisis pada penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan fertilitas.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil SUPAS 1985 untuk propinsi Sulawesi Selatan. Responden yang diperhatikan adalah ibu-ibu yang pernah kawin berumur dibawah 50 tahun yang jumlahnya 5548 orang.
Variabel yang diperhatikan adalah. : Anak lahir hidup (CEB) sebagai dependen variabel sedangkan untuk independen variabelnya adalah: Umur kawin pertama, status pemakaian alat kontrasepsi, pendidikan yang ditamatkan, jenis pekerjaan, kematian anak, tempat tinggal dan umur ibu.
Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik infrensial. Pada statistik infrensial dipakai metode statistika Regresi Ganda dan Garis Patah Paritas.
Hasil yang diperoleh dari analisis data adalah:
1. Terdapat perbedaan pola paritas menurut umur berdasarkan status pemakaian alat kontrasepsi dan latar belakang ibu.
2. Dengan hanya memperhatikan variabel antara maka setelah memperhitungkan pengaruh variabel lain dalam model diperoleh hasil bahwa umur kawin pertama berhubungan negatif dengan fertilitas baik di kota maupun di desa. Kemudian ibu yang tinggal di kota dan menggunakan slat kontrasepsi mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih tinggi daripada ibu yang tidak menggunakan alat kontrasepsi sedangkan untuk ibu yang tinggal di desa dan menggunakan alat kontrasepsi jumlah anak lahir hidupnya lebih rendah dari ibu yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.
3. Dengan hanya memperhatikan variabel latar belakang maka hasil yang diperoleh setelah meperhitungkan pengaruh variabel lain dalam model yang diperhatikan adalah: Kelompok ibu yang tidak bekerja dan kelompok ibu yang bekerja di sektor pertanian mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih banyak dari ibu kerja di sektor non pertanian. Diperoleh pula bahwa ibu yang tidak sekolah, tidak tamat SD, serta ibu yang tamat SD mempunyai jumlah anak lahir hidup yang lebih sedikit dibanding dengan ibu yang tamat SLP+, namun perbedaan antara yang tidak tamat SD dan tamat SD tersebut tidak signifikan. Dan bagi ibu yang pernah mengalami kematian anak, jumlah anak lahir hidupnya lebih banyak dari yang tidak pernah mengalami.
4. Variabel latar belakang dan variabel antara jika diperhatikan dalam suatu model maka hasil yang diperoleh setelah memperhatikan pengaruh variabel lain dalam model adalah: umur kawin pertama berhubungan negatif dengan fertilitas, ibu yang menggunakan alat kontrasepsi, di kota anak lahir hidupnya lebih banyak tetapi di desa anak lahir hidupnya lebih sedikit. Kelompok ibu yang tidak bekerja dan ibu yang bekerja di sektor pertanian jumlah anak lahir hidupnya lebih banyak dari yang kerja di sektor non.
Kemudian ibu yang tidak sekolah, ibu tidak tamat SD serta ibu yang tamat SD jumlah anak lahir hidupnya lebih sedikit dari yang tamat SLP+. Selanjutnya diperoleh pula bahwa ibu yang pernah mengalami kematian bayi jumlah anak lahir hidupnya lebih tinggi.
Secara keseluruhan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan asosiasi dari variabel yang diperhatikan berdasarkan tempat tinggal kecuali perbedaan pengaruh penggunaan alat kontrasepsi pada model yang memuat variabel antara dan variabel latar belakang secara bersama-sama. Serta diperoleh pula hasil pada semua model yang diperhatikan bahwa terdapat perbedaan jumlah anal lahir hidup dari ibu yang tinggal di kota dan di desa yang mana anak lahir hidup ibu yang tinggal di kota lebih tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Abdul Madjid. S
"ABSTRAK
Keberhasilan program kependudukan di Indonesia memberikan kontribusi sangat berarti kepada keberhasilan pembangunan pada umumnya. Hasil upaya tersebut menyatu dalam ujud nyata yang telah dirasakan masyarakat, terbukti dengan adanya pengakuan dan penghargaan yang datang dari berbagai kalangan, bahkan dari luar negeri.
Salah satu bukti keberhasilan itu antara lain angka fertilitas telah menurun dari 5.5 pada periode 1967-1970 menjadi 3.3 pada periode 1584-1987. Dan diramalkan bahwa pada tahun 2000 wanita Indonesia usia 15-49 akan menunjukkan fertilitas sebesar 2.7, Suyono (1989).
Pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat tidak hanya cukup bangga dengan keberhasilan yang telah dicapai, melainkan sadar bahwa masih banyak hal yang perlu terus diupayakan agar dengan itu dapat mempertahankan dan sekaligus meraih keberhasilan yang lebih baik lagi.
Upaya-upaya tersebut antara lain melakukan berbagai studi, seperti dalam bidang kependudukan dan bidang-bidang lainnya yang lebih rinci dan berkesinambungan.
Guna mencapai sasaran secara konsisten sebagaimana diharapkan, maka penguasaan aspek-aspek kependudukan seperti faktor-faktor yang menentukan fertilitas, perlu dikaji ulang dengan kontinyu dan simultan; melalui berbagai studi multidisipliner. Hal ini perlu, karena hasil-hasil studi yang telah ada akan senantiasa dirasakan masih belum memadai baik jumlah maupun ragamnya. Kurangnya hasil penelitian ini tidak saja dirasakan di kota-kota besar, di tingkat daerah sekalipun akan terjadi hal serupa sejalan dengan pesatnya pembangunan di berbagai bidang.
Berkenaan dengan kurangnya hasil-hasil penelitian tersebut seperti hasil analisis fertilitas di propinsi Sumatera Selatan, dirasakan menambah adanya kendala, khususnya yang berkaitan dengan proses perencanaan pembangunan baik sektoral maupun global. Hal ini memperkuat niat penulis untuk melakukan studi ini.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Fadillah
"Gerak perpindahan penduduk atau migrasi dari suatu daerah ke daerah lainnya merupakan suatu bentuk respon atau reaksi dari adanya variasi keadaan dimana mereka berdiam / hidup. Perkembangan sosial ekonomi antara daerah yang satu dengan daerah lainnya, jarang sekali terjadi kesamaan. ketidaksamaan ini menimbulkan kesempatan--kesempatan yang berbeda untuk masing-masing daerah. Banyak faktor yang mempengaruhi proses migrasi, sehingga permasalahannya makin rumit dan kompleks.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan terungkap bahwa dorongan utama bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan migrasi adalah keinginan untuk memperbaiki mutu/taraf hidup, disini tersirat bahwa faktor ekonomi merupakan motivasi yang dominan dalam migrasi. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa faktor-faktor lain diluar faktor ekonomi tidak berpengaruh pada keputusan seseorang untuk melakukan migrasi; seperti persepsi seseorang atas reaksinya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi antara satu daerah dengan daerah lain juga tidak sama. Karena itu biasanya orang akan pindah ke suatu daerah, bilamana daerah tersebut akan memberikan suatu nilai positif bagi dirinya atau keluarganya.
Tesis ini mencoha menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi proporsi tujuan migrasi keluar dari Kalimantan Selatan; yaitu ke Kalimantan Tengah, antar kabupaten dan propinsi lain mengunakan data hasil SUPAS 1985. Data yang digunakan adalah migran berdasarkan tempat tinggal 5 (lima) tahun lalu ( RECENT MIGRANT ). Sedangkan model statistik yang di pergunakan untuk memperkirakan proporsi migrasi adalah Regresi Multinominal Logistik berganda. Variabel babas yang diamati adalah : Variabel ekonomi yang digambarkan melalui PDRB perkapita, Tingkat industri, Variabel sosial demografi, yang meliputi umur, Jenis kelamin, Pendidikan, dan Status Kawin. Selain pengaruh variabel utama tersebut, juga diperhatikan adanya pengaruh variabel interaksi antara umur dan jenis kelamin, PDRB perkapita dengan pendidikan.
Berdasrkan hasil analisa imperensial menggunakan model statistik Regresi Multinominal Logistik berganda, ternyata bahwa aktifitas perekonomian suatu daerah mempunyai pengaruh positif terhadap proporsi migrasi. Hal ini terlihat baik untuk migrasi antar kabupaten, ke Kalimantan Tengah, maupun ke propinsi lain.
Hasil uji statistik juga menunjukkan adanya hubungan positif antara umur dangan proposi migrasi. Pada kelompok umur muda proposi migrasi lebih besar dibanding kelompok umur tua kecuali untuk tujuan antar kabupaten, dimana proporsi migrasi kelompok umur muda sedikit lebih kecil dibandingkan dengan kelompok umur tua. Namun setelah dikontrol oleh variabel kontekstual proposi umur muda menjadi lebih besar.
Berdasarkan model yang telah dianalisa juga diketahui bahwa tiidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap proporsi migrasi. Hal ini menunjukan antara laki--laki dan perempuan mempunyai proposi yang hampir tidak jauh berbeda baik sebelum maupun setelah di kontrol oleh variabel kontekstual.
Sementara itu, dilihat dari tingkat pendidikan, baik sebelum maupun sesudah dikontrol oleh variabel kontekstual, proporsi migrasi menunjukan selalu di dominasi oleh kelompok berpendidikan lebih kecil SD ( < SD ) dihandingkan dengan kelompok pendidikan lebih tinggi."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syaukat
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang diperkirakan mempengaruhi keputusan penduduk Jawa Barat untuk memilih daerah tujuan migrasi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor-faktor individu seperti umur, pendidikan, jenis kelamin, dan status kawin; serta faktor-faktor sosial ekonomi daerah asal dan daerah tujuan seperti tingkat pengangguran dan kondisi ekonominya yang didekati melalui nilai pertumbuhan PDRB, PDRB perkapita dan peran sektor industri terhadap PDRB.
Alat statistik yang digunakan untuk menganalisis masalah yang ingin dipelajari adalah Multinomial Logistik. Model ini digunakan karena variabel tak bebas dari permasalahan yang dihadapi, yaitu pilihan daerah tujuan migrasi, adalah kategorik dan kategorinya lebih dari dua.
Ada empat kelompok pilihan daerah tujuan migrasi, yaitu migrasi intra Jawa Barat, migrasi ke DKI, migrasi ke Jawa, dan migrasi ke luar Jawa.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mentah (raw data) dari SUPAS 1985 untuk data tingkat individu. Sedangkan untuk data tentang kondisi sosial ekonomi diambil dari data sekunder yang telah dipublikasikan.
Signifikansi yang diperoleh dari hasil estimasi terhadap model yang digunakan adalah pada pengaruh variabel bebas terhadap proporsi relatip migran memilih tujuan migrasinya. Selanjutnya melalui tabel MCA dapat dilihat bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap proporsi migran memilih suatu tujuan migrasi, meskipun tingkat signifikansinya tidak diketahui.
Dari hasil estimasi, ternyata untuk variabel individu hanya tingkat pendidikan yang signifikan pengaruhnya terhadap proporsi relatip. Sedangkan untuk variabel sosial ekonomi, semuanya mempunyai pengaruh signifikan terhadap proporsi relatip.
Pendidikan mempengaruhi pola migrasi penduduk Jawa Barat. Untuk migran antar WP, semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi proporsi responden untuk bermigrasi antar WP. Sedangkan proporsi responder yang pindah ke DKI ternyata semakin kecil dengan semakin tingginya pendidikan. Proporsi migran menuju luar Jawa, nampak yang lebih tinggi adalah yang tidak tamat SD.
Dalam memilih daerah tujuan migrasi, penduduk Jawa Barat tampaknya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi daerah tujuan dan daerah asal.
Untuk migran Antar Wilayah Pembangunan di Jawa Barat, mereka ini nampaknya berasal dari daerah dengan angka penganggurannya dan peran sektor industri manufaktur nya yang agak rendah dan mereka cenderung menuju ke daerah yang angka penganggurannya relatif tinggi dan peran sektor industrinya juga relatip tinggi pula dibandingkan di daerah asal, atau jika mereka berasal dari derah yang angka penganggurannya atau peran sektor industrinya sudah tinggi, maka nampaknya mereka berusaha untuk pindah ke daerah yang tidak banyak berbeda dengan daerah asal. Sementara itu migran antar WP ini berasal dari daerah dengan karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan daerah tujuan dalarn hal pertumbuhan PDRB dan PDRB perkapita.
Migran dari Jawa Barat yang menuju ke DKI umumnya berasal dari daerah yang angka penganggurannya relatip rendah, pertumbuhan PDRB yang relatip rendah dan PDRB perkapita yang relatip rendah. Migran yang menuju ke Jawa nampaknya kurang dipengaruhi oleh perbedaan angka pengangguran daerah tujuan dan daerah asal. Sedangkan perbedaan pertumbuhan PDRB dan PDRB perkapita mempunyai hubungan yang negatip terhadap probabilitas pindah ke Jawa. Probabilitas migran yang menuju ke luar jawa semakin rendah dengan semakin kecilnya perbedaan angka pengangguran."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Tunggal Basuki Joko Purwanto
"Penelitian yang dilakukan dalam rangka menyusun tesis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai " Karakteristik sosio-demografi dan aktivitas penduduk lanjut usia di Jawa Tengah serta isnplikasi sosial-ekonominya.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data SUPAS 1985. Analisis data dilakukan baik dengan statistik deskriptif maupun dengan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang berdimensi dua atau tiga, terutama digunakan untuk menjelaskan secara deskriptif variabel dan hubungan antar variabel yang karena variabel tak bebas yang dipelajari bersifat dipelajari dalam penelitian ini. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik sosio demografi yang terdiri dari variabel jenis kelamin, tempat tinggal, status perkawinan, hubungan dengan kepala rumah tangga dan pendidikan penduduk lanjut usia sebagai variabel bebas dengan aktivitas bekerja atau tidak bekerja yang dilakukan penduduk lanjut usia, sebagai variabel tak bebas, dikotomous atau binary, dan variabel bebasnya lebih dari satu variabel, maka teknik analisis yang dipertimbangkan paling sesuai adalah teknik analisis regresi logistik linier berganda.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik penduduk lanjut usia di Jawa Tengah dengan batasan usia di atas atau sama dengan 65 tahun, terutama dicirikan dengan proporsi penduduk lanjut usia yang relatif lebih banyak yang tingggal di daerah pedesaan, relatif lebih banyak penduduk lanjut usia perempuan, relatif lebih banyak yang berstatus cerai mati, relatif kurang berpendidikan dan relatif masih banyak yang berstatus sebagai kepala rumah tangga.
Dari sejumlah 2.745 orang responden penduduk lanjut usia di Jawa Tengah dalam penelitian ini, sebanyak 1.037 orang responden atau 37,78 persen menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas. Sedangkan lainnya, dari sebanyak 1.706 orang responden atau 62,22 persen yang mampu melakukan aktivitas, 61,24 persen diantaranya atau 38,21 persen dari seluruh responden masih aktif melakukan aktivitas bekerja. Responden yang mampu melakukan aktivitas, tetapi tidak melakukan aktivitas bekerja sebanyak 659 orang atau sebanyak 24,01 persen dari seluruh responden. Mereka yang tidak bekerja ini, sebanyak 352 orang atau 2,82 persen dari seluruh penduduk lanjut usia atau sebanyak 33,41 persen dari mereka yang mampu melakukan aktivitas, aktivitas yang mereka lakukan adalah mengurus rumah tangga.
Sedangkan sisanya, sebanyak 307 orang atau 11,18 persen dari seluruh penduduk lanjut usia atau sebanyak 46,59 persen dari yang mampu melakukan aktivitas, mereka melakukan aktivitas lainnya. Peluang penduduk lanjut usia di Jawa Tengah ini untuk melakukan aktivitas bekerja, bila dilihat perbedaannya untuk masing-masing variabel bebas menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin mempunyai hubungan positip nyata, sedangkan untuk variabel tempat tinggal dan pendidikan mempunyai hubungan negatip yang nyata. Untuk variabel status perkawinan dan hubungan dengan kepala rumah tangga menunjukkan hubungan yang positip tidak nyata terhadap peluang penduduk lanjut usia di Jawa Tengah untuk melakukan aktivitas bekerja. Hal ini dapat dijelaskan bahwa peluang penduduk lanjut usia laki-laki untuk melakukan aktivitas bekerja lebih besar bila dibandingkan dengan penduduk lanjut usia perempuan.
Penduduk lanjut usia yang tinggal di daerah pedesaan mempunyai peluang yang lebih besar untuk melakukan aktivitas bekerja bila dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Semakin berpendidikan, peluang untuk melakukan aktivitas bekerja di masa lanjut usia semakin kecil. Sedangkan untuk status perkawinan dan hubungan dengan kepala rumah tangga, meskipun tidak mempunyai hubungan yang nyata, tetapi di antara keempat status perkawinan yang mempunyai peluang terbesar untuk melakukan aktivitas bekerja adalah penduduk lanjut usia yang berstatus kawin. Untuk variabel hubungan dengan kepala rumah tangga, di antara 5 kategori hubungan dengan kepala rumah tangga, mereka yang berstatus sebagai kepala rumah tangga mempunyai peluang yang terbesar untuk melakukan aktivitas bekerja."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchtar Wisnu Wardoyo
"Pendahuluan
Salah satu Propinsi di Indonesia yang paling menonjol perkembangannya adalah DKI Jakarta, baik dari segi fisik maupun penduduknya. Perkembangan DKI Jakarta dapat dilihat dari perkembangan maupun pertumbuhan penduduknya khususnya berdasarkan sensus penduduk tahun 1970, 1980 dan SUPAS 1985 penduduk DKI Jakarta telah mencapai 4,6 juta, 6,5 juta dan 7,9 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 4,5 persen, 3,4 persen, dan 4,0 persen.
Sedangkan menurut Alatas dan Tursilaningsih (1988) angka pertumbuhan untuk DKI Jakarta sebesar 3,93 persen, baik untuk tahun 1971-1980 maupun untuk tahun 1980-1985.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugihardjo
"Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa motif ekonomi merupakan faktor utama yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi. Meskipun demikian tidak berarti faktor-faktor lain di luar faktor ekonomi tidak mempunyai pengaruh pada keputusan seseorang untuk melakukan migrasi. Faktor-faktor sosial, budaya, psikologi dan lingkungan sering mempunyai pengaruh yang cukup menentukan dalam keputusan seseorang untuk melakukan migrasi.
Orang melakukan migrasi pada umumnya mengharapkan memperoleh kesempatan yang lebih baik di daerah tujuan. Setelah sampel di daerah tujuan terdapat pilihan sektor pekerjaan yang dapat dimasuki oleh para migran. Pada penelitian ini sektor pekerjaan dibedakan menjadi dua yaitu sektor formal dan sektor informal. Gambaran di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa sektor formal mulai menunjukkan kejenuhan dalam menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu sektor informal menjadi alternatif lain bagi para migran. Tesis ini mencoba menganalisa probabilitas migran dari Jawa Tengah untuk masuk kegiatan di sektor informal dengan menggunakan data hasil Supas 1985.
Data yang digunakan dibatasi hanya migran yang saat pindah berusia 10 tahun ke atas. Selain itu juga dibatasi hanya migran yang saat wawancara dilakukan, bertempat tinggal di DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa Timur. Kriteria migran yang dipakai untuk analisa adalah migran berdasarkan tempat tinggal lima tahun yang lalu (recent migrant). Berdasarkan pembatasan dan kriteria terssebut dapat diketahui bahwa jumlah sampel migran yang dianalisa adalah 818 dengan perincian menuju DKI Jakarta sebanyak 439 dan 379 menuju Non DKI Jakarta.
Model statistik yang dipakai untuk memperkirakan probabilitas migran dari Jawa Tengah masuk kegiatan sektor informal adalah regresi logistik berganda. Variabel bebas yang diamati, yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap probabilitas migran untuk masuk di sektor informal adalah persepsi mengenai rasio penghasilan di sektor informal dan formal, tingkat pendidikan, usia saat pindah, status perkawinan dan jenis kelamin. Selain pengaruh variabel utama tersebut, juga diperhatikan adanya pengaruh variabel interaksi antara daerah tujuan dan persepsi rasio penghasilan usia saat pindah dan tingkat pendidikan serta tingkat pendidikan dan persepsi rasio penghasilan.
Dari hasil perhitungan menunjukkan adanya hubungan negatif antara tingkat pendidikan dengan probabilitas migran untuk masuk di sektor informal. Semakin rendah tingkat pendidikan migran, semakin besar probabilitasnya untuk masuk di sektor informal dan sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendidikan migran semakin kecil probabilitasnya untuk masuk di sektor informal. Hal ini berlaku baik untuk migran dengan daerah tujuan DKI Jakarta maupun Non DKI Jakarta. Bagi migran yang mempunyai karakteristik usia saat pindah 20 tahun, perempuan, berstatus kawin, nilai persepsi rasio penghasilan sama dengan satu dan berpendidikan hanya tamat SD ke bawah, mempunyai probabilitas masuk di sektor informal 0,49 untuk daerah tujuan DKI Jakarta dan 0,50 untuk daerah tujuan Non DKI Jakarta. Sedangkan bagi migran dengan pendidikan SMTP dan SMTA ke atas, besarnya probabilitas masuk di sektor informal adalah 0,48 dan 0,12 untuk daerah tujuan DKI Jakarta serta 0,49 dan 0,13 untuk migran dengan daerah tujuan Non DKI Jakarta.
Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa variabel interaksi raducl dan ra2ducl mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas migran masuk di sektor informal. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat perbedaan pengaruh persepsi rasio penghasilan menurut tingkat pendidikan. Pengaruh variabel persepsi rasio penghasilan terhadap probabilitas migran untuk masuk di sektor informal berbentuk huruf U. Akan tetapi karena jumlah sampel pada saat probabilitas meningkat setelah mencapai nilai terendah sangat kecil maka hal ini dianggap tidak "representative" untuk dianalisa. Untuk itu pembahasan selanjutnya hanya memperhatikan pengaruh persepsi rasio penghasilan pada saat probabilitas untuk masuk di sektor informal menurun. Nilai probabilitas terrendah bagi migran dengan karakteristik usia saat pindah 20 tahun, perempuan, berstatus kawin adalah sebagai berikut : Untuk migran dengan daerah tujuan DKI Jakarta, probabilitas terendah dicapai pada saat persepsi rasio penghasilan sama dengan 2,94 bagi migran berpendidikan Tamat SD ke bawah dan 2,82 bagi migran berpendidikan SMTP dan SMTA ke atas. Sedangkan bagi migran dengan daerah tujuan Non DKI Jakarta, probabilitas terendah dicapai pada saat nilai persepsi rasio penghasilan sama dengan 4,33 untuk yang berpendidikan Tamat SD ke bawah dan 3,38 untuk migran yang berpendidikan SMTP dan SMTA ke atas.
Adanya pengaruh yang signifikan dari variabel Usducl menunjukkan adanya perbedaan pengaruh usia saat pindah antara migran berpendidikan Tamat SD ke bawah dengan migran berpendidikan SMTA ke atas. Dari nilai Odds ratio dapat diketahui bahwa setiap peningkatan usia saat pindah sebesar 10 tahun, kemungkinan (resiko) seorang migran berpendidikan tamat SD ke bawah dengan daerah tujuan DKI Jakarta maupun Non DKI Jakarta untuk masuk di sektor in-formal adalah 1,12 kali. Sedangkan untuk migran berpendidikan SMTP dan SMTA ke atas, untuk setiap peningkatan usia saat pindah sebesar 10 tahun, kemungkinan (resiko) migran untuk masuk di sektor informal adalah 0,48 kali. Ini terjadi balk untuk migran dengan daerah tujuan DKI Jakarta maupun Non DKI Jakarta. Dari nilai Odds ratio dapat diketahui bahwa bagi migran berpendidikan tamat SD ke bawah usia saat pindah mempunyai pengaruh positif terhadap probabilitasnya untuk masuk di sektor informal. Sedangkan bagi migran berpendidikan SMTP dan SMTA ke atas, usia saat pindah mempunyai pengaruh negatif terhadap probabilitasnya untuk masuk di sektor informal.
Status perkawinan juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas migran untuk masuk sektor informal. Migran berstatus kawin mempunyai probabilitas untuk masuk di sektor informal lebih besar bila dibandingkan dengan migran belum kawin. Untuk migran dengan karakteristik Tamat SD ke bawah, usia saat pindah 20 tahun, nilai persepsi rasio penghasilan sama dengan satu, jenis kelamin perempuan dan belum kawin, besarnya probabilitas untuk masuk di sektor informal adalah 0,49 untuk daerah tujuan DKI Jakarta dan 0,50 untuk daerah tujuan Non DKI Jakarta. Sedangkan untuk migran belum kawin, dengan karakteristik yang sama, probabilitasnya untuk masuk di sektor informal adalah 0,26 untuk daerah tujuan DKI Jakarta dan 0,27 untuk daerah tujuan Non DKI Jakarta.
Dari semua variabel bebas yang diperhatikan, variabel jenis kelamin ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas migran untuk masuk di sektor informal. Hal ini berarti migran dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan mempunyai peluang yang sama untuk masuk di sektor informal."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T6831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Sugiyanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan fertilitas (anak lahir hidup) menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden.
Untuk dapat mengungkapkan keterangan tentang perbedaan anak lahir hidup menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden, telah dikemukakan beberapa hipotesis. Analisis data dilakukan dengan analisa deskriptif yaitu dengan menggunakan tabulasi silang dan beberapa teknik, demografi, dan analisa inferensial yaitu dengan menggunakan regresi ganda. Sumber data utama adalah dari hasil Survey Pendudukan Antar Sensus 1985 yang d.ipublikasi oleh Kantor Biro Pusat Statistik.
Penemuan-penemuan dalam studi ini secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut. Melalui metode analisis regresi ganda digunakan untuk mempelajari perbedaan jumlah anak lahir hidup menurut tempat tinggal, ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhitungkan umur kawin pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur ibu. Berdasarkan analisis statistik, diperoleh hasil bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian cenderung mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih rendah dibandingkan dengan responden yang bekerja di sektor non-pertanian baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Ada dugaan sementara bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian tersebut telah memiliki jumlah anak banyak, sehingga kebutuhan keluarganya tidak cukup dipenuhi dari sektor pertanian. Keadaan ini cenderung mendorong mereka untuk pindah ke sektor non-pertanian/sektor informal.
Responden yang bertempat tinggal di perkotaan dan berpendidikan SD kebawah kecuali tidak sekolah mempunyai jumlah anak lahir hidup sedikit lebih banyak dibandingkan responden yang berpendidikan SLTP ke atas. Berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak, lahir hidup mempunyai hubungan negatif. Hal ini mungkin disebabkan faktor latar belakang responden, yaitu responden yang berpendidikan rendah (SD kebawah) pada umumnya kurang memiliki pengetahuan terutama tentang pengaturan jarak kelahiran. Sedangkan responden yang bertempat tinggal di pedesaan, mereka yang berpendidikan SD kebawah mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih sedikit dari pada responden yang berpendidikan SLTP ke atas, berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak lahir mempunyai hubungan positif. Kemungkinan yang dapat dijelaskan, yaitu responden dengan latar belakang pendidikan rendah memiliki pengetahuan tentang gizi yang rendah pula. Sehingga wanita dengan pendidikan rendah secara biologis cenderung kurang subur dan pertama kali mendapatkan haid terlambat serta akhir haid lebih cepat. Menurut semua jenjang pendidikan, responden yang bertempat tinggal di perkotaan mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih banyan dibandingkan di pedesaan. Kenyataan ini tidak seperti yang diharapkan yaitu di perkotaan mempunyai jumlah anak: lahir hidup lebih rendah dibandingkan di pedesaan.
Pengaruh negatif antara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup baik diperkotaan maupun di pedesaan. Keadaan ini tetap konsisten dengan hasil-hasil temuan sebelumnya. Menurut tempat tinggal, pengaruh negatif aniara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup lebih besar di perkotaan dari pada di pedesaan. Berdasarkan hasil perhitungan dari SUPAS 1985 rata--rata umur kawin pertama di perkotaan sebesar 22,5 tahun dan di pedesaan sebesar 19,5 tahun. Secara rasional, di pedesaan dengan rata-rata umur kawin pertama yang lebih rendah ada kecenderungan untuk mempunyai anak: lahir hidup lebih banyak.
Berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi, baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan, responden yang memakai alat kontrasepsi cenderung mempunyai anak lahir hidup lebih banyak, dibandingkan dengan responden yang tidak memakai alat kontrasepsi. Hal ini diduga, responden yang memakai alat kontrasepsi adalah mereka yang mempunyai jumlah anak lahir hidup sesuai jumlah anak yang diinginkan, dan tidak menambah anak lagi.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>