Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160746 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tisa Febriani
"Berkembangnya sekolah sebagai sebuah bisnis yang banyak diminati membawa banyak dampak bagi pihak pengelola sekolah. Salah satunya adalah semakin ketatnya persaingan antar sekolah dalam memperebutkan murid. Untuk dapat unggul dalam persaingan, sekolah harus memiliki keunggulan yang membedakannya dengan pesaing. Namun, memiliki daya pembeda saja tidak cukup untuk menjadikan sebuah sekolah unggul dalam persaingan. Daya pembeda tadi harus disampaikan pada publik melalui kegiatan komunikasi pemasaran.
SMA Cakra Buana merupakan salah satu sekolah yang mengandaikan komunikasi pemasaran dalam bersaing dengan sekolah Iain. Namun tampak bahwa sekolah ini mengalami lingkaran masalah dimana jumlanbangku yang belum sepenuhnya lerisi menyebabkan pendapatan di bawah target dan juga berpengaruh terhadap terbatasnya anggaran untuk kegiatan komunikasi pemasaran. Selama ini, komunikasi pemasaran terus dijalankan, namun jumlah murid tetap dibawah target. Untuk menyikapi hal ini, maka pihak sekolah harus memahami bahwa jika tidak dilakukan penyempurnaan terhadap kegiatan komunikasi pemasarannya, maka penurunan jumlah murid ini dapat terus terjadi dan tentunya sangat merugikan. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi pemasarannya dapat disempumakan maka pertama-tama SMA Cakra Buana harus memahami proses pengambilan keputusan yang dilakukan dalam memilih SMU, sehingga dapat diketahui komunikasi pemasaran yang tepat untuk dilakukan.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan 2 orang pihak manajemen sekolah, 8 murid SMP Cakra Buana, 16 murid SMA Cakra Buana, dan 2 orang murid sekolah lain yang menjadi pesaing SMA Cakra Buana, Untuk pihak manajemen, penarikan sampel dilakukan secara nin-probability yaitu dengan convenience sampling, sedangkan untuk murid, penarikan sampel dilakukan secara probability yaitu clengan random sampling.
Dari data tentang proses pengambilan keputusan pemilihan sekolah yang diperoleh, ditemukan bahwa sumber informasi yang paling barpengaruh adalah teman dalam bentuk komunikasi word-of mouth. Penyampaian informasi yang sifatnya informal ini lebih dipercaya dibandingkan dengan penyampaian secara formal dalam bentuk komunikasi pemasarn oleh pihak sekolah. Sedangkan dalam hal kriteria pemilihan, jark antara lokasi sekolah dengan tempat tinggal merupakan kriteria yang paling menentukan, dimana murid dapat mengorbankan kualitas sekolah demi jarak yang lebih dekat. Dengan begitu, maka kegiatan komunikasi pemasaran dapat difokuskan pada wilayah Depok dimana sekolah ini berada."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fine Puspa Rumdini
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan informasi siswa SMA Cakra Buana serta perilaku pencarian informasi siswa dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini adalah mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan siswa serta perilaku pencarian informasinya. Siswa SMA dalam memenuhi kebutuhan informasinya menggunakan sumber informasi berupa media elektronik, media cetak dan sumber informasi lainnya.
Penelitian ini menyarankan agar sekolah membantu perpustakaan untuk mendorong siswa untuk menggunakan informasi yang terdapat di perpustakaan dan perpustakaan dapat membuat program yang dapat menarik siswa untuk mengunjungi perpustakaan sekolah.

The purpose of this research is to comprehend information needs and also information-seeking behavior of SMA Cakra Buana students. The approach of this research is qualitative with case study method. Result of this research is to identify the needs of information and also information seeking behavior of the students. To fulfill the needs of information, students are using information resources such as electronic media, printed media and other information resources.
This research would suggest school to help enrich its library in order to encourage students to use information on library as well as making programs that attracted students to visit school library.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eksi Nadiasti
"Tesis ini membahas mengenai dampak penggunaan social media (Twitter) sebagai alat komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Soyjoy melalui kampanye online Soyjoy Healthylicious, terhadap proses pengambilan keputusan konsumen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain deskriptif. Hasil penelitianmenyarankan bahwa social media mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen. Namun sebaiknya komunikasi pemasaran melalui social media tidak berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari komunikasi pemasaran yang terintegrasi dengan alat komunikasi pemasaran lainnya seperti iklan, promosi dan lainnya
This thesis focused on analyzing the impact of using social media as marketing communication tool to the consumer decision making process. The case study of this thesis is the online reality show campaign Soyjoy Healthylicious held by Soyjoy on microblog Twitter. The type of research of this thesis is quantitative research with descriptive research design. The result of this research shown that social media used in Soyjoy Healthylicious marketing campaign has affected the consumer decision making process. However, company shouldn?t use social media alone as marketing communication tools. Company should build an integrated marketing campaign that integrates social media and other marketing communication tools such as advertising, sales promotion, etc."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Pamiarsih
"Jepang dan AS dikenal dunia sebagai dua negara industri maju dengan perekonomian yang sangat baik. Dan Waters mengatakan bahwa suatu perekonomian hanya bisa efisien jika perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya juga demikian, dan suatu perusahaan hanya bisa begitu kalau para personil dan metode bisnisnya juga efisien. Sehubungan dengan itu, dapat ditarik benang merah bahwa perekonomian kedua negara itu dapat berkembang pesat, selain karena sumber daya manusianya yang berkualitas, mereka menerapkan metode bisnis atau manajemen bisnis yang efisien. Meskipun begun, Jepang dan AS menerapkan gaya manajemen yang berbeda, salah satunya dalam hal proses pengambilan keputusan. Hal ini dapat dipahami karena Jepang dan Amerika adalah dua negara yang mempunyai latar be]akang sosial budaya dan masyarakat yang berbeda. Tema dalam skripsi ini adalah pengambilan keputusan dalam manajemen Jepang dan AS. Dan yang menjadi permasalahan adalah bagaimanakah pengaruh masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen Jepang dan Amerika. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai pengambilan keputusan dalam kedua gaya manajemen tersebut, kemudian menganalisa untuk mengetahui pengaruh masyarakat kedua negara itu terhadap proses pengambilan keputusan, dengan memakai metode deskriptif analisis. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui penganrh masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen gaya Jepang dan Amerika. Ringiseido dalam manajemen gaya Jepang mempunyai ciri khas yaitn cara kerja proses pengambilan keputusan ini dilakukan secara berkelompok, dari menunjuk kepada pengambilan keputusan dengan konsensus. Hal ini terbenluk karena masyarakat Jepang adalah masyarakat berkelompok, dan masyarakat vertikal. Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang sangat sadar kelompok. Mereka mennberi perhatian utama pada harmonisasi atau wa dalam memihara keutuhan kelompok. Dan sebagai rnasyarakal vertikal yang memperhatikan jenjang hierarki, bangsa Jepang mengenal oyabun-kobuit, dan senpai-kohai kankei. Dalam hubungan ini terjadi hubungan resiprositi, yaitu atasan memberi bantuan kepada bawahannya, dan sebagai gantinya bawahan akan selalu siap untuk membantu atasannya. Hubungan seperti ini timbul karena mereka menyadari rasa saling ketergantungan di antara mereka sendiri. Sedangkan Amerika Serikat, top- down desicion making yang ada dalam, manajemen Amerika, mengutamakan kekuatan individu. Dalam perusahaan Amerika, peranan dan kemampuan individu menjadi perhatian utama untuk dapat naik ke jenjang yang lebih tinggi. Karena itu, persaingan individu di antara mereka sangat ketat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika seseorang berhasil rnenduduki posisi penting dalam perusahaan, berarti ia telah rnampu membuktikan bahwa kemampuan individunya lebih menonjol dibandingkan yang lain. Karena itu, hak untuk mernbual keputusan menjadi wilayah eksklusif bagi manajer. Dengan demikian, masyarakat suatu negara sangat menpengaruhi pembentukan gaya manajemennya. Begitu pula dengan Jepang dan Amerika, khususnya dalam hal proses pengambilan keputusan Jepang dan dengan penekanan mereka pada kelompok, lebih mengutamakan proses pengambilan keputusan secara berkelornpok pula. Berbeda dengan Amerika yang menghargai individualiame, proses pengambilan keputusan pun ditekankan pada kemampuan individu."
2000
S15437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1983
S6535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Blegur, Immanuel E.
"Fraksi di parlemen dimaksudkan untuk mengefektifkan kinerja para anggota dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat. Nyatanya, fraksi sering menekan kemandirian anggota untuk tujuan politik partai. Bagaimana Fraksi Partai GOLKAR (FPG) RI mempengaruhi kemandirian para anggotanya dalam proses pengambilan keputusan Perubahan II APBN 2005, yang berdampak pada dinaikannya harga BBM melalui Penpres 55 Tahun 2005 ? Inilah pertanyaan permasalahan yang hendak dijawab dalam penulisan tesis ini. Studi ini menarik karena pertama, peranan fraksi di parlemen sangat srategis sebagaimana diatur dalam UU Susduk, dan kedua, kajian tentang fraksi dalam studi perwakilan politik di Indonesia masih langka, terutama coal peranan fraksi dalam kaitannya dengan kemandirian anggota.
Pembahasan difokuskan pada persoalan peranan fraksi dan kemandiriaan anggota dengan memakai teori Faksi, teori Peran, Teori Kekuasaan Gene Sharp, dan Teori Perwakilan Politik sebagai pilau analisis. Teori Faksi menjelaskan keberadaan fraksi di parlemen, berikut dampak dan tujuan adanya fraksi, serta apa perbedaan faksi dengan fraksi. Teori Peran mengupas masalah peran DPR sebagai wakil rakyat; Teori Kekuasaan sedikit banyak mengambarkan logika dasar kekuasaan politik sebagai acuan untuk menakar perilaku para anggota dan kineija fraksi. Selanjutnya, teori Perwakilan Politik secara eksplisit menegaskan dalil-dalil pokok perwakilan politik dalam sistem demokrasi.
Sebagai studi kualitatif penulisan tesis menggunakan data primer berupa iiasil wawancara mendalam terhadap unsur pimpinan, Korbid Umum, Panitia Anggaran, Pimpinan Kornisi FPG dan Korbid Eku DPP Partai GOLKAR dan data sekunder dari berbagai literatur. Perdebatan utama dalam tesis ini adalah apakah keputusan FPG untuk mendukung kebijakan Pengurangan Subsidi dihasilkan melalui mekanisme yang demokratis ataukah melalui tekanan politik yang memperlemah kemandirian anggota? Temuan penelitian membuktikan bahwa keputusan itu tidak dihasilkan melalui tekanan tetapi melalui forum dialog dan rembuk demokratis dengan menghargai kebebasan masing-masing anggota dalam berpikir dan bertindak. Para anggota mengambil sikap berdasarkan pertimbangan yang kritis setelah melakukan kajian atas data obyektif dan mendapat penjelasan fraksi yang memakai.
Implikasi teoretis dari tesis ini antara lain fraksi ternyata berbeda dengan faksi, meskipun tujuan dan ciri-ciri faksi yang mapan dapat menjelaskan keberadaan fraksi di parlemen Indonesia. Selain itu, teori Peran dalam konteks ini berlaku karena keputusan FPG mencerminkan harapan masyarakat terhadap peran wakil, mengingat keputusan tersebut be rnanfaat bagi perbaikan ekonomi jangka panjang, sekaligus mencerminkan kebebasan anggota dalam menafsir perannya sebagai wakil. Sebaliknya, teori Mandat cendrung tidak berlaku karena keputusan FPG tidak mencerminkan mandat "rakyat". Keputusan tersebut justru mencerminkan berlakunya teori Kebebasan karena para anggota FPG mengambil keputusan secara bebas dan kritis tanpa dipengaruhi oleh desakan atau tekanan pihak luar. Akhirnya, teori Kekuasaan Sharp bisa benar bahwa kekuasaan tidak secara intrinsik ada di tangan the rollers yang terbukti ketika ada aksi protes dan demonstrasi terhadap pemerintah terkait kebijakan pengurangan subsidi. Namun, apa yang dibayangkan Sharp tidak terjadi karena upaya delegitimasi yang serius dalam kenyataan tidak terjadi. Pemerintahan tetap berlangsung tanpa perlawanan serius dari the loci of power.

The existence of fraction inside the parliament is basically aimed at keeping the performance of legislative members effective in executing their political role as people's representatives. But in fact, the fraction tends to press the autonomy of members for the sake of party's interest. How does the GOLKAR Party's fraction influence members in making the decision about the Second Amendment of APBN 2005 that lately affects on the rise of petrol and gas market-price through Penpres No 55/2005. This thesis is written to answer such question. The study stays interesting for two reasons, firstly, fraction plays a strategic role in parliament and secondly, the study of fraction in the context of political representation study, is still less, especially the study about fraction role and the autonomy of members.
The analysis is focused on the term of role of fraction on one side, and the member's autonomy on other side by using the Faction Theory, Role Theory, Gene Sharp's Power Theory, and the Political Representation Theory as the analytical razors. Faction Theory explains about the character of fraction in Indonesia; Role Theory guides the explanation to the substantial role of legislative as the representative of the constituents; Power Theory to a certain degree remands the basic logic of political power as an indicator to measure the political role of the member and of the fraction. Furthermore, Political Representation Theory explicitly states the main principles of political representation in the democratic system.
As a qualitative study, writing this thesis uses primary data from in depth-interview with leaders and sectional coordinators of Golkar Party's Fraction and member of Central Functionaries of Golkar Party and the secondary data from collected-references. The basic debate is that weather the Golkar Party's Fraction position to agree the government's Subsidy-Decreasing Policy is produced through the democratic mechanism or is produced by political pressure that weakening member's autonomy? Some interesting findings from this study are like the decision is not produced by many kinds of pressures but through the dialogue and democratic consensus by and with keep members free to think and to act. Members critically determine their position guided by the provided-objective and rational data.
Thus the theoretical implications such as fraction are different with faction, although the aims and characters of faction suit to explaining fraction in Indonesian parliament. Beside that, Role Theory comes true since FPG's decision reflects what people expects from the legislative role, in regard that such decision is effective for the long term- economic reform, as well as reflects member's autonomy in interpreting his/her role as a representative. Oppositely, Mandate Theory tends to not work for such decision does not reflect what people want. That actually signs the truth of Freedom Theory as the FPG make a decision freely and critically without pressure and demands from outsides. Lastly, Sharp's Power Theory is true that the power does not intrinsically come from the ruder that is proved by the demonstration and mass strike following after the release of such policy. But what Sharp thinks does not take place because the process of seriously de-legitimization is still far in the sky. The governance is till going on without resistances from the loci of power.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trien Tjahjanti
"ABSTRAK
Penelitian ini melihat bagaimana peranan komunikasi periklanan dan pola komunikasi interpersonal dai am pembentukan sikap remaja putri yang I pada produk pembaruan keluarga terhadap duduk di bangku SMA Tarakanita Tampon Tampavc, yang berkantor pusat di Inggris. Iklan tampon bersifat sangat informatif, dengan tujuan agar khalayak sasaran produk mempunyai pengetahuan yang cukup dan akhirnya mau bersikap terbuka terhadap kehadiran tampon Tampax. Penelitian berlandaskan pada dua buah teor i teori Integrasi Informasi dan Fielrf theory. menyatakan bahwa informasi yaitu Teori Integrasi Informasi yang diterima seseorang diintegrasikan ke dalam sistem informasi si kap. Tingkat pengaruh informasi ini bergantung pada dua variabel yaitu valensi dan bobot. adalah penilaian individu tentang itu sebagai baik atau buruk sedangkan bobot Valensi tingkatan informasi berfungsi sebagai penentu kredibilitas. Field Theory, adalah teori yang melihat bahwa manusia memiliki segi psikologis yang tak lepas dari kelompoknya, dan dalam penelitian ini adalah keluarga. Pola komunikasi yang ada dalam keluarga, khususnya ibu dan anak baik terbuka atau tertutup dapat mempengaruhi dan sikap seseorang. Walau pun demikian tiap antara nilai orang tetap memiliki kebebasan dalam bersikap. penelitian ini , dalam perhitungan statistik terbukti bahwa teori integrasi informasi sedangkan Field theory tidak terbukti. Mereka yang valensi dan bobotnya tinggi cenderung bersikap menerima Hasil dar i benar, dan yang dan bobot rendah menolak. Pola komunikasi tidak berpengaruh dalam pembentukan sikap. bervalensi interpersonal Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden mempunyai kebebasan untuk bersikap. Sikap responden, dalam penerimaan produk ini berimbang; sebagian menerima dan sebagian banyak unsur produk yang lagi menolak, diragukan karena masih kebenarannya oleh responden."
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Minto Rahayu
"ABSTRAK
Komunikasi sangat berperan dalam proses produksi, terutama di industri manufaktur. Industri ini merakit beberapa komponen menjadi barang jadi, sehingga komunikasi antarbagian yang menghasilkan komponen tersebut sangat menentukan kelancaran produksi.
Penelitian ini mencari sistem komunikasi di industri manufaktur dan pengaruhnya terhadap proses produksi. Data dikumpulkan dengan wawancara dan penyebaran angket, serta diolah dengan analisis kuantitatif. Kegiatan ini dilaksanakan antara Oktober s.d. Desember 1995, di PT Toa, PT Sanyo, dan PT Panasonic, Cimanggis, Bogor.
Selain forum komunikasi formal yang langsung berhubungan dengan kepentingan proses produksi, di industri manufaktur elektronika terdapat juga forum komunikasi semi formal dan nonformal.
Terdapat delapan jabatan pada bagian produksi dengan rata-rata pendidikan SFTA. Sebelum berkomunikasi mereka menyiapkan bahan, penyampaian kepada atasan secara formal, kepada bawahan dan setingkat secara nonformal. Paling mudah berkomunikasi dengan atasan, paling sulit dengan pihak luar.
Arus komunikasi mengalir dari atas ke bawah; bentuk yang sering dipakai ialah laporan untuk atasan, surat untuk bawahan, pertemuan untuk setingkat; Bentuk yang dianggap paling efektif ialah surat dengan sarana bahasa Indonesia. Komunikasi sangat berpengaruh pada proses produksi, hambatan yang sering dijumpai ialah data kurang lengkap, namun dapat dipahami dengan jelas dan' mudah.
Konsultasi masalah lebih banyak kepada jabatan struktural; ditanggapi dengan cepat untuk kerusakan mesin, lambat untuk bahan baku; sedangkan hasil produksi, kecelakaan kerja, dan tenaga kerja cenderung tidak dianggapi.

ABSTRACT
Communication is playing a very important role in production process, particularly in manufacturing industry. This industry assembles some components into a certain finished product, therefore, communication among divisions producing the components will be very deciding in the smoothness of production.
This research was aimed to find out communication systems in manufacturing industry and their effects on production process. Data were obtained by interview and questionnaire circulation, and were analyzed quantitatively. This study was carried out from October to December 1995 at PT Tea, PT Sanyo, and PT Panasonic, Cimanggis, Bogor.
Instead of having formal communication forum directly relating to the needs for production process, electronics manufacturing industry also has semi formal and non-formal communication forums.
There are eight occupation at every production division whose employees mostly have Senior High School educational background. Before having communication, they prepare materials to be formally submitted to their superiors and be informally handed in them to both their subordinates and those of the same level. To communicates with superiors is relatively easy, however, it is difficult to do this with outsiders.
Communication flows mostly from upper to lower levels, form of communication mostly adopted is report to superiors, correspondences to subordinates, 'and meetings for those of the same level; the most effective one is letters of the Indonesian language. Communication strongly influences production process; incomplete data are a frequently found constraint, however it is easily understandable.
Consultation on any problems is mostly done, with structural functionaries; problem on broken down machine are immediately responded, those on raw materials are slowly responded; whereas those on production, occupational risks, and laborers tend not to be responded."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hariman Akbar
"Fokus penelitian ini adalah persepsi Pelajar SMA di DKI Jakarta terkait erat dengan pelaksanaan program komunikasi pemasaran yang dilaksanakan oleh gerakan Pramuka. Penulis mencoba mengana1isis persepsi yang terjadi di pelajar SMA setelah diperlihatkan komunikasi permasaran gerakan Pramuka. Menurut Burnett dan Moriarty (1999), komunikasi pemasaran adalah proses dimana informasi atau ide-ide dikomunikasikan secara efektif kepada khalayak sasaran yaitu sekelompok orang yang menerima pesan-pesan pemasaran dan potensial dalam menanggapi pesan-peson yang dikomunikasikan tersebut. Bentuk-bentuk komunikasi pemasaran meliputi perik1anan, promosi penjualan, pemasaran langsung, penjualan pribadi dan hubungan masyarakat.
Hasil penelitian survei memperlihatkan persepsi responden pelajar kelas 1 SMA di DKI Jakarta terhadap atribut gerakan Praruuka sudah positif terhadap nama, kualitas dan seragam gerakan Prarouka, akan tetapi masih memberi tanggapan yang biasa saja terhadap akses masuk ke dalam gerakan Pramuka. Kemudian persepsi responden pelajar kelas 1 SMA di DKI Jakarta terhadap aktivitas komunikasi pemasaran gerakan Pramuka yaitu iklan dan media iklan yang lain serta brosur sudah positif, akan tetapi masih belum menarik mereka untuk masuk gerakan Pramuka. Dukungan orang tua sebagai bentuk pengaruh terhadap persepsi pelajar dalam pengambilan keputusan mengikuti gerakan Pramuka sudah baik dan perlu dipertahankan dengan meningkatkan komunikasi pemasaran yang dapat menyentuh mereka. Diharapkan komunikasi pemasaran yang lebih baik dapat meningkatkan persepsi pelajar terhadap gerakan Pramuka.

The focus of this research is the perception of High School Students in Jakarta is closely related to the implementation of marketing communications programs implemented by the Scout Movement. The author tries to analyze the perceptions that occur in high school after the Scout Movement are shown in marketing communications. According to Burnett and Moriarty (1999), marketing communication is the process by which information or ideas are communicated effectively to the target audience is a group of war who receive marketing messages and potential in response to the messages being communicated to them. Forms of marketing communications including advertising, sales promotion, direct marketing, personal selling and public relations.
The results show the respondents perceptions survey class 1 High School Student in Jakarta against the Scout Movement is a positive attribute to the name, quality and uniform of the Scout Movementt but still give a normal response to the access into the Scout Movement. Then the perception of class 1 High school Student respondents in Jakarta against the activities of the Scout Movement of marketing communications advertising and other media advertisements and brochures are positive, but still not entice them to enter Scouting Movement. Support parents as a form of influence on student perceptions in the decision to follow the Scout Movement is good and needs to be maintained by increasing marketing communications that can touch them. It is hoped that better marketing communications can enhance the studentts perception of the Scout Movement.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T21223
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rice Anggrayni
"Pelajar sebagai konsumen harus memiliki perilaku keamanan pangan yang baik untuk mencegah kasus penyakit bawaan makanan di sekolah. Pengetahuan, sikap dan perilaku keamanan pangan pada pelajar dibutuhkan untuk mengembangkan intervensi yang efektif terhadap keamanan pangan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik individu (jenis kelamin, umur, uang saku, kelas dan jurusan), pengetahuan, sikap dan perilaku keamanan pangan pada pelajar di SMAN 4 Depok tahun 2015. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dengan total sampel sebanyak 218 pelajar dari kelas X dan XI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pelajar memiliki pengetahuan keamanan pangan kurang baik (72%), sikap negatif terhadap keamanan pangan (64,7%) dan perilaku keamanan pangan berisiko (71,1%). Berdasarkan analisis bivariat, hanya variabel sikap yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku keamanan pangan pelajar dengan nilai p-value = 0,004 dan nilai OR = 2,523 (CI 95% : 1,380-4,614).

Student as the consumer should have a good behavior to prevent foodborne disease at school. Good knowledge, attitude and behavior on food safety were essential for the development of effective educational interventions. The objective of the study was to determine the relationship between student characteristics (sex, age, pocket money, grade and major), knowledge, attitude and food safety behaviors among student of SMAN 4 Depok. This study used Cross sectional design. The sample consisted of 218 participants from tenth and eleventh grade students of SMAN 4 Depok in 2015.
The results show that 72% students have less knowledge on food safety, 64,7% students have negative attitudes on food safety and 71,1% students have risky food safety behaviors. Based on bivariate analysis, attitude has significant relationship towards students food safety behavior with p-values 0,004 and OR 2,523 (CI 95% : 1,380-4,614)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>