Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122512 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Lutfi
"Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia, khususnya industri selular, saat ini sudah semakin pesat. Bertambahnya jumlah operator selular semakin meningkatkan persaingan di antara para operator dalam merebut pangsa pasar. Untuk mempertahankan pangsa pasar yang sudah diperoleh operator harus selalu menjaga kualitas layanan dan performansi jaringan.
Dalam rangka menjaga kualitas layanan dan performansi jaringannya, salah satu hal yang dilakukan oleh Telkomsel dengan melakukan upgrade terhadap jaringan switching subsystem (SSS). Dalam hal ini dlakukan upgrade software yang digunakan pada jaringan SSS Telkomsel dad software release 10 (SRIO) ke software release 12 (SR12).
Implementasi SR12 pada jaringan SSS Telkomsel diharapkan dapat meningkatkan kapasitas jaringan SSS telkornsel, serta dapat memperbaiki performansi jaringan SSS Telkomsel tersebut. Hal ini diperlukan karena semakin meningkatnya jumlah pelanggan Telkomsel. Selain itu juga berkaitan dengan implementasi 3G pada jaringan Telkomsel, SR12 diharapkan dapat memberikan fitur-fitur yang dapat mendukung implernentasi 3G pada jaringan Telkomsel.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah implementasi SR12 pada jaringan SSS Telkomsel benar-benar dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan baik dari segi kapasitas maupun dari segi performansi jaringan.

Abstract
Telecommunication industry in Indonesia, specifically cellular industry, has grown very fast. The increasing number of cellular operator has also increased the competition between operators to get he market share. And in order to keep the market share already gained, operators have to keep the service quality and the network performance.
In order to keep its service quality and network performance, Telkomsel is planning to upgrade its switching subsystem (SSS) from software release 10 (SR10) to software release 12 (SR12).
Implementation of SR12 in Telkomsel SSS network is expected to increase its capacity, and also expected to improve its performance. This improvement is needed due to the increasing number of network.Telkomsel?s subscriber which causes more loads for the SSS network. Beside that, implementation SR12 also related to the implementation of 3G in network. SR12 is expected to provide the features which support implementation of 3G in Telkomsel.
The goal of this reseacrh is to evaluate whether the implementation of SR12 in Telkomsel network can give the result as expected, in term of the capacity and network performance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfansyah
"Perkembangan bisnis industri telekomunikasi di Indonesia menuntut tiap-tiap operator telekomunikasi untuk lebih kompetitif dalam memberikan layanan yang terbaik kepada pelanggan. Bertambahnya jumlah operator selular semakin meningkatkan persaingan di antara para operator dalam merebut pangsa pasar.
Untuk mempertahankan pangsa pasar yang sudah diperoleh operator harus selalu menjaga kualitas layanan dan performansi jaringan. Untuk menjaga kualitas layanan dan performansi jaringannya, Indosat melakukan upgrade terhadap jeringan Base Station Subsystem (BSS). Dalam hal ini dlakukan upgrade software yang digunakan pada jeringan BSS Indosat dari software release 6 (BR8) ke software release 8 (BR8).
Implementasi BR8 pada jaringan BSS Indosat diharapkan dapat meningkatkan kapasitas jaringan BSS Indosat, serta dapat memperbaiki performansi jaringan BSS Indosat tersebut. Hal ini diperlukan karena semakin meningkatnya jumlah pelanggan Indosat. Selain itu juga berkaitan dengan implementasi EDGE dan UMTS pada jaringan Indosat, BR8 diharapkan dapat memberikan fitur-fitur yang dapat mendukung implementasi EDGE dan UMTS pada jaringan Indosat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah implementasi BR8 pada jaringan BSS Indosat benar-benar dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan baik dari segi kapasitas maupun dari segi performansi jaringan.

The development business of telecommunication in Indonesia demands every telecommunication operator to be more competitive in providing the best services to the customers. The increasing number of cell phone operators has increased the competition among themselves in grapping the market share.
In maintaining the gained market share, the operator has to keep the quality of service and network performance. To keep its service quality and network performance, Indosat has planning to upgrade its Base Station Sub System (BSS) from software release 6 (BR6) to software release 8 (BR8).
The implementation of BR 8 in BSS Indosat is hoped to increase the capacity of the network as well as to fix the performance of the network. This is needed due to the increasing numbers of Indosat subscribers. In relation to the implementation of EDGE and UMTS of Indosat network, BR8 is hoped to give supporting features to EDGE and UMTS network in Indosat network.
The purpose of the research is to evaluate whether the implementation of BR8 in BSS Indosat really produce the expected result in term of its capacity as well as the performance of the networks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T24949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Ellya Mustika
"Saat ini di saat banyak operator telekomunikasi selular mengalami stagnasi pada layanan suara dan kompetisi tarif, membuat para operator selular untuk mencari cara lain dalam meningkatkan revenuenya.
Dengan melihat trend layanan di masa depan maka layanan mobile internet, akan merupakan layanan yang menjanjikan bagi para operator selular. Layanan mobile internet adalah layanan yang menawarkan layanan internet dengan akses selular dari mana saja. Konvergensi kedua teknologi inilah yang ditawarkan oleh 3GPP dengan mengembangkan teknologi IP Multimedia Subsystem (IMS).
IMS adalah sebuah sistem yang didisain untuk menyediakan layanan multimedia yang tangguh melampaui batas jelajah (roaming) dan melalui akses teknologi yang berbeda-beda. Protokol internet yang digunakan sebagai inti dari IMS adalah Session Initiation Protocol (SIP) yang dikeluarkan oleh IETF. SIP dipilih dalam rangka membangun komunikasi real time untuk layanan suara dengan menggunakan IP (VoIP), video, instant messaging dan layanan multimedia lainnya.
IMS menawarkan Quality of Service, charging dan integrasi layanan-layanan berbeda dengan menggunakan packet switched domain.
Saat ini P.T. Telkomsel sebagai perusahaan selular dengan market share telekomunikasi terbesar di Indonesia telah menerapkan layanan 3G. Perkembangan Telkomsel lima tahun kedepan adalah mencapai Q0S. Karena alasan tersebutlah maka sangat tepat jika Telkomsel menerapkan teknologi IMS di masa depan.
Berdasarkan hasil analisis yang diiakukan pada kondisi saat ini yang meliputi spesifikasi teknis, cakupan jaringan dan infrastruktur serta rencana masa depan maka Perencanaan Implementasi IP Multimedia Subsystem di P.T Telkomsel mencakup:
1. Spesifikasi Teknis
Perangkat-perangkat yang digunakan untuk mendukung infrastruktur IMS.
2. Cakupan Jaringan
Daerah yang akan dilayani IMS mengacu pada implementasi layanan dan infrastruktur 3G dan akses GGSN. Dan implementasi IMS ini akan dimulai di Jakarta.
3. Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur dimulai pada tahun 2007 agar dapat melakukan pengembangan dan pengujian layanan.
4. Terjadi peningkatan CAPEX dan OPEX sebanding dengan penerapan infrastruktur IMS. Serta dengan memperbaiki sistem SDM yang ada dari berbasis TDM menjadi IP.
5. Time Frame Implementasi
Jadwal implementasi IMS di Telkomsel adalah 5 tahun.

While voice as the basic service is heading to stagnancy and facing price war, most of operators cellular, now are looking another alternative way for increasing their revenue. If we are looking to the next generation services roadmap, thus Mobile Internet as future trend for mobile services that gives promises to operators cellular. Mobile internet services are technology that provides ubiquitous cellular access to all the services that the internet provides. The convergences of these two technologies have brought 3GPP to develop IP Multimedia Subsystem (IMS) technology.
IMS is a system that has been designed to provide robust multimedia services across roaming boundaries and over diverse access technologies. Internet protocol that is used as a core of IMS is Session Initiation Protocol (SIP). SIP has elected to use for construct a framework for establishing real-time communication - be it voice, video, instant messaging and other multimedia services.
IMS offers Quality of Services, charging and services integrity by using packet-switched domain.
Nowadays, PT Telkomsel which has the largest market share in Indonesia had developed 3G services. And in the upcoming 5 years, PT Telkomsel must consider the value QoS. What all this means is that IMS technology is one way for Telkomsel.
The analysis result on existing condition and on the future, the roadmap to Implementation IP Multimedia Subsystem in Telkomsel will cover:
1. Technical Specifications
Devices those are used to support IMS implementations.
2. Network Coverage
The coverage of IMS services is referring to implementation of services and infrastructure of 3G and also considers the GGSN access. The IMS implementation will be started from Jakarta.
3. Infrastructure
The infrastructure development will start in 2007 for development and testing purposes.
4. The CAPEX and OPEX will be increased according to IMS infrastructure implementation and by improving the human resource from TDM to IP base.
5. Time Frame Implementation
Implementation of IMS in Telkomsel will be launched in the up next 5 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati Laksairini
"Teknologi Enhanced data for global evolution (EDGE) adalah teknologi mobile data dengan kecepatan tinggi yang merupakan pengembangan dari generasi kedua untuk komunikasi Global System for Mobile (GSM) dan jaringan Time Division Multiple Access (TDMA) yang mentransmisikan data hingga 384 kbps. Teknologi EDGE dapat meningkatkan kecepatan data rate dengan mengubah jenis modulasi yang digunakan dan efisiensi jenis carrier yang digunakan. Teknologi EDGE juga mendukung evolusi menuju generasi ketiga (sistem IMT-2000) seperti untuk sistem UMTS (Universal Mobile Telephone System) dengan mengimplementasikan beberapa perubahan di jaringan yang nantinya akan diimplementasikan di generasi ketiga (3G).
Teknologi EDGE merupakan pengembangan dari teknologi General Packet Radio Service (GAS) dan juga teknologi High Speed Circuit Switched Data (HSCS) yang sudah diimplementasikan dibeberapa operator GSM di dunia. Layanan ini dapat mentransmisikan data dengan kecepatan yang lebih tinggi pada posisi dekat dengan Base Station dengan menggunakan Eight Phase Shift Keying (8PSK) yang merupakan pengembangan dari Gaussian Minimum Shift Keying (GMSK).
Modulasi 8PSK dapat beradaptasi dengan mudah untuk menawarkan data rate yang lebih tinggi pada posisi dekat dengan BTS. Layanan ini dapat menawarkan data rate 48 Kbps per timeslot dibandingkan pada teknologi GPRS yang hanya 14 Kbps dan 9,6 Kbps pada HSCSD. Dan jika digunakan konfigurasi 8 timeslot maka data rate yang ditawarkan hingga 384 2 Kbps.

Enhanced data for global evolution (EDGE) is a high-speed mobile data standard, intended to enable second-generation global system for mobile communication (GSM) and time division multiple access (TDMA) networks to transmit data up to 384 kilobits per second (bps) EDGE provides speed enhancements by changing the type of modulation used and making a better use of the carrier currently used EDGE also provides an evolutionary path to third-generation IMT 2000-compliant systems, such as universal mobile telephone systems (UMTS), by implementing some of the changes expected in the later implementation in third generation systems.
EDGE built upon enhancements provided by general packet radio service (GAS) and high-speed circuit switched data (HSCS) technologies that are currently being tested and deployed It enables a greater data-transmission speed to be achieved in good conditions, especially near the base stations, by implementing an eight-phase-shift keying (8 PSG) modulation instead of Gaussian minimum-shift keying (GMSK).
8PSK modulation automatically adapts to focal radio conditions, offering the fastest transfer rates near to the base stations, in good conditions. It offers up to 48 7Kbps per channel, compared to 14 Kbps per channel with GPRS and 9.6 Kbps per channel for GSM. By also allowing the simultaneous use of multiple charmers, the technology allows rates of up to 384 Kbps, using all eight GSM channels.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Hasan Basri
"Sistim komunikasi bergerak (GSM) mempunyai perkembangan yang sangat pesat, sehingga operator GSM dituntut untuk menambah kapasitas jaringannya dengan cepat.
Pada sisi BSS (Base Station Sub System), penambahan kapasitas berarti penambahan frekuensi. Semakin banyaknya BTS (Base Tranceiver Station), akan menyulitkan perencanaan frekuensinya, karena terbatasnya kanal frekuensi yang ada. Dengan hanya memiliki 37 kanal frekuensi, maka sering terjadi co-channel maupun adjacent channel, yang berakibat menurunnya kualitas jaringan itu sendiri.
SPH (Synthesizer Frequency Hopping) merupakan solusi bagi kebanyakan operator GSM, Karena dengan ini tingkat interferensi dapat ditekan, dan mempermudah dalam perencanaan frekuensinya. Sehingga masalah kapasitas dan kualitas bisa diatasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S39250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arip Rahman
"Saat ini masyarakat pengguna pelayanan seluler semakin meningkat, bahkan diperkirakan mencapai 1,9 milyar pelanggan yang tersebar di seluruh dunia. Kepentingan untuk dapat melakukan komunikasi kapanpun dan dimanapun tanpa batasan, menyebabkan semakin meningkatnya trafik panggilan. Peningkatan trafik ini terjadi disebabkan oleh semakin banyaknya user yang menggunakan layanan seluler sedangkan kanal yang disediakan oleh provider terbatas, akibatnya banyak user yang mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi.
Oleh karena itu, trafik yang tinggi ini menjadi masalah yang perlu ditindak-lanjuti agar dapat memberikan pelayanan yang baik bagi user. Salah satu solusi bagi daerah yang padat kapasitasnya, dibangunlah kombinasi sistem jaringan sel mikro dan sel makro. Penambahan kapasitas berarti penambahan frekuensi. Semakin banyak BTS akan menyulitkan dalam perencanaan frekuensi. Dengan terbatasnya frekuensi ini sering terjadi co-chanel dan adjacent interferensi. Strategi yang diterapkan untuk kebanyakan operator GSM adalah dengan menerapkan synthesizer frequency hopping yang dapat menekan tingkat interferensi.
Pada Tugas Akhir ini akan membahas mengenai implementasi retune frekuensi pada jaringan GSM untuk pelayanan wilayah Bandung. PT. Telkomsel menerapkan strategi SFH 3/3 untuk meningkatkan kualitas jaringan dan mengoptimalkan kapasitas jaringan. Strategi ini diterapkan dengan penambahan MAL 74 dan 75 yang diimplementasikan di beberapa site area wilayah Bandung. Setelah diimplementasikan strategi ini didapatkan peningkatan kualitas jaringan yang ditunjukan dengan meningkatnya: RX level, RX Qual, SQI, dan meningkatnya parameter kesuksesan handover (HOSR) dan peningkatan SDSR.

Nowadays, the user of cellular technology is growing up, predicted to 1,9 billion user within this world. Making communication whenever and wherever without boundary, makes the communication traffic increase. The increasing of the traffic because of the escalation of user which is using the cellular network, but the channel from the providers is limited, so that many user got failure to make the communication.
The very high traffic is becoming problem that needs improvement to give the best serve for the user. One of the solution for the high capacity is making combination of micro cell and macro cell. Adding the capacity means adding frequency. The more BTS will complicate the frequency planning. With the limit of the frequency, recently cochannel and adjacent interference happens. Strategic that make from the GSM provider is making synthesizer frequency hopping which is decrease the interference.
This final project is about implementation of frequency retune on GSM network in Bandung area. PT. Telkomsel use the strategy of SFH 3/3 to increase the quality of network and optimize the network capacity. This strategy is made by adding MAL 74 and 75 that implemented for some site at Bandung area. After implementation of this, the network quality is increase which is shown by the increasing of : RX level, RX Qual, and the increase of handover success parameter (HOSR) and the increase of SDSR.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Puspitasari
"Persaingan industri telah mengakibatkan perusaoan-perusahaan rnenjadi lebih folcus kepada pelanggannya (customer-oriented). Kepuasan pClE|.1'lgg3Il menjacli tujuan dari setiap perusahaan karena pelanggan yang merasa puas diyakini memiliki kecenderungan untuk membeli kembali, mempromosikan ke orang lain, dan menjadi lebih loyal.
Salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia adalah telekomunikasi selular. Jumlah operator selular terus bertambah, baik GSM maupun CDMA. Walaupun Telkomsel masih menguasai pangsa pasar di Indonesia, perlu dikembangkan strategi-strategi baru untuk meningkatkan kepuasan pelanggan supaya Telkomsel tetap menjadi operator selular terbesar di Indonesia.
Karena Salah satu pertimbangan utama pelanggan dalam memilih operator selular didasari oleh perfomna jaringan yang dimiliki operator tersebut, maka penelitian ini akan memfokuskan pada kepuasan pelanggan terhadap performs jaringan. Penelitian juga dibatasi hanya mengukur kepuasan pelanggan untuk komunikasi suara dan SMS di area Jabotabek, mengingat itulah jenis komunilcasi yang paling sering dilakukan pelanggan di Jabotabek.
Pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode SERVPERF. Selain menilai kualitas jaringan, pelanggan juga diminta memberikan penilaian terhadap kesesuian tarifdibandingkan dengan kualitas yang mereka rasakan. Lalu, untuk memastikan Telkomsel tidak melakukan strategi yang sia-sia, pelanggan jug:-1 ditanyakan apa yang rnenjadi keinginan mereka. Pengidentifikasian keinginan pelanggan dilakukan berdasarkan model Kano.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perfonna jaringan untuk kornunikasi suara dan SMS dapat diukur clari lima dimensi, yaitu kualitas transmisi suara di dalam ruangan, kualitas transmisi SMS, kualitas transmisi suara di Iuar ruangan dengan sesama pelanggan Telkomsel dan pengguna PSTN, kualitas transmisi suara di luar ruangan dengan pelanggan operator lain, dan kualitas cakupan jaringan- Dimensi dengan tingkat kepuasan terendah adalah dimensi kualitas transmisi suara di dalam ruangan dan dimensi kualitas cakupan jaringan. Hasil analisis regresi juga menunjukkan kedua dimensi inilah yang secara signifikan mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap keseluruhan performa jaringan. Hasil pengolahan model Kano semakin menguatkan hal ini, dimaria pelnggan menganggap peningkatan perfomua jaringan di dalam ruangan sebagai must-be requirements.

The competitive market has forced many companies to be more customer-oriented. Delivering customer satisfaction has become the objective for many companies because they believe that customer satisfaction can lead to repeat purchasing, favorable word-of-mouth publicity, and increase customer loyalty.
One of the industries that have growth rapidly in Indonesia is the cellular telecommunication industry. There are more cellular operators now, both GSM and CDMA. Even though Telkomsel has been the biggest cellular operator in Indonesia, it still needs new strategies to improve the customer satisfaction if Telkomsel wants to maintain its position in the market.
Realizing that most customers emphasized the network perfonnance in choosing cellular operator, this research focused in measuring the customer satisfaction of Tellcomsel’s network performance. The evaluation was based on the use of two types of communication mostly done by the customers in Jabotabek: voice and short messages (SMS) communication in the Jabotabek area.
The measurement of customer satisfaction was done using the SERVPERF method- After evaluating the network performance, the customers were also asked to state their satisfaction regarding the appropriateness of the telecommunication tariff compared to the received quality. Furthermore, to help Telkomsel develop an effective strategy for improving the satisfaction for overall network perfonnance, the customers were also asked about their wants or requirements. The identification of customers wants was done based on Kano's model.
The result showed that the voice and SMS communication could be measured from five dimensions: the quality of indoor voice transmission, the quality of SMS transmission, the quality of outdoor voice transmission with other Telkomsel's customers and PSTN users, the quality of outdoor voice transmission with other operators customers, and the quality of network coverage. The dimensions with the lowest satisfaction score were the quality of indoor voice transmission and the quality of network coverage. The regression analysis also showed that these two dimensions were significantly affecting the satisfaction for overall network performance. This result was also supported with the Kano's model, where customers considered the improvement of indoor network performance a must-be requirement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4560
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halomoan, David Sutrisno
"Perkembangan teknologi telekomunikasi telah mencapai generasi ke empat (4G). salah satu teknologi perintis untuk 4G adalah Long Term Evolution atau yang disingkat LTE. Pada LTE, seluruh akses telekomunikasi adalah berdasarkan IP baik itu panggilan suara maupun layanan data dan juga terdapat AMC atau Adaptive Modulation and Coding yang akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi kanal transmisi yang ditandai dengan parameter CQI. Skripsi ini mensimulasikan kualitas suara pada saat layanan panggilan suara dilakukan pada keadaan kanal yang berbeda-beda dan pada modulasi yang berbeda-beda (QPSK, 16QAM, dan 64QAM). berdasarkan simulasi dan survey kepada 20 orang responden didapatkan hasil bahwa nilai BER 7.54e-6 adalah nilai batas terburuk sebuah BER pada layanan panggilan suara.

The development of telecommunication technology has reached its fourth generation (4G) where Long Term Evolution (LTE) is one of its pioneering technology. In LTE, all communications are IP Based including voice call. There is also Adaptive Modulation and Coding (AMC) in LTE where the modulation scheme and channel coding are adaptive to channel condition which is indicated by CQI (Channel Quality Indicator). This work simulates the quality of voice call on different modulation scheme (QPSK, 16QAM, and 64QAM) in different CQI. Simulation and survey to 20 respondents yield that BER of 7.54e-6 is the worst limit for voice call service."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>