Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1137 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Her Suganda
Bandung: Kiblat Utama, 2006
306 HER k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hamidi
Djakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1988.
394.4 MUH t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Mahatma Ridhotullah
"Kampung Gentur adalah perkampungan yang di dalamnya terdapat banyak pesantren tradisional yang masih berpegang teguh dengan sistem pendidikan tradisional. Peranan pesantren masih berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan keberagamaan masyarakat, terlebih pada aspek nilai, norma, tradisi, dan ajaran. Penelitian ini akan mengangkat tradisi yang ada di Masyarakat Kampung Gentur yaitu tradisi-tradisi yang ada di Kampung Gentur dan faktor yang menyebabkan masih bertahannya tradisi tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis-deskriptif. Adapun teori yang digunakan adalah teori Etnosain. Dalam Penelitian ini ditemukan bahwa tradisi Kampung Gentur yaitu tradisi membaca selawat, tradisi manaqiban, tradisi berziarah, dan tradisi haul. Di samping itu, ada sikap apatis atau tidak peduli terhadap politik, juga menjadi ciri kampung ini. Ada pula nilai positif yang masih dipegang teguh masyarakat, yaitu patuh kepada ustaz atau Kiai, zuhud terhadap dunia, dan menghargai semua orang dengan perlakuan yang sama atau egaliter. Tradisi dan nilai-nilai tersebut masih bertahan karena adanya kharisma dari Mama Gentur, Aang Nuh, Kiai, dan ajaran pesantren-pesantren yang ada di kampung tersebut.

Gentur Village is a village in which there are many traditional Islamic boarding schools that still adhere to the traditional education system. The role of Islamic boarding schools still influences all aspects of the religious life of the community, especially on aspects of values, norms, traditions, and teachings. This study will explore the traditions that exist in the Gentur Village Community, namely the traditions that exist in Gentur Village and the factors that cause these traditions to persist. The research method used in this paper is a qualitative method with a descriptive-analytic approach. The theory used is the theory of ethnoscience. In this study, it was found that the traditions of Gentur Village are the tradition of reading selawat, the manaqiban tradition, the pilgrimage tradition, and the haul tradition. In addition, there is apathy or indifference towards politics, which also characterizes this village. There are also positive values ​​that are still firmly held by the community, namely being obedient to the cleric or cleric, zuhud towards the world, and respecting all people with the same or egalitarian treatment. These traditions and values ​​still survive because of the charisma of Mama Gentur, Aang Nuh, the Kiai, and the teachings of the Islamic boarding schools in the village."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Mahatma Ridhotullah
"Kampung Gentur adalah perkampungan yang di dalamnya terdapat banyak pesantren tradisional yang masih berpegang teguh dengan sistem pendidikan tradisional. Peranan pesantren masih berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan keberagamaan masyarakat, terlebih pada aspek nilai, norma, tradisi, dan ajaran. Penelitian ini akan mengangkat tradisi yang ada di Masyarakat Kampung Gentur yaitu tradisi-tradisi yang ada di Kampung Gentur dan faktor yang menyebabkan masih bertahannya tradisi tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis-deskriptif. Adapun teori yang digunakan adalah teori Etnosain. Dalam Penelitian ini ditemukan bahwa tradisi Kampung Gentur yaitu tradisi membaca selawat, tradisi manaqiban, tradisi berziarah, dan tradisi haul. Di samping itu, ada sikap apatis atau tidak peduli terhadap politik, juga menjadi ciri kampung ini. Ada pula nilai positif yang masih dipegang teguh masyarakat, yaitu patuh kepada ustaz atau Kiai, zuhud terhadap dunia, dan menghargai semua orang dengan perlakuan yang sama atau egaliter. Tradisi dan nilai-nilai tersebut masih bertahan karena adanya kharisma dari Mama Gentur, Aang Nuh, Kiai, dan ajaran pesantren-pesantren yang ada di kampung tersebut.

Gentur Village is a village in which there are many traditional Islamic boarding schools that still adhere to the traditional education system. The role of Islamic boarding schools still influences all aspects of the religious life of the community, especially on aspects of values, norms, traditions, and teachings. This study will explore the traditions that exist in the Gentur Village Community, namely the traditions that exist in Gentur Village and the factors that cause these traditions to persist. The research method used in this paper is a qualitative method with a descriptive-analytic approach. The theory used is the theory of ethnoscience. In this study, it was found that the traditions of Gentur Village are the tradition of reading selawat, the manaqiban tradition, the pilgrimage tradition, and the haul tradition. In addition, there is apathy or indifference towards politics, which also characterizes this village. There are also positive values that are still firmly held by the community, namely being obedient to the cleric or cleric, zuhud towards the world, and respecting all people with the same or egalitarian treatment. These traditions and values still survive because of the charisma of Mama Gentur, Aang Nuh, the Kiai, and the teachings of the Islamic boarding schools in the village."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Megaswara
"Penelitian ini adalah untuk memahami tentang bagaimana masyarakat Kp. Lampegan dapat bertahan dari tidak terjadinya konflik terbuka, menyangkut masalah tradisi ngabagi salawat. Ngabagi salawat sendiri adalah suatu tradisi yang dilakukan oleh keluarga duka, dengan cara membagi-bagikan uang dan beras kepada setiap warga yang hadir ke pemakaman. Hal ini disatu sisi seolah membebani keluarga duka, yang baru saja ditimpa musibah meninggal. Kemudian konflik pun mulai muncul disaat warga pendatang, khususnya yang memiliki norma budaya yang berbeda serta bertolak belakang dengan tradisi ngabagi salawat mulai merasakan keberatannya atas tradisi ini. Anggapan bahwa tradisi ini adalah tradisi yang bid?ah/sesat serta merugikan, seringkali muncul dari warga pendatang yang memiliki budaya berbeda serta bertolak belakang dengan tradisi ngabagi salawat ini. Bersinggungannya dua budaya berbeda ini, pada awalnya dianggap akan mampu mencetuskan suatu konflik terbuka, namun hingga pada akhirnya didapatkan suatu fakta dari daerah penelitian Kp. Lampegan bahwa ternyata konflik tidak harus berujung menjadi permusuhan maupun menjadi sebuah konflik terbuka. Dan dari penelitian ini akan terlihat bagaimana masyarakat Kp.Lampegan kemudian berhasil berintegrasi dengan baik walaupun berada dalam perbedaan norma kebudayaan serta perbedaan pemahaman. Rasa Toleransi, adaptasi yang tinggi serta solidaritas antar sesama menjadi kunci atas keharmonisan yang mampu terjalin ditengah perbedaan yang sensitif, disamping pada kenyataannya tradisi ngabagi salawat itu sendiri merupakan fungsi dari pertukaran sosial bagi warganya.

This research is to understand how people Kp. Lampegan can withstand the absence of overt conflict, a matter of tradition ngabagi salawat. Ngabagi salawat itself is a tradition that is carried by a family funeral, which is handing out money and rice to every citizen who attended the funeral. It is as if a burden on one side of the family in grief, misfortune befalls you just died. Then the conflict began to emerge when immigrant population, especially those with different cultures and traditions contrary to ngabagi salawat begin to feel the objections to this tradition. Assumption that this tradition is the tradition of heresy / false and harmful, often emerge from migrants who have different cultures and traditions in contrast to this salawat ngabagi. These two different conduct norm cultures that meet together, were initially considered to be capable of sparking an open conflict, and eventually obtained a fact of Kp research areas. Lampegan that the conflict was not necessarily culminate into an open conflict. And from this study will look into how people of Kp.Lampegan then successfully integrate well despite being in the understanding of cultural norms differences and differences. Sense of tolerance, high adaptability and solidarity between the members to be able to lock the harmony that existed in the middle of sensitive differences, besides the fact that ngabagi salawat tradition is itself as a function of social exchange for its people."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30790
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Muna termasuk salah satu pula di gugusan selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan data arkeologi yang berupa lukisan gua. Selain lukisan gua, terdapat tinggalan-tinggalan dari masa Islam yang berupa makam-makam kuna.."
BARK 10 (1-1) 1989 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Dinar Rahmani Hakim
"ABSTRAK
Multikulturalisme merupakan salah satu isu penting dalam masyarakat majemuk yang menekankan toleransi dan penerimaan terhadap kelompok lain. Multikulturalisme turut menyiratkan kehendak untuk membawa semua ekspresi kebudayaan dalam struktur yang seimbang dan mampu mengatasi permasalahan ekslusivitas yang dapat memicu konflik. Studi ini melihat praktik keberagaman yang diakomodasikan melalui even kesenian berupa Grebeg Sudiro sebagai identitas bersama komunitas Sudiroprajan. Merujuk pada kajian sebelumnya yang membahas akomodasi keberagaman melalui intervensi pemerintah,
penelitian ini melihat sisi lain yang jarang diurai dalam studi sebelumnya yakni kesadaran kolektif. Melalui metode kualitatif, penelitian ini menemukan bahwa kesadaran kolektif komunitas Sudiroprajan secara positif mendorong terciptanya Grebeg Sudiro. Kesadaran kolektif terbangun melalui nilai-nilai kebersamaan, pengalaman, relasi dan kepercayaan antar anggota dalam komunitas Sudiroprajan sehingga Grebeg Sudiro sebagai even kesenian yang hanya terjadi setahun sekali dapat menjadi praktik keberagaman yang kuat. Grebeg Sudiro sekaligus menjadi simbolisasi komunitas untuk membangun kembali citra kampung sebagai kampung pembauran Sudiroprajan.

ABSTRACT
Multiculturalism is one of the most important issues in a compound society that emphasizes tolerance and acceptance of other groups. Multiculturalism also implies the will to bring all cultural expressions into a balanced structure and able to address the problems of exclusivity that can trigger conflict. This study saw the practice of diversity that was accommodated through the art event of Grebeg Sudiro as a shared identity of the Sudiroprajan community. Referring to previous studies discussing accommodation of diversity through government intervention, this study saw the other side that is rarely disraveled in the previous study of collective consciousness. Through qualitative methods, the study found that the collective consciousness of the Sudiroprajan community led positively to the creation of Grebeg Sudiro. Collective consciousness awakens through the values of togetherness, experience, relationships and beliefs between members in the Sudiroprajan community so that Grebeg Sudiro as an art event that happens only once a year can be a strong practice of diversity.
Grebeg Sudiro also became the symbolization of the community to rebuild the image of Kampung as Sudiroprajan intermingling."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifatun Nada Hassanal Fajriy
"Sense of place yakni sebuah ikatan antara manusia dengan tempat yang berdasarkan pengalaman inderawi, dapat ditemukan melalui perpaduan antara penataan fisik (physical setting), aktivitas (activity) dan makna (meaning). Sense of place dapat digunakan untuk melihat dan memahami suatu tempat secara holistik, terlebih terhadap tempat ataupun kawasan yang memiliki nilai sejarah atau budaya. Tradisi budaya batik sudah menjadi salah satu bagian budaya di Pekalongan bahkan di Indonesia. Dengan budaya yang sudah turun temurun dan berkembang, terbentuklah sebutan kampung batik untuk perkampungan dengan mayoritas warganya pengrajin batik. Salah satunya Kampung Batik Kauman Pekalongan. Kawasan Kampung Batik Kauman termasuk dalam kawasan pusaka di Kota Pekalongan. Kawasan ini memiliki tradisi budaya batik yang kental dan masih meninggalkan bukti bangunan zaman Kolonial Belanda yang dahulu digunakan untuk produksi batik. Sebagai kampung wisata, Kampung Batik Kauman ini belum memiliki showroom batik bersama. Karena itu, Paguyuban Kampung Batik Kauman (PKBK) mengadaptasi salah satu bangunan kuno yaitu Omah Lawang Sanga yang difungsikan sebagai showroom batik bersama dan destinasi wisata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sense of place dengan dipengaruhi budaya batik dalam adaptasi Omah Lawang Sanga di Kawasan Kampung Batik Kauman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang disampaikan secara deskriptif naratif, yang digunakan untuk memperoleh gambaran secara detail mengenai sense of place terhadap objek skripsi yang diangkat. Pengumpulan data dilakukan dengan proses kajian literature (studi pustaka), wawancara, pengamatan, dan observasi/penelusuran di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sense of place di Kampung Batik Kauman tergolong tinggi, dikarenakan identitas tempat dan identitas masyarakat sudah kuat dari sejarah leluhur akan budaya batik. Lalu karakteristik kawasan yang banyak ditemui bangunan zaman kolonial dengan sejarah sebagai rumah tinggal pengrajin batik. Dan hal yang tidak kalah penting adalah kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk melestarikan tradisi budaya batik sebagai dasar pengembangan kawasan.

Sense of place, which is a relationship between humans and places based on sensory experience, can be found through a combination of physical settings (penataan fisik), activity (aktivitas) and meaning (makna). Sense of place can be used to see and understand a place holistically, especially to places or areas that have historical or cultural values. The cultural tradition of batik has become a part of the culture in Pekalongan and even in Indonesia. With a culture that has been passed down from generation to generation and developed, the term batik village was formed for a village where the majority of its citizens are batik craftsmen. One of them is Kauman Batik Village, Pekalongan. The Kauman Batik Village area is included in the heritage area in Pekalongan City. This area has a thick cultural tradition of batik and still leaves the Dutch Colonial era buildings used for batik production. As a tourist village, Kampung Batik Kauman does not yet have a joint batik showroom. Therefore, the Kauman Batik Village Association (PKBK) adapted one of the ancient buildings, namely Omah Lawang Sanga, which functioned as a joint batik showroom and tourist destination.
This study aims to determine how the sense of place with the influence of batik culture in the adaptation of Omah Lawang Sanga in the Kauman Batik Village area. This study uses a qualitative method that is delivered in a descriptive narrative, which is used to obtain a detailed description of the sense of place for the object of the thesis that is raised. Data was collected by means of a literature review process, interviews, observations, and searches in the field. Based on the results of the study, it shows that the sense of place in Kampung Batik Kauman is classified as high society, because the identity of the place and has been strong from the ancestral history of batik culture. Then the characteristics of the area where many colonial era buildings are found with a history as a residence for batik craftsmen. And what is no less important is the awareness and responsibility of the community for the batik cultural tradition as the basis for regional development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015
839.6 MET
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>