Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100812 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yolazenia
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Infeksi cacing dan atopi akan meningkatkan respon Th2. Pada infeksi cacing terjadi peningkatan IgE poliklonal yang dapat menekan atopi. Hipotesis tentang adanya efek proteksi dari infeksi cacing terhadap atopi telah lama menjadi kontroversi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara infeksi cacing dan atopi pada ibu hamil di daerah endemis filariasis. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Sebanyak 286 orang ibu hamil dari daerah endemis filariasis, Kelurahan Jati Sampuma dan Jati Karya, Bekasi, diperiksa tinja untuk infeksi cacing usus, dan serologi Immunochromatographic test untuk infeksi filaria (Wuchereria bancrofi). Atopi pada ibu hamil dilihat dari Skin prick test yang positif dan riwayat alergi. ELISA digunakan untuk menentukan kadar IgE total, dan pengisian kuesioner untuk menilai status sosial ekonomi, pendidikan, dan riwayat alergi.
Hasil : Ada kecenderungan bahwa infeksi cacing (filaria dan atau cacing usus) mempunyai efek proteksi terhadap atopi (OR = 0,63 (95%CI: 0,37-1,08); P=0,09). Kadar IgE total rata-rata paling tinggi pada infeksi cacing filaria dengan prosentase atopi paling rendah (OR=0,51), diikuti oleh subjek yang terinfeksi cacing usus (4R=0,76) dan subjek tanpa infeksi cacing kadar IgE total rata-ratanya paling rendah dengan prosentase atopi paling tiriggi (DR=1,58). Infeksi cacing lebih banyak ditemukan pada sosial ekonomi dan pendidikan kurang, tetapi tidak terdapat perbedaan kasus atopi pada sosial ekonomi dan pendidikan baik dibanding kurang. Dengan mengontrol variabel sosial ekonomi, pendidikan, infeksi cacing usus, infeksi cacing campur (cacing usus dan atau filaria) dan kadar IgE total terdapat perbedaan bermakna kasus atopi pada ibu hamil yang terinfeksi filaria dengan tidak terinfeksi (DR=0,45, 95%CI(0,21-0,98); p=0,04).
Kesimpulan : Infeksi cacing (terutama filaria) mempunyai efek proteksi terhadap atopi pada ibu hamil di daerah endemis filariasis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Oktavia
"Infeksi cacing usus yang ditransmisikan melalui tanah (Soil-transmitted helminthes, STH) yang terdiri dari Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang, masih sering ditemukan dalam masyarakat. Penyebaran infeksi cacing usus STH terjadi apabila adanya kontak dengan tanah yang terkontaminasi telur cacing, sehingga kebiasaan mencuci tangan memiliki peran dalam terjadinya infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan angka kejadian infeksi cacing usus STH dengan kebiasaan mencuci tangan siswa di SDN 09 Pagi Paseban. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada tanggal 8-10 Desember 2010 dengan meneliti 114 sampel feses siswa SDN 09 Pagi Paseban yang telah mengisi kuisioner.
Hasil menunjukkan 13 siswa (11,4%) terinfeksi dan 101 siswa (88,6%) tidak terinfeksi kecacingan, dengan infeksi Ascaris terbanyak yaitu sebanyak 8 (8,8%) orang siswa. Pada uji Fisher diketahui terdapat hubungan yang bermakan antara variabel kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan angka kejadian infeksi kecacingan (p=0,007) dan tidak terdapat hubungan bermakna antara variabel kebiasaan mencuci tangan selesai bermain (p=0,729). Sebagai kesimpulan, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah bermain berhubungan dengan angka kejadian infeksi usus STH pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tahun 2010.

Intestinal worm infection caused by soil-transmitted helminthes that consists of Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, and hookworm, still can be found in population. Soiltransmitted helminthes infection happens by contacting with soil that is infected by worm eggs, so the hand washing having have important role in spreading an infection. The objective of this study was to identify the association between soil-transmitted helminthes (STH) infection and hand wasing habits in students of elementary school 09 Pagi Paseban. This study used cross-sectional design. The data was taken on December 8-10, 2010, by identifying 114 feses sampels of the students of elementary school 09 Pagi Paseban who had filled the questionnaire.
The result shows 13 students (11,4%) were infected, and 101 students (88,6%) were not infected. Most of infection was caused by Ascaris lumbricoides, and was found in 8 students (8,8%). The Fisher test showed there is significant difference between the habits handwashing before eating with the number of soil-transmitted helminthes infection (p= 0.007) and there is no significant difference between the habits handwashing after playing with the number of soil-transmitted helminthes infection (p= 0.729) . As a conclusion, the habits handwashing before eating and after playing were related to the number of soil-transmitted helminthes infection in the students of elementary school 09 Pagi Paseban in 2010.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Afifah Putri Handayani
"ABSTRAK
Cacingan merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama pada anak. Pengetahuan mengenai cacingan, penting untuk melakukan pencegahan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan murid sekolah dasar (SD) mengenai morfologi dan siklus hidup T. trichiura. Penelitian ini menggunakan desain pre-post study dengan intervensi penyuluhan. Data diambil pada 17 Desember 2011 di SD X Bantar Gebang, Bekasi. Subjek penelitian yang diberikan penyuluhan mengenai morfologi dan siklus hidup T. trichiura berjumlah 60 orang (populasi total). Pengetahuan diukur menggunakan kuesioner pre-test dan post-test yang berisi lima pertanyaan tentang morfologi dan siklus hidup T. trichiura. Data diolah dengan program SPSS versi 20.0 dan dianalisis menggunakan uji marginal homogeneity dan Wilcoxon. Subjek penelitian berusia 9-13 tahun, terbanyak berusia 11 tahun yaitu 25 murid (41,7%). Sebelum penyuluhan, 52 subjek (86,7%) memiliki pengetahuan kurang dan 8 (13,3%) memiliki tingkat pengetahuan sedang. Sesudah penyuluhan, terdapat 30 subjek (50%) dengan tingkat pengetahuan kurang, 20 (33,3%) sedang, dan 10 (16,7%) dengan pengetahuan baik. Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,001) antara tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat tiga pertanyaan memberikan perbedaan bermakna, sedangkan dua pertanyaan tidak. Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan mengenai morfologi dan siklus hidup T. trichiura pada murid SD.

ABSTRACT
Helminthiasis is Indonesia's public health problem, especially in children. Knowledge has an important role in preventing helminthiasis. This study?s purpose is to know the effectivity of health education for improving elementary student's knowledge about T. trichiura's morphology & life cycle. The design used is a pre-post study with health education as intervention. The data are collected at 17th December 2011 in SD X Bantar Gebang, Bekasi. The subjects, given education about morphology and life cycle of T. trichiura, are 60 people (total population). Knowledge is measured by pre-test and post-test including five questions about T. trichiura's morphology & life cycle. The data are analyzed with SPSS ver. 20.0 using marginal homogeneity and Wilcoxon test. Subjects varied from 9-13 y.o, with majority of 11 y.o (25 students/41,7%). Before intervention, 52 subjects (86,7%) have poor knowledge and 8 (13,3%) have fair knowledge. After intervention, 30 subjects (50%) have poor knowledge, 20 (33,3%) have fair, and 10 (16,7%) have good knowledge. Marginal homogeneity showed, there's a significant difference (p<0,001) between before and after intervention. Wilcoxon test showed that there are three questions with significant difference. In conclusion, health education is effective for improving elementary students-knowledge about T. trichiura's morphology & life cycle.
"
2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfianti
"Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak, khususnya usia sekolah dasar adalah penyakit infeksi kecacingan, yaitu 40-60 %. Penyakit kecacingan terkait dengan kebiasaan mencuci tangan. MI Al Istiqomah merupakan salah satu sekolah di daerah Kedaung Wetan Tangerang dengan angka kecacingannya tinggi yaitu sebesar 34 % jumlah cacing Ascaris dan 18 % cacing Trichuris. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku mencuci tangan memakai sabun pada siswa-siswi kelas 3, 4 dan 5 MI Al Istiqomah dan SDN Kedaung Wetan Baru 2, Kota Tangerang Tahun 2008. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2008 dengan menggunakan desain penelitian crosssectional.
Jumlah sampel penelitian adalah 164 siswa dari MI Al Istiqomah dan SDN Kedaung Wetan Baru 2. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi gambaran sekolah, jenjang kelas, jenis kelamin, karakteristik keluarga, tingkat keterpaparan informasi kesehatan, kebijakan sekolah dan pemanfaatan fasilitas mencuci tangan di sekolah serta perilaku (pengetahuan, sikap dan praktik), sedangkan data sekunder meliputi data tentang angka kecacingan di MI Al Istiqomah, informasi lisan tentang kasus infeksi kecacingan di daerah Kedaung Wetan, data tentang gambaran umum MI Al Istiqomah dan SDN Kedaung Wetan Baru 2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku mencuci tangan anak berdasarkan jenjang kelas (p value = 0,0001). Ada perbedaan perilaku mencuci tangan anak berdasarkan jenis kelamin (p value = 0,0001). Ada perbedaan perilaku mencuci tangan anak berdasarkan pekerjaan ibu (p value = 0,025). Ada perbedaan perilaku mencuci tangan anak berdasarkan kebiasaan orangtua (p value = 0,0001). Ada perbedaan perilaku mencuci tangan anak berdasarkan tingkat keterpaparan informasi kesehatan (p value = 0,0001). Ada perbedaan perilaku mencuci tangan anak berdasarkan kebijakan sekolah (p value = 0,012). Ada perbedaan perilaku mencuci tangan anak berdasarkan pemanfaatan fasilitas (p value = 0,002).
Saran pada penelitian ini diantaranya adalah untuk Dinas Kesehatan Kota Tangerang agar bekerjasama dengan puskesmas-puskesmas mendistribusikan posterposter kesehatan ke sekolah-sekolah dasar terutama sekolah-sekolah di daerah yang rawan penyakit, untuk puskesmas Kedaung Wetan Tangerang agar bermitra dengan pihak swasta (Misalnya : PT Unilever) dalam penyediaan sarana mencuci tangan memakai sabun di sekolah-sekolah dasar, untuk Dinas Pendidikan dan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kecamatan Neglasari agar membantu sekolah-sekolah dasar dalam pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) di sekolah, dan untuk MI Al Istiqomah serta SDN Kedaung Wetan Baru 2 agar program pemberantasan penyakit cacing dapat dipertim bangkan untuk dimasukkan kedalam program Usaha Kesehatan Sekolah."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Kurniadi
"Infeksi parasit, khususnya soil-transmitted helminht (STH), adalah infeksi yang tersebar luas di dunia. Anak usia sekolah mempunyai resiko yang tinggi untuk terinfeksi dan telah dikaitkan dengan berbagai konsekuensi seperti anemia, keterlambatan pertumbuhan, dan hilangnya berat badan. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara infeksi STH dan kekurusan di anak usia sekolah. Peserta adalah anak usia sekolah kurang dari 18 tahun yang tinggal di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur. Data demografis diperoleh dan deteksi infeksi STH dalam tinja dilakukan dengan real-time PCR. Analisa univariat dan multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara infeksi STH dan BMI, disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Dari 185 anak, 179 (96.7%) terinfeksi oleh STH. 91 anak didapatkan berada dalam kategori kurus dan sangat kurus. Infeksi Necator adalah infeksi yang paling sering (174 kasus, 94.1%), diikuti oleh Ancylostoma (24 cakasusses, 13%) and Ascaris infection (49 kasus, 26.5%). Infeksi STH tidak ditemukan, namun menunjukkan pola untuk, memiliki hubungan yang signifikan dengan kekurusan (p-value=0.089). Poliinfeksi STH tidak ditemukan memiliki perbedaan signifikan dengan monoinfeksi. Usia dan jenis kelamin tidak ditemukan berasosiasi signifikan dengan infeksi STH. Studi lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini. Studi longitudinal juga diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat pada studi ini.

Soil-transmitted helminth (STH) infection is widely distributed in the world. School-aged children are at high risk of acquiring this infection, which has been linked with various consequences such as anemia, stunting, and weight loss. This study aims to investigate the relationship between STH infection and thinness in school children. The study participants were children below 18 years living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara. The basic demographic data was taken and detection of STH infection in stool samples was done by real time PCR. Univariate and multivariate analyses were done to examine the relationship between STH infection and BMI, with age and gender as potential confounding factors. Out of 185 children, 179 (96.7%) were infected with STHs by PCR. 91 children were shown to be in the thinness and severe thinness category. Necator infection was found to be the most common infection (174 cases, 94.1%); followed by Ancylostoma (24 cases, 13%) and Ascaris infection (49 cases, 26.5%) respectively. STH infection was not, but showed a tendency, to be associated with thinness (p-value=0.089). Polyinfection of STHs did not show a significant difference with monoinfection. Age and gender were not found to be associated with STH infection. We found that there was a tendency of positive association between STH infection and thinness. Age and gender were not found to be significantly associated with STH infection. Future studies with a larger number of population are needed to confirm these results. In addition, longitudinal studies are needed to confirm the cause-effect relationship."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Kurniawan
"Infeksi cacing tanah, terutama A. duodenale tersebar luas ke seluruh dunia. Anak-anak adalah salah satu populasi yang dianggap memiliki resiko tinggi untuk terinfeksi dan mengalami komplikasi seperti kehilangan darah kronis dan malnutrisi yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang sang anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dari infeksi A. duodenale dengan kekurusan pada anak usia sekolah. Peserta riset ini adalah anak-anak yang tinggal di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur yang berusia dibawah 18 tahun. Data demografis dan antropometri diperoleh dan deteksi A. duodenale dari sampel tinja dilakukan dengan metode rtPCR. Analisis univariat dan multivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap variabel dan disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia tiap anak. Dari 185 anak, 25 anak (13.5%) menderita infeksi A. duodenale dan 94 anak (51%) berada dalam kategori kurus dan sangat kurus berdasarkan hasil z-score BMI menurut umur. Pada akhirnya kami menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara infeksi A. duodenale dengan kekurusan pada grup anak perempuan berusia ≥ 10 tahun namun tidak pada grup anak lainnya. Umur dan jenis kelamin tidak memiliki asosiasi dengan infeksi A. duodenale. Studi longitudinal dibutuhkan untuk bisa mengkonfirmasi hubungan antara infeksi A. duodenale dengan tingkat kekurusan pada anak-anak.

Soil-transmitted helminth (STH) infection, especially A. duodenale infection is distributed widely in the world. Children are one of the most susceptible populations at risk to develop complications from hookworm infection, such as chronic blood loss and malnutrition that may eventually lead to development retardation. This study aims to see the relationship between A. duodenale infection and thinness in school-aged children. Children below 18 years old living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara were examined for their demographic and anthropometric data, along with stool samples for further analysis using real time polymerase chain reaction (rtPCR). The data gathered was further analyzed using univariate and multivariate analysis between A. duodenale infection and body mass index (BMI) to age Z score with age and gender as the potential confounding factor. From 185 children, 25 (13.5%) had positive A. duodenale infection by rtPCR. 94(51%) were considered thin with BMI-to-age Z-scores (BAZ). A. duodenale was associated with thinness (p = 0.014) in female children aged above and equal 10 years old but not in the other groups. We found that A. duodenale infection was associated with thinness in older female population but not in the other population groups. Age and gender were found not to be significant with A. duodenale infection. Further longitudinal studies are needed to confirm the causal relationship between A. duodenale infection and low BMI status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Ninik Maris
"Kato-Katz sebagai teknik pemeriksaan infeksi kecacingan yang direkomendasikan WHO memiliki sensitivitas yang rendah pada intensitas infeksi yang ringan. Teknik flotasi mulai dikembangkan untuk mendapatkan teknik dengan sensitivitas yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan memodifikasi teknik flotasi, yaitu mini-FLOTAC dengan mempertahankan satu tahap sentifugasi pada prosedur FLOTAC dan membandingkan sensitivitas teknik tersebut dengan teknik Kato-Katz. Penelitian ini dilakukan pada Juni 2015-Oktober 2015 di Laboratorium Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sensitivitas, nilai duga negatif, akurasi, dan rerata jumlah telur dihitung berdasarkan hasil temuan di mikroskop dan diolah dengan rumus standar. Data perbandingan antara kedua teknik dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows dengan uji McNemar untuk analisis perbedaan dan uji Kappa untuk kesesuaian sensitivitas, serta uji Wilcoxon pada rerata jumlah telur ketiga jenis cacing.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sensivitas modifikasi mini-FLOTAC lebih tinggi dibandingkan Kato-Katz pada pemeriksaan Trichuris trichiura (94,7% vs 73,7%) dengan perbedaan signifikan (p=0,039), sedangkan pada Ascaris lumbricoides didapatkan sensitivitas setara (83,7% vs 85,7%) dan pada infeksi cacing tambang didapatkan sensitivitas yang lebih rendah (20% vs 90%) dengan perbedaan yang signifikan (p=0,039). Median jumlah telur Ascaris lumbricoides dan cacing tambang pada Kato-Katz secara signifikan lebih tinggi dibandingkan modifikasi mini-FLOTAC (p<0,0001 dan p=0,007, secara berurutan). Performa modifikasi mini-FLOTAC lebih tinggi dibandingkan Kato-Katz hanya pada infeksi Trichuris trichiura. Untuk mendapatkan alat screening yang ideal dalam satu metode untuk infeksi multipel dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Kato-Katz as a recommended technic by WHO has low sensitivity in low intensity of soil transmitted helminths (STH) infection. Flotation technic is developed for higher sensitivity technic. The purpose of this research is to modify mini-FLOTAC by adding one sentrifugation step in mini-FLOTAC procedure and then comparing the sensitivity between the technic and Kato-Katz. Data of modified mini-FLOTAC were collected from June 2015- October 2015 in the laboratory of Parasitology Department in Faculty of Medicine University of Indonesia. Sensitivity, negative predictive value, accuracy, and mean egg per gram were calculated based on microscopic examination and arranged in standard formula. The data of both modified mini-FLOTAC and Kato-Katz were analyzed using SPSS 20.0 for Windows. McNemar test were used to analyze the difference, Kappa test were used to analyze the agreement, and Wilcoxon test were used to analyze the difference of eggs per gram.
The result showed that sensitivity of modified mini-FLOTAC were significantly higher than Kato-Katz in Trichuris trichiura infection (94,7% vs 73,7%; p=0,039), but were comparable in Ascaris lumbricoides (83,7% vs 85,7%, respectively) and had significantly lower sensitivity in hookworm infection (20% vs 90%; p=0,039). Median of egg per gram for Ascaris lumbricoides and hookworm were significantly higher in Kato-Katz than modified mini-FLOTAC (p<0,0001 and p=0,007, respectively). The performance of modified mini-FLOTAC was higher than Kato-Katz in Trichuris trichiura infection. Further research is needed to find the ideal tool to screen multiple STH infection in a single diagnostic technic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlila
"Infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia balk di pedesaan maupun di daerah kumuh di perkotaan dengan prevalensi sekitar 60%-80% pada murid-murid SD dan 40%-60% untuk semua umur (Direktorat Jenderal PPM dan PLP, 1998). Walaupun tidak berakibat fatal, penyakit kecacingan berdampak cukup luas pada anak-anak antara lain malnutrisi, anemia, gangguan fungsi kognitif serta menurunkan prestasi belajar dan produktivitas pada pekerja.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor karakteristik anak, karakteristik ibu dan faktor kondisi sanitasi lingkungan terhadap infeksi kecacingan pada murid SDN RawaBadak Utara 23 dan 24, Jakarta Utara. Penelitian ini merupakan suatu studi epidemiologi " kasus kontrol " dengan jumlah sampel sebanyak 100 kasus dan 100 kontrol. Kasus adalah siswa yang menderita infeksi kecacingan, sedangkan kontrol adalah siswa yang tidak menderita kecacingan. Diagnosis untuk kasus dan kontrol dilakukan dengan cara pemeriksaan telur cacing pada tinja menggunakan metode Kato.
Hipotesis yang diajukan adalah adanya pengaruh faktor karakteristik anak, karakteristik ibu dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap infeksi kecacingan.
Dari hasil analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel higiene perorangan, kebiasaan cuci tangan ,kebiasaan main yang kontak dengan tanah, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, kondisi ekonomi orang tua dan kepemilikan jamban serta sarana air bersih dengan infeksi kecacingan pada siswa pada tingkat kemaknaan P<0,05. Sedangkan dari hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi infeksi kecacingan pada anak adalah higiene perorangan, kebiasaan cuci tangan, pengetahuan ibu, interaksi kebiasaan cuci tangan dengan higiene perorangan dan interaksi antara kebiasaan cuci tangan dengan pengetahuan ibu.
Mengingat variabel yang mempengaruhi infeksi kecacingan pada anak sangat berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang berkaitan dengan pengetahuan kesehatan, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan higiene perorangan pada murid dengan cara penyuluhan kesehatan disertai dengan pemeriksaan kebersihan diri murid secara berkala di sekolah. Juga dilakukan upaya peningkatan kebersihan lingkungan dengan cara diadakan kerja bakti secara rutin dan lomba kebersihan antar RT/RW.
Daftar bacaan : 50 (1979-2000)

Factors Which Influence Soil Transmitted Helminth Infection among Primary School Children in North Rawabadak 23 & 24, North Jakarta, 2002Soil transmitted helminths infection is still public health problems in Indonesia especially in rural areas and in slum areas of big cities with prevalence of about 60%-80% among primary school childrens and 40%-60% at all ages (Directorate General of PPM &PLP, 1998). Although harmless, helminth infection could have serious impact to children such as malnutrition, anemia, defect in cognitive function, decreasing of learning achievement and decreasing of productivity of workers.
In general the aimed of this study is to detect the impact of children's characteristic factor, mother's characteristic factor and environment sanitation towards helminth infection among students from state primary school of North RawaBadak 23 & 24, North Jakarta. This research is the case control epidemiologist study with 100 cases and 100 controls. Case is a student who is infected by soil transmitted helminth, and control is a student who is not infected. The diagnose for cases and controls is done by examining worm's eggs in feces using Kato method. The assumed hypothesis is the existence of children's characteristic influence, mother's characteristic influence and environment's sanitation condition to helminth infection.
From bivariat analysis resulting significant relation among personal hygiene variable, hand washing habit, playing habit with soil contact, mother's education level, mother's knowledge, parent's economical condition and possession of latrine and source of clean water with helminth infection among students with level of significant P < 0,05.
While from multivariate analysis resulting factors that altogether influence helminth infection e.i : personal hygiene, hand washing habit, mother's knowledge, interaction between hand washing habit and personal hygiene, and interaction between hand washing habit and mother's knowledge.
Based on the variables that influence helminth infection in children are closely related to clean and healthy life style related with knowledge about health, efforts to increase personal hygiene are necessary through health education and individual cleanliness control at school. Efforts are also done to improve the environment's cleanliness by cleanliness competitions among Rukun Tetangga's or Rukun Warp's.
References : 50 (1979 - 2000)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Hilmi Sudasman
"World Health Organization (WHO) menganjurkan integrasi program penanganan infeksi kecacingan dengan intervensi Water, Sanitation and Higiene (WASH). Jika dibandingkan dengan cakupan Kabupaten Bandung, Kecamatan Dayeuhkolot pada tahun 2015 dan 2016 masih memiliki cakupan water, sanitation and hygiene (WASH) berupa akses sarana air minum yang layak dan jamban sehat yang rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Penelitian ini merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk menganalisis sarana air minum, sanitasi dan higiene, karakteristik individu serta perilaku individu terhadap infeksi soil-transmitted helminth (STH) dengan subjek penelitian pada rumah tangga dengan anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei hingga bulan Juni 2019. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan uji laboratorium dalam pengambilan data. Hasil penelitian menunujukkan prevalensi infeksi soiltransmitted helminth (STH) pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung sebesar 9,1%. Rumah tangga yang memiliki anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung yang memiliki sarana sarana air minum unimproved sebesar 12,7%, sarana sanitasi unimproved sebesar 44,5%, sarana higiene unimproved sebesar 21,8% . Sarana air minum (p=0,001; Exp(B)= 10,11) merupakan faktor risiko dominan terhadap infeksi soil-transmitted helminth (STH) pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.

The World Health Organization (WHO) advocates the integration of programs to treat helminthiasis with the intervention of Water, Sanitation and Hygiene (WASH). When compared to the coverage of Bandung Regency, Dayeuhkolot District in 2015 and 2016 still had water, sanitation and hygiene (WASH) coverage in the form of access to decent drinking water facilities and healthy latrines which were low and tended to decline from year to year. This study is an epidemiological study that aims to analyze drinking water, sanitation and hygiene facilities, individual characteristics and individual behavior towards soil-transmitted helminth (STH) infection with research subjects in households with primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency. This research took place from May to June 2019. This study used a questionnaire and laboratory tests in data collection. The results of the study show the prevalence of soiltransmitted helminth (STH) infection in primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency, at 9.1%. Households that have primary school age children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency that have unimproved drinking water facilities at 12.7%, unimproved sanitation facilities at 44.5%, unimproved hygiene facilities at 21.8%. Drinking water facilities (p = 0.001; Exp (B) = 10.11) is the dominant risk factor for infection with soil-transmitted helminth (STH) in primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>