Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81281 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"SCS curve number GIS is developed to asses the change of run off due to land cover change in a hydrological basin. Kecamatan Harau is chosen as a basin case study...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rr Asyurati Asia
"Meningkatnya populasi lansia di dunia termasuk Indonesia merupakan dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan dan sosial ekonomi. Keadaan ini mengakibatkan bertambahnya berbagai penyakit lanjut usia termasuk gigi dan mulut. Berbagai faktor risiko yang muncul seiring proses penuaan mengakibatkan hilangnya gigi geligi. Akan tetapi faktor risiko yang paling berperan dengan kehilangan gigi di Indonesia masih belum diketahui. Tujuan penelitian ini memperoleh indeks prediksi kehilangan gigi berdasarkan faktor-faktor risiko. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol pada 208 lansia berusia >60 tahun, 82 subjek kasus dengan kehilangan gigi >12 dan 126 kontrol dengan kehilangan gigi < 12. Mayoritas subjek adalah perempuan 82,7%; usia >65 tahun 53,9%; pendidikan menengah 51,9%, kebersihan mulut sedang 51,2%, pendarahan gusi ringan 44,4%; penghasilan rendah 94,7%; periodontal indeks berat 61,2%; tekanan darah tinggi 79,8%; fungsi kognitif normal 74,5%; dugaan diabetes melitus 22,6%; perilaku baik 52,4%; kepadatan tulang normal 81,6%, kehilangan perlekatan gingiva baik 62,9%, aktivitas sehari-hari normal 90,4%. Model akhir yang didapat adalah dugaan diabetes melitus, perilaku, dugaan demensia, kehilangan perlekatan sedang dan buruk memiliki hubungan dengan kehilangan gigi pada lansia. Penelitian ini menghasilkan suatu indeks prediksi kehilangan gigi dengan faktor risiko yang paling berperan terhadap kehilangan gigi pada lansia.

The expanding population of elders in Indonesia and worldwide influenced by the advances in science and technology, especially the health and socio-economic progress. The aging process results in susceptibility to infection of the oral cavity resulting in loss of teeth. The aim of this study was to develop and test a model of tooth loss prediction index based on risk factors. A case-control study was conducted among 208 elders aged above 60 years old, 82 subjects who had lost more than 12 teeth were participated as case group while 126 subjects who had lost 12 or less teeth were participated as control group. At examination, 53.9% of participants were aged above 65 years old, with 82.7% females, 51.9% were middle educated, 51.2% have moderate oral hygiene level, 44.4% have mild level of gingival bleeding, 94.7% have low income, 61.2% have severe periodontal index, 79.8% having hypertention, 74.5% having normal cognitive function, 22.6% diabetes melitus, 52.4% having good oral health behavior, 81.6% with normal bone density, 62.9% good level of gingival attachment loss, 90.4% having normal daily activity. Logistic regression analyses demonstrated that diabetes melitus, oral health behavior, cognitive function, moderate and severe level of gingival attachment loss were associated with tooth lost. The study produced a tooth loss prediction index based on risk factors most responsible for tooth loss in elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fikri Mumtaz
"Keterbatasan sumber daya lahan akan mempengaruhi terbentuknya konversi lahan dan mengakibatkan perubahan kondisi penutupan lahan, hal ini disebabkan oleh permintaan lahan yang berbanding terbalik dengan jumlah lahan yang tersedia. Pada sektor industri terlihat adanya pertumbuhan PDRB sektor industri dari tahun 2015 ke tahun 2019 dengan kontribusi sebesar 35,22 persen. Penutupan lahan perlu ditata dan direncanakan sesuai dengan fungsi dan karakteristik lahan, sehingga tercipta ruang yang aman, produktif, dan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode CA-MC dan ANN untuk memprediksi perubahan penutupan lahan di Kabupaten Tangerang Tahun 2030. Hasil penelitian menunjukkan Kabupaten Tangerang mengalami perubahan penutupan lahan yang signifikan selama 10 tahun, dari tahun 2010-2020. Bangunan industri mengalami peningkatan seluas 3.557 Hektar, sementara itu untuk lahan sawah dan tambak mengalami penurunan luas lahan yaitu seluas 3.607 hektar dan 1.144 hektar, untuk penutup lahan lainnya mengalami perubahan berfluktuasi. Peningkatan luas lahan permukiman terjadi di daerah perbatasan antara Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang dan Tangerang Selatan. Dengan adanya peningkatan luas lahan di daerah perbatasan antara Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang, DKI Jakarta, dan Tangerang Selatan, maka akan terjadi peningkatan jumlah penduduk di daerah tersebut  Hasil prediksi menunjukkan pada penutupan lahan tahun 2030, terjadi peningkatan luas penutupan lahan permukiman dan penurunan luas lahan sawah. Hasil validasi Kappa untuk prediksi adalah 0.66. Setelah dibandingkan dengan RTRW Kabupaten Tangerang, setidaknya terdapat 51% persamaan total luas lahan dengan kawasan permukiman seluas 27.775 hektar, kawasan pertanian sebesar 20.878 hektar, daerah resapan air seluas 2.230 hektar, dan kawasan industri seluas 1.894 hektar.

Limited land resources will affect the formation of land conversion and result in changes in land cover conditions, this is caused by land demand which is inversely proportional to the amount of available land. In the industrial sector, there is a growth in the GRDP of the industrial sector from 2015 to 2019 with a contribution of 35.22 percent. The land cover needs to be arranged and planned according to the function and characteristics of the land, to create a safe, productive, and sustainable space. This study uses the CA-MC and ANN methods to predict land cover changes in Tangerang Regency in 2030. The results show that Tangerang Regency has experienced significant land cover changes for 10 years, from 2010 - 2020. Industrial buildings have increased by 3,557 hectares, meanwhile, for paddy fields and ponds, the land area decreased, namely 3,607 hectares and 1,144 hectares, for other land cover changes fluctuated. an increase in land area that occurs in the border area between Tangerang Regency and Tangerang City and South Tangerang. With an increase in land area in the border area between Tangerang Regency and Tangerang City, DKI Jakarta, and South Tangerang, there will be an increase in the number of residents in the area. Prediction results show that in 2030 land cover will increase land cover area and decrease paddy field area. Kappa validation result for prediction is 0.66. After being compared with the Tangerang Regency RTRW, there are at least 51% similarities in the total land area with an area of ​​27,775 hectares, an area of ​​20,878 hectares, a water catchment area of ​​2,230 hectares, and an industrial area of ​​1,894 hectares. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
JIP 41 (2013) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siregar, Indra Januar
"Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat akan menghasilkan emisi pencemar udara yaitu partikulat (PM10), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3) yang berpotensi mencemari kualitas udara di Kota Pontianak. Hasil pemantauan kualitas udara ini berupa nilai Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang berisikan nilai konsentrasi dari 5 macam parameter pencemar udara yaitu partikulat (PM10), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3). Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi antara lain dikarenakan proses konversi hutan dan lahan di beberapa daerah di Kalimantan Barat menjadi lahan perkebunan kelapa sawit serta pemahaman oleh masyarakat bahwa cara membakar hutan merupakan metode paling murah dalam melakukan pembersihan lahan (land clearing). Kebakaran hutan dan lahan dapat dideteksi dengan menggunakan teknologi penginderaan jarak jauh yaitu dengan melakukan pemantauan jumlah dan sebaran hotspot (titik panas) di wilayah Kalimantan Barat. Penelitian mengenai dampak kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat terhadap kualitas udara Kota Pontianak ini dimulai pada bulan Desember 2009 hingga bulan Mei 2010.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa semakin banyak jumlah hotspot (titik panas) yang terpantau berpengaruh terhadap kualitas udara di Kota Pontianak. Dimana faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa besar dampak dari peristiwa kebakaran hutan dan lahan terhadap kualitas udara Kota Pontianak antara lain adalah jarak hotspot dari Kota Pontianak, suhu, serta arah dan kecepatan angin. Penurunan kualitas udara Kota Pontianak sebagai akibat dari peristiwa kebakaran hutan dan lahan menyebabkan peningkatan jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan gangguan saluran pernafasan lainnya. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa walaupun nilai ISPU harian termasuk ke dalam kategori baik-sedang, terdapat beberapa jam di hari tersebut yang termasuk ke dalam katergori tidak sehat dan peristiwa peningkatan konsentrasi polutan seringkali terjadi di malam hari.

Land and forest fire at West Borneo will emit carbon monoxide (CO), particulate (PM10), sulfur dioxide (SO2), nitrogen dioxide (NO2), and ozon (O3) which are potentially damage the air quality of Pontianak City. The monitoring result will be presented in air polluted standard index (ISPU) value. This index will contain the concentrating value from 5 different air polluting parameters like those that have been mentioned above. Most of land and forest fire caused by several things such as forest and land conversion process in some areas within West Borneo into coconut tree plantation, and the lack of understanding on how to do land clearing in a very cost effective way without burning the land and forest. Land and forest fire is able to be detected by far field identification technology like monitoring the amount and the spreaded hotspot of the burning area in West Borneo. The Research about the effect of land and forest fire at West Borneo to the air quality in Pontianak City was starting in December 2009 until May 2010.
This research result then shows that the amount of the detected hotspot area will directly correlated to the air quality of Pontianak City. The distance of the detected hotspot area from Pontianak City, the temperature, the wind speed and direction are a few factors that contributes on how bad the land and forest fire caused the air pollution in Pontianak City. The degradation of air quality in Pontianak City has also made the increasing of the people who suffer upper breathing channel infection (ISPA) and other similar diseases. The research also indicates that although the daily ISPU value is categorized in middle range between good and bad, there are several hours in a single day especially in the evening where the ISPU value will be in the unhealthy range."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50574
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Sulistyo Hadi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>