Ditemukan 8876 dokumen yang sesuai dengan query
Tarrant, Naomi
London: Routledge, 1994
391 TAR d
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Amsterdam: Pepin Press, 1998
R 391.022 Pic
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Lee, Kyong-ja
Seoul: Ewha Womans University Press, 2005
KOR 390.095 19 LEE n
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Lee, Kyong-ja
Folkestone: Global Oriental, 2003
KOR 390.095 19 LEE t
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Lee, Kyung Ja
Seoul, Korea : Ewha Womans University Press, 2005
390.095 19 LEE n
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2002
691 SUN p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Dwi Febri Anti
"Konservasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah kerusakan, menghambat proses pelapukan, serta tindakan menangani koleksi yang telah mengalami kerusakan agar koleksi museum pada kondisi yang baik sesuai dengan aslinya. Penelitian ini membahas mengenai konservasi terpadu yang dilakukan pada pamor keris sebagai warisan budaya tak benda. Mengingat pentingnya pelestarian dilakukan, konservasi mengenai pamor masih jarang dibahas, bilah keris merupakan perwujudan dari seni teknologi tempa sehingga menghasilkan pola yang disebut pamor. Mengingat pembuatannya yang kompleks konservasi terhadap bilah keris memerlukan penanganan khusus agar konservasi yang dilakukan tidak mengubah konteks artefak atau malah merusaknya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Robert H. Sharer dan Wendy Ashmore (2010) yang terdiri dari formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengelolaan data, analisis, interpretasi dan publikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka dan perekaman data di Museum Negeri Sonobudoyo. Hasil penelitian menjelaskan bahwa peran arkeolog sebagai konservator keris, juga memperhatikan bahan-bahan penyusun pamor selain pada kerusakan keris sebagai indikator pelestarian.
Conservation is an effort made to prevent damage, inhibit the weathering process, and act to handle collections that have experienced damage so that the museum collection is in good condition according to the original. This research discusses integrated conservation carried out on the prestige of the keris as an intangible cultural heritage. Considering the importance of preserving it, conservation regarding pamor is still rarely discussed, the keris blade is an embodiment of the art of forging technology which produces a pattern called pamor. Considering the complex nature of the construction, conservation of keris blades requires special handling so that the conservation carried out does not change the context of the artifact or even damage it. This research uses the research method of Robert H. Sharer and Wendy Ashmore (2010) which consists of formulation, implementation, data collection, data management, analysis, interpretation and publication. Data collection was carried out by means of literature study and data recording at the Sonobudoyo State Museum. The results of the research explain that the role of archaeologists as keris conservators is also to pay attention to the materials that make up the prestige apart from damage to the keris as an indicator of preservation. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Siregar, Jenny Sista
"Upacara perkawinan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Kraton Yogyakarta menjadi tradisi pada masa Hamengkubuwana VII dan VIII. Busana pengantin menjadi salah satu alat meningkatkan kewibawaan sultan di Kraton Yogyakarta. Kraton Yogyakarta merupakan daerah swapradja pada masa kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda sehingga pemakaian busana pengantin mengikuti aturan Staatsblad dan Rijksblad. Gaya busana kalangan bangsawan di Kraton Yogyakarta terikat pada aturan Kraton Yogyakarta sebagai Pusat.Berbeda dengan masa Hamengkubuwana IX, keterikatan pada Pusat sudah tidak terjadi oleh karena Kraton Yogyakarta menjadi bagian dari propinsi Negara Republik Indonesia. Secara resmi, Hamengkubuwana IX mengijinkan busana pengantin dalam upacara perkawinan Kraton Yogyakarta dipraktekkan masyarakat di segala lapisan tanpa mengikuti aturan ketat seperti di Kraton Yogyakarta.Disertasi ini menggunakan pendekatan struktural. Tujuan disertasi adalah memahami perkembangan masyarakat dan busana pengantin Kraton Yogyakarta dan nilai-nilai budaya dalam upacara perkawinan Kraton Yogyakarta.
Marriage ceremony of the Ngayogyakarta Hadiningrat Kraton Yogyakarta Kraton became a tradition during the Hamengkubuwana VII and VIII. The costume bride to be one of the tools increase the authority of the Sultan in the Yogyakarta Kraton. The Yogyakarta Kraton is an area swapradja during the reign of the Dutch East Indies so that the use of a costume bride to follow the rules in Staatsblad and Rijksblad Statute. Fashion style nobility in the Yogyakarta Kraton bound by the rules as a Center.In contrast to past Hamengkubuwana IX, attachment to the Centre has not happened because of the Yogyakarta Kraton become part of the province of the Republic of Indonesia. Officially, Hamengkubuwana IX allows the costume bride in the marriage ceremony the Yogyakarta Kraton practiced at all levels of society without following the strict rules such as the Yogyakarta Kraton. This dissertation uses structural approach. Dissertation goal is to understand the development of society and the costume bride of the Yogyakarta Kraton and cultural values in marriage ceremony of the Yogyakarta Kraton."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D2518
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Kanina Anindita
"
ABSTRAKSkripsi ini membahas mengenai Museum Bahari dan konservasinya, ditinjau dari konsep yang melandasinya serta hasil pemugarannya.
AbstractThis thesis discusses the Maritime Museum and conservation, in terms of the underlying concepts and restoration reesult..."
2010
S11763
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Heisoon, Shin
Seoul: Uisul munhwasa, 2008
KOR 391.951 9 HEI h
Buku Teks Universitas Indonesia Library