Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94356 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Yogyakarta: Kanisius, 1988
499.251 HAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
1987
RB 000 K 369
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
"Perpaduan leksem merupakan masalah yang sangat penting dalam bahasa Indonesia. Dipandang dari sudut praktis, tampak bahwa dalam bidang ini kreativitas dalam bahasa menunjukkan peranannya, karena dengan makin kom_pleksnya kehidupan masyarakat bahasa Indonesia memerlukan ungkapan-ungkapan baru untuk menggambarkan pelbagai konsep yang terus-menerus bermunculan. Pengungkapan konsep dengan perpaduan leksem jauh lebih umum dan lebih mudah daripada dengan penciptaan leksem tunggal yang baru sama sekali. Penciptaan leksem tunggal menuntut daya kreativitas yang tinggi, dan bila bahasawan sanggup memuncul_kan leksem tersebut, is masih harus menembus benteng konvensi yang tinggi dan tebal supaya ciptaannya itu dapat dipahami, dan diterima oleh masyarakat bahasa. Perhatikan, misalnya, kata anda yang terpakai sejak tahun 1957 dan yang memang benar telah memperkaya kosakata bahasa Indonesia, tetapi belum menyederhanakan sistem tutur sapa sebagaimana dimaksud oleh pengusulnya. l) Kebalikannya dengan perpaduan leksem yang dipergunakan untuk mengungkapkan konsep-konsep baru: bahasawan tinggal menggali potensi yang ada dengan pelbagai cara memperkenalkannya ke tengah masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
D1814
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
"ABSTRAK
Perpaduan leksem merupakan masalah yang sangat penting dalam bahasa Indonesia. Dipandang dari sudut praktis tampak bahwa dalam bidang ini, kreativitas dalam bahasa menunjukkan peranannya, karena dengan makin kompleksnya kehidupan masyarakat bahasa Indonesia memerlukan ungkapan-ungkapan baru untuk menggambarkan pelbagai konsep yang terus-menerus bermunculan. Pengungkapan konsep dengan perpaduan leksem jauh lebih umum dan lebih mudah daripada dengan penciptaan leksem tunggal yang baru sama sekali. Penciptaan leksem tunggal menuntut daya kreativitas yang tinggi, dan bila bahasawan sanggup memunculkan leksem tersebut, ia masih harus menembus benteng konvensi yang tinggi dan tebal supaya ciptaannya itu dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat bahasa. Perhatikan, misalnya, kata anda yang terpakai sejak tahun 1957 dan yang memang benar telah memperkaya kosakata bahasa Indonesia, tetapi belum menyederhanakan sistem tutur sapa sebagaimana dimaksud oleh pengusulnya.
Kebalikannya dengan perpaduan leksem yang dipergunakan untuk mengungkapkan konsep-konsep baru: bahasawan tunggal menggali potensi yang ada dengan pelbagai cara memperkenalkannyya ke tengah masyarakat.
Bahwasanya bahasawan lebih cenderung mempergunakan paduan leksem daripada leksem tunggal, tampak dalam salah satu sektor bahasa Indonesia yang paling kreatif, yakai penciptaan istilah. Tujuh bidang tersebut di bawah yakni bidang teknik mesin (hasil kerja Departemen Mesin Institut Teknologi Bandung), bidang anatomi (hasil kerja Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga), bidang pertanian (hasil kerja Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran), bidang geografi (hasil kerja Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia), bidang psikologi (hasil kerja Fakultas Psikologi Universitas Indonesia), bidang manajemen (hasil kerja Lembaga Pendidikan dan Pembinaan manajemen), dan bidang administrasi (hasil kerja Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia}, diambil sebagai contoh untuk menjelaskan kenyataan tersebut.
Kecenderungan kuat untuk mengambil gabungan leksem lebih daripada leksem tunggal ternyata dari perbandingan 67:33 dalam ketujuh bidang itu. Dalam hubungan ini pasti akan dipertanyakan, bukankah kebanyakan istilah dalam daftar istilah itu terjemahan dari bahasa asing. Pertanyaan itu betul, tetapi perlu dikemukakan beberapa catatan di sini. Pengungkapan konsep dalam proses penerjemahan tidak dapat melepaskan diri dari kosakata dan struktur gramatikal bahasa sasaran; jadi bila orang akan mencari padanan suatu istilah, maka ia akan mencari unsur-unsur leksikal dalam bahasa Indonesia, dan kemudian menyusunnya berdasarkan struktur bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
D173
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Kurniati
"Tutur makian adalah suatu cara untuk mengungkapkan perasaan, misalnya rasa marah dengan menggunakan kata-kata makian tertentu. Dalam skripsi ini penulis tertarik untuk membuat suatu perbandingan konotasi leksem hewan dalam tutur makian bahasa Indonesia dan bahasa Perancis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan konotasi dalam dua bahasa tersebut. Untuk mendapatkan banyak informasi, penulis menggunakan komik dan kamus, dan melakukan interview dengan penutur asli bahasa Indonesia dan Perancis. Data dianalisis dalam dua tahap yaitu pada tahap perta_ma adalah analisis konotasi. Selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan asosiasinya dengan acuan. Hasil analisis tersebut adalah, pertama konotasi yang sama dimiliki oleh leksem hewan yang sama, kedua konotasi yang sama dimiliki oleh leksem hewan yang berbeda. Dan ketiga konotasi yang berbeda dimiliki oleh leksem hewan yang berbeda pula.
Dari analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat konotasi yang berbeda dalam leksem hewan dalam tutur makian bahasa Indonesia dan bahasa Perancis. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan bahasa sesuai dengan latar belakang kebudayaan masing-masing penutur bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Cecilia Hegi
"ABSTRAK
Setiap bahasa bersifat universal dan sekaligus bersifat unik. Yang dimaksud dengan universal adalah bahwa setiap bahasa memiliki sifat-sifat umum yang ada pada bahasa lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unik adalah bahwa setiap bahasa memiliki sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Itu sebabnya bahasa yang satu berbeda dengan bahasa yang lain. Tetapi, selain ada perbedaan di antara dua bahasa, terdapat persamaan. Misalnya, leksem bahasa Francis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas yang memiliki kemiripan dalam hal bentuk dan bunyinya. Secara umum, leksem-leksem yang memiliki kemiripan bentuk dan bunyi, seperti acceptabilite-akseptabilitas, faulte-fakultas, musicalite-musikalitas dan sebagainya, dianggap memiliki makna yang sama. Ternyata, makna dari leksem acceptabilite berbeda dengan makna dari leksem akseptabilitas. Untuk melihat persamaan dan perbedaan makna dari leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas, digunakan anal isis komponen makna.
Dari perbandingan makna dari leksem-leksem tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Tidak semua leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te memiliki makna yang sama dengan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya _tas walaupun memiliki kemiripan bentuk dan bunyinya. Leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas bersifat monosemis atau polisemis. Pada umumnya, leksem bahasa Prancis memiliki makna yang lebih banyak (polisemis) dibandingkan dengan leksem bahasa Indonesia. Ada beberapa leksem yang maknanya berbeda sama sekaii.

"
1990
S14430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
U. U. Hamidy
Riau : Unilak Press, 1995
499.209 HAM d (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Annisa Eldiani
"Penelitian yang termasuk ke dalam ranah ilmu fraseologi ini membahas tentang tingkat keidiomatisan dan kesepadanan makna idiom yang mengandung leksem Nase dalam bahasa Jerman dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori tingkat keidiomatisan (Grade der Idiomatizität) oleh Palm dan teori kesepadanan (Äquivalenz Typologie) oleh Koller. Penelitian dilaksanakan dengan metode studi kepustakaan dengan data yang diperoleh dari kamus dan sumber daring. Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode analisis kontrastif yang bertujuan untuk membandingkan idiom dalam kedua bahasa melalui perbandingan makna secara leksikal dan fraseologis. Dari total sepuluh idiom yang mengandung leksem Nase yang telah berhasil dikumpulkan, tujuh idiom memiliki tingkat keidiomatisan penuh (Vollidiomatische Phraseme), sedangkan tiga idiom lainnya memiliki tingkat keidiomatisan sebagian (Teilidiomatische Phraseme). Jika ditinjau berdasarkan teori kesepadanan menurut Koller, terdapat delapan idiom dan padanannya yang memiliki kesepadanan sebagian (partielle Äquivalenz), dua idiom dan padanannya tidak sepadan (Nulläquivalenz) dan tidak ada idiom padanannya yang dikategorikan ke dalam jenis kesepadanan substitusi (Substitutions-Äquivalenz).

This phraseological research discusses the level of idiomaticity and the equivalent meaning of idiom that contain the “Nase” component in German and its equivalent in Indonesian. This research uses idiomatic level theory (Grade der Idiomatizität) by Palm and equivalence theory (Äquivalenz Typologie) by Koller. The research was conducted using a literature study method with data obtained from dictionaries and online sources. In addition, this study also uses a contrastive analysis method which aims to compare idioms in the two languages based on lexical and phraseological meaning. There are ten idioms containing the component “Nase” in German that have been collected, seven idioms have a full idiomatic level (Vollidiomatische Phraseme), while the other three idioms have a partial idiomatic level (Teilidiomatische Phraseme). Based on the equivalence theory by Koller, there are eight idioms that have partial equivalence (partielle Äquivalenz) to their equivalents, two idioms with no equivalence (Nulläquivalenz) and no idiom that can be categorized as substitution equivalence (Substitutions-Äquivalenz) to its equivalent.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mudjanattistomo
"Seperti tertera pada djudulnja, uraian ini bertudjuan untuk mendeskripsikan beberapa morfem jang produktif dalam bahasa Indonesia. Oleh sebab dasar buraian ini adalah Linguistik Deskriptif, maka pembahasannja berpokok pada bahasa Indonesia jang dipergunakan pada masa sekarang. Tentang penjelidikan jang bersifat diachronic berada diluar pembitjaraan ini. Informan. Didalam mengerdjakan pembahasan ini penjusun berhubunganb dengan beberapa orang jang telah biasa mempergunakan bahasa Indonesia dalam hidup sehari-hari selaku informan. Penjusun mengadjukan beberapa kalimat atau kata Indonesia dan mentjatat mana jang dibenarkan oleh mereka itu, bahkan kadang-kadang penjusun membiarkan seorang informan bertjeritera sambil mengutip kalimat atau kata-kata jang perlu untuk didjadikan bahan uraian ini_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1961
S10887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>