Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56739 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wijaya Santosa
"Perkembangan perekonomian dibidang industri menuntut prasarana dan saranan yang baik agar mampu untuk menyediakan tingkat permintaan transportasi angkutan barang di masa mendatang dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan aktivitas angkutan barang. Dengan mengembangkan suatu model analisis yang memperhitungkan variabel dan faktor yang berpengaruh serta merumuskannya ke dalam model matematis dapat mempresentasikan tingkat permintaan dan kebutuhan moda transportasi angkutan barang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan moda angkutan barang di Kotamadya Surakarta dengan menitik beratkan pada karakteristik tujuan pengiriman barang yakni ekspor dan domestik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah slated Preference dengan metode estimasi parameter utilitas adalah maksimum likelihood Model yang digunakan untuk menganalisis pemilihan modes digunakan model probit dan logit dengan kondisi pilihan binomial dan multinomial, khusus untuk multinoniial probit dicoba dikembangkan model probabilitas dengan bangkitan bilangan acak normal multivariate hasil model selanjutnya diuji dengan alat uji statistik untuk mendapatkan parameter model yang terbaik.
Hasil pengujian nilai utilitas menghasilkan model yang memenuhi syarat secara uji statistik dan memperlihatkan model multinomial probit menghasilkan model yang lebih baik dan pada model multinomial logit yang dapat dilihat dari pengukuran tingkat kesesuaian data (goodness of fit) p2 dan signifikasi dengan uji t lebih tinggi. Sedangkan ditinjau dari segi kemudahan pengerjaan model multinomial logit lebih baik dan pada multinomial probit Untuk model binomial probit dan binomial logit menghasilkan model yang relatif sama baik dalam pengukuran tingkat kesesuaian data (goodness of fit) dan signifikasi dengan uji t, maupun tingkat kemudahan dalam pengerjaannya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuditha
"Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Dengan lahan kota Jakarta yang semakin terbatas, beberapa daerah yang berada di sekitar Jakarta mulai mengalami perkembangan. Beberapa pilihan moda transportasi dapat digunakan untuk melakukan perjalanan Ke Jakarta. Antara lain dengan menggunakan sepeda motor dan angkutan umum.
Tujuan dari studi ini adalah mengetahui fungsi utilitas pemilihan moda antara sepeda motor dan angkutan umum masyarakat Bekasi Barat serta mencari probabilitas pemilihan moda yang digunakan berdasarkan fungsi utilitasnya. Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah survey rumah tangga. Survey tersebut dilakukan di lima kelurahan yang tersebar di wilayah Bekasi Barat. Sedangkan untuk pengolahan data digunakan metode regresi linear berganda dan binomial logit selisih.
Fungsi utilitas yang dihasilkan adalah fungsi utilitas pemilihan moda angkutan umum, fungsi utilitas pemilihan moda sepeda motor bagi yang tidak memiliki mobil pribadi dan yang memiliki mobil pribadi. Dengan nilai R square 0.808, fungsi utilitas pemilihan moda angkutan umum memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kedua fungsi yang lain. Sedangkan untuk kedua fungsi tersebut menghasilkan nilai R square sebesar 0.55.
Hasil dari studi ini menyatakan bahwa pemilihan moda angkutan umum dipengaruhi oleh jenis kelamin, ketersediaan sepeda motor, kemampuan mengemudi, alasan lain, lokasi tujuan jauh, kepemilikan SIM C, biaya perjalanan, dan sumber biaya perjalanan. Pemilihan moda sepeda motor bagi yang tidak memiliki mobil pribadi dipengaruhi oleh jenis kelamin, pendapatan, jumlah anggota keluarga, rasio jumlah sepeda motor dengan jumlah anggota keluarga, biaya perjalanan, sumber biaya perjalanan, alasan waktu, alasan biaya dan alasan lainnya. Sedangkan pemilihan moda sepeda motor bagi yang memiliki mobil pribadi dipengaruhi oleh bebas jenis kelamin, rasio jumlah sepeda motor dengan jumlah anggota keluarga, tujuan perjalanan, biaya perjalanan, sumber biaya perjalanan, alasan waktu, alasan biaya dan alasan lainnya. Hasil studi ini menyatakan bahwa masyarakat Bekasi Barat lebih memilih moda sepeda motor dengan kemungkinan terpilihnya moda tersebut sebesar 0,55.

Jakarta as the capital city of Indonesia has a rapid growth population increasing. Because of the limited area of Jakarta, people move to the surrounding city, in this case is Bekasi. Several choices of transportation can be use for trips to Jakarta and vice versa. They are private vehicle, especially motorcycle, and public transportation.
The purpose of the research is to know utility function of mode choice between motorcycle and public transportation of West Bekasi residents, and also to find the probability of mode choice which use based on utility function. The method used in collecting data is home interview. The survey done in five different sub districts in west Bekasi. Mean while, multi regression linear and binomial logit difference are used for data processing.
Utility function resulted are utility function of public transportation mode choice, utility function of motor cycle mode choice for those who don't have private car, utility function of motor cycle mode choice for those who have private car.
The results of the research shows that the mode choice of public transportation is influenced by gender, motorcycle availability, driving skills, other factors, the distance, motorcycle driving license ownership, travel cost and travel cost sources. The mode choice of motorcycle for those who don't have private car is influenced by gender, income, family members number, the ration between motorcycle and family members number, travel cost and travel cost sources, time factor, cost factor, other factor. The mode choice of motorcycle for those who have private car is influenced by gender, place to go, the ratio between motorcycle and family members number, travel cost, travel cost sources, time factor, cost factor, other factor. The result of the studi shows that the resident of West Bekasi prefer using motorcycle with the probability choice of 0.55."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggit Cahyo Utomo
"Kehadiran layanan ridesplitting memberikan manfaat lebih baik dibandingkan layanan ridesourcing karena menggunakan konsep ridesharing. Untuk meningkatkan potensi layanan ridesplitting perlu dilakukan identifikasi terhadap faktor pengaruh pemilihan moda antara layanan ridesourcing dengan ridesplitting. Identifikasi faktor pengaruh dilakukan dengan kajian literatur dan diseleksi dengan metode skala Likert dan metode Analytichal Hierchy Process. Hasil identifikasi menunjukkan faktor yang mempengaruhi pemilihan moda layanan ridesplitting terhadap ridesourcing adalah penghematan biaya perjalanan, selisih waktu perjalanan dan faktor keamanan yang direpresentasikan oleh parameter gender. Ketiga faktor tersebut digunakan dalam penyusunan survei stated preference untuk memperoleh preferensi dalam pemilihan layanan ridesplitting terhadap ridesourcing dan pengembangan model logit biner. Hasil analisis menunjukkan model penumpang pria lebih sensitif terhadap biaya dibandingkan model penumpang wanita. Penumpang wanita cenderung lebih ingin berbagi perjalanan dengan penumpang wanita lain. Peningkatan potensi layanan ridesplitting dilakukan dengan meningkatkan penghematan biaya perjalanan hingga 30%.

The presence of ridesplitting services provides better benefits than existing ridesourcing services. To increase the potential of ridesplitting services, identification the influence factor of the mode choice between ridesourcing services and ridesplitting must be performed. Identification of influence factors is based on reviewing the literature and selected by the Likert scale method and the Analytical Hierarchy Process method. The results of determining the factors that influence the choice of ridesplitting service modes from ridesourcing are savings in travel costs, difference in travel time and security factors presented by gender parameter. The influence factor is used in survey states the preference for obtaining preference in choosing a ridesplitting service and developing a binary logit model. The analysis shows that man passenger models are more sensitive to costs than the woman passenger models. Woman passengers are prefer to share trips with other woman passengers. Increasing the potential for ridesplitting services is performed by increasing travel cost savings by up to 30%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sondra Rosalina
"Tahap pemilihan moda merupakan salah satu tahap dalam perencanaan transportasi, yang bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang menggunakan moda-moda transportasi yang tersedia. Masalah pemilihan moda ini dapat dimodelkan menjadi model pemilihan diskrit, yaitu suatu prosedur untuk memilih suatu moda terhadap sejumlah pilihan moda yang ada. Setiap pilihan moda memiliki atribut yang menjadi ciri dari pilihan moda tersebut, dimana setiap atribut mempunyai utilitas yang akan dipilih oleh pelaku perjalanan. Selanjutnya, moda transportasi yang memiliki nilai utilitas maksimum yang dipilih oleh pelaku perjalanan. Salah satu atribut yang digunakan dalam model pemilihan moda transportasi adalah waktu perjalanan. Model pemilihan moda yang menggunakan atribut waktu perjalanan diantaranya adalah Becker dan DeSerpa. Pada skripsi dibahas perbedaan antara konsep yang dikembangkan oleh Becker dan DeSerpa yang menerapkan fungsi utilitas untuk pemilihan moda dengan optimasi Lagrange, serta menganalisa pengaruh dari perubahan waktu perjalanan dengan kedua konsep tersebut. Perubahan waktu perjalanan dapat dijadikan sebagai suatu acuan untuk menentukan probabilitas setiap individu yang berperan sebagai pelaku perjalanan dalam memilih moda dengan menggunakan model multinomial logit.

Mode choice phase is one of the phases in transportation planning, which aims to determine the proportion of people who use some available modes of transportation. This mode selection problem can be modeled into a discrete choice model, which defined as a procedure to choose a preferred mode than the other transportation modes. Each options has some attributes which become the characteristics of mode choice phase, where every attributes has utility or satisfaction values that will be selected by travelers. Furthermore, a mode that has maximum utility value will be selected. One of the attributes which is used in the mode choice phase is travel time. Mode choice models which using travel time as its attribute among are Becker and DeSerpa. In this skripsi, it will explained about the differences between the concepts developed by Becker and DeSerpa?s utility function which apply to mode selection with Lagrange optimization, and analyze the sensitivity of travel time with these two concepts. The sensitivity of travel time can be used as a reference in determining the probability of each travelers in the mode choice phase by using multinomial logit model.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyah Suharto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S35932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Prisno Jogiara
"Pelayanan angkutan umum di Jakarta pada umumnya adalah sangat buruk, hal ini terlihat dari tidak nyaman, tidak aman serta tidak terjadual baik. Alasan ini yang banyak dikemukakan pengguna angkutan umum yang enggan menggunakan angkutan umum. Kondisi jalan yang "mix traffic" juga mengakibatkan semakin semrawutnya kondisi lalu lintas. Untuk itulah ditawarkan suatu moda baru busway dengan pelayanan yang lebih baik dari angkutan umum yang sudah ada.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan moda antara busway dengan angkutan umum pada koridor Blok M - Kota. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil survey stated preference, metode estimasi parameter digunakan maximum likelihood Model yang digunakan untuk menganalisis pemilihan moda adalah model logit binary dan probit binary dengan melakukan simulasi Monte-Carlo dan pendekatan Clark. Sedangkan untuk mengetahui besarnya yang sifting dengan melakukan pembebanan pada koridor Blok M --Kota menggunakan model Stochastic Taxonomi User Equilibrium.
Dari hasil estimasi parameter dapat dilihat bahwa pada dasarnya pelayanan moda busway lebih disukai dari pada angkutan umum, hal ini terlihat dari konstanta bertanda positif pada fungsi utilitas yang berarti preferensi relatif ada pada moda busway. Dapat dilihat juga bila nilai utilitas maksimum tetapi probabilitas tidak sama dengan satu karena adanya pengguna angkutan yang captive sehingga didapat sebuah nilai parameter lamda.
Dari hasil pembebanan terlihat bahwa travel time pada jalur bukan bus-way relatif sama dengan jalur busway yang diasumsikan adalah 0,75 jam sehingga rata-rata yang pindah dari angkutan umum ke busway adalah 3.200 orang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarnik
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Manfaluthi
"Sebagai salah satu usaha dalam memecahkan persoalan transportasi, kebijakan publik yang dipilih Pemerintah Propinsi DKI Jakarta adalah melalui pengembangan sistem angkutan umum massal, antara lain merencanakan pembangunan monorel dengan biaya lebih Bari Rp. 4 triliun rupiah. Dalam konteks perekonomian, kebijakan yang diambil tersebut tentunya juga akan berimplikasi terhadap perekonomian Jakarta secara keseluruhan. Oleh karenanya, berkaitan dengan hal tersebut, studi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kebijakan publik tersebut terhadap perekonomian Jakarta.
Dalam menganalisis, pendekatan yang digunakan adalah sistem neraca sosial ekonomi (SNSE). Model tersebut digunakan karena mengandung keterkaitan elemen faktor, aktor, dan sektor yang terlibat dalam perekonomian. Sehingga hasil analisis dapat mencerminkan kondisi sosial dan ekonomi Jakarta secara komprehensif. Melalui kalkulasi yang dilakukan, pengaruh sektor angkutan umum massal terbesar diberikan pada sektor industri alat angkutan mesin dan peralatannya, yaitu sebesar 73,28 persen. Pengaruh terhadap faktor produksi capital, adalah sebesar 51,10 persen. Sedangkan pengaruh yang diberikan terhadap institusi perusahaan adalah sebesar 51,06 persen. Terlihat bahwa kebijakan sektor angkutan umum memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Jakarta."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20333
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunadi
"Kondisi geografi Indonesia yang luas serta penduduknya yang besar yang terdiri atas suku bangsa bukan saja merupakan suatu keuntungan, melainkan juga suatu kerawanan dalam upaya menciptakan persatuan serta kesatuan bangsa dan negara. Sebab dengan kondisi wilayahnya yang terpecah-pecah serta penduduknya yang multi etnik adalah suatu kesulitan untuk terciptanya persatuan dan kohesi, apalagi bila tidak didukung oleh prasarana dan sarana transportasi yang baik.
Seperti yang dikatakan oleh Anderson (dikutip oleh Budhisantoso; 1999), bahwa salah satu sebab lambatnya proses persatuan bangsa Indonesia adalah karena buruknya sarana komunikasi massa. Alasan ini adalah benar adanya, yang mana akibat kurangnya prasarana dan sarana transportasi telah menyulitkan proses interaksi antar suku bangsa yang ada di Indonesia dan menghambat proses percepatan pemerataan pembangunan di pedesaan, daerah dan pulau terpencil, terutama di kawasan timur Indonesia.
Oleh karenanya tesis ini mencoba melihat korelasi peran jasa layanan angkutan kereta api jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi dengan kondisi ketahanan nasional di wilayah yang dilalui jalur angkutan ini. kondisi ketahanan nasional tersebut tercermin pada peningkatan kemajuan pembangunan wilayah dan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.
Untuk menjawab hipotesa tersebut di atas, maka metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara kepada 100 orang responden penumpang kereta api jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi serta beberapa pakar dibidang transportasi. Selain itu dilakukan pula analisa data yang berhubungan dengan judul tesis ini.
Ada pun hasil kesimpulan penelitian ini yaitu, Bahwa dengan adanya layanan angkutan kereta api pada jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di wilayah yang dilalui angkutan ini. Sebesar 56% responden menggantungkan sarana angkutan ini untuk pergi bekerja dan berdagang, serta 33% responden untuk beraktivitas sosial seperti pergi ke sekolah, rekreasi, ke sanak keluarga, teman atau pun bepergian untuk keperluan lainnya. Manfaat jasa angkutan ini dirasakan oleh masyarakat sebagai peningkatan kesejahteraan taraf kehidupan. Selain itu keberadaan angkutan kereta api jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi telah mendorong perkembangan kemajuan pembangunan terutama di wilayah Dati II Bogor dan Sukabumi.
Berkembangnya wilayah Bogor dan Sukabumi telah menjadikan ke dua wilayah tersebut sebagai hinterland bagi Jakarta. Oleh karenanya, perubahan kondisi daerah dan struktur masyarakat yang tercermin pada kemajuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan taraf hidup masyarakat di kedua wilayah itu, secara signifikan berdampak pada kondisi ketahanan nasional yang bukan saja terjadi di wilayah Dati II Bogor dan Sukabumi, tapi juga di wilayah Dati II Jakarta."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T2018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bani Pamungkas
"Emisi Gas Rumah Kaca di tingkat global saat ini telah mencapai kondisi yang mengkhawatirkan. Salah satu sumber pencemar terbesar adalah sektor transportasi. Bagi kawasan perkotaan, sektor ini merupakan salah satu problem yang harus menjadi perhatian serius. Terjadinya kemacetan akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan minimnya ketersediaan angkutan umum telah menciptakan dampak yang cukup serius baik dalam skala lokal maupun global. Dibutuhkan suatu sistem transportasi kota berkelanjutan yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan tersebut. Namun penyediaan sistem transportasi kota berkelanjutan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Saat ini di tingkat global, upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sangat berpeluang untuk mendapatkan dukungan pendanaan melalui mekanisme Clean Development Mechanism. Mekanisme yang diatur dalam Protokol Kyoto ini memberikan dukungan pendanaan bagi kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca yang dilakukan oleh negara-negara berkembang, diantaranya sektor transportasi. Untuk itu diperlukan kajian tentang strategi kebijakan pemanfaatan CDM dalam mendukung pengembangan sistem transportasi kota berkelanjutan.
Penelitian ini membahas empat permasalahan. Pertama bagaimana model CDM Transportasi yang ada saat ini dan potensi pemanfaatannya di Kota Jakarta. Kedua berapa besar insentif yang diperoleh dari implementasi pelaksanaan model CDM Transportasi yang ada. Ketiga strategi dan bentuk kebijakan seperti apa yang dapat disusun dalam pemanfaatan CDM untuk angkutan umum. Dan keempat strategi mana yang diprioritaskan untuk digunakan oleh Pemda DKI Jakarta dalam pemanfaatan CDM untuk angkutan umum ini.
Data yang digunakan untuk analisis dikumpulkan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner AHP serta data-data pendukung yang dikeluarkan oleh instansi terkait. Responden dipilih secara purposive, yaitu pihak-pihak yang dianggap pakar dalam sektor transportasi atau lingkungan hidup dan mengerti mengenai CDM. Analisa data dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan meliputi (1) analisa insentif CDM, (2) analisa SWOT, dan (3) analisa AHP. Hasil analisa AHP digunakan untuk menentukan prioritas strategi pemanfaatan CDM Sektor Transportasi untuk Angkutan Umum di Jakarta.
Berdasarkan hasil penelusuran diperoleh 3 (tiga) model pemanfaatan CDM Transportasi, yaitu (1) model penggantian bahan bakar, dari bahan bakar konvensional ke bahan bahan rendah emisi, (2) model penggantian moda transportasi dan (3) model peningkatan efisiensi sistem transportasi bersama penggantian moda. Untuk memberikan gambaran besamya pengurangan emisi CO2 dan insentif yang dapat diterima dari pemanfaatan CDM dilakukan penghitungan pada model penggantian bahan bakar BBM ke BBG pada seluruh angkutan umum (Bus Besar, Bus Sedang, Bus Kecil dan Taxi). Hasil analisa menunjukkan bahwa terjadi penurunan emisi CO2 yang dicapai selama 7 tahun dari pelaksanaan proyek sebesar 3.974.958 ton C02 (eq). Bila harga jual CER diasumsikan sekitar USD 5 per ton, maka diperkirakan insentif yang didapat mencapai atau setara dengan USD 19.874.791.
Sedangkan melalui analisa AHP diketahui bahwa pilihan optimis pemanfatan CDM, model pengembangan efisiensi sistem transportasi dalam pengembangan BRT¬Transjakarta, paling dominan dipilih oleh para responden. Sedangkan pada pilihan pesimis, para responden menilai model Penggantian Bahan Bakar lebih tepat di pilih dalam pemanfaatan CDM Transportasi.
Strategi yang dinilai paling mendukung upaya pemanfaatan CDM dalam model penggantian bahan bakar adalah strategi SO yang mencakup 3 (tiga) strategi turunan berupa (1) menerapkan penggunaan BBG pada angkutan umum secara bertahap (diutamakan pada Bus (Besar, Sedang, kecil) dan Taxi), (2) mengganti semua bus BRT Transjakarta yang beroperasi pada koridor I untuk menggunakan BBG dan (3) memberikan insentif kepada pengusaha angkutan umum yang menggunakan BBG.
Sedangkan pada model pergantian moda, strategi yang dinilai paling mendukung upaya pemanfaatan CDM adalah paket strategi WO. Paket strategi ini meliputi penyediaan jalur pedestrian dan jalur khusus sepeda yang memadai bagi pengguna moda alternatif transportasi ini. Dan untuk model pengembangan efisiensi sistem transportasi pada BRT¬ Transjakarta, strategi yang menjadi pilinan adalah strategi WO. Jabaran strateginya meliputi (1) menambah jumlah Bus pada masing-masing koridor sesuai kebutuhan, (2) menggunakan model bus yang berkapasitas lebih besar (bus gandeng), (3) melengkapi fasilitas pada halte si setiap koridor BRT-Transjakarta, (4) melakukan penataan jalur BRT¬ Transjakarta untuk memperkecil hambatan pergerakan BRT-Transjakarta, (5) meningkatkan kualitas pelayanan bus pengumpan sebagai satu kesatuan sistem dan BRT ¬Transjakarta, dan (6) melakukan edukasi secara berkala kepada pengemudi dan SDM pendukung BRT-Transjakarta beserta SDM penyedia layanan bus pengumpan.

This study aimed to determine whether Greenhouse emission at global level recently has achieved a disturbing condition. One of the biggest pollutant sources is transportation sector. For developing countries, this sector is one of problems to pay attention seriously. Traffic jam due to a higher use of private cars and limited number of public transportation has given relatively serious impacts both at local and global scale. Therefore, every city needs to develop transportation system to solve these problems. However, establisment of the sustainable city transportation requiries huge investment. CDM might be one of the potential financial sources that can support the establishment of such system.
CDM is a mechanism regulated in Kyoto Protocol. Thus mechanism offers financial assistance for activities conducted in developing countries than can reduce greenhouse emission. Transportation sector is one of sectors, has big potentially to reduce greenhouse emission.
Considering the above argument, this study assessed the following issues: First, what does the Transportation CDM model look like nowadays at a global level, and how is the potency of using the model in Jakarta City?, Second, what are incentive from the implementation of one of the existing Transportation CDM models? Third, what are forms of policy and strategy on the use of CDM for Public Transportation? Fourth, which strategy should be priority Local Government of DKI Jakarta to use CDM for Public Transportation?
The methods used in collecting primary data were interview with and AHP questionnaire to the respondents. In this data collection using AHP method respondents were selected purposively, assumed experts in transportation and living environment area, and understood CDM. Secondary data were gathered from various sources that Included numerous government agencies and a literature study. Data analysis was performed through three (3) stages: (1) CDM incentive analysis, (2) SWOT analysis, and (3) AHP analysis. Data analysis on the results of AHP study was used to determine strategy priorities in the implementation of Transportation Sector CDM for Public Transportation in Jakarta that was taken previously from SWOT analysis.
The results of the study showed that there were three (3) models ion the use of Transportation CDM, with projects today being proposed to CDM executive Board. They were: (1) a methodology to replace fuel from conventional fuel to lower emission fuel; (2) to replace transportation mode; and (3) to increase efficiency in transportation system blended with mode replacement.
A simulation to calculate the use of Transportation CDM was carried out with a fuel replacement model from petroleum to gas for all four-wheel fleets, namely, Large Bus, Medium Bus, Mini Bus, and Taxi. A decrease in C02 emission by 3,974,958 tons was achieved within 7 years of project. Of the lowered emission, an estimated incentive from CER selling was USD19,874,791.
It was known from the AHP analysis that, concerning the optimistic choice for CDM use, a development model for the efficiency of transportation mode (BRT ¬Transjakarta Development) was made very dominantly by the experts; while, regarding pessimistic choice, those experts considered fuel replacement as more appropriate in the implementation of Transportation CDM.
A strategy considered as the most useful in supporting the CDM use for the fuel replacement was SO Strategy that comprised three (3) generic strategies, namely, implementing the gas to the public transportation in a gradual way (especially for Buses (Large and Medium) and Taxi. Second, replacing petroleum in all BRT-Transjakarta fleets operated alongside Corridor I for gas. And third, giving incentive to public transportation consuming gas (tax deduction, conversion kit subsidy).
Regarding transportation mode efficiency development (BRT-Transjakarta), the selected strategy was WO strategy that included, first, an addition of number of buses to each Corridor. Second, a replacement of bus model with trailer model. Third, a provision of facilities at bus stops alongside the BRT-Transjakarta corridors. Fourth, an arrangement of BRT-Transjakarta lane to reduce any barriers. to the movement of BRT-Transjakarta (arranging road crosses, increasing road quality, etc). Fifth, an improvement in service quality of feeder buses as an integral system of Busway Program. And sixth, a provision of education on a periodic base for all bus drivers and other supporting human resources within BRT-Transjakarta and feeder bus providers as well. With respect to the transportation mode, the selected strategy was WO Strategy, namely, providing pedestrian lane and bicycle-only lane and any other facilities and infrastructures as supporting alternatives in the implementation of transportation mode.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>