Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124004 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peranginangin, Loina Lalolo K.
"Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana isi pemberitaan tentang perempuan, khususnya dalam berita Kampanye Pemilu 2004 di media massa cetak nasional, ditinjau dari aspek karakteristik berita maupun kualitas berita. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat bagaimana representasi perempuan dalam berita kampanye Pemilu 2004 dengan rnenggunakan beberapa indikator seperti kecenderungan media cetak tersebut untuk menempatkan perempuan melalui tata letak berita maupun pemilihan perempuan sebagai narasumber berita, serta isu-isu apa saja tentang perempuan yang berkembang selama beriangsungnya kampanye.
Permasalahan dibatasi pada berita langsung tentang peristiwa kampanye Pemilu Legislatif yang diadakan selama 22 hari, yaitu mulai dari tanggal 11 Maret 2004 sampai dengan tanggal 1 April 2004. Selain itu, berita yang diambil juga hanyalah berita yang memuat perempuan sebagai titik utama pemberitaan atau sebagai narasumber dalam menyikapi suatu peristiwa tertentu selama kampanye berlangsung.
Teknik analisis isi diambil dengan pertimbangan bahwa yang menjadi obyek penelitian adalah isi pesan yang disampaikan oieh media komunikasi. Media yang diteliti adalah Suara Pembaharuan, Republika dan Kompas, dengan mempertimbangkan visi dan misi organisasi yang berbeda, sehingga corak dan orientasi pemberitaan pun dianggap berbeda secara signifikan. Data dikumpulkan melalui kliping berita dan wawancara dengan redaksi media, sedangkan untuk data sekunder berupa transkrip wawancara dari beberapa penelitian serupa terdahulu, dan studi pustaka. Analisis dilakukan secara multi-level dan multi-stage dalam tiga tataran atau aras, yaitu tekstual, wacana dan sosiokultural. Untuk analisis teks, data tekstual didapat dengan memperbandingkan sejumlah karakteristik produk berita, seperti sebaran, jenis berita, panjang kolom, jenis kelamin narasumber, status narasumber dan posisi narasumber perempuan dalam berita, serta kualitas berita, dengan indikator faktualitas serta imparsialitas. Sedangkan analisis wacana dilakukan terhadap sejumlah data sekunder tentang kebijakan redaksional media yang bersangkutan, hubungan pemilik dan pengelola media serta pasar pembaca. Untuk praktek sosiokultural, analisis terutama difokuskan pada bagaimana perempuan dalam dunia domestik dan dunia publik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan kurang mendapat akses ke dunia publik, karena representasi perempuan di media lebih kecil, hampir setengahnya, daripada representasi laki-laki yang dijadikan sebagai narasumber oleh media cetak nasional. Dilihat dari komposisi perbandingan status perempuan dan laki-laki yang menjadi narasumber, masih ada kecenderungan media untuk belum memberikan akses yang sama dan berimbang bagi semua profesi yang ada, khususnya perempuan, untuk menjadi narasumber utama. Perempuan masih lebih banyak diletakkan sebagai sumber pengamatan saja. Walaupun sebagian besar berita sudah obyektif, tetapi ternyata isu perempuan belum menjadi isu penting bagi media massa. Walaupun isu keterwakilan 30 % perempuan dalam lembaga legislatif telah menjadi sebuah peraturan hukum, ternyata isu itu hanya muncul dua kali dalam keseluruhan berita Kampanye Pemilu 2004. Isu-isu tentang perempuan lainnya yang juga dimuat hanya sebatas segelintir isu saja.
Dukungan terhadap peran dan akses perempuan yang lebih luas ke dunia politik, atau dunia publik, ternyata sangat kecil. Terbukti hanya sedikit sekali berita yang mengindikasikan dukungan terhadap gerakan wanita. Dari praktek wacana pun ternyata masih banyak kata-kata yang digunakan oleh media cetak justru menghubungkan perempuan dengan dunia domestik, dengan suami atau keluarga besarnya. Perempuan di dunia publik belum dihargai sebagai dirinya sendiri, tetapi selalu dikaitkan dengan nama besar pihak domestik.
Hasil penelitian memberikan implikasi perlunya upaya lebih keras bagi, baik dari kaum perempuan maupun kaum laki-laki yang mendukung gerakan pemberdayaan perempuan untuk memberikan ruang publik yang lebih luas bagi perempuan. Bagi kaum perempuan, kesempatan yang ada untuk masuk ke dunia publik sebaiknya digunakan dengan baik. Bagi kalangan media massa sendiri, walaupun sudah seringkali dibicarakan, tetapi ternyata masih kurang akses yang disediakan oleh media massa bagi kaum perempuan. Karena itu diperlukan pemahaman dan pengamatan akan perspektif gender yang lebih mendalam di kalangan redaksi media massa.
Dari hasil penelitian ini direkomendasikan untuk melakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam tentang manajemen redaksional di berbagai surat kabar lainnya serta penelitian lanjutan tentang manajemen media. Selain itu, diperlukan langkah aksi yang lebih konkrit untuk menekan pihak media massa agar membuka ruangnya lebih luas lagi bagi kepentingan suara kaum perempuan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Titi Widaningsih
"ABSTRAK
Isu gender pertama kali menjadi isu penting di Indonesia, menjelang Pemilu dan Sidang Umum MPR tahun 1999. Isu ini terutama dimunculkan oleh Partai Politik dengan menggunakan terutama alasan agama yang memojokkan perempuan.
Studi ini memusatkan perhatian pada pemberitaan mengenai isu kepemimpinan politik perempuan. Masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik produk terutama dilihat dari frekwensi pemuatan, sebaran berita, obyektifitas/keberpihakan yaitu mendukung, netral dan menentang, serta proses memproduksi berita.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study). Pertimbangannya karena obyek yang diteliti adalah lebih satu media. Media yang dipilih adalah Kompas dan Rakyat Merdeka, dengan pertimbangan Kompas adalah harian umum yang bersifat netral sementara harian umum Rakyat Merdeka adalah harian yang menempatkan diri sebagai oposisi.
Obyek penelitian pada tingkat teks unit analisisnya adalah berita. Yaitu semua berita yang dimuat pada dua harian umum tersebut selama enam bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan November 1999. Pada tingkat organisasi adalah redaksi Kompas dan Rakyat Merdeka. Pengumpulan data pada tingkat teks dilakukan dengan analisis isi, pada kebijakan redaksional dilakukan melalui interview dengan redaktur pada dua media massa tersebut.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa isu kepemimpinan politik perempuan tidak mendapat porsi yang cukup bagus di dua media massa tersebut. Orientasi informasi banyak bersifat netral/informatif, berarti pola pemihakan isi pesan cenderung mengambil jalan tengah.
Sumber berita cukup bervariasi terutama Kompas, tetapi aktivis LSM/Ormas lebih banyak mengambil peran. Sumber berita tersebut juga lebih banyak didominasi laki-laki. Ini menunjukkan perempuan belum mengambil peran yang banyak di media massa. Padahal sumber berita dan jenis kelamin sumber mempengaruhi keberpihakan terhadap kepemimpinan politik perempuan.
Proses produksi berita pada kedua media tersebut hampir sama. Namun hasilnya relatif berbeda. Karena Rakyat Merdeka lebih menonjolkan aspek menarik dari judul. Hal ini terkait dengan strategi pemasaran dimana 80 persen pembaca harian Rakyat Merdeka adalah eceran. Sementara Kompas lebih mengutamakan obyektivitas dan kelengkapan berita karena pembaca Kompas 90% adalah pelanggan.
Kedua media tersebut tidak sensitif gender tetapi lebih menekankan segi keuntungan/ekonomi. Hal ini dikarenakan media massa masih merupakan dunia patriaki karena yang berkecimpung didalamnya lebih didominasi laki-laki. Ini terlihat dari jumlah jurnalis perempuan kedua media tersebut tidak mencapai 20% dari seluruh jumlah jurnalis yang ada. Dari keseluruhan jumlah pimpinan redaksi, jumlah perempuan yang duduk dalam pimpinan redaksi kurang dari 15%.

ABSTRACT
Gender became an important issue in Indonesia while facing the General Election and General Assembly of Parliament in 1999. This issue was raised prominently by political parties which using mostly religion as a reason to put women in the corner.
This study focused on report about women leadership in political field. The main problem in this research was how are product characteristics, prominently seen by frequency of reporting, news spreading, objectivity of supporting, neutral and opposing, and the process of news productions.
This research used case study as a method. The reason was because the objects to be researched were more than one media. The choose media were Kompas and Rakyat Merdeka, considering that Kompas was a neutral general daily, while Rakyat Merdeka was general daily that aimed an opposite-side.
Research object on text level was news as unit of analysis. It meant that all news that was loaded on those dailies for six (6) months. Started from June until November 1999. On the organizational level was editorial ship in Kompas and Rakyat Merdeka. Data collecting on text level was collected by content analysis; on editorial policy was colected by interviews conducted with the editorial directory in both media.
Research concluded that women leadership issue on political field had no good portion in both media. Orientation of information was neutral/informative meaning that side pattern of content tended to be neutral.
News source was various, mostly in Kompas, but NGO"s activist took more part. This news source was dominated by men. This point out that women had not taken more part in mass media. Whereas in fact news source and source gender influencing side position of women leadership in political field.
Process of news production in both media almost the same, but the result relatively different. Rakyat Merdeka focused mostly on interesting aspect of heading. This related with marketing strategy which 80% of Rakyat Merdeka "s reader was retail, while Kompas focused on objectivity and news completeness because Kompas"s reader 90% were subscriber.
Both media had no sensitivity of gender but focused more on profit/economic. This was caused of mass media as patriarchy word and dominated mostly by men. It can be seen from number of women journalist on both media that did not reached 20% from total number of journalist. Number of women that have position editorial staffs was less than 15%.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Byerly, Carolyn M.
"Women and Media is a thoughtful cross–cultural examination of the ways in which women have worked inside and outside mainstream media organizations since the 1970s.
Rooted in a series of interviews with women media workers and activists collected specifically for this book, the text provides an original insight into women’s experiences.
Explains the ways that women have organized their internal and external campaigns to improve media content (or working conditions) for women, and established womenowned media to gain a public voice.
Identifies key issues and developments in feminist media critiques and interventions over the last 30 years, as these relate to production, representation and consumption.
"
Oxford: Blackwell, 2008
e20395202
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Murni Murama
"Studi ini memfokuskan diri pada majalah khusus pria. Masa kebebasan Pers saat ini, menimbulkan eforia bagi media. Kebebasan tersebut membuat kemunculan beraneka ragam media massa seperti tabloid, surat kabar, sampai majalah-majalah lokal dan majalah yang berwaralaba dari luar negeri.
Keterbukaan dan kebebasan Pers tersebut menghadirkan media dengan segmen tertentu, seperti majalah ME (Male Emporium) yang terbit pada Februari 2001 dan ditujukan khusus untuk laki-laki dewasa yang sudah mapan usia 25 - 35 tahun. Dengan pemaparan isi yang dipenuhi artikel dan foto-foto tentang perempuan. Dengan penampilan dan gaya busana-busana yang seksi. Sepertinya hal tersebut menjadi cara yang paling sering dipakai oleh kaum kapitalis untuk mendorong konsumen agar membeli produknya. Demikianlah yang diasumsikan pada majalah Male Emporium ini.
Majalah ME merupakan majalah khusus laki-laki yang memfokuskan diri pada hal-hal yang berhubungan dengan laki-laki seperti otomotif, karier, hiburan, kesehatan, dan lain-lain. Penulisan artikelnya ringan dan mudah dimengerti tapi padat berisi, seperti yang menjadi slogannya : "bacaan pria berisi".
Penelitian ini ingin menjawab beberapa pertanyaan, yaitu: pertama, bagaimana konsep mejalah ME terhadap tubuh perempuan? Dan kedua, ideologi seperti apa yang dimiliki oleh majalah ME? Penemuan mengenai konsep dan kandungan nilai-nilai ideologi yang menyertainya dilakukan dengan analisis wacana fairclough, sedangkan analisis teks dengan menggunakan analisis framing yang dikemukan oleh Pan dan Konsicki.
Paradigma penelitian yang adalah paradigma kritis yang bersifat kualitatif dengan metode analisisnya critical discourse analysis yang melakukan text analysisi dan multilevel analysis secara intertekstual. Adapun analythical framewarknya mengaacu pada Norman fairclough yang terbagi atas 3 dimensi yaitu analisa text, analisa discourse practice, dan analisa Sociocultural.
Penelitian dilakukan terhadap 12 majalah ME yang terbit dari Januari sampai Desember 2004 dengan pengambilan sampel secara random. Pertimbangan karena pada itu sedang hangatnya eforia kebebasan pers yang dinikmati oleh media pada saat itu, dan adanya edisi khusus dalam rangka menyambut 3 tahun berdiri majalah tersebut.
KesimpuIan yang dapat dilihat dari penelitian ini adalah bahwa majalah ME adalah majalah yang cenderung menjadi agen kapitalis yang menjadikan tubuh perempuan sebagai komoditi kepada para konsumennya, yang dalam hal ini adalah kaum laki-laki.
Representasi tubuh perempuan dalam majalah Male Emporium, menguatkan stereotif bahwa perempuan adalah kelompok yang tersubordinasikan, terpinggirkan di dalam kehidupan masyarakat yang cenderung patriarkis. Di sini dibutuhkan sikap bijak dan kritis dari masyarakat, pemerintah dan para pekerja media utnuk tidak terjebak pada kebutuhan yang diciptakan oleh kaum kapitalis dan lebih bersikap seimbang dalam pemberitaan tentang perempuan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Irene Suparlan
"Poligami adalah isu yang sangat menarik bagi sebagian kalangan yang memiliki perhatian terhadap masalah-masalah sosial - termasuk masalah perempuan dan keluarga. Isu poligami selalu muncul dan menghilang dengan diiringi perdebatn yang seolah tidak ada habisnya. Faktor agama, sosial, budaya dan juga gender selalu menjadi Iandasan dari berbagai pendapat yang bersikap pro maupun kontra terhadap aktivitas poligami tersebut. Perdebatan masalah poligami dari sisi agama akan menimbulkan beberapa pendapat yang dapat saling bertentangan satu sama Iain. Perdebatan itu menyangkut masalah hukum-hukum Islam. Selanjutnya pembicaraan poiigami melebar ke masalah hak-hak perempuan dan kesetaraan gender dan bermunculan pendapat para pakar masalah-masalah perempuan dan poligami di media massa.
Perempuan menjadi fokus utama dari aklivitas poligami itu sendiri. Mengapa seorang perempuan bersedia dipoligami ? Benarkah semua perempuan menolak aktivitas poligami '? Benarkah perempuan merasa diperlakukan tidak adil bila tenjadi aktivitas poligami ? Dan benarkah perempuan menyetujui aktivitas poligami karena adanya ketergantungan secara ekonomi ??
Majalah-majalah wanita sebagai medium yang menyampaikan informasi kepada pembaca perempuan menampilkan peristiwa dan kajian seputar isu poligami ini dari berbagi sisi. Ada beberapa fenomena yang menarik untuk dikaji. Dua fenomena menarik itu adalah adanya perbedaan cara majalah wanita mengemas isu poligami dalam artikel-artikelnya dan juga adanya perbedaan sikap dan cara pandang para pengelola media terhadap isu poligami itu sendiri. Ada majalah wanita yang secara jelas menentukan sikap menentang aktivitas poligami dan ada majalah wanita yang memilih tidak mengambil sikap apapun.
Dari mengkaji beberapa fenomena tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji cara majalah wanita mengemas isu poligami dalam artikel-artikelnya dan mengkaji alasan pemilihan frame tertentu dalam menyampaikan isu poligami. Selain itu penelitian juga bertujuan untuk mengkaji kontribusi faktor ideologi dalam pemilihan sikap majalah wanita menanggapi isu-isu poligami yang sensitif bagi perempuan.
Majalah wanita yang dipilih dalam penelitian ini adalah majalah Femina dan majalah Ummi. Pemilihan ini didasari oleh perbedaan ciri dan sifat dari kedua majalah wanita tersebut sehingga dimungkinkan akan diperolch hasil yang lidak sama secara mutlak dalam memandang isu poligami.
Penclitian dilakukan pada tingkatan tekstual dengan analisis framing dan pada tingkatan intertekstual dengan wawancara mendalam serta penelusuran terhadap sejarah kedua majalah wanita tersebut. Analisis framing dilakukan terhadap artikel-artikel yang dianggap bisa menunjukkan sikap pengelola media terhadap isu poligami yang menjadi perdebatan. Wawancara mendalam dilakukan terhadap pihak pengelola media yang berbicara mewakili majalah wanila tersebut untuk mengetahui sikap dan nilai-nilai yang dipegang oleh pengelola media terhadap isu poligami.
Dari penelilian tersebut diambil kesimpulan bahwa majalah wanita memiliki frame yang tidak selalu sama dalam mengemas isu poligami. Poligami sebagai masalah yang menyangkut nasib perempuan yang terlibat didalamnya dilanggapi secara berbeda oleh majalah wanita yang berbeda. Walaupun didasari maksud yang sama untuk memberdayakan dan membela kaum perempuan ternyata majalah wanita menggunakan frame yang berbeda dalam membahas isu poligami dalam setiap artikelnya. Majalah Femina secara tegas menggunakan frame yang menolak poligami. Sedangkan majalah Ummi bisa dikatakan bersikap pro terhadap poligami . Anggapan ini didasarkan pada sikap majalah Ummi yang tidak menolak perkawinan poligami walaupun tidak ada pernyataan yang mendukung perkawinan poligami.
Faktor ideologi tampak memegang peranan penting dalam penentuan frame majalah wanita saal mengemas isu poligami karena ideologi merupakan faktor utama yang mendasari jalan pikiran para pengelola media ketika menentukan ke arah mana majalah wanita tersebut akan dibawa. Bagaimana ideologi yang mereka pegang memandang kaum perempuan ternyata memberi pengaruh besar pada bagaimana majalah wanila tersebut akan membawa pembaca perempuannya kepada suatu arah dan titik tertentu. Majalah Femina yang memegang ideologi cenderung ke arah liberal dalam arti menuntut suatu kesetaraan antara laki-laki dan perempuan secara tegas menolak poligami karena kecenderungannya yang menimbulkan ketidakadilan bagi perempuan. Sedangkan majalah Ummi yang memegang ideologi Islam tidak mau mengambil sikap yang tegas menolak poligami karena memahami poligami sebagai satu perkawinan yang dibolehkan dalam Islam tetapi juga tidak mau mendukung karena memahami realita yang muncul berkaitan ketidakadilan bagi perempuan.
Dari sikap kedua majalah tersebut terhadap poligami dapat dilihat bahwa sikap kedua majalah ini dalam menentang satu ideologi yang tidak pro kepada perempuan ternyata juga berbeda.Walaupun kedua majalah sama-sama menganggap apa yang mereka lakukan adalah bentuk dari satu pembelaan terhadap perempuan tetapi apa yang ditampilkan ternyata mempunyai sudut pandang berbeda. Sesuai ideologi yang dipegang, majalah Femina melihat pembelaan terhadap perempuan dilakukan untuk mencapai keadilan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan majalah Ummi melihat pembelaan perempuan dilakukan tetap dalam koridor nilai-nilai Islam yang dipegang.
Melihat perkembangan yang demikian perlu kiranya satu pembicaraan dan dialog yang panjang antara perempuan dalam hal ini untuk menyepakati satu nilai-nilai yang sama mengenai bentuk pemberdayaan perempuan yang sesuai untuk perempuan di Indonesia. Bagaimanapun nilai-nilai ?timur? dan nilai-nilai agama tidak bisa diabaikan sama sekali. Begitu juga fakta dan realita di masyarakat juga tidak bisa diabaikan. Karena pada saat sudut pandang yang berbeda justru akan membingungkan perempuan yang membutuhkan pandangan yang obyektif dan jernih dari semua pihak agar perempuan bisa benar-benar berdaya dalam memilih yang terbaik bagi dirinya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Proyek Studi Gender dan Pembangunan, FISIP-UI, 1992
305.4 SEM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ruslan Ismail Mage
"Posisi media cetak lokal di tengah pemilihan presiden langsung menjadi menarik dan penting untuk diteliti. Dikatakan menarik karena pemilihan langsung ini baru pertama kali dilaksanakan sejak Orde Baru. Menjadi penting, karena kalau ditelusuri secara historis akan menemukan beberapa fakta kecenderungan media massa bersifat partisan dengan cara memberikan dukungan atau perlawanan terhadap rezim politik yang ada. Sementara sejatinya media massa, ketika menjadi netral (non-partisan) dalam pemberitaannya dengan tidak melakukan keberpihakan.
Untuk mengetahui posisi media cetak lokal pada pemilu presiden 2004, penelitian ini menggunakan beberapa teori. Seperti teori pers libertarian dipergunakan untuk melihat apakah media cetak lokal masih menganut prinsip pers libertarian yang melarang segala bentuk penyensoran. Teori politik lokal, untuk melihat sejauhmana peran media cetak lokal dalam pemilihan presiden. Teori politik editorial, untuk mengetahui apakah dalam penulisan tajuk rencana mengaiami konflik kepentingan politik. Teed pers partisan dan non-partisan, untuk mengetahui netralitas media cetak lokal selama pemilihan presiden 2004. Teori peran media dalam politik, untuk mengetahui bagaimana peran media cetak lokal dalam politik.
Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis fakta-fakta dari karakteristik obyek penelitian yang menarik secara faktual. Dalam konteks penelitian ini akan dianalisis tajuk rencana tiga media cetak lokal di Padang (Singgalang, Haluan, Padang Ekspres) serta situasi dan peristiwa pada saat pemilu presiden 2004. Untuk memperkuat data, dilakukan wawancara dengan beberapa pimpinan ketiga media cetak lokal tersebut.
Dalam penelitian ini, ditemukan data kalau ketiga media cetak lokal tersebut sudah bersifat non-partisan dalam penulisan tajuk rencananya selama pemilihan presiden 2004. Tidak ditemukan ciri-ciri pers partisan seperti yang dikemukakan oleh Denis MeQuail dalam kerangka teori. Itu berarti teori Laswell "pers pisau bermata dua" tidak relevan lagi, karena tajuk rencana ketiga media cetak lokal tersebut seragam partisan, dan tidak membuka ruang untuk dipengaruhi kenetralanya oleh pihak ketiga. Dengan demikian ketiga media cetak lokal tersebut, sinergis dengan teori politik lokal Gery Stoker untuk mengakomodasi tanpa membeda-bedakan semua kelompok kepentingan.

The position of mass media in the direct presidential election is interesting and important to be researched. It is called interesting because the direct presidential election is the first after New Order. It is important because if it is traced historically it can be found several tendency that mass media tends to be partisan. That tendency can be identified from giving support or oppose the regime. Essentially, mass media is neutral and or non-partisan in reporting fact without any tendency.
To analyze the position of printed local media in the presidential election, the research applies some theories. The theories are libertarian press which used to identify whether local printed media is still followed libertarian press principle that prohibit any form of censor. Theory of local politics is applied to explore the role of mass media in the election. Theory of politics of editorial is applied to explore whether the writing of editorial has a conflict of political interest.
Methodology of research which is used is qualitative with descriptive analytic and aims to describe systematically the facts of object of the research. In the context of the research, it will analyze editorial from three printed local media in Padang, which are Singgalang, Haluan, and Padang Ekspress) and the situation and fact in the presidential election in 2004. To support data, interviewed is applied with several editors from those three local media
In the research, it is found that three printed local media tend to be non-partisan, in their editorial during presidential election in 2004. The characteristic of partisan press' is not found as stated by Denis McQuail. It means that theory of two sides of knife initiated by LaswelI is not relevant anymore. It is because those three printed local media are uniformly partisan and do not give any chance to be pressured by others. As a result, those three printed local media are suitable with theory of local politics from Gery Stoker to accommodate every interest group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New Delhi: Joint Women's Programme, 1993
305.4 WOM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Krijnen, Tonny
"Why do some TV genres have the label feminine or masculine? Why do we worry about boys playing video games too much while girls play just as often? Is the TV show Sex and the City empowering or not? Why are recent television shows like Desperate Housewives post-feminist television? Gender and Media explores these and other complex questions by offering a critical overview of the contemporary debates and discussions surrounding gender and mediated communication, and by providing student's with an overview of the current academic research on these topics. The book is divided into three parts: representing, producing, and consuming with each section made up of three chapters. The first chapter of each section attempts to answer the most basic questions: 'Who is represented?', 'Who produces what?' and 'Who consumes what?'. The second chapter of each section draws attention to the complexity of the relationship between gender and media, concentrating on the "why." The third and final chapter of each section addresses the latest debates in the fields of media and gender, adding a vital layer of understanding of the topic at hand. This process is aided by text boxes, which provide some additional information on the most important concepts and topics and exercises, which help bridge the gap between theory and everyday life media practices. This will be an ideal textbook for students studying gender and media, and for general courses on gender studies, sociology, cultural studies and women's studie"
New York: Routledge, 2015
302.230 81 KRI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Apriliani
"Kajian ini menganalisis bagaimana media massa yaitu koran Angkatan Bersendjata dan Berita Yudha pasca Peristiwa Gerakan 30 September 1965 melakukan konstruksi kejahatan terhadap Gerwani. Kajian ini menggunakan data sekunder yang berasaal dari pemberitaan Angkatan Bersendjata dan Berita Yudha periode Oktober 1965-April 1966 yang tersedia di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selain itu data sekunder juga diambil tulisan Saskia WIeringa yang berjudul Penghancuran Gerakan Perempuan: Politik Seksual di Indonesia Pascakejatuhan PKI dan Benedict Anderson yang berjudul ldquo;How Did the Generals Die?'. Data sekunder dianalisis menggunakan teori Politik Seksual oleh Kate Millett 1970 dan teori Amplifikasi Penyimpangan oleh Stanley Cohen 1972 . Analisis menunjukkan bahwa konstruksi terhadap Gerwani sebagai perempuan jalang adalah hasil dari amplifikasi penyimpangan yang menyebabkan moral panic sehingga terjadi kejahatan kebencian terhadap Gerwani. Semua ini merupakan sebuah bentuk dari kekerasan berbasis gender.

This study analyze how the mass newspapers, Angkatan Bersendjata dan Berita Yudha, after the 30 September 1965 Movement constructed Gerwani Indonesian Women's Movement as criminals. This study used secondary data sources from Angkatan Bersendjata and Berita Yudha articles ranged from October 1965 to April 1966 which available at Perpustakaan Nasional Republik Indonesia National Library of Republic of Indonesia. The author also used works by Saskia Wieringa titled Penghancuran Gerakan Perempuan Politik Seksual di Indonesia Pascakejatuhan PKI and Benedict Anderson, 'How Did the Generals Die'. These secondary data analyzed with Kate Millett's Sexual Politic theory 1970 and Deviancy Amplification theory by Stanley Cohen 1972. The result was the construction of Gerwani as sexually deviant was the effect of deviancy amplification which caused moral panic that leads to hate crime against Gerwani. These whole proccess is a form of gender based violence. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>