Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149415 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Mahati
"ABSTRAK
Karsinoma nasofaring menempati urutan ketiga dari keganasan yang dicatat di Pavilyun Yohannes RSCM. seta-lab Karsinoma Mamma dan Karsinoma Serviks Uteri.
Beberapa penulis menyatakan penanganan karsinoma nasofaring terpilih adalah terapi radiasi berdasarkan radiosensitivitas den lokalisasinya yang tercakup dalam lapangan radiasi
Sebagian baser dari penderita ka {karsinoma} nasofaring disertai pembesaran kelenjar regional. Bahkan Fletcher mendapatkan 90% ka nasofaring disertai pembesaran kel. (kelenjar) regional.
Pengamatan respons radiasi pada pembesaran kel. regional ka nasofaring ini dilakukan berdasarkan banyaknya penderita yang datang di pavilyun Yohannes dengan pembesaran kel. regional dan evaluasi terhadap respons radiasi mudah dilaksanakan dan dilihat secara klinis.
Tujuan pengamatan ini adalah untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan terapi radiasi terhadap pembesaran kel. regional serta faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ayu Jayanthi Wulan Utami
"Tujuan : Pembangunan pusat pelayanan radioterapi sampai saat ini belum menjadi prioritas utama khususnya di negara berkembang. Tingginya biaya yang dihabiskan untuk pusat pelayanan merupakan salah satu alasannya. Biaya terkait sumber daya manusia (SDM) berhubungan erat dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Pengetahuan terkait produktivitas yang mencakup beban SDM dan penggunaan pesawat radiasi merupakan dasar untuk terciptanya pelayanan radioterapi dengan biaya efektif. Oleh karena itu, digagaslah penelitian tentang produktivitas SDM dan penggunaan pesawat radiasi di pusat pelayanan Onkologi Radiasi di Indonesia sebagai bagian dari penelitian terkait biaya radioterapi. Metode : studi deskriptif cross sectional. Subjek penelitian merupakan seluruh pusat pelayanan Onkologi Radiasi di Indonesia yang telah melakukan pelayanan selama setahun. Subjek diberikan kuesioner secara digital yang berisikan pertanyaan terkait ketersediaan SDM dan pesawat radiasi. Data yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam Radiotherapy Resources and Cost Calculator (RRCC) v.20 serta dilakukan penghitungan dengan asumsi aktual sesuai kondisi di Indonesia. Hasil : beban kerja Dokter Spesialis, Fisika Medis, dan RTT di Indonesia bervariasi dengan rerata beban kerja secara berurutan sebesar 92,5% (asumsi aktual), 97,7%, 107,6%, dan 80,8%. Beban kerja SDM secara statistik lebih tinggi pada pusat pelayanan dengan brakhiterapi dan pusat pelayanan dengan jumlah pasien yang tinggi. Rerata penggunaan pesawat radiasi sebesar 104,1% dan 138% secara statistik signifikan lebih tinggi pada rumah sakit pemerintah dan jumlah pasien tinggi. Jumlah pasien memiliki korelasi kuat dengan jumlah kebutuhan dokter spesialis (r=0,927), fisika medis (r=0,838) dan RTT (r=0,886). Jumlah pasien dapat menjadi prediktor untuk menentukan kebutuhan Dokter Spesialis dengan adjusted R2 = 72,1% dan 80%, kebutuhan fisika medis adjusted R2 = 69,3%, dan kebutuhan RTT dengan adjusted R2 = 83,3%.Kesimpulan : produktivitas SDM dan penggunaan pesawat radiasi pada pusat pelayanan Onkologi Radiasi di Indonesia bervariasi. Penghitungan produktivitas dengan RRCC v.20 dapat diaplikasikan pada pusat pelayanan Onkologi Radiasi di Indonesia.

Objective: The development of a radiotherapy center has not been a top priority, especially in developing countries. The high cost spent on service centers is one of the reasons. Human resource costs are inextricably linked to operational expenses. Knowledge related to productivity, which includes the workload of human resources and the use of radiation equipment, is the basis for creating cost-effective services. Therefore, research was initiated on human resource productivity and the use of radiation equipment at radiotherapy centers in Indonesia as part of research related to radiotherapy costs. Method: descriptive cross-sectional study. The research subjects were all radiotherapy centers in Indonesia that had been running for a year. Subjects were given a digital questionnaire containing questions related to the availability of human resources and radiation equipment. The data obtained is then entered into the Radiotherapy Resources and Cost Calculator (RRCC) v.20, and calculations are carried out with actual assumptions according to conditions in Indonesia. Results: The workload of specialists, medical physicists, and RTTs in Indonesia varies, with an average workload of 92.5% (actual assumption), 97.7%, 107.6%, and 80.8%, respectively. HR workload is statistically higher in centers with brachytherapy and in centers with a high number of patients. The mean use of radiation equipment was 104.1% and 138%, respectively, statistically significantly higher in government hospitals, and centers with a high number of patients. The number of patients has a strong correlation with the number of specialists (r = 0.927), medical physics (r = 0.838), and RTT (r = 0.886). The number of patients can be a predictor for determining the need for specialist doctors with adjusted R2 values of 72.1% and 80%, medical physics needs with adjusted R2 values of 69.3%, and RTT needs with adjusted R2 values of 83.3%. Conclusion: HR productivity and the use of radiation equipment at radiation oncology service centers in Indonesia vary. The calculation of productivity with RRCC v.20 can be applied to radiotherapy centers in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Diana
"Film gafchromic adalah salah satu dosimetri pada radioterapl Penentuan dosis kulit di pasien kanker serviks dengan foton dapat digunakan film gafchromic. Sebelumnya terlebih dahulu film dikalibrasi. Kalibrasi film ditujukan untuk mencari hubungan antara optikal densitas dengan dosis. Selain itu film juga divariasikan terhadap lapangan dan juga kedalaman target. Ketiga hal tersebut digunakan untuk faktor koreksi pada penentuan dosis kulit pasien kanker serviks. Dengan dibandingkan dengan data dan Treatment Planning System diperoleh hasil yang baik karena penyimpangan kurang dan satu persen.

Gafchromic film is one of dosimetry in radiotherapy. It can measure skin dose in patient sen/ix cancer with photon beam 6 MV using gafchromic film. First, film must be caliberate with variation dose. It is for know relationship between dose and optical densitas. And then, film with variation field square and depth target. There used correction factor for calculate skin dose in patient servix cancer. The different between data from TPS (Treatment Planning System) and calculate dose from film is good because less than one percent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29467
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Gunita Dyana Kumara
"ABSTRACT
Penelitian ini mengupayakan untuk melakukan verifikasi MU teknik IMRT melalui pendekatan yang disederhanakan dalam bentuk lapangan segmental. Penyederhanaan metode verifikasi MU teknik IMRT dapat dimungkinkan terjadi peningkatan error MU hingga mendekati batas acuan ±3.5%. Proses verifikasi MU secara bertahap dilakukan pada lapangan standard dan blok (non-treatment) kemudian pada perencanaan 3 pasien kanker payudara dan 2 pasien kanker serviks yang menggunakan teknik IMRT (lapangan treatment). Menggunakan Matlab, MU dari data yang terekam pada TPS Eclipse dapat diproses dengan menggunakan kalkulasi sesuai AAPM TG-71, kemudian nilai error MU tersebut diverifikasi setiap segmennya. Hasil verifikasi MU pada lapangan non-treatment sangat baik, memberikan rata-rata error MU ±0.7% dengan threshold ±(3-5) %, namun pada teknik IMRT mencapai nilai ±(50-80)% yang terpaut jauh dari threshold ± 3.5%. Nilai error MU teknik IMRT yang sangat besar diakibatkan oleh bukaan MLC pada lapangan segmental sangat kecil dan tersebar acak yang memengaruhi pemilihan titik tinjau dan equivalent square menjadi tidak tepat. Oleh karena itu metode dan kalkulasi pada penelitian ini disarankan hanya digunakan untuk verifikasi MU non-IMRT, lebih tepatnya untuk lapangan sederhana, sedangkan untuk verifikasi MU pada teknik IMRT diperlukan metode dan kalkulasi yang lain.

ABSTRACT
In this thesis, we assess MU verification independently for IMRT treatment techniques by simplifying the calculation on its segmental fields. Due to simplification, the result on IMRT MU verification may increase MU error near its threshold (±3.5%). The process of verification is done systematically on standard and blocked field (non-treatment) and then on patient planning which consists of 3 breast cancer and 2 cervix cancer patients with IMRT techniques. We process patient data from TPS Eclipse(TM) using Matlab(c) and calculate it by AAPM TG-71 algorithm, so then its MU error can be verified for each segment. The result of MU verification on non-treatment fields is decent which averaged on ±0.7% with a threshold of ±(3-5)%. However, on IMRT techniques reaches the value of ±(50-80)%, which considerably high considering its limit is ± 3.5%. High MU error on IMRT techniques is due to MLC opening of segmental fields are small and scattered that lead to inaccuracy of control point selection and equivalent square value. Consequently, methods and calculation on this thesis only suggested for MU verification on non-IMRT fields, especially standard fields, while MU verification of IMRT fields considered to have a more advanced method."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Kemala Salsabila
"Planning Target Volume (PTV) adalah konsep geometris dan ditentukan untuk memilih pengaturan sinar yang sesuai, dengan mempertimbangkan efek dari semua variasi geometris yang memungkinkan, untuk memastikan bahwa dosis yang ditentukan benar-benar diserap pada Clinical Target Volume (CTV). Penambahan margin diperlukan untuk mendapatkan PTV dari CTV yang telah ditentukan. Margin tersebut bisa berdasarkan hitungan manual maupun referensi penelitian yang sudah tersedia sebelumnya. Margin CTV-ke-PTV dapat dihitung menggunakan rumus Van Herk yang membutuhkan nilai kesalahan sistematik dan acak dari nilai pergeseran pasien. Pada penelitian ini, data pergeseran pasien yang digunakan adalah sejumlah 21 pasien kanker nasofaring di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pergeseran dilihat dari berbagai arah, yaitu laterolateral (LL), kraniokaudal (KK), dan anteriorposterior (AP), sehingga margin PTV yang didapatkan juga dari masing-masing arah. Margin yang digunakan secara klinis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah 0,5 cm dari semua arah, sedangkan margin yang didapat dengan rumus Van Herk adalah 0,4 cm pada sumbu LL, 0,5 cm pada sumbu KK, dan 0,2 cm pada AP. Hal tersebut berpengaruh pada organ at risk (OAR) yang akan menerima lebih sedikit dosis dari margin yang biasanya diterapkan karena pada sumbu LL dan AP nilai margin lebih kecil. 

Planning Target Volume (PTV) is a geometric concept and it is determined to select an appropriate beam setting, by considering the effects of all possible geometric variations. This volume aims to ensure that the specified dose is absorbed at the CTV. Additional margin is required to generate PTV from delineated CTV. The margin can be based on manual calculations or research references that have been previously available. The CTV-to-PTV margin can be calculated using the Van Herk formula which requires the systematic and random error values of the patient shift. In this study, the patient shift data were 21 patients with nasopharyngeal cancer at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo. The shift can be seen from various directions, anterior-posterior (AP), cranial-caudal (CC), left-right (LR) so that the PTV margin obtained is also from each direction. In the clinical routine of Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo, PTV margin for NPC cases was 0.5 cm from all directions. However, the margin obtained by the Van Herk formula were 0.4 cm on the LR axis, 0.5 cm on the CC axis, and 0.2 cm on the AP. This affects the organ at risk (OAR) which received fewer doses than the standard margin because on the LR and AP axes the margin values are smaller."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Ariani
"Pendahuluan : Radioterapi kanker serviks uteri dalam pelaksanaannya memerlukan verifikasi geometri sebagai salah satu rantai prosedur radioterapi. Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan set-up yang terdiri dari kesalahan sistematik dan acak yang nantinya digunakan untuk menentukan margin PTV yang sesuai untuk radioterapi kanker serviks uteri di Departemen Radioterapi Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap data verifikasi dengan Electronic Portal Imaging Devices (EPID) dari 9 pasien kanker serviks uteri yang mendapatkan radioterapi dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi RSCM antara bulan Oktober 2013 hingga Desember 2013. Pergeseran pada lapangan radiasi yang didapatkan dari hasil verifikasi dalam tiga fraksi awal dianalisis untuk memperoleh kesalahan sistematik dan acak, yang selanjutnya dihitung untuk mendapatkan margin PTV.
Hasil : Sebanyak 72 data verifikasi EPID dianalisis. Didapatkan kesalahan sistematik dan kesalahan acak pada pelaksanaan radiasi (radioterapi) kanker serviks uteri di Departemen Radioterapi RSCM, berturut-turut sebesar 3.8 dan 3.0mm pada sumbu laterolateral, 5.9 dan 2.6mm pada sumbu kraniokaudal, serta 4.3 dan 3.5mm pada sumbu anteroposterior. Margin PTV yang diperoleh sebesar 9.8mm, 13.5mm dan 11,0 mm untuk masing-masing sumbu laterolateral, kraniokaudal, dan anteroposterior.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini mendapatkan kesalahan sistematik dan acak menggunakan verifikasi dengan EPID yang digunakan sebagai rekomendasi pemberian margin PTV sebesar 13.5mm dalam pelaksanaan radioterapi kanker serviks uteri dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi RSCM. Diperlukan alat imobilisasi khusus regio pelvis untuk meningkatkan akurasi penyinaran.

Introduction : Geometric verification is needed as a part of chain of radiotherapy procedures in cervical cancer irradiation. This procedure used to detect set-up erros contains sistematic and random errors for the next step use to formulating adequate PTV margin for cervical cancer irradiation in Cipto Mangunkusumo Hospital
Methods : This is a cross-sectional study using Electronic Portal Imaging Devices (EPID) verification data of 9 cervical cancer patients treated with 3DCRT/IMRT in Department of Radiotherapy, Cipto Mangunkusumo Hospital between October 2013 and December 2013. Translation errors from the first three fractions were analyzed to count for systematic and random errors. These errors were then calculated to acquire PTV margin.
Results : A total of 72 EPID data were analyzed. Systematic and random errors for cervical cancer irradiation in this study were respectively 3.8mm and 3.0mm in laterolateral direction, 5.9mm and 2.6mm in craniocaudal direction, and 4.3mm and 3.5mm in anteroposterior direction. PTV margin were 9.8mm, 13.5mm and 11.0mm in laterolateral, craniocaudal and anteroposterior direction, respectively.
Conclusions : The result in this study acquire systematic and random errors with verificaton by EPID gave PTV margin recommendation and showed that 13.5mm margin was adequate in planning 3DCRT/IMRT technique for cervical cancer in Department of Radiotherapy, Cipto Mangunkusumo Hospital. Immobilisation devices for pelvic region might be needed to improve the accuration of radiotherapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Ayu Wulandari
"Pendahuluan: Di Indonesia, kanker rektum menempati urutan kedua kanker gastrointestinal dengan jumlah kasus baru 14.122 (4,65 %) dari semua kasus kanker, dengan jumlah kematian sebanyak 6.827 jiwa. Hal ini menunjukkan perlunya suatu terapi terstandar dalam tatalaksana kanker rektum. KPKN pada tahun 2016 telah mengeluarkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker kolorektal sebagai panduan dalam terapi, yang diterapkan di RSCM sebagai Pedoman Praktis Klinis (PPK) Kanker kolorektal. Penelitian ini bertujuan menilai kepatuhan terapi dalam tatalaksana Kanker rektum dan hubungannya dengan kesintasan pasien.
Metode: Studi kohort retrospektif ini menilai pasien kanker rektum yang menjalani radioterapi di RSCM periode Januari 2017-Juni 2018, dengan kriteria inklusi pasien non metastasis, menjalani terapi radiasi neoajuvan di RSCM, dan menggunakan BPJS. Kepatuhan terapi dinilai dengan menggunakan PPK kolorektal 2016 sebagai acuan dengan variabel kepatuhan sequence/urutan terapi, kepatuhan interval waktu terapi, dan kepatuhan kesesuaian terapi dari masing masing modalitas
Hasil: Terdapat 30 pasien yang masuk kriteria inklusi, dengan usia rerata 48 ± 12 tahun. Mayoritas pasien terdiagnosa stadium IIIC. Kesintasan hidup keseluruhan pasien dalam 2 tahun adalah 43,3 %. Proporsi kesintasan 2 tahun pada kelompok yang mendapatkan kepatuhan terapi adalah 50% sedangkan Kelompok yang tidak mendapat kepatuhan terapi adalah 42,3 % (p=1), Kepatuhan keseluruhan adalah 13,3%, terdapat tren kesintasan yang terlihat lebih baik untuk kelompok yang patuh dibandingkan kelompok yang tidak patuh, meskipun secara statistik tidak bermakna (p=0.317).

Aims: Rectal cancer cases are the second highest gastrointestinal cancer with a total of 14,122 and new cases (4.65%) of all cancer cases, with 6,827 fatalities in Indonesia. A standardized treatment in the management of rectal cancer in Indonesia is needed. In 2016, The National cancer control committee (KPKN) issued the National Guidelines for Colorectal Cancer Medicine Services as a guide in therapy, which was implemented in A National health center (RSCM) as a Clinical Practical Guide (PPK) for Colorectal Cancer. This study objected to assess adherence in the management of rectal cancer and its relationship with patient survival.
Method: This retrospective cohort study assessed the rectum cancer patients undergoing radiotherapy in the RSCM period January 2017-June 2018, with the criteria of non-metastatic patient inclusion, undergoing Neoadjuvant radiation therapy in RSCM, and using government insurance. Adherence to guidelines is assessed using PPK Colorectal 2016 as a reference to compliance therapeutic sequence, compliance interval therapy time, and compliance with therapeutic conformity of each modality.
Results: There are 30 patients include this study, with an average age of 48 ± 12 years. The majority of patients diagnosed with stage IIIC. The overall survival of the patient in 2 years is 43.3%. The proportion of 2 years in the group receiving therapeutic adherence is 50% while the group who did not get therapeutic adherence was 42.3% (P = 1), overall compliance was 13.3%, there is a trend of survival that looks better for the adherence group than the disobedient group, although statistically not significant (P = 0.317).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmasari
"Latar Belakang: Radioterapi baik sebagai terapi tunggal maupun sebagai terapi kombinasi, memegang peranan yang penting dalam penatalaksanaan kanker payudara kiri. Eskalasi dosis dikatakan mampu meningkatkan kontrol dan menurunkan angka kekambuhan namun di sisi lain dapat meningkatkan angka toksisitas. Hingga saat ini masih terus dilakukan studi untuk menganalisis parameter dosimetri diantara teknik Three Dimensional Conformal Radiotherapy-Field and Field, Volumetric Modulated Arc Therapy, dan Helical Tomotherapy pada kanker payudara di departemen Radioterapi RSUPN-CM.
Metode: Studi eksperimental eksploratorik dengan melakukan intervensi pada 10 data CT plan pasien kanker payudara kiri yang diradiasi di Departemen Radioterapi RSUPN-CM. Dosis 50 Gy diberikan pada PTV dalam 25 fraksi. Cakupan PTV dievaluasi menggunakan Indeks konformitas CI dan indeks homogenitas HI. Menilai perbandingan PTV lokal D98, D95, D2, D50 dan supraklavikula dan menilai organ kritis sekitar target seperti paru kiri ipsilateral V20 le; 30, paru kanan contralateral V5 le; 50, jantung V25 le;10, payudara kanan contralateral Dmean < 5Gy.
Hasil: Dari hasil analisis statistik tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna antara 3DCRT-FIF, VMAT maupun HT dalam mencapai dosis D98 dan D95, pada D50 terdapat perbedaan yang bermakna antara 3DCRT-FIF dengan VMAT p=0,000, 3DCRT-FIF dengan HT p=0,000, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara VMAT dengan HT p=0,508. Dalam hal ini, ketiga teknik mampu memberikan cakupan dosis minimal yang baik pada volume target, meskipun begitu dari hasil penelitian ini teknik HT mampu memberikan nilai rerata D95 yang superior. Untuk D50 lokal ditemukan adanya perbedaan yang bermakna di 3 kelompok yang ada yaitu antara 3DCRT-FIF dengan VMAT p=0,000, 3DCRT-FIF dengan HT p=0,000, maupun VMAT dengan HT p=0,005. Didapat teknik HT memiliki nilai rerata D50 yang paling baik 50.01 0.25. Untuk D2 dari hasil analisis statistik ditemukan adanya perbedaan yang bermakna di 3 kelompok yang ada yaitu antara 3DCRT-FIF dengan VMAT p=0,005, 3DCRT-FIF dengan HT p=0,005, maupun VMAT dengan HT p=0,005.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata D98 dan D95, namun terdapat perbedaan bermakna pada cakupan dosis D2 dan D50 antara teknik 3DCRT-FIF vs VMAT, 3DCRT-FIF vs HT, dan VMAT vs HT, seluruhnya memperlihatkan perbedaan yang bermakna p < 0,05 . Rerata durasi penyinaran paling tinggi didapatkan dengan teknik HT dan paling rendah pada 3DCRT-FIF.

Background: Radiotherapy as a main or combination therapy, holds an important role in the management of left breast cancer. Dose escalation is said to increase control and lower recurrence rate. On the other hand, dose escalation increases toxicity. Until now there is many study comparing dosimetry parameters between three different techniques; Three Dimensional Conformal Radiotherapy ndash; Field and Field 3DCRT-FIF, Volumetric Modulated Arc Therapy VMAT and Helical Tomotherapy HT and in relation to left breast cancer in radiotherapy department RSUPN-CM.
Method: This is an experimental study with intervention on 10 left breast cancer patients, CT planning data. All the subjects underwent radiation in radiotherapy department RSUPN-CM. 50 Gy dose in 25 fractions was given for PTV. Afterwards, PTV coverage was evaluated using conformity index CI and homogeneity index HI . Comparison of critical organs was evaluated using Dmax le; 50 Gy spinal cord, V25 le; 10 heart, V20 le; 30 lung ipsilateral and V5 le; 30 lung contraleteral and Dmean < 5 Gy right breast.
Results: From the statistical analysis there is no difference between 3DCRT-FIF, VMAT and HT in achieving D98 in local PTV. At the D95 value there is a difference between 3DCRT- and VMAT p = 0.022, 3DCRT-FIF with HT p = 0.005, but no value exists between VMAT and HT p = 0.508. In this case, one of the techniques employed gives a good minimum amount of volume targets, although the results of this technique HT are able to provide a superior D95% average. For D50% locally found, there are three groups that exist between 3DCRT-FIF with VMAT p = 0,000, 3DCRT-FIF with HT p = 0,000, and VMAT with HT p = 0,005. HT technique has the highest mean D50 50.01 0.25. For D2 of the analysis results found there were significant differences in 3 groups that existed between 3DCRT-FIF with VMAT p = 0,005, 3DCRT-FIF with HT p = 0,005, and VMAT with HT p = 0,005.
Conclusion: There is no D98% and D95%, but there is still a difference with D2% and D50% between 3DCRT-FIF vs VMAT, 3DCRT-FIF vs HT, and VMAT vs HT, all significant differences (p <0.05). The highest average duration of exposure with HT and lowest on 3DCRT-FIF."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cytha Nilam Chairani
"Latar Belakang: Kanker kepala dan leher (KKL) termasuk kanker yang paling umum, menempati urutan keenam secara global. Kanker rongga mulut termasuk dalam entitas KKL, yaitu sekitar 75% kasus. Salah satu modalitas terapi onkologi, yaitu radioterapi (RT) dapat menyebabkan efek samping di oral, contohnya seperti berkurangnya fungsi mengunyah dan menelan, serta penurunan nafsu makan yang kemudian berkaitan dengan penurunan berat badan kritis. Penurunan berat badan kritis (PBBK) didefinisikan sebagai penurunan berat badan yang tidak disengaja sebesar 5% pada 1 bulan atau 10% pada 6 bulan sejak dimulainya RT. Tujuan: Mengetahui faktor yang berhubungan dengan PBBK pada pasien RT kepala dan leher di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Metode Penelitian: Analisis observasional retrospektif dengan menggunakan data sekunder (rekam medis) dari 125 pasien kanker mulut di Rumah Sakit Kanker Dharmais periode 2018-2022. Hasil: Rata-rata usia pasien adalah 50,2±14,5 tahun terdiri dari laki-laki sebanyak 68 orang (54,4%) dan perempuan sebanyak 57 orang (45,6%). Pasien yang mengalami PBBK pada satu bulan sejak RT selesai sebanyak 69 orang (72,6%). Analisis bivariat untuk melihat faktor yang berpengaruh terhadap PBBK menunjukkan hanya variabel xerostomia selama RT yang signifikan (p = 0,006). Kesimpulan: Xerostomia selama RT merupakan faktor yang berpengaruh terhadap PBBK. Kolaborasi multidisipliner tim onkologi diperlukan untuk mencegah PBBK, termasuk dokter gigi untuk memantau komplikasi oral selama RT.

Introduction: Head and neck cancer (HNC) is the sixth most common cancer worldwide. 75% of HNCs are oral cancer. Radiotherapy (RT) is generally an oncology therapy that can develop side effects associated with oral complications due to RT. These complications can interfere with chewing and swallowing, which subsequently cause a decrease in appetite. Furthermore, patients may experience critical weight loss (CWL) defined as involuntary weight loss of 5% at one month or 10% at six months from the start of RT. Objective: To investigate the factor which correlates with CWL in head and neck RT patients treated in Dharmais Cancer Hospital. Methods: A retrospective observational analysis using secondary data (medical records) of 125 oral cancer patients at Dharmais Cancer Hospital in 2018-2022. Results: The mean age of patients was 50,2±14,5 years, with 68 (54,4%) male and 57 (45,6%) female. Sixty-nine patients (72,6%) developed CWL one month after RT, and the only significant factor in CWL was xerostomia during RT (p = 0,006). Conclusion: Xerostomia during RT is an influencing factor of CWL. Multidisciplinary collaboration of the oncology team is needed to prevent CWL, including the dentist to monitor oral complications during RT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Salsabila
"Radioterapi merupakan salah satu cara digunakan untuk mengobati kanker pada manusia. Perawatan radioterapi yang ideal memberikan radiasi dosis tinggi ke tumor tetapi dosis minimal ke jaringan normal di sekitarnya. Teknik Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT) dipilih karena dapat memungkinkan untuk menyelamatkan lebih banyak jaringan normal jika dibandingkan dengan teknik lainnya. Treatment Planning System (TPS) merupakan kunci untuk memaksimalkan distribusi dosis pasien dalam pelaksanaan radioterapi. Akan tetapi ketidakpastian geometris selalu ada dalam proses perencanaan dan pelaksanaan radioterapi. ICRU 50 merekomendasikan penerapan margin ke Planning Target Volume (PTV) sebagai kompensasi atas ketidakpastian geometri. Nilai margin untuk PTV akan dihitung dengan menggunakan persamaan yang dirokemendasikan oleh Stroom dan van Herk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai margin untuk PTV melalui nilai kesalahan sistematik dan acak yang diperoleh dari data pasien yang menjalani perawatan radioterapi kanker payudara. Kriteria yang digunakan adalah pasien yang mendapatkan perawatan untuk kanker payudara, mendapatkan penyinaran dengan teknik IMRT menggunakan pesawat Halcyon di Instalasi Pelayanan Terpadu Onkologi Radiasi RSCM, verifikasi geometri
dilakukan menggunakan citra EPID, dan memiliki 25 fraksi perawatan. Pengambilan data pergeseran dilakukan melalui perangkat lunak TPS Eclipse. Data yang diperoleh adalah data pergeseran isocenter yang dikoreksi secara online dalam tiga arah yaitu arah vertikal (anterior–posterior), longitudinal (cranial-caudal), dan lateral (left-right). Nilai kesalahan sistematik didapatkan melalui standar deviasi dari rata-rata pergeseran pasien, sedangkan nilai kesalahan acak didapatkan melalui rata-rata dari standar deviasi pergeseran pasien. Nilai-nilai tersebut digunakan untuk mendapatkan nilai margin untuk PTV berdasarkan persamaan margin untuk
PTV rekomendasi Stroom dan van Herk. Nilai margin untuk PTV yang diperoleh dievaluasi kepada beberapa pasien dengan melakukan planning dan contouring ulang. Hasil dari planning dan contouring ulang akan dibandingkan dengan hasil dari penerapan margin yang disarankan oleh dokter.

Radiotherapy is one of the methods used to treat cancer in humans. The ideal radiotherapy
treatment delivers a high dose to the tumor but a minimal dose to the surrounding normal tissue.
The Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT) technique was chosen because it can help save more normal tissue when compared to other techniques. The Treatment Planning System (TPS) is the key to maximizing the patient dose distribution in the implementation of radiotherapy. However, geometric uncertainty always exists in the process of planning and implementing radiotherapy. ICRU 50 recommends applying a margin to the Planning Target
Volume (PTV) as compensation for geometric uncertainty. The margin value for PTV will be
calculated using the equation recommended by Stroom and van Herk. This study aims to determine the margin value for PTV through systematic and random errors obtained from data on patients undergoing radiotherapy treatment for breast cancer. The criteria used were patients who received treatment for breast cancer, received radiation with the IMRT technique using a Halcyon aircraft at the Radiation Oncology Integrated Service Installation of RSCM, geometric levers were carried out using EPID images, and had 25 treatment fractions. data retrieval is done through the TPS Eclipse software. The data obtained is isocenter shift data which is
corrected online in three directions, namely vertical (anterior-posterior), longitudinal (cranial-caudal), and lateral (left-right) directions. The systematic error value is obtained through the standard deviation of the shift mean, while the random error value is obtained through the average of the shift standard deviation. These values are used to obtain the margin value for
PTV based on the margin equation for PTV recommended by Stroom and van Herk. Margin values for PTV obtained by some patients by planning and contouring. The results of the replanning and re-contouring will be compared with the results of applying the margins recommended by the doctor.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>