Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84391 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarifudin
"Peran batubara dalam pembangkit listrik semakin penting mengingat sumberdaya energi primer lainnya semakin langka. Karakteristik PLTU berbahan bakar batubara (PLTU-B) menyebabkan jenis pembangkit ini sesuai untuk mendukung beban dasar. Sebagian besar PLTU-B yang beroperasi saat ini berlokasi di Jawa. Adapun sumberdaya batubara yang menjadi bahan bakarnya terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Dalam upaya meminimalkan biaya pengadaan batubara untuk PLTU-B tersebut, maka dibuatlah model program linear yang dapat digunakan untuk menentukan sumber pasokan batubara bagi PLTU-B tersebut. Dalam penelitian ini dipilih lima PLTU-B yang terdapat di Jawa dan delapan perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Sumatera dan Kalimantan sebagai sumber pasokan batubara bagi kelima PLTU-B tersebut.

The role of coal in power generation becomes more important since the primary energy source became scarce. The characteristic of coal combustion makes this type of power generation suitable to support base load of electricity. Most of the existing coal fired power plant is located in Java. Meanwhile the coal as it fuels came form Sumatra and Kalimantan. In order to minimizing the cost in providing coal for that power plant, the model of linear program is setting. In this research there are five PLTU-B in Java has been selected and eight coal mining company in Sumatra and Kalimantan as supply source for those power plant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niniek Dwi Hapsari
"Pembuatan karbon aktif menggunakan reaktor aktivasi dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karbon aktif berbahan baku batubara Barito, Kalimantan Selatan, dengan aktivasi menggunakan CO2 serta menganalisis pengaruh waktu aktivasi dan laju alir CO2 terhadap luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan. Proses aktivasi dilakukan pada temperatur 900°C dan waktu aktivasi divariasikan pada 30 menit, 60 menit, dan 90 menit, serta laju alir CO2 divariasikan pada 300 mL/menit, 400 mL/menit, dan 500 mL/menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu aktivasi dan laju alir CO2, maka luas permukaan yang direpresentasikan dengan bilangan iod semakin meningkat. Luas permukaan karbon aktif tertinggi yang direpresentasikan dengan bilangan iod sebesar 300,67 mg/g diperoleh dengan aktivasi pada laju alir CO2 sebesar 500 mL/menit dan waktu aktivasi selama 90 menit.

Preparation of activated carbon using activation reactor is done in this research. This research aims to produce activated carbon from Barito Coal, South Kalimantan, using CO2 activation and analyze the effects of activation time and CO2 flow rate on the surface area of activated carbon produced. The activation process carried out at a temperature of 900°C and activation time was varied at 30 minutes, 60 minutes, and 90 minutes, and CO2 flow rate was varied at 300 mL/min, 400 mL/min, and 500 mL/min. The results showed that increasing activation time and CO2 flow rate, the surface area represented by iodine number is increasing. The highest surface area of activated carbon which represented by iodine number of 300.67 mg/g obtained by activation with CO2 flow rate of 500 mL/min and the activation time for 90 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ramananda
"ABSTRAK

Kebutuhan energi listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk, dan pesatnya perkembangan di sektor industri. Kebutuhan energi Indonesia, salah satunya energi listrik saat ini terpusat di Jawa-Bali. Untuk memenuhi kebutuhan listrik sistem Jawa-Bali ke depan, sebagian besar akan disuplai dengan PLTU berbahan bakar batubara yang telah direncanakan akan dibangun di Pulau Jawa.

Sumber energi primer batubara di Pulau Jawa hampir dapat dikatakan tidak ada. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan batubaranya harus didatangkan dari Pulau Sumatera dan Kalimantan yang memiliki sumber batubara. Disamping itu ada rencana pembangunan transmisi HVDC sebagai sistem interkoneksi Sumatera-Jawa dengan membangkitkan energi listrik di Mulut Tambang Sumatera Selatan kemudian energi listriknya ditransmisikan langsung ke Pulau Jawa. Skripsi ini bertujuan menganalisis keekonomian penggunaan transmisi HVDC untuk sistem interkoneksi Sumatera-Jawa dalam penyedia tenaga listrik di Jawa dibanding dengan pengiriman batubara dari Sumatera untuk PLTU di Jawa.


ABSTRACT

Electricity needs from year to year increase. This increase is in line with the increasing pace of economic growth, population growth, and rapid development in the industrial sector. Indonesia's energy demand, one of which electrical energy is currently concentrated in Java-Bali. For Supply demand of the Java-Bali electricity system in the future, most will be supplied by coal-fired power plant planned to be built in Java.

Primary energy sources of coal in Java almost nothing can be said. So as to meet the needs of the coal must be imported from the island of Sumatra and Kalimantan, which has a coal resource. Besides, there are plans to build a HVDC transmission system with a Java-Sumatra interconnection generate electricity in South Sumatra Mine Mouth then electrical energy is transmitted directly to Java. This study aims to analyze the economical use of HVDC transmission system for the Java-Sumatra interconnection of electric power provider in Java than with the delivery of coal to the power plant in Sumatra, Java

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawan Nugrahanto
"[Dalam beberapa tahun terakhir harga batubara kalori rendah (3000-4000 Kcal) turun hingga USD 35 per ton dari periode keemasannya yang sempat mencapai USD 60 per ton tahun 2011, apabila kita tarik dari periode 5 tahun ke belakang semenjak tahun 2010 maka terjadi penurunan 42%. Menurut penelitian yang telah di lakukan sebelumnya
(Eko Hariyanto : Optimasi Cadangan Pemanfaatan Batubara Dalam Bauran Energi Nasional, Manajemen Energi UI,2014) mengatakan bahwa dengan mengkonversikan perusahaan batubara menjadi perusahaan energi dapat membantu menahan ekspor batubara dengan intensif yaitu memulihkan nilai ROI dari perusahaan batubara. Perusahaan batubara tersebut merupakan perusahaan skala besar dengan kekuatan modal yang besar pula, oleh karena itu penelitian (tesis) ini mencoba untuk mendapatkan perhitungan dan analisa keekonomian yang dapat digunakan untuk meneliti kelayakan perubahan perusahaan produsen batubara skala low-medium capacity menjadi perusahaan produsen listrik skala tertentu. Dengan melakukan perhitungan simulasi dan komparasi didapati bahwa perusahaan batubara PT Kalimantan Prima Persada selaku obyek penelitian dengan melakukan diversivikasi usaha dibidang pembangkit listrik tenaga uap skala 2x50 MW didapatkan nilai NPV dan IRR yang paling optimum dengan titik terendah perubahan harga batubara kalori rendah yang bernilai USD 26 per ton, maka
neraca keuangan perusahaan masih bernilai positif, sebagai akibat adanya optimalisasi usaha antara penjualan batubara dan diversifikasi unit usaha bidang pembangkit energi listrik.;In recent years the price of low calorie coal (3000-4000 Kcal) fell by USD 35 pertonne from the golden period which reached USD 60 per tonne in 2011, when we pull out of the last 5 years period since the year 2010, the decrease at 42% , According to the research that has been done before (Eko Hariyanto: Optimization of Coal Utilization Reserves National Energy Mix, Energy Management UI, 2014) says that the company converting coal into energy companies can help withstand intensive coal exports are
recovering ROI value of the coal company. However, the coal company is a large-scale company with greater capital strength, therefore research (thesis) tries to get the economic calculations and analysis that can be used to examine the feasibility of change in coal producing companies low-medium scale capacity into electricity producer a
certain scale. By performing simulation calculations and comparisons found that the coal company PT Kalimantan Prima Persada as an object of research by doing business diversification in the field of thermal power plant 2x50 MW scale, NPV and IRR values obtained optimum with the lowest point of low grade coal price change which is worth USD 26 per tons of the company's balance sheet is still worth a plus, as a result of optimization of business between coal sales and diversification of the electrical generation business unit., In recent years the price of low calorie coal (3000-4000 Kcal) fell by USD 35 per
tonne from the golden period which reached USD 60 per tonne in 2011, when we pull out
of the last 5 years period since the year 2010, the decrease at 42% , According to the
research that has been done before (Eko Hariyanto: Optimization of Coal Utilization
Reserves National Energy Mix, Energy Management UI, 2014) says that the company
converting coal into energy companies can help withstand intensive coal exports are
recovering ROI value of the coal company. However, the coal company is a large-scale
company with greater capital strength, therefore research (thesis) tries to get the
economic calculations and analysis that can be used to examine the feasibility of change
in coal producing companies low-medium scale capacity into electricity producer a
certain scale. By performing simulation calculations and comparisons found that the coal
company PT Kalimantan Prima Persada as an object of research by doing business
diversification in the field of thermal power plant 2x50 MW scale, NPV and IRR values
obtained optimum with the lowest point of low grade coal price change which is worth
USD 26 per tons of the company's balance sheet is still worth a plus, as a result of
optimization of business between coal sales and diversification of the electrical
generation business unit.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deshtyan Erlangga Adi
"Industri Batubara Kokas Indonesia aktif beraktivitas sejak tahun 1990-an, sementara produksinya secara besar-besaran dimulai sejak tahun 2010. Peningkatan permintaan baja dunia dalam beberapa tahun terakhir berkontribusi pada eskalasi permintaan batubara kokas. Tren ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi batubara kokas. Namun, industri batubara kokas Indonesia menghadapi sejumlah tantangan besar, diantaranya adalah transportasi, logistik, dan sistem distribusi. Dalam aspek maritim, pemilik konsesi tambang harus mengirimkan batubara dengan melintasi Sungai Barito sepanjang 774 Km di Kalimantan Selatan, dan dengan kapasitas tongkang terbatas hanya sebesar 3.700 MT per tongkang. Hal ini mengakibatkan tidak optimalnya biaya logistik karena keterbatasan kapasitas tongkang, jumlah tongkang yang dibutuhkan, hari pelayaran yang terbatas dan kedalaman sungai yang dangkal. Penelitian ini berupaya merumuskan model logistik maritim yang optimal untuk meminimalisir total biaya logistik dan jumlah tongkang yang dibutuhkan. Studi kasus dilakukan di PT. XYZ, salah satu perusahaan batubara kokas terbesar di Indonesia, untuk merumuskan model tersebut. Fasilitas logistik berbasis model cross docking dikembangkan untuk menyelesaikan masalah penelitian. Pemilihan lokasi diputuskan dengan metode penilaian faktor, AHP, dan alokasi volume pengiriman optimal di seluruh model logistik yang tersedia diselesaikan dengan menggunakan metode pemrograman linear dengan tujuan untuk meminimalkan total biaya logistik. Didapatkan bahwa model cross docking dapat menjadi solusi untuk pengiriman batubara kokas volume sedang dan tinggi, sementara volume rendah masih dapat diakomodasi oleh model direct shipment.

Indonesia coking coal was actively started since 1990s while the production massively began since 2010. World steel demand is increasing in the recent years, contributing to the escalation of coking coal demand. This trend is an opportunity for Indonesia to increase coking coal production. However, Indonesia coking coal industry faces some major challenges, such as transportation, logistic, and distribution system. In the maritime aspect, mining owner has to ship the coal through 774 Km across Barito River in South Kalimantan, with limited barge capacity in 3.700 MT per barge. This created an un-optimal logistic cost due to the limitation of barge capacity, number of barges needed, limited sailable days and shallow river depth. This research attempts to formulate the optimal maritime logistic model to minimize the total logistic cost and number of barges needed. A case study was conducted in PT. XYZ to formulate the model, which is one of the biggest coking coal company in Indonesia. A logistic facility based on cross docking model is developed to solve the issues. The location is decided by factor rating method, AHP, and the optimal shipment volume allocation across the available logistic models is solved by linear programming with objective to minimize the total logistic cost. This research found that the cross docking model can be a solution for medium and high volume of coking coal shipment, while the low volume can still be accommodated by direct shipment model"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Ayunda Rachmalia
"Kandungan air pada batubara mempunyai efek yang signifikan terhadap kapasitas adsorpsi gas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji adsorpsi gas metana untuk meneliti pengaruh kandungan air terhadap kapasitas adsorpsi gas pada batubara Indonesia. Batubara yang digunakan adalah batubara Barito dan Ombilin dengan kandungan air 0%, 3%, 7%, dan 10% untuk batubara Barito, dan 0%, 1%, 3%, dan 7% untuk batubara Ombilin. Uji adsorpsi dilakukan pada suhu 25-26oC dari tekanan 116-816 Psia, dengan rentang 100 psia. Uji adsorpsi metana menggunakan metode volumetrik dengan temperatur konstan sehingga dapat dilakukan dengan perhitungan adsorpsi isotermal Gibbs. Dalam penelitian ini, digunakan model Langmuir yang dimodifikasi untuk permodelan kapasitas adsorpsi batubara. Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi metana batubara kering Barito pada tekanan 816 psia adalah 2,01 mmol/gr, lebih besar 9,5% dibandingkan dengan batubara kering Ombilin (1,82 mmol/gr). Secara umum, kapasitas adsorpsi metana pada batubara berkurang dengan penambahan kandungan air sampai pada kandungan air kesetimbangannya. Kandungan air pada batubara diatas kesetimbangannya tidak berpengaruh signifikan terhadap pengurangan kapasitas adsorpsi lebih lanjut. Kapasitas adsorpsi batubara Barito dengan kandungan air 3% serta 7% (kesetimbangan) turun sebesar 20,96% dan 35,45% dibandingkan dengan batubara Barito kering, sedangkan kapasitas adsorpsi batubara Ombilin dengan kandungan air 1% serta 3% (kesetimbangan) turun sebesar 26,9% dan 37,76% dibandingkan dengan batubara Ombilin kering. Hasil data adsorpsi isotermal gas metana pada batubara Ombilin dan Barito tersebut dapat direpresentasikan dengan baik oleh permodelan adsorpsi isotermis Langmuir modifikasi dengan rata-rata %AAD sebesar 4,2%.

Moisture content in coal has significant effect on gas adsorption capacity. Therefore, this study of methane adsorption test are to examine the influence of moisture content on gas adsorption capacity of Indonesia coal. Barito and Ombilin Coal with moisture content 0%, 3%, 7%, and 10% for Barito coal, and 0%, 1%, 3% and 7% for Ombilin coal are used in the experiment. Adsorption tests are performed at 25-26oC temperature and 116- 816 psia pressure, with a range of 100 psia. Methane adsorption test in this study use volumetric method with a constant temperature, hence the method could be done with the calculation of isothermal Gibbs adsorption. In this study, Langmuir model modified is used for modeling adsorption capacity of coal. Adsorption test results show that methane adsorption capacity of dry Barito coal at 816 psia was 2.01 mmol/g, 9.5% higher than dry Ombilin coal (1.82 mmol/g). In general, methane adsorption capacity on coal is reduced in response to the addition of moisture content which were added until equilibrium moisture content is reached. Moisture content in coal above the equilibrium has no significant effect on further reduction of adsorption capacity. Adsorption capacity of Barito coal with moisture content of 3% and 7% (equilibrium) decreased by 20.96% and 35.45% compared with dry Barito coal, while the adsorption capacity of Ombilin coal with moisture content of 1% and 3% (equilibrium) decreased by 26.9% and 37.76% compared with dry Ombilin coal. The results of methane adsorption isotherm data in Barito and Ombilin coal could be appropriately represented by the Langmuir model modified with an average AAD percentage of 4.2%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1607
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Latifa Nuraini Noviana
"ABSTRAK
Material karbon aktif berbahan dasar batubara berukuran nanometer dan submikrometer dikembangkan untuk menghasilkan material penyimpan hidrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas perlakuan mekanokimia dan karakteristik material yang dihasilkan. Perlakuan mekanokimia dilakukan dalam kondisi kering dimana rasio sampel : KOH sebesar 1:1 dan dilakukan selama 1 jam. Kemudian karbon yang telah dilakukan mekanokimia, dibentuk
pelet dengan penambahan pengikat yang mengandung fruktosa, glukosa, dan oligo. Beberapa pengujian seperti PSA, BET, SEM, dan XRD dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari material karbon aktif termasuk pengujian kapasitas penyerapan gas hidrogen. Reduksi ukuran partikel karbon aktif mencapai 98,9 % setelah dilakukan penggilingan bola planetari. Penyerapan gas hidrogen karbon
aktif pelet dari batubara bituminus empat kali lebih tinggi dari karbon aktif granular pada temperatur -5 oC dan 25 oC.

ABSTRACT
Coal-based activated carbon materials with nanometer and submicrometer-sized were developed to produce a hydrogen storage material. This research aimed to study the effectiveness of mechanochemical treatment and the characteristics of materials which have been produced. Mechanochemical treatment was done in dry condition where the ratio of sample : KOH was 1:1 and performed for 1 hour. Then carbons which have been done with mechanochemical treatment, will be formed into pellets with the addition of binder which contains fructose, glucose, and oligo. Some tests such as PSA, BET, SEM, and XRD performed to determine the characteristics of activated carbon materials including hydrogen adsorption capacity testing. Particle size reduction of activated carbon reached 98.9 % after planetary ball milling. The adsorption of hydrogen gas of pelletized activated carbon from bituminous coal was four times higher than granular activated carbon at temperature of -5 oC and 25 oC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>