Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107924 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hadi Hartamto
"Hasil analisis semen yang dilakukan di Bagian Biologi FKUI dari-tahun 1975 - 1980 terhadap 1000 pasangan ingin anak (PIA) menunjukkan, bahwa 32,8% dari pasangan tersebut penyebab kegagalan memperoleh anak berasal dari pihak suami (28 ). Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda telah didapatkan oleh Shane dkk (54 ) di Amerika Serikat. Di antara PIA tersebut ada sekelompok suami yang semennya termasuk golongan normozoospermia. Secara teoritis kelompok ini mempunyai kemungkinan keberhasilan yang lebih besar dalam menahasilkan konsensi dibandingkan dengan kelompok oligozoospermia. Penelitian yang dilakukan oleh Van Zyl (64 ) mebuktikan, bahwa kelompok ologozooepermia cenderung memiliki abnormalitas kromosom yang tinggi. Kecenderungan ini akan lebih nyata terlihat pada kelompok oligozoospermia berat.
Akhir-akhir ini, dalam penanganan kasus-kasus infertilitas sering dilakukan tindakan inseminasi buatan dengan semen suami, atau dilakukan.fertilisasi in vitro yang diteruskan dengan transfer embrio ke dalam rahim isteri. Untuk kepentingan tersebut digunakan spermatozoa yang telah diisolasi atau dijaring dengan metode tertentu.
Farris& Douglas (19 ); Amelar & Hotchiss ( 1 ), Berta Elliason & Lindholmer (15 ) menggunakan fraksi pertama dari "split ejaculate untuk inseminasi. Fraksi ini mengandung spermatozoa dengan konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi-fraksi berikutnya. antuk keperluan yang sama Herman dkk.(30) serta Glass & Ericson (21) menggunakan teknik pencucian spermatozoa. Paulson & Polakoski (52) melakukan inseminasi dengan menggunakan spermatozoa motil yang telah dipisahkan dari serpihan-serpihan sel maupun spermatozoa immotil melalui proses penyaringan menggunakan "glass won".
Di samping teknik-teknik yang disebutkan di atas, terdapat metode lain yang dapat digunakan untuk merjaring spermatozoa motil in vitro. Metode tersebut merupakan modifikasi migrasi spermatozoa ke getah serviks pada keadaan in vivo menggunakan medium tertentu sebagai pengganti getah serviks. Metode ini kemudian dikenal sebagai metode migrasi ke atas (swim up). Beberapa peneliti menggunakan beberapa larutan yaitu larutan Hams, Tyrode, dan nosphat buffer saline, telah membuktikan bahwa spermatozoa semen golongan oligozoospermia yang terjaring dengan metode swim up memiliki kualitas yang baik (12, 27, 35, 40)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Widiastuti
"Pendahuluan
Di Indonesia terdapat 3 juta pasangan infertil. Dengan kemajuan ilmu kedokteran pada umumnya dan andrologi pada khususnya, baru sekitar 50 % dari pasangan tersebut yang dapat ditolong. Dari pasangan infertil tersebut, sekitar 40% disebabkan adanya gangguan pada pihak pria.
Tujuan utama dari berbagai cara penyiapan spermatozoa adalah untuk memisahkan spermatozoa dari plasma semen setuntas mungkin, sehingga diperoleh spermatozoa yang memiliki fungsi baik untuk keperluan artificial insemination husband (AIH) maupun in vitro fertilization (IVF). Prosedur pemisahan spermatozoa ini, antara lain metoda penyaringan dengan glass wool, kolom albumin, metoda swim-up dan metoda sentrifugasi gradien percoll. Adapun metoda yang sering digunakan untuk keperluan AIH maupun IVF pada pasangan ingin anak adalah metoda swim-up dan metoda sentrifugasi gradien percoll.
Metoda swim-up telah terbukti efektif dalam memisahkan spermatozoa dengan kualitas tinggi pada semen normozoospermia dan oligozoospermia dalam hal motilitas dan morfologi spermatozoa. Namun, metoda swim-up menjadi pilihan mengingat bahan-bahan yang diperlukan untuk metoda swim-up relatif lebih murah dan mudah diperoleh.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan metoda swim up dengan metoda sentrifugasi gradien percoll dua lapis dalam menghasilkan spermatozoa dengan kualitas fungsi yang baik untuk keperluan pengembangan pelayanan penanggulangan masalah infertilitas.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumartika Yimastria
"ABSTRAK
Penelitian kriopreservasi spermatozoa ikan lukas memiliki tujuan mengetahui pengaruh
berbagai konsentrasi susu skim (0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%) terbaik terhadap
motilitas, viabilitas dan abnormalitas serta kemampuan fertilisasi spermatozoa ikan
lukas pascakriopreservasi. Larutan pengencer yang digunakan dalam penelitian adalah
larutan Fish Ringer, dengan rasio pengenceran yang digunakan adalah 1:9.
Kriopreservasi dilakukan pada deep freezer dengan suhu -34°C, dengan lama
penyimpanan selama 48 jam. Spermatozoa hasil kriopreservasi selama 48 jam
digunakan untuk membuahi sel telur ikan lukas. Hasil fertilisasi digunakan untuk
mengukur parameter kualitas spermatozoa yang baik. Berdasarkan hasil uji ANAVA
satu arah menunjukkan pemberian berbagai konsentrasi susu skim memiliki nilai ratarata
persentase motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa ikan lukas 48 jam
pascakriopreservasi yang berbeda nyata (P<0,05). Hasil terbaik ditunjukkan pada
konsentrasi susu skim 20% dengan nilai persentase motilitas, viabilitas dan
abnormalitas secara berurutan sebesar 81,70 ± 0,70%; 80,37 ± 2,72%; dan 25,87 ±
1,7%. Hasil analisis pada fertilisasi pascakriopreservasi menyatakan bahwa nilai ratarata
persentase fertilisasi tidak berbeda nyata antar perlakuan, namun pada konsentrasi
susu skim 20% kemampuan fertilisasi mampu dipertahankan dengan baik terlihat
dengan nilai rata-rata fertilisasi tertinggi yaitu 65 ± 6,45%.

ABSTRACT
The objective of this study was to discover the effect of skim milk from various
concentration (0%, 5%, 10%, 15%, 20%, and 25%) which give the best effect towards
motility, viability, abnormality and fertilization capability of Puntius
bramoides spermatozoa two days after freezing. We used Fish Ringer to dilute the
spermatozoa at 1:9 ratio. Based on the ANOVA analysis, the treatment groups showed
significant difference in average motility, viability and spermatozoa abnormality
percentage with the control (P<0.05). Tukey test showed best result are obtained from
20% skim milk with average motility (81.70 ± 0.70%), sperm viability (80.37 ± 2.72%),
and sperm abrnormality (25.87 ± 1.7%). The analysis from postcryopreservation
fertilization showed no significant difference (P>0.05) in average motility percentage
between treatment groups and control. However, the highest concentration percentage
of fertility (65 ± 6,45%) was shown by the combination of 20% skim milk and 10%
methanol."
2018
T49266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Wulandari
"ABSTRAK
Penelitian kombinasi konsentrasi kuning telur sebagai krioprotektan belum pernah
dilakukan pada ikan Botia (Chromobotia macrachanthus). Penelitian menggunakan
konsentrasi kuning telur sebagai krioprotektan ekstraseluler dan metanol 10% sebagai
krioprotektan intraseluler. Konsentrasi kuning telur (0%, 5%, 7%, 9%, 11%, 13%, 15%,
17%) dan penggunaan Carboxymethyl Cellulose (CMC) 1% terhadap motilitas,
viabilitas dan abnormalitas spermatozoa ikan botia 24 jam pascakriopreservasi.
Preservasi dilakukan pada tabung nitrogen cair dengan suhu -196°C. Berdasarkan hasil
uji ANAVA satu arah menunjukkan pemberian berbagai konsentrasi kuning telur
berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap persentase motilitas, viabilitas, dan abnormalitas
spermatozoa ikan Botia 24 jam pascakriopreservasi. Konsentrasi kuning telur optimum
ialah 15%, dengan nilai persentase motilitas (96,43 ± 1,49%), nilai persentase viabilitas
(84,25 ± 1,26%) serta nilai persentase abnormalitas terendah (11,50 ± 1,29%). Uji
Tukey persentase nilai fertilitas telur 24 jam pascakriopreservasi tertinggi pada
konsentrasi kuning telur 15% (50,64 ± 4,37%).

ABSTRACT
The combination effect of egg yolk and 10% methanol on Botia fish spermatozoa
quality and has not been performed, yet. Accordingly, the objrctive of study was: first,
to evaluate the motility rate, viability rate, and abnormality of Botia fish spermatozoa 1
day after cryopreservation. Second, to evaluate the fertility rate of Botia fish egg after
fertilized by cryopreserved sperm. The various concentration of egg yolk used were,
5%, 7%, 9%, 11%, 13%, 15%, and 17% whereas the negative control (0%) used 10%
methanol only without egg yolk. While, the positive of control used 1% of CMC. Botia
sperm and egg were collected by hand stripping method. Physical and chemical of
botia sperm had been observed by visual observation whereas the otility rate, vuiability
rate, abnormality rate and fertility rate determined by light microscope. Botia fish
sperm were mixed with cryoprotectand and extender before freezing at -196℃ (in LN).
cryopreservation of botia fish sperm were conducted for one day. Based on one-way
ANOVA test, gave the significant different between treatment group and control.
Furthermore, according to Tuket test, they were gave the significant different (P<0.05)
also among treatment group. Fifteen percent of egg yolk was optimum concentreation
that gave the highest motility rate, (96.43 ± 1.49%), and the highest viability (84.25 ±
1.26%) and showed the lowest percentage of abnormality (11.50 ± 1.29%), and also the
highest fertility rate of Botia fish egg that (50,64 ± 4,37%) with protected by 15% of
egg yolk."
2018
T49267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primasari Pertiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi kuning telur
sebagai krioprotektan alami yang efektif untuk kriopreservasi dan menganalisis kualitas
spermatozoa serta mengitung nilai persentase fertilitas sel telur dengan spermatozoa ikan lukas (Puntius bramoides Val) 48 jam pascakriopreservasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan dan 4 kali ulangan. Konsentrasi kuning telur yang digunakan sebagai krioprotektan adalah 0% (kontrol negatif), 5%, 7%, 9%, 11%, 13%, 15%, 17%, dan penggunaan Carboxymethyl Cellulose
(CMC) 1% sebagai kontrol positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
beberapa konsentrasi kuning telur sebagai krioprotektan ekstraseluler alami mampu
mempengaruhi nyata (P< 0,005) terhadap kualitas spermatozoa ikan lukas 48 jam pascakriopreservasi. Penggunaan kuning telur dengan konsentrasi 9% merupakan konsentrasi optimum dalam mempertahankan persentase motilitas (80,45 ± 0,93%) dan persentase viabilitas (80,75 ± 1,55%) spermatozoa ikan lukas. Kuning telur dengan konsentrasi 9% juga optimum dalam menurunkan persentase abnormalitas spermatozoa ikan lukas (26,13 ± 1,49%). Penelitian mengenai nilai persentase fertilitas sel telur oleh spermatozoa ikan lukas menunjukkan bahwa penggunaan kuning telur sebagai krioprotektan ekstraseluler alami tidak memberikan pengaruh nyata (P> 0,005) terhadap nilai fertilitas ikan lukas 48 jam pascakriopreservasi. Persentae fertilitas sel
telur oleh spermatozoa pascakriopreservasi dengan konsentrasi kuning telur 9% memiliki nilai tertinggi (59,38 ± 9,44%), sedangkan tanpa kuning telur (0%) memiliki nilai terendah (41,25 ± 5,2%). Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan persentase fertilitas ikan lukas pascakriopreservasi dari persentase 81,25% (sperma segar) menjadi 41--59%.

The objective of study was to evaluated the effect egg yolk at concentration of 0%
(negative control), 5%, 7%, 9%, 11%, 13%, 15%, and 17%, respectively combined with 10% of methanol on percentage of sperm motility, viability, and abnormality 48 hours after freezing. There were significant different (P< 0,005) among treatment groups and control based on one way ANOVA test. In edition 9% of egg yolk was theoptimum consentration which shown the highest percentage of sperm motility (80.45 ±0.93%) and percentage of sperm viability (80.75 ± 1.55%), and also shown the lowest
percentage of sperm abnormality (26.13 ±1.49%). Research on the percentage of fertility after fertilization of lukas egg using 48 hours post-cryopreserved sperm protected by variation consentration egg yolk and 10% methanol showed that there were not significant different (P> 0,05) among treatment groups and control. However, the highest percentage of fertility was shown by 9% of egg yolk (59,38 ± 9,44%). Further, the percentage of fertility decreased from 81,25% (egg who fertilized by fresh sperm) to 59,38% (egg fertilized by cryopreserved sperm).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erda Ayu Umami
"

Latar Belakang: Prosedur transfer embrio merupakan salah satu langkah pada teknologi reproduksi berbantu, dapat dilakukan transfer embrio beku atau embrio segar. Kemanan teknologi ini masih menjadi perhatian. Sehingga penting untuk mengetahui pengaruhnya terhadap luaran dalam hal ini tumbuh kembang anak.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan transfer embrio beku dibandingkan embrio segar terhadap tumbuh kembang anak usia 0-3 tahun.

Metode: Metode penelitian ini adalah analitik komparatif dengan desain penelitian cross sectional, membandingkan tumbuh kembang anak hasil FIV dengan transfer embrio beku dibandingakan embrio segar. Pertumbuhan menggunakan parameter berdasarkan WHO Child Growth Standards 2006 atau WHO Anthro 2006. Sedangkan perkembangan menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP).

Hasil: Dari 2 kelompok subjek penelitian anak hasil FIV dengan transfer embrio beku (n=30) dibandingkan dengan embrio segar (n=30), tidak ada perbedaan pertumbuhan dan perkembangan. Nilai OR sebesar 0,64 (95% CI: 0,10-4,15) menunjukkan tidak ada perbedaan risiko gangguan gizi pada FIV dengan transfer embrio segar dibandingkan dengan embrio beku. Nilai OR sebesar 0,36 (0,06-2,01) menunjukkan tidak ada perbedaan risiko anak perawakan pendek pada FIV dengan transfer embrio segar dibandingkan dengan embrio beku. Anak FIV dengan transfer embrio beku memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami BBLR dibandingkan kelompok embrio segar dengan OR sebesar 0,17 (95% CI: 0,03-0,85). Semua anak, baik pada kelompok embrio segar dan embrio beku, memiliki lingkar kepala dan perkembangan yang normal.

Kesimpulan: Tidak ada perbedaan pertumbuhan dan perkembangan anak FIV hasil transfer embrio beku dibandingkan dengan embrio segar. Transfer embrio beku menurunkan risiko bayi lahir BBLR.


Background: Embryo transfer procedure is one step in assisted reproduction technology, it can be done frozen or fresh embryo transfer. This technological security is still a concern. So it is important to know the effect on outcomes in this case the growth and development of children.
Objective: This study aims to find out correlation of frozen embryo transfer versus fresh embryo on the growth and development of children aged 0-3 years.
Methods: This research method is comparative analytic with cross sectional research design, comparing the growth and development of children resulting from FIV with frozen embryo transfer compared to fresh embryo. For the growth, we use parameters based on the WHO Child Growth Standards 2006 or WHO Anthro 2006. While the development using KPSP (Pre-Screening Developmental Questionnaire).
Results: From the 2 groups of child research subjects frozen embryo transfer (n = 30) compared with fresh embryo (n = 30), there were no differences in growth and development. OR value of 0.64 (95% CI: 0.10-4.15) shows no difference in the risk of nutritional disorders in IVF with fresh embryo transfer compared with frozen embryo. OR value of 0.36 (0.06-2.01) indicates there is no difference in the risk of short stature in IVF with embrio segar transfer compared with frozen embryo. IVF children with frozen embryo transfer had a lower risk of developing low birth weight compared to the fresh embryo group with an OR of 0.17 (95% CI: 0.03-0.85). All children, both in the fresh and frozen embryos, have normal head circumference and development.
Conclusions: There was no difference in the growth and development of IVF children resulting from frozen embryo transfer compared with fresh embryo. The risk of low birth weight infants was lower in frozen embryo transfer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nailah Hanifah
"Fertilisasi In Vitro FIV merupakan salah satu prosedur yang paling umum digunakan untuk membantu kehamilan pada pasangan yang memiliki masalah infertilitas. Salah satu masalah infertilitas tersebut ialah respons buruk ovarium dan wanita yang mengalaminya dikenal sebagai wanita perespons buruk. Wanita perespons buruk tidak memiliki respons ovarium yang memadai terhadap pemberian gonadotropin untuk stimulasi ovarium. Keberhasilan fertilisasi pada penderita perespons buruk cenderung rendah disebabkan oleh rendahnya kuantitas dan pada umumnya diikuti oleh rendahnya kualitas oosit. Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH, berperan dalam perkembangan dan ovulasi folikel. Respons folikel dalam menangkap gonadotropin bergantung pada ikatan yang tepat antara hormon dan reseptornya FSHR dan LHR pada sel granulosa yang mengelilingi oosit.
Tujuan dari penelitian yaitu, untuk mengetahui ekspresi mRNA fshr dan lhr pada sel granulosa penderita perespons buruk dan korelasinya terhadap rasio fertilisasi melalui metode real-time PCR yang kemudian diuji secara statistik menggunakan uji-t dan uji korelasi Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan siginifikan antara ekspresi mRNA fshr dan lhr pada sel granulosa penderita perespon buruk dan wanita normal p>0,05, terdapat korelasi negatif tidak signifikan antara ekspresi mRNA fshr penderita perespon buruk dengan rasio fertilisasi r0,05, dan korelasi positif tidak signifikan antara ekspresi mRNA lhr penderita perespon buruk dan rasio fertilisasi r>0,00; p>0,05.

In Vitro Fertilization IVF is one of the most commonly used procedures to help pregnancies in couples who have infertility problems. One of the problems of infertility is poor ovarian response and the woman who experiences it is known as poor responder. Poor responders do not have an adequate ovarian response to gonadotropin in ovarian stimulation. The success of fertilization in poor responders tends to be low due to low quantity and is generally followed by low oocyte quality. Gonadotropins consisting of FSH and LH, play a role in follicle development and ovulation. The follicle response in capturing gonadotropins depends on the exact bond between the hormone and its receptor FSHR and LHR in the granulosa cells surrounding the oocyte.
The purpose of this research is to know the expression level of mRNA fshr and lhr in granulosa cells of poor responders and their correlation to fertilization ratio through real time PCR method which then tested statistically using t test and Spearman correlation test.
The results showed insignificant differences between expression level of mRNA fshr and lhr in granulosa cells of poor responders and normal women p 0,05, insignificant negative correlation between the expression level of mRNA fshr of poor responders r0,05 and fertilization ratio, and insignificant positive correlation between expression level of mRNA lhr of poor responders and fertilization ratio r 0,00 p 0,05.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhaimi
"ABSTRAK
Dari penelitian yang dilakukan oleh Lapota dkk. (1976) diketahui bahwa dengan metode swim-up dapat diisolasi spermatozoa motil. Spermatozoa hasil isolasi tersebut bebas dari spermatozoa non motil, serpihan-serpihan sel (debris), dan plasma semen. Metode tersebut diterapkan pula dalam penelitian ini dengan sedikit modifikasi, yaitu dengan menggunakan larutan Hanks dan larutan Tyrode. Tujuannya adalah untuk mengisolasi spermatozoa motil; dan mengetahui pengaruh waktu terhadap kecepatan gerak spermatozoa hasil isolasi. Pada penelitian ini, plasma semen dari ejakulat yang sama dipergunakan sebagai kontrol. Ke dalam 3 buah tabung reaksi yang diberi nomor 1, 2, dan 3, dimasukkan 0,5 mililiter semen. Pada tabung nomor 1 diteteskan secara pelan-pelan 0,5 mililiter plasma semen, sehingga membentuk suatu lapisan tersendiri di atas spesimen semen. Hal yang sama juga dilakukan pada tabung nomor 2 dan 3, tetapi dengan larutan Hanks dan larutan Tyrode. Ke-3 tabung diinkubasi pada suhu 37 0C selama 1 jam. Kemudian larutan pada lapisan sebelah atas dari setiap tabung dipipet. Selanjutnya spermatozoa motil yang berenang dalam plasma semen, larutan Hanks, dan larutan Tyrode diukur kecepatan geraknya pada waktu 0, 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi. Hasil perhitungan statistik nonparametrik Friedman menunjukkan bahwa pada waktu 0 sampai 120 menit setelah inkubasi, kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Hanks dan juga dalam larutan Tyrode lebih tinggi daripada dalam plasma semen; kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Hanks dan dalam larutan Tyrode pada waktu 0 menit setelah inkubasi tidak menunujukkan perbedaan yang berarti pada a = 0,05, tetapi pada waktu 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi terlihat bahwa kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Tyrode lebih tinggi daripada dalam larutan Hanks. Hasil analisis data dengan uji nonparametrik Friedman untuk pengaruh waktu terhadap kecepatan gerak spermatozoa dalam plasma semen menunujukkan bahwa kecepatan gerak spermatozoa paling tinggi adalah pada waktu 0 menit, disusul pada waktu 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi. Dalam larutan Hanks, kecepatan gerak spermatozoa pada waktu 0, 30, dan 60 menit setelah inkubasi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada a = 0,05; pada ke-3 waktu tersebut, kecepatan gerak spermatozoa lebih tinggi daripada waktu 90 dan 120 menit setelah inkubasi. Sedangkan dalam larutan Tyrode kecepatan gerak spermatozoa paling tinggi adalah pada waktu 30 menit setelah inkubasi; pada waktu 0 dan 60 menit setelah inkubasi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada a = 0,05; pada waktu 90 dan 120 menit setelah inkubasi kecepatan gerak spermatozoa mulai menurun. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa spermatozoa motil hasil isolasi dengan metode ?swim-up? menggunakan larutan Hanks dan larutan Tyrode kecepatan geraknya meningkat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fedrik Monte Kristo
"Latar Belakang: Penggunaan fertilisasi in vitro (IVF) sebagai Teknologi Reproduksi Terbantu (ART) untuk mengatasi infertilitas semakin meningkat secara global. Meskipun transfer embrio pada tahap blastosis merupakan praktik umum dalam prosedur IVF, terdapat kekhawatiran mengenai hasil perinatal yang terkait dengan tahap ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor prediktor dalam mencapai embrio blastosis dengan kualitas tertinggi (grade AA) berdasarkan kualitas embrio hari ketiga, kualitas sperma, dan karakteristik pasien.
Metode: Penelitian kohort retrospektif dilakukan pada peserta IVF di sebuah klinik di Jakarta, Indonesia, dari Januari hingga Desember 2019. Studi melibatkan 320 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel yang dianalisis meliputi kualitas embrio hari ketiga, grade embrio blastosis, kualitas sperma, dan usia ibu. Analisis statistik dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sel (> 8 sel) dan simetrisitas embrio hari ketiga adalah prediktor signifikan dalam mencapai embrio blastosis grade AA. Usia ibu dan kualitas sperma tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan grade embrio blastosis. Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menekankan pentingnya kualitas embrio dalam menentukan hasil embrio blastosis.
Kesimpulan: Jumlah sel dan simetrisitas embrio hari ketiga merupakan prediktor dalam mencapai embrio blastosis grade AA pada peserta IVF.

Background: The use of in vitro fertilization (IVF) as an Assisted Reproductive Technology (ART) to address infertility is on the rise globally. While embryo transfer at the blastocyst stage is a common practice in IVF procedures, there are concerns regarding the perinatal outcomes associated with this stage. This study aimed to identify predictors of achieving the highest quality blastocyst (AA grade) based on the quality of third-day embryos, sperm quality, and patients' characteristics.
Methods: A retrospective cohort study was conducted on IVF participants at a clinic in Jakarta, Indonesia, from January to December 2019. The study included 320 patients who met the inclusion criteria. Variables analyzed included third-day embryo quality, blastocyst grade, sperm quality, and maternal age. Statistical analyses were performed using SPSS software.
Results: The results showed that cell number (>8 cells) and symmetricity of third-day embryos were significant predictors of achieving AA grade blastocysts. Maternal age and sperm quality did not show significant associations with blastocyst grade. The study findings aligned with previous research highlighting the importance of embryo quality in determining blastocyst outcomes.
Conclusion: Cell number and symmetricity of day 3 embryos were the predictors of AA grade blastocyst in IVF participants.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Farizka Alwahida
"Infertilitas merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri dalam memeroleh keturunan selama rentang waktu satu tahun tanpa adanya hal yang menghalangi fertilisasi. Infertilitas dapat diatasi dengan ART, yang salah satunya ialah prosedur FIV. Dalam penelitian ini, ingin diketahui hubungan antara ekspresi gen LHR di sel granulosa dengan rasio keberhasilan fertilisasi. Rasio ekspresi gen LHR diestimasi dengan metode qRT-PCR. Hasil analisis pada 30 sampel, hanya 20 sampel yang berhasil di ketahui rasio ekspresi LHRnya. Ditemukan korelasi negatif tak bermakna (r=-0,174, p=0,463) antara gen LHR dengan rasio keberhasilan fertilisasi. Dari analisis statistik deskriptif, didapatkan rerata kelompok rasio fertilisasi rendah 2,01±1,51(arbitary unit), kelompok rasio fertilisasi sedang 5,69±7,02 (arbitary unit), kelompok rasio fertilisasi tinggi 3,93±4,90 (arbitary unit). Perlu dilakukan analisis terhadap ekspresi reseptor lain yang berkaitan dengan perkembangan dan pematangan oosit untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih komprehensif.

Infertility can be defined as the inability of the couple to achive a pregnancy over within one year of regular unprotected intercourse. Infetility can be overcome by ART, which one of them is IVF procedures. In this study, we want to know the relationship between LHR gene expression in granulosa cells with fertilization rate. LHR gene expression ratios was estimated by qRT - PCR. There are only 20 of 30 samples were successful to express LHR gene. Statistical analysis shown a very weak negative correlation between LHR genes expression and fertilization rate (r = -0.174, p=0.463). From the descriptive statistical analysis, the group which obtained a lowest mean ratio is low fertilization rate group (2.01±1.51 arbitrary units), the highest expression of LHR is medium fertilization rate group (5.69±7.02 arbitary units), and the high fertilization rate group express LHR gene 3.93 ± 4.90 arbitrary units. Futher analysis on another gene which contributes in follicular development is needed to get comprehensive knowledge about oocyte maturation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>