Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200475 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mariana Kasmara
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Dalam proses produksinya suatu pabrik semen telah menyebabkan pencemaran limbah debu di lingkungan kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa disamping manfaatnya dalam pembangunan, proses produksi semen juga dapat mengganggu kesehatan paru tenaga kerja. Berhubung masih terdapat kontroversi mengenai jenis kelainan paru yang disebabkan debu semen, maka dilakukan penelitian di pabrik semen. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data mengenai prevalensi penyakit dan gangguan faal paru di kalangan tenaga kerja Plan III/IV pabrik semen dan kadar debu rata-rata dimana tenaga kerja- terpapar, serta melihat hubungan antara kadar debu dan lama paparan dengan prevalensi tersebut. Secara deskriptif menggunakan disain 'cross sectional' telah diperiksa sejumlah 176 tenaga kerja laki-laki berumur 18-55 tahun dan telah bekerja selama 2 tahun. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik, faal paru dan foto toraks. Pengukuran kadar debu dilakukan dengan teknik 'low volume dust sampler' sedangkan untuk silika bebas dengan mikroskop polarisasi.
Hasil dan Kesimpulan: Kadar silika bebas di beberapa tempat menunjukkan kadar >1% dan kadar debu di beberapa tempat melebihi NAB. Prevalensi penyakit yang ditemukan rendah sekali, yaitu silikosis 1,13%, tersangka silikosis 1,7%, asma 0,6%, TB 3,4%, sedangkan bronkitis dan emfisema tidak ditemukan. Gangguan faal restriktif ditemukan sebesar 19,9% dan gangguan obstruktif 2,3%. Tidak ditemukan hubungan antara besar risiko dengan gangguan faal paru dan prevalensi penyakit. Demikian pula tidak ditemukan hubungan antara gangguan faal paru dengan kelainan radiologis, umur dan kebiasaan memakai pelindung. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan gangguan faal paru; gangguan restriktif lebih banyak ditemukan pada bukan perokok (p <0,05).

Pulmonary Diseases And Lung Function Abnormalities Among Workers At A Cement FactoryScope and Method of Study: The main hazard during cement processing is dust. This indicates that besides its benefit on our National Development, the cement industry may have some drawbacks on our workers' health. A cement factory was surveyed, since there are still different opinions on the pulmonary effects of cement dust until now. The aim of this study is to measure the level of dust exposure and the silica content at Plant II1/IV of the factory, to study the prevalence of pulmonary diseases and lung function abnormalities of cement workers at Plant III/IV and to observe if there is any relationship between both studies. In this cross-sectional study, 176 cement workers of Plant II1/IV aged between 18 to 55 years were surveyed. A questionnaire, physical examination, chest roentgenogram and Spiro gram were obtained on each person. Dust concentrations were measured with a low volume dust sampler and free silica was measured with a polarizing microscope.
Findings and Conclusions: At some workplaces the dust and silica concentrations were above the threshold limit value. The overall prevalence rate of silicosis was 1.13%, suspect silicosis 1.7%, tuberculosis 3.4% and asthma 0.6%, while no signs of bronchitis and emphysema were noted. The vital capacity in 19.9% workers and the FEV1 in 2.3% workers was reduced. No relationship was noted between dust exposure, pulmonary diseases and lung function abnormalities. Neither was there any relationship noted between lung functions abnormalities, smoking habits, roentgen graphic changes, age and the usage of respiratory protective. A significant relationship was noted between smoking habits and lung function abnormalities; restrictive impairments were most pronounced in nonsmokers (p C 0.05)."
Jakarta: Universitas Indonesia, 1988
T3429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Agnes
"Paparan debu keramik yang mengandung silika bebas di lingkungan kerja pabrik keramik Inerupakan faktor resiko untuk terjadinya penyakit pare akibat kerja. Untuk mencegah timbulnya penyakit pneumokoniosis perlu dilakukan upaya pemantauan secara khusus dan berkelanjutan terhadap para pekerja melalui pemeriksaan kesehatan secara berkala dan pemantauan terhadap lingkungan kerja. Penelitian terhadap tenaga kerja pabrik kerami; di Cikarang dilakukan pada 66 pekerja laki-laki, dengan metode krosseksional., terdiri dari 31 orang dare bagian pembuatan badan keramik dan 35 orang dad bagian pengepakan. Penelitian lingkungan kerja dilakukan dengan mengukur kadar debu total, kadar debu respirable dan kadar silika bebas di bagian pembuatan badan keramik dan di bagian pengepakan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi paru dan pemeriksaan foto toraks.
Hasil dan kesimpulan: Didapatkan prevalensi batuk kronik 4,5%, bronkitis kronik 4,5%, dahak kronik 4,5%, kelainan radiologi paru 10,6% dan restriksi 47% di pabrik tsb. Dibagian pembuatan badan keramik, kadar debu total, kadar debu respirable dan kadar silika bebas melebihi NAB yang ditetapkan. Tidak ditemukan hubungan antara kelainan fungsi pare dengan faktor-faktor umur, pendidikan, status gizi, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan memakai alat pelindung diri. Tidak ditemukan perbedaan prevalensi batuk kronik, bronkitis kronik, restriksi dan kelainan radiologi dengan tingkat paparan.

Scope and Methodology
Exposure to ceramic dust which contains free silica in a ceramic factory is a risk factor for occupational lung diseases. To prevent pneumoconiosis, specific and continuous monitoring of the workers through periodic health examinations and work environment measuring is very important. A study on 66 by ceramic factory workers consisting of 31 men from ceramic-body preparation division and 35 men from packaging division in Cikarang using cross-sectional method has been conducted. The work environment study was done by measuring total dust contamination, respirable dust, and free silica in ceramic-body preparation division and packaging division. Data collection was done by interviews, physical examination, lung function test and X-ray examination.
Results : The prevalence of chronic cough were 4,5 %, chronic bronchitis 4,5 %, changes in lung radiologic 10,6 % and restriction 47 %. The total dust concentration, respirable dust and the free silica concentration was found to exceed the permissible limit in ceramic-body preparation division. No relation was found between lung function changes, age, education, nutrition condition, work period, smoking habits and mask users habits. No significant different in the prevalence of chronic cough, chronic-bronchitis, restriction and radiologic changes was found different level of dust exposure."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy
"Latar belakang: Saat ini debu tepung masih dianggap sebagai bahan yang tidak berbahaya/debu inert, sementara pada industri tepung terigu PT.ISM BSFM terdapat tendensi peningkatan gangguan saluran napas atas maupun saluran napas bawah. Penelitian bertujuan mencari hubungan antara gangguan faal paru pada pekerja dengan pajanan debu tepung dan faktor lain yang berhubungan, prevalensi keluhan serta prevalensi penyakit paru kerja.
Metode: Penelitian menggunakan desain studi Cross sectional internal kompartif terhadap dua kelompok pekerja yang terpajan rendah dan terpajan tinggi berdasarkan hasil pengukuran personal dust sampler(debu respirable). Studi dilakukan dengan mewawancarai 119 responden memakai kuesioner Pneumobile project Indonesia 1992, mengukur faal paru dengan spirometri dan pengukuran Arus puncak ekspirasi.
Hasil dan Kesimpulan: Kadar debu di bagian pengemasan dan penggilingan sangat tinggi mencapai 3 kali NAB. Terdapat penurunan faal paru berupa restriksi pada 37 % responden dan obstruksi 7,5%, di mana terdapat hubungan yang bermakna antara penurunan fungsi paru dengan status gizi, pekerja yang terpajan tinggi, lama merokok, umur dan lama kerja. Prevalensi keluhan batuk kronik 21,8 %, berdahak kronik 13,4 % dan sesak napas 18,5 %, sementara prevalensi penyakit paru kerja didapat 4,2 % responden yang menderita bronkitis kronik dan 14,3% asma di mana 1,7 % merupakan asma kerja.

Back ground: Today grain flour dust is still assumed as nontoxic dust, while several respiration disease (upper and low) are increase at PT.ISM BSFM the biggest grain mill in Indonesia. The goal of this study was to identify relation between the decrease of lung function and the exposure of grain flour dust, with some other related factor. To find prevalent of symptom and prevalent of occupational lung disease.
Method: Design of the study was a Cross-sectional study, with internal comparative of the two group workers (high exposure and low) that base on result of measurement of personal dust sampler (respirable dust). A simple working survey using Pneumobile Indonesia questioner was carrying out to 119 respondents, measurement lung function by spirometri and peak flow expiration.
Results and Conclusion: Study finding the high exposure of dust at the packing unit and milling unit, the concentration is 3 time greater than TLVs. Result of the lung function measurement found 37 % respondent were restriction and 7.5% obstruction, this respondent have significant relation with their body mass index, working in the high exposure place, length time of smoking, age and length time of working. Prevalent of chronic cough 21.8 %, chronic sputum 13.4 % and breathing difficulty 18.5 %, while prevalent of occupational lung disease were 4.2 % respondent with choric bronchitis and 14.3% asthma included 1.7 % occupational asthma.
"
Jakarta: Universitas Indonesia, 2002
T1704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Kurnia Sanie
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalens gangguan pernapasan dan fungsi paru meningkat pada pekerja pengumpul sampah. Belum terdapat data mengenai gangguan respirasi dan fungsi paru pada pemulung, khususnya di daerah Bantar Gebang, Bekasi.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Dilakukan pada pemulung yang bekerja dan tinggal di kelurahan Ciketing Udik, TPA Bantar Gebang, Bekasi pada bulan Januari - Maret 2014 dengan pengisian kuesioner, pemeriksaan spirometri, foto toraks dan CO udara ekshalasi.
Hasil: Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi 108 subjek. Gangguan respirasi sebanyak 92 subjek (85,2%). Gangguan respirasi yang dikeluhkan meliputi batuk kronik 73 subjek, sesak napas 65 subjek, berdahak 57 dan mengi 19 subjek. Gangguan fungsi paru sebanyak 18 (16,7%) subjek berupa obstruksi ringan 3 (2,8%) subjek, restriksi ringan 11 (10,2%) subjek dan campuran 4 (2,8%) subjek. Kelainan foto toraks ditemukan 16 subjek (14,8%). Kadar CO udara ekspirasi berada pada 5-10 ppm sebanyak 46 (42.6%) subjek.
Kesimpulan: Terdapat gangguan respirasi dan fungsi paru pada pemulung di Bantar Gebang, Bekasi.

ABSTRACT
Background: The prevalence of respiratory disorders and lung function increases in waste collection workers. There has been no data on respiratory disorders and lung function in scavengers, especially in Bantar Gebang, Bekasi.
Methods: This study used a cross-sectional design to the scavengers who work and live in Ciketing Udik, Bantargebang, Bekasi. Conducted in January-March 2014, doing interview with questionnaires, spirometry examination, chest X-ray and CO exhalation.
Results: The number of samples that suitable with the inclusion criteria are 108 subjects. Respiratory disorders are 92 subjects (85.2%). The respiratory disorders consist of 73 subjects with chronic cough, 65 subjects due to shortness of breath, 57 with phlegm and 19 subjects wheezing. Lung function impairment consist of 18 (16.7%) subjects in the form of mild obstruction 3 (2.8%) subjects, mild restriction 11 (10.2%) subjects and mixed 4 (2.8%) subjects. Chest radiographic abnormalities found in 16 subjects (14.8%). Expiratory CO levels at 5-10 ppm are 46 (42.6%) subjects.
Conclusion: There is respiratory disorders and lung function impairments of the scavengers in Bantar Gebang, Bekasi.;Background: The prevalence of respiratory disorders and lung function increases in waste collection workers. There has been no data on respiratory disorders and lung function in scavengers, especially in Bantar Gebang, Bekasi.
Methods: This study used a cross-sectional design to the scavengers who work and live in Ciketing Udik, Bantargebang, Bekasi. Conducted in January-March 2014, doing interview with questionnaires, spirometry examination, chest X-ray and CO exhalation.
Results: The number of samples that suitable with the inclusion criteria are 108 subjects. Respiratory disorders are 92 subjects (85.2%). The respiratory disorders consist of 73 subjects with chronic cough, 65 subjects due to shortness of breath, 57 with phlegm and 19 subjects wheezing. Lung function impairment consist of 18 (16.7%) subjects in the form of mild obstruction 3 (2.8%) subjects, mild restriction 11 (10.2%) subjects and mixed 4 (2.8%) subjects. Chest radiographic abnormalities found in 16 subjects (14.8%). Expiratory CO levels at 5-10 ppm are 46 (42.6%) subjects.
Conclusion: There is respiratory disorders and lung function impairments of the scavengers in Bantar Gebang, Bekasi., Background: The prevalence of respiratory disorders and lung function increases in waste collection workers. There has been no data on respiratory disorders and lung function in scavengers, especially in Bantar Gebang, Bekasi.
Methods: This study used a cross-sectional design to the scavengers who work and live in Ciketing Udik, Bantargebang, Bekasi. Conducted in January-March 2014, doing interview with questionnaires, spirometry examination, chest X-ray and CO exhalation.
Results: The number of samples that suitable with the inclusion criteria are 108 subjects. Respiratory disorders are 92 subjects (85.2%). The respiratory disorders consist of 73 subjects with chronic cough, 65 subjects due to shortness of breath, 57 with phlegm and 19 subjects wheezing. Lung function impairment consist of 18 (16.7%) subjects in the form of mild obstruction 3 (2.8%) subjects, mild restriction 11 (10.2%) subjects and mixed 4 (2.8%) subjects. Chest radiographic abnormalities found in 16 subjects (14.8%). Expiratory CO levels at 5-10 ppm are 46 (42.6%) subjects.
Conclusion: There is respiratory disorders and lung function impairments of the scavengers in Bantar Gebang, Bekasi.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
L. Meily Kurniawidjaja
"Latar Belakang. Industri semen di Indonesia telah berkembang dengan pesat, terutama dalam tahun-tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan antara lain karena permintaan yang meningkat baik dari dalam maupun luar negeri. Peningkatan industri semen di dalam negeri sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemakaian semen meningkat sesuai dengan peningkatan pembangunan di sektor pemerintah maupun swasta, seperti pembangunan prasarana jalan dan jembatan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, bendungan dan irigasi. Gambar 1 menunjukkan kenaikan konsumsi semen di dalam negeri dari tahun 1978 sampai dengan tahun 1990 <1). Peningkatan permintaan dari luar negeri dimulai sejak awal 1988. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena Jepang mengurangi produksi semennya secara drastis. Sebelumnya Jepang adalah pemasok semen terbesar di dunia dengan kapasitas lebih dari 70 juta ton pertahun (2). Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan ASEAN yang mengalami surplus semen, dengan kapasitas terpasang nasional sebesar 17,41 juta ton per tahun pada akhir Pelita 2 lalu. Semen Indonesia yang diproduksi oleh 10 grup pabrik semen, berpeluang besar untuk meningkatkan produksi pada tahun-tahun mendatang.
Gambar 1. Konsumsi Semen di Indonesia, 1978 ? 1990 (Untuk melihat gambar silahkan link ke file pdf.)
Meningkatnya produksi semen sangat berpengaruh terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, kewaspadaan terhadap kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses produksi semen harus selalu mendapat perhatian. Termasuk dampak negatif debu semen yang beterbangan di udara. Paparan debu semen dengan kadar tertentu di udara dapat menimbulkan penyakit, seperti penyakit saluran napas, penyakit kulit serta penyakit saluran cerna (3 - 9).
Penelitian mengenai pengaruh debu semen terhadap saluran napas telah banyak dilakukan. Di Indonesia penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Hariadi dan Hargono di Surabaya (1979), Harsono dan Musauaris {1983). Soedirman (1987) dan Hariana di Citeureup {I98E3) (10-14). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan keragaman hasil sesuai dengan latar belakang penelitian masing-masing, namun pada umumnya menyimpulkan bahwa upaya perlindungan khusus terhadap bahaya debu semen belum sepenuhnya dilakukan secara memadai dan menyeluruh. Lebih lanjut dikemukakan bahwa, untuk mencegah timbulnya penyakit saluran napas perlu dilakukan upaya pemantauan secara berkelanjutan. Dengan pemantauan ini diharapkan bahwa apabila sewaktu-waktu terjadi penyimpangan dapat segera diketahui dan segera dilaksanakan tindakan koreksi yang diperlukan (3,15).
Pemantauan ini secara khusus dilaksanakan terhadap para pekerja, untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya penyakit sedini mungkin melalui pemeriksaan kesehatan berkala serta pemantauan terhadap lingkungan kerja. Cara ini dapat dipandang sebagai diagnosis dini yang mempunyai peran amat penting, sebagai salah satu indikator paparan debu di lingkungan kerja, untuk kemudian dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan bila perlu pengobatannya (3,15)?"
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso
"Industri batik sudah berkembang lama di Indonesia dan merupakan salah satu lapangan kerja bagi sejumlah tenaga kerja di kota maupun di desa. Pada dasarnya perindustrian mengakibatkan dua dampak, yaitu dampak positif yang berupa timbulnya mata pencaharian dan lapangan kerja serta pengembangan wilayah, dampak negatif berupa pencemaran lingkungan kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Industri batik adalah salah satu industri yang sudah berkembang lama di Surakarta dan di Pekalongan bahkan menjadikan Kota Surakarta dan Pekalongan terkenal dengan Kota Batik. Industri ini mempunyai kaitan dengan kebudayaan Jawa. Oleh karena itu keberadaan industri batik harus tetap dilestarikan, bahkan perlu dilakukan upaya peningkatan.
Tenaga kerja di industri batik adalah tenaga kerja khusus, harus mempunyai keterampilan tersendiri. Tidak semua orang mau bekerja sebagai tukang cap di industri batik. Meskipun gaji (upah) yang diterima rendah, pekerja di industri batik tetap menekuni pekerjaannya. Perpindahan pekerjaan (turn work over) di industri batik sangat rendah. Mengingat anqka perpindahan pekerjaan yang rendah, perlu dilakukan upaya peningkatan keterampilan kepada tenaga kerja, disamping upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja.
Industri batik menggunakan beberapa bahan yaitu parafin, gondorukem (colophony, rosin), damar, microwax dan lemak hewan. Bahan-bahan tersebut diproses menjadi satu disebut "malam batik". Untuk membuat motif batik pada kain, malam batik dipanaskan sehingga keluar asap malam batik yang mengandung polutan dan menimbulkan pencemaran lingkungan kerja. Polutan tersebut terdiri dari gas-gas dan partikel. Satu hasil analisa kualitatif menun-jukkan bahwa asap malam batik mengandung NO,, CO, CO,, CH,, C,H,, H,S (Budiono, 1984; Santoso, 1986).
Polutan yang terdapat di lingkungan kerja jika dihirup tenaga kerja diduga dapat menimbulkan gangguan faal paru dan jika proses ini berjalan lama mungkin menimbulkan penyakit akibat kerja (Morgan & Seaton, 1975; Lams, Chan-Yeung 1987). Polutan ini diperkirakan menimbulkan kerusakan akut atau kronis pada saluran pernapasan dan jaringan paru, kerusakan ini tergantung pada konsentrasi polutan, lama terpapar dan kerentanan tubuh (Purdom, 1980; Smith, 1988).
Pemeriksaan lingkungan kerja dan kesehatan tenaga kerja merupakan upaya penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat serta peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
D297
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki H. Sutjahjo
"Penelitian dilakukan pada seorang pekerja las di pabrik semen PT. X Jawa Barat yang dirasakan kurang mendapat perhatian khusus untuk kesehatan dan keselamatan kerjanya karena jumlahnya yang sedikit. Tujuan penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai pajanan spesifik pada tenaga kerja pengelas, keluhan dan faktor lain yang turut berpengaruh pada terjadinya gangguan saluran napas pada seorang pekerja las. Penelitian menggunakan desain studi kasus dan data dikumpulkan dari analisis status, pemeriksaan fisik,penunjang dan lingkungan.
Hasil penelitian didapatkan kasus tenaga kerja, masa kerja 22 tahun dengan keluhan saluran napas yang mendapat pajanan secara kronik oleh gas dan debu/uap logam hasil proses pengelasan. Konsentrasi gas CO, N02 akibat proses pengelasan di bawah NAB, debuluap logam konsentrasinya 3-8 kali di atas NAB, fisik dan radiologis talc ada kelainan, gangguan fungsi paru campuran obstruksi sedang dan restriksi sedang.
Faktor lain yang turut berpengaruh, minimalnya ventilasi di lokasi kerja, kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dan kebiasaan merokok. Diagnosis akhir penelitian yaitu bronkitis kronik akibat kerja yang disertai asma yang masih reversibel akibat pajanan debu logam.

Disorder of the Respiratory Tract of Welding Labor, a Case Study at PT X, a Cement Plant in West Java, 1997Research was conducted on a welder at the cement plant of PT X, West Jawa, a company which is felt to lack the special attention required on work health and work safety, because of the small number of welding workers. The objective of the study is to obtain information on specific exposure on welding labor, complaints and other factors that seem to contribute to the occurrence of disorder in the respiratory tract of a welder. The research uses the design of a case study approach and the data had been collected from analysis of status, physical examination, supporting methods and the environment.
Result of the research concerns the study of a worker with 22 years of work period, with complaints in the respiratory tract who is chronically exposed to gas and metal dust/fume from the welding process. The concentration of CO, N02 due to the welding process is below NAB, metal dust/fume concentration 3 to 8 times above NAB, physically and radiologically no disorder; disorder of the mixed lung function moderate obstruction and restriction also moderate.
Other factors that contribute to the effect are minimal ventilation at work place, discipline in the use of self protection devices and smoking habit. The final diagnosis indicates chronic bronchitis due to work, which is accompanied by asthma that is still reversible due to the metal dust exposure.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita R. M. Berliana S.
"Produksi semen telah diketahui menyebabkan pencemaran pada lingkungan termasuk tenaga kerja. Hasil sampingan saat diproduksinya semen adalah debu yang merugikan, secara pembangunan nasional meningkatnya produksi semen menguntungkan akan tetapi juga menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan para pekerja. Tujuan penelitian untuk mengetahui prevalensi gangguan fungsi paru pada karyawan dan faktor yang berhubungan. Penelitian bersifat deskriptif menggunakan disain cross sectional, data didapatkan melalui laporan observasi, kuesioner, pemeriksaan fisis, pengukuran kadar debu dan spirometri. Jumlah yang diperiksa sebanyak 138 karyawan, dilakukan analisa dan hasil yang didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antar gangguan faal paru restriksi atau obstruksi dan umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, masa kerja, perokok dan penggunaan Alat Pelindung. Hubungan antara pajanan debu dengan gangguan fungsi paru tidak diidentifikasi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan Personal Dust Sampler serta pemeriksaan foto toraks.

Cement production was known as the source of pollution in the environment as well as to the workers. Cement dust is very hazardous which is one of the main side products of the factory while at the other side; cement production was really needed for the physical development of the country. The study was aiming to improve cement "col." factory's workers through identifying the lung function disorders and the related factors. The design of study was cross sectional and data were collected through observations report, questionnaires, physical examination, dust measuring and spirometer. There were 138 samples analyzed and results of study reported no significant relationship existed between lung obstruction and age, level of education, work status, duration of work, smoking behavior, and using of mask. Relationship between dust exposure and lung function disorders were not yet identified As suggested, extension of study should be done using personal dust samplers as well as photo thorax measurement."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusak B. Ibrahim
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Bahan dasar uang kertas adalah serat kapas. Di Bank X uang kertas tak layak edar dihancurkan menjadi debu dan serpihan-serpihannya. Banyak laporan mengatakan debu dan serat kapas berpengaruh negatif pada fungsi paru tenaga kerja dengan menyebabkan terjadinya obstruksi. Selama ini belum diketahui dengan pasti pengaruh debu uang kertas terhadap fungsi paru. Suatu studi cross sectional dengan pembanding telah dilaksanakan di Bank X Jakarta untuk mengetahui prevalensi gangguan faal ventilasi paru yang berupa obstruksi kronik dan akut serta restriksi dan dianalisis hubungannya dengan kadar debu total, umur, lama kerja, kebiasaan merokok, gejala klinis serta riwayat alergi. Sampel adalah tenaga kerja di Bagian Kas sebagai kelompok terpajan dan tenaga kerja pada Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai kelompok tidak terpajan. Data keduanya dianalisis dan dibandingkan.
Hasil dan Kesimpulan : Kadar rata-rata debu total pada Bagian Kas 243,0 hg/m3 dan Bagian SDM 42,8 pg/m3. Kadar debu tersebut berbeda bermakna ( p = 0,00 ). Kadar ini tidak dapat dibandingkan. Gejala klinis yang menonjol adalah batuk-batuk (pada Bagian Kas 51,3% dan Bagian SDM 11,3% ) yang secara statistik berbeda bermakna (p = 0,00 ). Prevalensi obstrukai kronik pada Bagian Kas 19,4% dan di Bagian SDM 32,3% ; obstruksi akut di Bagian Kas 7,7%, di Bagian SDM 8,1 %; dan restriksi di Bagian Kas 14,1 %, di Bagian SDM 11,3 % . Uji statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara obstruksi kronik dan akut serta restriksi dengan kadar debu, umur, lama kerja, merokok,- gejala klinis yang berupa batuk-batuk serta riwayat alergi. Efek debu uang kertas pada kelainan faal ventilasi paru belum terlihat.

Analysis on the Relationship between Exposure to Paper-Money Dust and Lung Function Disturbances in Workers of Bank X, 1996Scope and methods :
The main ingredient of paper money is cotton fibers. In Bank X used paper money which is not proper for circulation is destroyed into dust and very fine pieces. Many reports state that cotton dust and fibers negatively affect the lung function by causing obstruction. So far until recently the actual effects of paper money dust to the health of the lungs have not been exactly known. A cross-sectional study with the use of control group has been carried out in Bank X, Jakarta to ascertain the prevalence of pulmonary ventilator disturbances in the forms of chronic and acute obstruction as well as restriction, and analysis has been done on their correlations with total dust concentration in the workroom air, age, length of employment, smoking habits, clinical symptoms and history of allergy. The study samples have covered the workers of the Division of Finance as the exposed and entire workers of the Division of Human Resources Development (HRD} as the unexposed group. Data collected from these two groups were analyzed and compared.
Results and Conclusions :
The average concentrations of paper-money dust were 243.0 ug/m3 at the Division of Finance and 42.8 ug/m" at the Division of HRD. These dust concentrations were of statistically significant difference ( p = 0.00 ). The prominent clinical symptom was coughs found in 51.3 % of workers of the Division of Finance and 11.3 % in the Division of HRD. Statistical analysis has shown significant difference (p = 0.00). The prevalence rates of chronic obstruction were 19.4 % in the Division of Finance and 32.3 % in the Division of HRD. The prevalence rates of acute obstruction were found 7.7 % in the Division of Finance and 8.1 % in the Division of HRD_ The prevalence rates of restriction were 14.1 % in the Division of Finance and 11.3% in the Division of HRD. The statistical analysis has not shown significant correlations among chronic and acute obstruction as well as restriction with dust concentration, age, length of employment, smoking habits, and clinical symptom (coughs) and history of allergy. Exposure to paper-money dust has resulted in clinical symptom i.e. coughs, but its effects to the lung function have not been revealed by this study.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjandra Yoga Aditama
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia , 1997
616.24 TJA p (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>