Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121608 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Shobirin
"Remaja yang berkualitas merupakan aset yang cukup penting bagi eksistensi suatu bangsa. Untuk mewujudkan remaja yang berkualitas tersebut salah satu upaya penting yang harus dilakukan adalah melalui sektor pendidikan. Namun demikian ditengah situasi perekonomian Indonesia yang sedang dilanda krisis ini, tidak semua remaja dapat mengenyam atau melanjutkan pendidikan, atau sering disebut dengan putus sekolah.
Pemerintah telah mengupayakan dan mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang sedang dan terus dilakukan adalah dengan memberikan keterampilan aplikatif kepada remaja putus sekolah agar mereka dapat memiliki keterampilan dan berfungsi sosial melalui PSBR Bambu Apus selaku Unit Pelaksana Teknis Departemen Sosial RI. Kegiatan yang dilakukan mencakup dua besaran, yaitu bimbingan keterampilan kerja dan bimbingan sosial termasuk bimbingan mental keagamaan. Namun demikian penelitian ini lebih difokuskan pada pembahasan tentang pelaksanaan program bimbingan keterampilan kerja.
Kerangka pemikiran yang diulas dalam tesis ini adalah racikan dari konsep-konsep tentang remaja dari putus sekolah. Selanjutnya dikupas pula panti sosial sebagai organisasi pelayanan dan bimbingan keterampilan kerja sebagai salah satu programnya. Sebagai organisasi pelayanan yang mclaksanakan program kegiatan. Keberadaan, PSBR Bambu Apus tidak bisa dilepaskan dari permasalahan dan kendala dalam menjalankan kegiatannya. Oleh karena itu pada bagian akhir Kerangka Pemikiran selanjutnya diuraikan tentang evaluasi program.
Penelitian evaluatif ini menggunakan alur input, proses dan outcome yang selanjutnya diterjemahkan sebagai langkah kegiatan yang ada di PSBR Bambu Apus. Untuk melihat keberhasilan program pada alur outcome digunakan kriteria keberhasilan sebagaimana dikemukakan oleh Suchman yang terdiri dari effort performance, adequacy of performance, efficiency, dan process. Namun demikian pada alur input meskipun klien belum mendapatkan pelatihan, penelitian ini juga membahas lima kriteria keberhasilan tersebut meskipun hanya bahasan effort yang merupakan kriteria keberhasilan paling sederhana.
Dengan pendekatan kualitatif dan tipe penelitian deskriptif, informan penelitian ini adalah para pejabat struktural. pekerja sosial dan instruktur sebagai pelaksana utama dan pihak yang bertanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan. Sedangkan pada alur outcome selain kepada mereka, informan utama adalah lima orang mantan yang telah selesai mendapatkan pembinaan di Panti dan masing-masing mewakili lima jurusan keterampilan yang ada.
Hasil penelitian pada alur input menunjukkan bahwa aspek raw material seperti ruang, alat-alat dan bahan pelatihan keterampilan serta pola dan pola sistem pengajaran sesuai dengan kriteria ideal yang ditetapkan sebagai suatu standar maksimal sebuah program pelatihan.Sedangkan yang tidak sesuai adalah tenaga instruktur, kriteria calon klien, kurikulum dan buku panduan, alat peraga serta target pelatihan. Sementara untuk menilai alur outcome langkah yang dilakukan adalah dengan membedah apa yang menjadi tujuan pelatihan itu sendiri. Pada aspek pertama yaitu jumlah lulusan, terjadi pengurangan klien yang selesai atau lulus dari Panti. Demikian juga pada aspek kcdua tentang tingkat pemahaman klien terhadap materi menujukkan. meskipun tidak seluruh materi dapat dimengerti namun sebagian besar klien mengaku dapat memahaminya.
Pada aspek ketiga yang membahas pekerjaan, ada klien yang bekerja sesuai dengan pelatihan yang pernah diikuti dan ada juga yang tidak. Namun demikian bagi klien yang belum mendapatkan bekerja menganggap bahwa bukan berarti pelatihan yang diikutinya tersebut menjadi sia-sia. Mereka tetap memperoleh pengaruh lain. berupa manfaat seperti lebih percaya diri, disiplin, dapat menyesuaikan diri, dan memiliki motivasi yang tinggi dalam memandang kehidupannya dan terus berupaya memperoleh pekerjaan.
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi, keberadaan instruktur disatu sisi mcrupakan faktor pendukung, namun mereka juga sekaligus menjadi faktor penghambat karena tidak memiliki kemampuan profesional dan pengalaman mengikuti diklat (training) yang berkaitan dengan bidang tugas mcngajarnya. Faktor pendukung lainnya adalah sarana prasarana yang memadai dan tersedianya anggaran rutin/tetap dari pemerintah. Sedangkan faktor penghambat adalah selain karakteristik klien yang memiliki tingkat pendidikan beragam, juga keberadaan alat keterampilan yang tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Selain itu adalah pengadaan bahan pelatihan yang sering terlambat atau tidak selalu tersedia pada saat dibutuhkan oleh instruktur. Penelitian ini memberikan beberapa saran yang perlu dilakukan oleh pelaksana di PSBR Bambu Apus. Saran berkaitan dengan temuan faktor penghambat yang diuraikan sebelumnya, yaitu perlu memberi kesempatan kepada instruktur untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan penambahan penghasilan. Selanjutnya perlu disusun sebuah kurikulum yang baku, dan menciptakan transparansi anggaran dalam kaitan dengan penyediaan alat dan bahan pelatihan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmaryanti Sumaryo
"Sebagai perusahaan yang berusaha untuk bertahan menghadapi berbagai perubahan baik perubahan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan yang kita ketahui sangat pesat, PT. SCF bersepakat untuk meningkatkan kinerja perusahaannya dengan menerapkan manajemen sumber daya manusia yang 'up to date' salah satunya adalah ménerapkan sistem pengelolaan kinerja (performance management system) dengan pendekatan MBS (manajemen berdasarkan sasaran). Pelaksanaan Sistem Pengelolaan Kinerja (SPK) di PT. SCP yang baru memasuki periode ke2 (l,5 tahun) ini masih dirasa kurang efektif. Perusahaan masih berada dalam taraf pembelajaran dan pembiasaan antara lain dengan melakukan sosialisasi atas konsep ini. Diharapkan setelah tahun ketiga (2005) pcrusahaan dapat memasuki taraf pemantapan. Dari ketiga tahap pelaksanaan SPK yang terdiri dari tahap perencanaan kinerja (performance planning), tahap bimbingan (day-to-day coaching) dan tahap penilaian kinerja (performance appraisal), tahapan perencanaan kinerja merupakan tahapan yang paling kritis karena sebagaimana dikatakan oleh Bacal (1999). Selain merupakan tahapan paling awal dari satu periode pelaksanaan yang tentunya sangat mempengaruhi tahapan-tahapan selanjutnya, dalam perencanaan kinerja, seluruh karyawan (level manajerial maupun pelaksana) dituntut untuk mampu menetapkan sasaran individu yang terkait dengan sasaran perusahaan Melalui proses menurunkan (cascading), sasaran perusahaan (RKAP) diturunkan menjadi sasaran divisi/unit / area (RKAS) dan sasaran individu. Untuk itu dituntut suatu ketrampilan agar dapat menulis sasaran ~ sasaran (goals) dengan jelas sehingga dapat dijadikan arah dan patokan baik bagi karyawan (bawahan) yang bersangkutan maupun bagi atasannya. Sasaran yang jelas hanya mungkin dicapai jika ditulis dengan mengacu pada konsep SMART yaitu Spesific (spesifik), Measureable (dapat diukur), Accurare (berada dalam ruang lingkup langsung jawabnya}, Realistis (yakin dapat dicapai) dan Time bound (menunjukkan satu periode waktu tertentu). Ketrampilan sebagaimana diungkapkan oleh banyak ahli dapat diperoleh melalui pelatihan namun tentunya elemen - elemen yang membangun satu pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan dan sasaran dari pelatihan itu sendiri. Untuk itulah, penulis berkeyakinan untuk meningkatkan ketrampilan karyawan PT. SCF dalam menuliskan sasaran sesuai dengan konsep SMART dapat melalui pemberian workshop atau yang dapat diistilahkan dengan workshop goal- setting. Karena keahlian timbul dari salu kebiasaan. maka sebaiknya workshop tidak hanya diberikan satu kali. Diharapkan dengan semakin trampilnya para karyawan dalam menuliskan sasaran-sasaran kerja muka semakin mudah proses pencapaian sasaran itu. Karyawan mengetahui dengan jelas apa yang ditunlul darinya dan para alasan dapat lebih mudah memantau, membimbing dan memberikan penilaian kinerja."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fellianti Muzdalifah
"Dalam membina hubungan dengan orang lain manusia membutuhkan suatu kecakapan untuk memulai dan mempertahankan hubungannya Kecakapan ini disebut dengan keterampilan sosial. Bila seseorang memiliki keterampilan sosial yang sudah baik, maka dirinya akan lebih rnudah melakukan interaksi dan beradaptasi dengan orang lain. Ia juga mampu dalam menganalisa dan memutuskan pennasalahan dari situasi-situasi sosial secara tepat. Namun demikian, tidak semua manusia memiliki keterampilan sosial yang baik. Individu yang memiliki hambatan fisik dan psikis sulit mencapai keterampilan sosial dengan baik, misalnya penyandang tuna rungu.
Penyandang tuna rungu adalah individu yang kehilangan atau kurang mampu daiam mendengarkan yang disebabkan panca indera pendengarannya tidak bertimgsi dengan semestinya. Akibat ketidakmampuan dalam mendengarkan, penyandang tuna rungu mengalami hambatan dalam perkembangan sosialnya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap keterampilan sosial yang dimilikinya. Unluk meningkatkan keterampilan sosial bagi penyandang tuna nmgu maka perlu adanya suatu program pembelajaran keterampilan sosial.
Program pembelaiaran keterampilan sosial ini ditujukan kepada para penyandang tuna nlngu yang berada di bawah bimbingan Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus, Jakarta Timur. Program pembelajaran keterampilan sosial ini terdiri dari empat materi, yaitu komunikasi non verbal, mendengarkan_ empati, dan asenif yang merupakan kemampuan dasar bagi seseorang dalarn membina hubungan dengan orang lain.
Penyajian program ini menggunakan metode description, modelling, role playing, dan games yang disesuaikan dengan karakteristik penyandang tuna rungm Program ini dijalankan selama 4 hari berturut-turut. Agar program ini lebih efektif maka dalam pelaksanaarmya setiap kelas terdiri dari 6 orang penyandang tuna rungu dengan I orang pengajar dan I wakil pengajar.
Program pembelajaran keterampilan sosial ini belum pemah diujicobakan kepada penyandaug tuna rungu sehingga dalam pelaksanaannya nanti akan diperoleh umpan balik mengenai keefektifan metode dan materi bagi tercapai tujuan dari program pembelajaran ketrampilan sosial. Dengan adanya program pembelajaran keterampilan sosial ini diharapkan penyandang tuna rungu di Panti Sosial Bina Rungu Wicaxa Melati Bambu Apus, Jakarta Timur akan memiliki keterampilan sosial yang akan membantunya dalam beradaptasi di lingkungan sosialnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanerya Hendrawan
"Struktur industri kecil sepatu di Cibaduyut dewasa ini ditandai oleh ketergantungan produsen (bengkel) terhadap pemasok (toko bahan) dan penjual (toko sepatu). ketergantungan tersebut bervariasi derajatnya untuk setiap produsen dengan jumlah tenaga kerja, yang berbeda. Dalam penelitian ini ditunjukan implikasi dari ketergantungan tersebut terhadap struktur peluang masing-masing untuk melakukan adaptasi.
Dua bentuk tindakan dipahami sebagai adaptasi (1) penyesuaian, dan (2) manifulasi lingkungan. Sebagai suatu penyesuaian adaptasi dilakukan melalui perubahan "di dalam" struktur dan transformasi struktur. Sementara tindakan manifulasi dilakukan melalui pilihan strategis dan tindakan kolektif. Akses terhadap sumber daya dan tipe transaksi dengan pelaku lain, yang masing-masing dipengaruhi oleh jaringan sosial dan struktur industri dapat menjelaskan perbedaan adaptasi diantara produsen.
Dengan mengkaji berbagai hubungan antara produsen dengan pemasok dan penjual, yang juga kemudian melibatkan hubungan diantara sesama produsen sendiri, serta mekanisme yang mengatur hubungan diantara mereka ternyata bahwa ada perbedaan dalam perspektif waktu, orientasi, dan efektivitas adaptasi produsen sepatu di Cibaduyut. Produsen besar yang karena memiliki akses terhadap pemasok dan pemasaran sendiri berhasil melakukan adaptasi eksternal jangka panjang pengembangan. Sebaliknya produsen kecil, karena ketiadaan akses pada pemasok dan pemasaran hanya dapat melakukan adaptasi internal jangka pendek survival. Sementara itu adaptasi produsen menengah menunjukan perspektif eksternal jangka panjang konsolidasi.
Dalam kondisi di mama demand masih dikuasai produsen besar dan penjual yang juga melibatkan kerja sama dengan pemasok, program intervensi pemerintah dan swasta yang hanya menekankan segi supply tidak menambah kemampuan adaptif produsen kecil. Akibatnya, ketika produsen besar berhasil mengembangkan struktur yang lebih kompleks, struktur adaptif bengkel kecil malah mengalami "involusi".
Karena itu kebijakan pembinaan dan pengembangan sentra industri kecil Cibaduyut di masa depan perlu mempertimbangkan konfigurasi kekuatan diantara para pelaku ekonominya.
Dalam kaitan tersebut upaya yang bersifat integratif perlu dilakukan : (1) Peningkatan daya saing KOPSI melalui profesionalisasi pengurus, pengamanan bahan baku, dan membangun jalur pemasaran sendiri, (2) penyesuaian paket peningkatan nilai tambah terhadap keadaan pertumbuhan unit usaha, dan (3) pengembangan sentra ke dalam pengelompokan usaha yang melibatkan ketiga pelaku ekonomi. "
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyanto
"Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Pelatihan Keterampilan Sosial Sebagai Persiapan Program Sosialisasi. Tujuan pokok pelatihan keterampilan sosial adalah untuk meningkatkan keterampilan sosial individu dan mengatasi hambatan hubungan sosial mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui apakah pelatihan Keterampilan Sosial (Social Skill Training) dapat mengatasi hambatan hubungan sosial dalam proses sosialisasi dalam lembaga, (2) Mengetahui perubahan-perubahan yang dicapai dalam hubungan sosial anak dengan ayah, ibu, keluarga pengasuh dan teman sebayanya setelah SST, (3) Mengetahui apakah SST dapat mempersiapkan anak dalam menerima program sosialisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum SST efekfif untuk meningkatkan keterampilan sosial individu, hal ini diperoleh dari informasi catatan harian, catatan observer, catatan pelatih maupun hasil evaluasi tim pelatih setelah selesai pelatian yang pada prinsipnya mengatakan bahwa SST telah memberikan pemahaman lebih baik mengenai diri sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain. SST juga efekfif untuk mengatasi hambatan hubungan sosial .kelayan, hal ini ditunjukkan oleh perbedaan skor hambatan hubungan sosial dalam semua aspek sebelum dan sesudah pelatihan, dimana skor menunjukkan kecenderungan makin kecil setelah pelatihan dan bertahan sampai periode tindak lanjut.
Hubungan sosial anak dengan ayah asuh, ibu asuh, keluarga asuh dan dengan teman sebaya maupun hubungan sosial orang tua asuh dengan anak asuh, sebelum pelatihan keterampilan sosial sebagian besar mengalami permasalahan. Sesudah pelatihan jumlah tersebut cenderung mengalami penurunan, kondisi ini bertahan sampai periode tindak lanjut. Dengan kata lain setelah dilakukan pengukuran pada periode tindak lanjut hanya sebagian kecil saja responden yang mengalami permasalahan dalam hubungan sosialnya.
Pelatihan Keterampilan sosial yang dilaksanakan oleh penulis meliputi : (1) Cara-cara mengemukakan keluhan, (2) Cara-cara menuntut hak, (3) Cara-cara menolak permintaan, (4) Cara-cara menyarankan perubahan perilaku dan (5) Cara-cara meningkatkan hubungan sosial dengan orang yang berbeda status.
Evaluasi setelah pelatihan keterampilan sosial menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih. terbuka, lebih memahami dirinya dan hubungannya dengan orang lain - dengan cara -yang benar. Hal ini ditunjylckan dengan tidak adanya konflik sesama kelayan maupun antara kelayan dan pengasuh pada fase-fase awal anak memasuki asrama dan ini tidak terjadi pada anak-anak angkatan sebelumnya. Disisi lain anak-anak 100% menyatakan siap mengikuti program: dan siap mengembangkan keterampilan sosialnya, informasi ini diperoleh dari lembar evaluasi setelah selesai modul janji suci oleh Dr. Clara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isep Sepriyan
"Remaja, masa dimana individu berkembang dan mengalami proses perubahan dari anak-anak menuju dewasa, yang ditandai oleh tanda-tanda menuju kematangan seksual dan mengalami perubahan dan perkembangan fisiologis dan psikologis, serta merupakan situasi transisi dan pencarian identitas tentang siapa aku. Pengaruh diluar dirinya bisa merubah sikapnya. Remaja putus sekolah secara individu sama dengan remaja lainnya yang mempunyai keinginan, harapan dan kebutuhan serta potensi, tetapi karena suatu sebab, baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya tidak bisa sekolah atau melanjutkan sekolah formal.
Pola pendidikan non formal yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Remaja Taruna Negara Cibabat Cimahi merupakan kegiatan atau program pelayanan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku individu atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang dilakukan diluar sekolah formal. Unsur yang mencakup pendidikan non formal adalah; objektif atau tujuan belajar, karakteristik pelajar, pengorganisasian, metodologi belajar dan kontrol. Bentuk bimbingan dan pelatihan yang dilaksanakan ialah bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan. Semua kegiatan dan program belajar mengajar ini salah satunya ditujukan dalam rangka meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah.
Keterampilan sosial adalah, kemampuan untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang serasi dan memuaskan, mengadakan penyesuaian yang tepat terhadap lingkungan sosial, memecahkan masalah sosial yang dihadapi serta mengembangkan aspirasi dan menampilkan dirinya. Ciri individu yang memiliki keterampilan sosial; bertanggung jawab, mentaati peraturan, menerima dan menghargai orang lain dan diri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, disiplin, mengetahui tujuan hidup dan mampu membuat keputusan, melalui pendidikan diharapkan keterampilan sosial dapat tumbuh dan meningkat pada remaja putus sekolah.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola pendidikan non formal remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Negara dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didiknya, serta mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya.
Penelitian bersifat studi evaluatif, menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini tidak bermaksud membuat generalisasi, tetapi melakukan studi evaluatif di salah satu lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan pendidikan non formal.
Hasil penelitian menunjukkan, pola pendidikan yang dapat meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah, adalah ; objektif belajar untuk memberikan keterampilan sosial dan keterampilan kerja sebagai salah satu yang menimbulkan minat dan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan. Pengorganisasian siswa kedalam sistem kelompok wisma dan kepengurusan siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa saling berkomunikasi, beradaptasi dan disiplin serta menumbuhkan rasa tanggung jawab. Metoda belajar praktek kerja perorangan memberikan kesempatan siswa menyalurkan hasrat, menunjukkan potensi diri dan tanggung jawab serta kemandirian.
Temuan penelitian menunjukkan, terdapat remaja putus sekolah yang memiliki keterampilan sosial yang baik. Ternyata hal itu terjadi selain karena pola pendidikan dari lembaga, juga karena motivasi siswa mengikuti bimbingan dan pelatihan sebagai kebutuhan dan sarana belajar untuk bekal hidup, latar belakang kehidupan yang relatif tetib dan mampu mengetahui serta menentukan tujuan hidup, kemampuan menerima orang lain dan diri sendiri sebagai pendorong tersalurkannya hasrat dan mengeksploitasi potensi dirinya. Kepercayaan yang diberikan oleh teman dan pembina kepadanya menambah kepercayaan diri.
Remaja putus sekolah yang kemampuan keterampilan sosialnya kurang, ternyata motivasi mereka mengikuti kegiatan bimbingan dan pelatihan karena dorongan kewajiban sebagai siswa dan melaksanakan tugas sebagai pengurus siswa, serta menghindari sanksi, bukan atas dorongan kebutuhan dirinya. Merasa selalu diperhatikan orang lain dan menganggap kepercayaan yang diberikan kepadanya sebagai beban bagi dirinya, membuat sikap yang ditampilkannya tidak spontan dan tidak wajar. Dengan adanya beban tersebut maka remaja putus sekolah tersebut terhambat peningkatan kemampuan keterampilan sosialnya.
Pelaksanaan pola pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan remaja, mendorong terciptanya kondisi yang memungkinkan meningkatnya keterampilan sosial pada remaja putus sekolah. Dengan dasar tersebut maka perlu dilakukan perbaikan serta penyempurnaan pelaksanaan pola pendidikan non formal di PSBR, khususnya metoda belajar materi bimbingan sosial kelas dan pelaksanaan kontrol serta komunikasi antar pelaksana kegiatan, yang mengarah kepada penyaluran minat dan bakat dalam rangka pengembangan potensi diri remaja putus sekolah, yang pada gilirannya mampu meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah dengan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T8006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasrifah Musa
"Tesis ini membahas tentang pelaksanaan resosialisasi remaja putus sekolah, peran pekerja sosial di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta dan hambatan yang dialami dalam pelaksanaan resosialisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan (1) pelaksanaan resosialisasi remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus meliputi pembekalan magang, pelaksanaan magang, dan monitoring magang, (2) Peran yang dilakukan oleh pekerja sosial sebagai penghubung (broker), pendidik (educator), mediator, pemungkin (enabler), group facilitator, pengevaluasi (analyst/evaluator) dan (3) hambatan yang timbul meliputi kurang optimalnya peran pendampingan oleh pekerja sosial di lokasi magang, waktu kegiatan magang yang terbatas, belum ada surat kerjasama secara tertulis dengan lembaga mitra, keterbatasan daya tangkap remaja putus sekolah, perilaku dan sikap remaja putus sekolah yang belum siap beradaptasi dengan peran dan tanggungjawabnya, kurang kepercayaan diri remaja putus sekolah dalam melayani pelanggan, serta perbedaan peralatan yang digunakan oleh PSBR Bambu Apus dengan yang digunakan perusahaan di tempat magang.

This thesis discusses the implementation of the resosialization of school dropouts, the role of social workers and obstacles arising in the PSBR Bambu Apus Jakarta. The study used a qualitative approach with descriptive research methods. The results of the study describe (1) The implementation of the school's resocalization of dropouts in the PSBR Bambu Apus includes internship supplies, the implementation of resosialization, and monitoring internships, (2) the role of social workers as a brokers, educators, mediators, enablers, group facilitator, analyst/evaluator and (3) barriers arising include less optimal role assistance by social workers in the internship site, the time of limited internship activities, there is no cooperation letter in writing with the partner agency, the limitations of school dropouts, behavior and attitudes adolescent dropout of school that are not ready to adapt to their roles and responsibilities, lack of confidence adolescent dropout in serving customers, and the difference equipment used by PSBR Bambu Apus with those used by the company in the internship activities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Wijayanti
"Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang peran pekerja sosial dalam menangani masalah remaja putus sekolah terlantar beserta factor pendukung dan factor penghambat dalam pelaksanaan peran tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja sosial telah melakukan peran sebagai enabler, broker,Group Facilitator, educator dan publick speaker. Di sini juga dijelaskan tentang Peran pekerja sosial dalam menangani masalah remaja putus sekolah terlantar yang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan faktor penghambatnya.

The research was conducted at the Social Institutions of the Youth Development (PSBR) Bambu Apus, East Jakarta with the aim to obtain a description of the role of social workers in handling problems with neglected adolescent drop out of school and motivating factors and inhibiting factors in the implementation of these roles. This research is descriptive with qualitative approach. Results showed that social workers had done the role as enablers, broker, group facilitatorn and publick speaker. Here also explained about the role of social workers in dealing with neglected adolescent drop out of school who are also affected by several factors supporting and inhibiting factors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T29563
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vindry Dwi Wulandari
"

Penelitian ini membahas tentang penyesuaian sosial yang dilakukan oleh remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melakukan penyesuaian sosial tersebut. Penelitian ini menggunakan penilitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menjelaskan kondisi awal, penyesuaian sosial (mengikuti aturan yang telah ditetapkan, menjalin relasi dengan pihak yang ada di panti, pelanggaran aturan oleh penerima manfaat, dan partisipasi penerima manfaat terhadap program yang diselenggarakan) dan perubahan perilaku remaja putus sekolah (penerima manfaat). Adapun hambatan dalam penyesuaian sosial yaitu mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan ada program yang tidak berjalan lancar.


This research discuses about social adjustment of dropout (beneficiaries) in PSBR Bambu Apus, and the constraints to do social adjustment. This research uses a qualitative approach and descriptive research method. The results explains the initial conditions of beneficiaries, social adjustment by dropouts (include make  relations, break the rules of PSBR Bambu Apus, the beneficiaries’ participation for program in PSBR Bambu Apus) and the condition of beneficiaries after joined program in PSBR Bambu Apus. Then the constraints in social adjustment are following the rules and program does not going well.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sariayu Oktavia
"Skripsi ini membahas mengenai strategi bauran pemasaran sosial program pelayanan dan pengembangan remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus. Tidak terpenuhinya kuota penerima manfaat PSBR Bambu Apus merupakan hal yang melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini menggambarkan bagaimana penerapan serta hambatan dalam strategi bauran pemasaran sosial program pelayanan dan pengembangan remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus dengan menggunakan teori strategi ‘marketing mix’. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menggambarkan bagaimana produk, price (harga), place (tempat), promosi serta hambatan penerapan strategi bauran pemasaran sosial program pelayanan dan pengembangan remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus.

This Thesis discuss about the social marketing mix strategy services and youth development program for dropouts teenager in PSBR Bambu Apus. Non-fulfillment of quota of beneficiaries at PSBR Bambu Apus as a human service organization that handles dropout problems, underly this study. The aim of this study is to describe how both application and detention of social marketing mix strategy on youth development program dropouts in PSBR Bambu Apus using the theory of ‘marketing mix’ strategy.This research is a descriptive study using qualitative methods. The method used for gathering the data are observation, interview and documentation. In addition, the result of this study this study is to explain the barriers of social marketing mix strategy and youth dropout development program in PSBR Bambu Apus"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>