Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131871 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Diah Madubrangti
"ABSTRAK
Nojuu Shinsaku, dari Pusat Penelitian Bimbingan Kehidupan Anak di Jepang mengatakan tentang apa yang disebut ijime sebagai berikut : ( 1989: 44 )
Penjelasannya:
"Yang disebut ijime berbeda dengan perkelahian, tetapi merupakan suatu perbuatan seseorang yang mempunyai kekuatan dalam beberapa bentuk untuk dapat melakukan penyerangan searah terhadap yang menjadi lawannya. Orang yang berada dalam posisi yang kuat menyerang orang yang berada dalam posisi yang lemah baik seoara fisik maupun mental, dan mempunyai ciri bahwa yang melakukan itu merasa senang apabila melihat lawannya menderita atau menjadi kesal. Ijime mempunyai ciri bukan dilakukan dengan berakhir dalam satu kali perbuatan seperti halnya dalam suatu perkelahian, tetapi dilakukan dalam masa yang panjang.
Ijime berbeda dengan apa yang disebut perkelahian, karena berkelahi di dalam suatu perkelahian biasanya dilakukan oleh satu lawan satu orang, tetapi ijime kelihatannya semacam perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok besar orang terhadap sekelompok kecil orang atau oleh beberapa orang terhadap satu orang. Selain itu, ijime tidak hanya dilakukan satu kali perbuatan, tetapi dilakukan berkali-kali dalam masa yang panjang.
Ijime sekarang menunjukkan bentuk tersendiri pada masyarakat anak sekolah di Jepang akhir-akhir ini dalam melakukan suatu perbuatan atau tindakan di lingkungan sekolahnya sendiri dalam bentuk gendai no ijime `ijime masa kini'. Di dalam gendai no ijime lebih menunjukkan adanya dochokeiko 'kebersamaan yang kolektif' dalam melakukan suatu perbuatan atau tindakan secara bersama yang disebut doohokodo 'perbuatan secara bersama-sama.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Subarno
"The Meiji restoration indicated an early process of modernization in Japan, a major political, economic, and social change that took place rapidly in the second half of the 19th century, by which Japanese society was transformed into the modern one. This process of modernization continued up to the end of Pacific War when Japan was defeated by the allied forces. In the post war era, Japan rushed to catch up with the industrialized west by focusing on her industrial and economic development. Consequently, less than two decades Japan has become a rich country.
Even though Japan has been an advanced and modern country, and accepted modern culture of the west and developed advanced industries based on what she has learned, she has at the same time, maintained her own culture, that has many characteristics, like: multi-layered, homogeneity, Japanization, and pragmatism. These features can be seen in religion too. Buddhism is absorbed side by side with Shinto and the two religions become harmoniously interwoven in the lives of the Japanese. This phenomenon strengthens folk religion, an indigenous primitive religion into which elements from Shinto, Buddhism, Taoism, Confucianism and other religions have been grafted and is expressed in the daily ritual and matsuri. Among them is the 0-Bon Matsuri.
0-Bon Marsuri is a part of ancestor worship, observed between 13-15th day of the seventh month, by placing offerings on the bondana and by otherwise seeking to please the ancestral spirits. For contemporary Japanese people, this observance has many functions, such as: to fulfill basic human needs, to strengthen solidarity among family groups, to be recreational event, and to break monotonous. That's why the phenomenon changes from religious ceremony to social custom."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Elsy
"Penulisan mengenai Tabu Dalam Kehidupan Orang Jepang. Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami cara berpikir orang Jepang sehubungan dengan tabu-tabu yang terdapat di sekitar lingkaran hidup orang Jepang.
Pengumpulan data dilakukan melalui metode penulisan kepustakaan, yaitu dengan merujuk pada dua data pustaka buku Iryo no Iitsutae 1000 Dai dan Nihonjin no Issho. Dari dua buku tersebut tabu-tabu yang terdapat dalam lingkaran hidup orang Jepang dibagi dalam 4 kelompok dan dianalisa secara ilmiah.
Hasilnya menunjukkan bahwa walaupun Jepang dikenal sebagai bangsa yang modern, yang telah menguasai ilmu penge_tahuan dan teknologi yang canggih, dalam kehidupan sehari_hari orang Jepang masih terikat oleh aturan-aturan dan nilai_nilai tradisional yang tercermin dalam berbagai tabu. Tabu sebagai salah satu bentuk kepercayaan rakyat (minkan shinko) membawa misi dalam kehidupan. Tabu-tabu tersebut berfungsi sebagai pengajaran atau pendidikan orang tua kepada anak sebagai sarana kontrol diri maupun kontrol sosial."
1995
S13799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Minang Warman K.
"Skripsi ini membahas mengenai pemikiran Richard Rorty yang berkaitan atas penolakannya terhadap epistemologi moderen. Penolakan ini yang berujung pada pengorientasian filsafat kepada konsensus demokrasi. Hasil dari skrpisi ini menemukan bahwa pandangan satu paradigma objektifikasi ilmu pengetahuan dapat menciptakan paradigma yang absolut dan fondasional yang tidak menghargai kemajemukan di tataran sosial. Dengan upaya menciptakan penghargaan terhadap pluralitas kebenaran, diupayakan suatu semangat solidaritas yang dipengaruhi faktor kontingensi.

The Focus of this study is about Richard Rorty?s thought his rejection on modern epistemology. The rejection that shifted philosophy orientation on democracy consensus. The result of this study found that scientific objectification paradigm could be created absolute and foundational paradigm that ignore social pluralism. For the sake of plurality, solidarity must be regarded considered by contingency factor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16053
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chenny Patricia RH
"ABSTRAK
Orang Cina yang datang ke Indonesia terdiri dari berbagai macam kelompok dialek. Salah satunya adalah kelompok dialek Hinghoa. Seperti kebanyakan orang Cina yang berada di Indonesia, orang Hinghoa juga bermata pencaharian hidup sebagai pedagang. Hal yang menarik dari orang Hinghoa ini adalah mereka sebagian besar bekerja sebagai pedagang sepeda dan suku cadang kendaraan bermotor, padahal di daerah asal mereka orang Hinghoa bekerja sebagai petani atau nelayan. Hal ini tidak hanya terjadi di Jakarta tapi juga di berbagai daerah di Asia Tenggara.
Hal yang mendasari orang Hinghoa memiliki pekerjaan yang sama adalah rasa solidaritas yang kuat di antara mereka.Mereka tetap meniaga hubungan baik antar sesama mereka dengan harapan mereka dapat mempertahankan lapangan peker_jaan yang telah mereka rintis sejak lama sehingga tidak ada ?rang lain selain kelompok dialek mereka yang dapat masuk dan menguasai bidang usaha mereka.
Untuk menguraikan topik di atas, saya menggunakan peneli_tian lapangan dan kepustakaan. dikumpulkan dengan wawancara dan observasi terlibat. Hasil penelitian membuk_tikan bahwa solidaritas sangat berpengaruh dalam pemilihan lapangan pekerjaan dalam masyarakat Hinghoa di Jakarta."
1995
S12847
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ijime yang terjadi di lingkungan sekolah Jepang muncul dan berlangsung di dalam kelompok pertemanan anak. Dengan menggunakan konsep amae sebagai bagian dari kebudayaan Jepang, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami makna Ijime dalam kelompok pertemanan anak Jepang dewasa ini. Hal ini dilakukan dengan menganalisis sejumlah data mengenai kasus-kasus Ijime yang terjadi di lingkungan sekolah dasar di Jepang. Hasilnya menunjukkan bahwa Ijime yang terjadi dalam kelompok pertemanan sebenarnya bertujuan untuk menjaga keutuhan kelompok. Rasa kebersamaan dan rasa kesatuan para anggota kelompok untuk menjaga keutuhan kelompok merupakan unsur dari amae yang menunjukkan nilai budaya masyarakat Jepang. Amae berperan menunjukkan kesadaran berkelompok pada diri anak. Ijime kelompok pertemanan anak yang didasari amae menunjukkan keinginan untuk melestarikan kehidupan kelompok melalui tindakan kebersamaan untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan yang ada pada teman-temannya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Basuki
"Permasalahan utama penelitian ini adalah peranan pembina kelompok dalam perkembangan kelompok penduduk miskin di pedesaan. Sedangkan ruang lingkup penelitian ini meliputi kondisi kehidupan keluarga miskin, efektivitas peranan pembina kelompok dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) serta hubungan antara pelaksanaan peranan pembina kelompok tersebut terhadap kinerja KUBE binaan mereka.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui cara-cara yaitu; studi dokumentasi dari laporan pelaksanaan Program BRS di Gunungkidul yang terdapat di Kanwil Depsos DIY. Kedua pengamatan dan wawancara umum kepada pembina. KUBE serta pengurus KUBE dan beberapa anggota KUBE. Obyek penelitian ini ialah lima KUBE yang penerima Program Bantuan Kesejahteraan Sosial (BKS) pada tahun anggaran 19901991 di Kabupaten Tk II Gunungkidul DIY yaitu: KUBE Sidomulyo yang berada di Desa Dadapayu Kecamatan Semanu, KUBE Sumber Rejeki yang berada di Desa Kenteng Kecamatan Ponjong, KUBE Sumber Urip di Desa Watusiku Kecamatan Ngawen, KUBE Ngudi Lestasi di Desa Jatiayu Recamatan Karangmojo dan KUBE "Gembira" di Desa Karangsari Kecamatan Semin.
Hasil penelitian: Pertama; kondisi kehidupan keluarga miskin di daerah ini umumnya dicirikan dengan pemilikan tanah pertanian yang kecil (dibawah 0,50 ha). Karena produktivitas lahan yang rendah maka mereka bekerja serabutan (apa saja) untuk mempertahankan hidupnya. Usaha serabutan itu tidak menentu dan sangat bergantung pada musim dan pasaran kerja yang ada.
Kedua; Program BKS yang ditujukan untuk mengatasi masalah kemiskinan melalui pendekatan kelompok (KUBE) masih dihadapkan pada kinerja para pembina kelompok yang belum semua dapat berperan secara efektif. Tidak semua PSK berperan aktif dalam pelaksanaan seleksi serta penyadaran calon anggota KUBE dan mereka hanya mempercayakan tugas-tugas tersebut kepada aparat desa. Akibatnya PSK kurang memahami kondisi internal (potensi dan sumber-sumber) yang dimiliki anggota KUBE binaan mereka (KUBE Ngudi Lestari dan KUBE "Gembira").
Walaupun kelima PSK umumnya telah dapat memfasilitasi KUBE, (membentuk pengurus, membuat pembagian tugas, menciptakan norma-norma kelompok serta penyaluran stimulan kelompok) namun pada KUBE yang intensitas pembinaannya yang rendah, perangkat kelompok itu tidak dapat berfungsi untuk mendorong perkembangan KUBE. Intensitas pembinaan yang rendah membuat kelompok sulit memanfaatkan semua perangkat yang ada. Bahkan pada KUBE yang berprestasi rendah, timbul konflik diantara anggota yang'sulit dipecahkan.
Sebaliknya peran PSK pada dua KUBE Sidomulyo dan sumber Rejeki lebih dapat berkembang karena selain kedua pembina ini mampu memfasilitasi kelompok, mereka juga melaksanakan pembinaan secara intensif.
Dari penelitian pada lima KUBE di Gunungkidul ini diketahui bahwa secara umum intensitas pembinaan dari PSK pada PSH akan mempengaruhi pembinaan PSH kepada KUBE. Selanjutnya intensitas kedua pembina kelompok tersebut berpengaruh pada kinerja KUBE binaan mereka. Intensitas pembinaan yang tinggi oleh pembina kelompok akan diikuti dengan prestasi KUBE yang tinggi. Sebaliknya intensitas pembinaan yang rendah akan diikuti kinerja yang rendah pula.
Peran pembina kelompok dalam pengembangan usaha TUBE perlu mendapat perhatian serta penghargaan yang seimbang. Artinya peningkatan mutu PSI, maupun PSM sepatutnya memperoleh perhatian sehingga dapat meningkatkan gairah kerja dan tanggung jawabnya sebagai pembina TUBE. Selain itu dibutuhkan Pula suatu pola pembagian togas yang terintegrasi diantara para pembina kelompok, bank dalam materi maupun peran-peran yang seharusnya dilakukan masing-masing. Selanjutnya yang perlu dihindari dalam penampilan peranan ini adalah kecenderungan dominasi pembina kelompok sebagai pengambil keputusan dalam TUBE karena hal ini sangat bertentangan dengan asas pemberdayaan dan keswadayaan kelompok."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lovie Sertiana
"Penelitian yang dilakukan dengan metode studi pustaka disertai dengan pengambilan data dari lapangan ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi penggunaaan wakare no aisatsu dalam masyarakat Jepang. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat persamaan wakare no aisatsu dalam drama televisi Jepang dengan kehidupan sehari-hari yang dilihat dari data yang diperoleh melalui angket. Dalam menganalisis data yang diperoleh penulis menggunakan teori mengenai aisatsu yang diungkapkan oleh Mc Clure dalam bukunya yang berjudul Using Japanese : A Guide to Contemporary Usage. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah penggunaan
wakare no aisatsu berdasarkan konsep Mc Clure dilihat dari sudut pandang tingkat keformalitasan, jouge kankei dan gender. Pertanyaan yang muncul setelah adanya permasalahan adalah apakah teori yang diungkapkan oleh Mc Clure dalam bukunya Using Japanese : a Guide to Contemporary Usage terbukti dalam percakapan antar pemeran dalam drama televisi Jepang dan dalam kehidupan sehari-hari?. Pertanyaan yang kedua adalah apakah tingkat formalitas, jouge kankei dan gender akan mempengaruhi penggunaan wakare no aisatsu?. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan wakare no aisatsu sangat dipengaruhi oleh tingkatan formalitas dan hubungan antara penutur dan mitra tutur. Sedangkan gender tidak memiliki pengaruh sama sekali dalam penggunaan wakare no aisatsu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13661
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>