Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128942 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rarit Gempari
"ABSTRAK
Arti produktivitas merupakan pendayagunaan seluruh komponen sumberdaya secara efisien untuk mencapai tingkat basil yang maksimal. Dalam aspek manajemen, bahwa sumberdaya manusia merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai sasaran dimaksud.
Institusi RS yang bergerak dalam layanan produk kesehatan antara lain baik berupa rawat jalan maupun rawat inap, hanya mungkin berjalan baik bila didukung oleh penggunaan seluruh sumber yang ada melalui pendekatan manajemen yang baik. Dan tolok ukur yang paling mungkin untuk mengukur suatu produk layanan kesehatan pada RS seringkali ditentukan dengan faktor layanan pada rawat inapnya.
RSIJ sebagai RS kelas utama yang berada dalam naungan yayasan RSIJ kini telah dilengkapi dengan perangkat sarana dan prasarana medis sebagai pendukung dalam pemberian layanan kesehatan yang telah dikelola dengan metoda dan pola-pola manajemen modern.
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah percontohan kegiatan yang merupakan penelitian kerja terhadap kegiatan tenaga Paramedis Perawatan Unit Rawat Inap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi penggunaan waktu kerja produktif dari tenaga Paramedis Perawatan melalui kegiatan langsung 36,5%, kegiatan tidak langsung 23,6%, kegiatan lain yang termasuk produktif 3,9%, kegiatan pribadi 7% dan kegiatan non produktif 29%. Dan ternyata faktor internal tidak memperlihatkan pengaruh yang berarti terhadap pola waktu kerja produktif.
Beberapa saran dalam upaya pendayagunaan tenaga Paramedis Perawatan antara lain:
Perlu adanya rotasi kerja secara periodik dan terjadwal dalam upaya menghasilkan dan memperkecil tingkat kejenuhan kerja.
Perlu adanya peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi seluruh tenaga Paramedis Perawatan yang berorientasi untuk mengadaptasi irama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang medis.
Perbaikan sistem penggajian yang fleksibel terhadap tingkat perkembangan kebutuhan pokok yang berjalan.
Perlu secara terus menerus diupayakan pengamatan secara rutin terhadap penilaian waktu kerja produktif untuk memantau hasil kerja yang diinginkan."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadly Persi
"Isu tentang kekurangan pegawai seringkali terdengar, baik pada rumah sakit Pemerintah maupun Swasta, sebagaimana dialami dep Unit Laboratorium Klinik Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Hai inl disebabkan oleh karena beban kerja yang tinggi di unit tersebut.
Beban kerja yang tinggi pada unit tersebut, pada dasarnya disebabkan oleh banyaknya permintaan pemeriksaan laboratorium yang tidak sesuai dengan waktu yang tersedia pada satu periode waktu kerja, sehingga terjadi penambahan jam kerja.
Oleh karena itu, untuk menambah kebutuhan tenaga Analis, sudah sepantasnya dilakukan penghitungan beban kerja sehingga diperoleh sumber daya manusia yang sesuai dengan tingkat beban kerja di unit tersebut.
Penelitian ini merupakan peneiitian deskriptiif analitik dengan pendekatan kuantitatif, dimana untuk mengukur beban kerja digunakan pengukuran kerja studi waktu terhadap waktu yang dibutuhkan pada setiap tahapan pemeriksaan, sehingga diperoleh jumiah waktu setiap pemeriksaan.
Dengan menggunakan Teori Keseimbangan Gans diperoleh jumlah kebutuhan tenaga Analis sebanyak 25 orang per hari, dan dengan Formula Beban Kerja diperoleh 28 orang per hari, sehingga didalam memilih metode pengukuran jumlah tenaga, harus menetapkan Teori Keseimbangan Gads lebih tepat dan lebih efisien.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa di unit laboratorium klinik terdapat kekurangan tenaga sebanyak 6 orang per hari, dengan pertimbangan, jumlah ini dapat lebih dikurangi, apabila dilakukan beberapa perubahan-perubahan kebijakan di unit tersebut, sehingga tercapai tingkat kebutuhan tenaga yang lebih realistis.
Daftar Bacaan : 23 (1983 - 2000)

The Analysis on the Need of Analysts Based on Work Toad at the Clinical Laboratory Unit of Santo Borromeus Hospital, Bandung, 2000Issues on the lack of employees have been commonly exposed both at government and private hospitals, as encountered by the Clinical Laboratory Unit of Santo Borromeus Hospital In Bandung. This has been caused by the high work load at the unit.
This high work load is basically caused by the high demands for the laboratory examination services which are not in accordance to the available time in a period time of work, therefore, additional. working time is required.
In this regard, in order to meet the need for the analysts, it has been the time to calculate the existing work load so that the human resources in accordance to the said work load can be achieved.
This research is an descriptive-analytical one by applying the quantitative approach, at which to measure the work load, this study uses the time study of worked measurement over the time needed at every level of examination to measure the total time of each examination could be counted.
By using the Balanced-Line Theory, it is obtahted the total required number of analysts, that is, 25 persons per day, and with the Work Load Formula of 28 persons per day, so that in choosing the method of measurement of the total analysts, the writer considers the Balanced-Line Theory is more appropriate and efficient.
On the basis of the result of the research, a conclusion can be drawn that the clinical laboratory unit lacks of 6 persons per day, with the consideraton that this number can be lessened if some policy changes are taken at the unit, so that the more realistic requirement for analysts can be achieved.
Bibbllography : 23 (1983 - 2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T5631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandriyo
"Rumah Sakit merupakan institusi layanan kesehatan masyarakat yang mempunyai sifat yang unik yang berbasis bisnis sekaligus sosial. Perawat merupakan tenaga kerja inti di Rumah Sakit yang mempunyai beban kerja berlebih dibanding dengan tenaga kerja lainnya. Disamping merawat pasien, perawat juga mempunyai tugas lain yang harus dilakukan hampir setiap hari yaitu beban angkat dan pindah pasien dari satu tempat tidur ke tempat tidur yang lainnya. Karena tugasnya yang kedua tersebut perawat mempunyai risiko untuk terjadinya trauma termasuk Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Hal ini terbukti dengan ditemukannya angka kesakitan cukup tinggi di Rumah Sakit Pusat Pertamina yaitu didapatkan 24 perawat terkena HNP dari 76 perawat sebagai sampel.
Setelah melakukan wawancara, pengisian kuesioner, dan pemeriksaan fisik terhadap 76 perawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Peneliti mendapatkan model yaitu bahwa beban angkat dan pindah pasien yang menyebabkan penyakit HNP sangat dingaruhi oleh faktor usia. Kesimpulan ini didapat setelah dalam setiap penelitian, usia merupakan variabel yang selalu melekat dan sangat sulit untuk dihindari atau di hilangkan dari variabel penganggu. Model ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan pendalaman terhadap terjadinya penyakit HNP. Didalam penelitian ini Peneliti masih menemukan banyak faktor yang menyebakan terjadinya bias atau penyimpangan diantaranya recall bias. Recall bias adalah bias yang disebabkan karena seorang responden selalu menjawab hal-hal yang dirasa paling diingat dan paling berkesan meskipun keluhan yang dirasakan sudah berulang kali. Namun demikian peneliti sudah berusaha meminimalisasi faktor tersebut dengan mengkonfirmasikan dengan catatan medis (Medical Record) responden yang bersangkutan.
Ketika dilakukan analisa hubungan dua variabel yaitu antara status gizi dengan penyakit HNP, tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut yaitu dengan p=0,488. Persamaan multivariat antara usia dengan beban angkat dan pindah pasien terhadap kejadian penyakit HNP adalah Logit Y=3,517 (Usia)+1,534 (beban angkat dan pindah) artinya Old Ratio (OR) untuk usia sebesar 33,691 (CI 95% interval 5,262-215,722) dan OR untuk beban angkat sebesar adalah 4,637 (Cl 95% interval 0,826-26,021). Hal ini bisa diartikan bahwa beban angkat dan pindah yang dilakukan oleh seorang perawat dengan dibantu hanya satu sampai dua orang lainnya mempunyai risiko sebesar 4,637 kali lebih besar bila dibanding dengan perawat yang mengangkat dan memindahkan yang dibantu lebih dari 3 orang lainnya.

Case Control Study, The Correlation between Lifting Load and Physically Work Moving of Nurse in Inpatient's Room and Outpatient's Room and Hernia Nucleus Pulposus (HNP) Disease in Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP Hospital) in 1990-2002Hospital is an institution for public health services, which is unique. It has both business and social proposes. In the hospital, nurse is an essential worker who has not only nursing task but also lifting load and moving patient from one room to another. The nurses must do lifting load and moving patient almost everyday. Therefore, the nurses have a high risk for injury especially HNP disease. As evidence, in my research, I have found 24 of 76 nurses who work in RSPP hospital suffer HNP disease.
After I have done the research by pooling questioners, interview and physically examination to 76 nurses of RSPP hospital, I came with an conclusion, becoming a model, that age factor influences lifting load and moving patient from room to room as causing HNP disease. This conclusion is taken because the age factor always shown in each exercise. Hopefully, this model can be used for further study of HNP disease. In this research, I found that there are still many factors, which cause bias such as recall bias. This kind of bias occurred because most of respondent did not remember every single suffering that they have suffered. But I have tried to minimize that bias by confirmation the result to medical record of each respondent. Analyzing about correlation two variables between nutrition status and HNP disease, there is no significant correlation. The correlating result is P= 0,488. By using multivariate equation disease s logic Y=3,517 for age and 1,534 for lifting load and moving patient. It shows that odd ratio (OR) for age equal to 33,671 and OR for lifting load and moving patient is 4,637. This result can be read that the nurse who doing lifting load and moving patient with one or two other person help has 4,637 times higher risk than the nurse with more than three person help.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T1012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Corry Artha Stevani
"Rumah sakit awal Bros Bekasi merupakan rumah sakit swasta yang ada di bekasi yang memiliki standar ISO 9001-2000 untuk sistem manajemen mutu dan telah mendapatkan akreditasi penuh di 16 bidang pelayanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis beban kerja perawat dalam menentukan jumlah kebutuhan perawat di ruang rawat inap Chrysant. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dengan mempergunakan pendekatan kuantitatif dan metode work sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa beban kerja perawat sebesar 85.64%.
Awal bros hospital is a private hospital in Bekasi with an ISO 9001-2000 for quality management system and has earned full accreditation in 16 fields of services. The Purposes of this study is to analyze the workload of nurses to determine the needs of nurses in the inpatient Chrysant. This study uses a quantitative approach and observation by using the work sampling methods. Based on research results obtained that the workload of nurses are 85.64%."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Kesumaningtyas
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subjektif Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada Perawat. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifar cross sectional dan observasi. Sampel penelitian ini adalah perawat yang bekerja di unit yang paling sering terpajan oleh postur membungkuk (bending), memutar (twisting), berdiri (standing), mendorong (pushing), menarik (pulling) dan mengangkat beban berat (heavy liiting) sebesar 60 sampel. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kai square atau uji x2. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara mengangkat beban berat dan riwayat penyakit terdahulu dengan keluhan hernia nucleus pulposus (HNP).

This research purposes to know about risk factors of hernia nucleus pulposus (HNP) in nurses. This research uses cross sectional methode and observation. The sample of this research is nurse who works with almost bending, twisting, standing, pushing and pulling postures and heavy lifting with 60 samples. The analysis of this research uses chi square or x2. The results of this research show there are any related factors among hernia nucleus pulposus (HNP) with heavy lifting and musculosceletal disorders history."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S5666
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Pudjiastuti
"Analysis on the Compliance Rate of Health Personnel towards the Integrated Management of Childhood Illness at DKI Jakarta Health Center Year 2001The Ministry of Health Republic of Indonesia in collaboration with the World Health Organization, since 1997, has developed an approach in managing sick child under-five at the primary health services known as Integrated Management of Childhood Illness (IMCI). Today, IMCI has been implemented in 26 provinces (of 30 provinces present) covering 128 districts/municipalities in Indonesia.
The province of DKI Jakarta, using regional budget 2000, has started socializing the IMCI to 14 health centers in 5 regions of Jakarta. How is the compliance of health worker in implementing the IMCI has never been studied.
The objective of this study is to have a outline information on factors related to the health worker's compliance towards IMCI implementation at HC in Jakarta. The study will use "cross-sectional" design with quantitative and qualitative approach and total sample of 23 IMCI-implement health workers. Data collection is conducted by direct observation to the health workers during sick child examination using a checklist. After the observation, the health workers will fill in a questionnaire. Some secondary data will also be collected using the checklist for Monitoring IMCI record and checklist for supporting facilities.
The result of the study shows that of 23 IMCI-implement health workers in DKI Jakarta 21.72% comply with interval value 58.61% - 90.28%, with cut off point value 80. The Internal factors is proven to have significant correlation with health worker's compliance with p = 0.04. While the external factors is proven to have significant correlation with human resources/MMCI facilities with p = 0.02 and leader's commitment with p = 0.009.
In conclusion, the compliance rate of HC personnel in DKI Jakarta towards IMCI has not adequate. It is suggested to the Provincial Health Services DKI Jakarta to provide a health policy in managing sick child under-five using IMCI approach and at the same time improving quality of its monitoring and supervision.
Health Center needs to have a clear task description for each of their personnel and a continued monitoring/supervision. A reward system should also be considered. The Ministry of Health needs to review the IMCI Monitoring and Supervision Checklist also considers Cut of Point of IMCI compliance rate and finalizing the Essential Drug for IMCI."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baderel Munir
"Meskipun sebagian diantara pakar antropologi meragukan adanya kebudayaan di rumah sakit, namun penelitan ini memperlihatkan banyaknya peranan unsur-unsur kebudayaan terlibat dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit.
- Tesis mengkaji masalah hubungan antar pelaku dan masalah dalam proses pelayanan kesehatan di IGD, Rumah Sakit Umuum Pusat Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang pada hakekatnya adalah tinjauan tentang subkebudayaan rumah sakit.
Kajian dalam tesis ini berhasil mengangkat dua hal pokok mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku para pelaku dalam proses pelayanan kesehatan di IGD.
Pertama, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi secara positif terhadap perilaku para pelaku, sehingga proses pelayanan yang terjadi berdampak pada terpenuhinya standar ideal pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut ialah adanya kesamaan diantara para pelaku dalam hal pengetahuan dan penghayatan terhadap nilai luhur yang menganggap penting, mulia dan terpuji upaya memberikan pertolongan kepada orang sakit untuk mencegah kematian atau keadaan kesehatan yang semakin memburuk. Selain itu diantara para pelaku pemberi pelayanan kesehatan, mereka memiliki pengetahuan dan kepatuhan terhadap tatanan birokrasi yang telah digariskan. Adanya peranan unsur kekerabatan diantara para pemberi dan penerima pelayanan kesehatan, disatu sisi memberikan dukungan terhadap kelancaran pelayanan kesehatan bagi pasien di IGD.
Kedua, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi secara negatif terhadap perilaku para pelaku, sehingga proses pelayanan yang terjadi berdampak pada belum terpenuhinya. standar' ideal pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut ialah adanya perbedaan persepsi diantara para pelaku yang terlibat, pengaruh negatif dari perilaku birokrasi, pengaruh negatif dari peranan unsur kekerabatan dan adanya pengaruh negatif dari primordialisme berdasarkan spesialisasi medis.
Adanya perbedaan persepsi antar para pelaku bersumber dari kebutuhan yang berbeda-beda dan berbeda pula dalam hal model-model pengetahuan yang dimiliki yang secara selektif digunakan sebagai rujukan untuk memahami dan menginterpretasi kan objek yang dihadapi serta melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut,. sedangkan di IGD tidak tersedia forum yang memungkinkan berbagai pihak yang .terlibat untuk dapat saling memahami mengapa seseorang berbuat seperti apa yang ia lakukan, juga tidak tersedia petugas yang bertugas memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang mekanisme pelayanan kepada pasien.
Adanya pengaruh dari perilaku birokrasi yang bersumber dari aturan birokrasi yang bersifat imperatif dan hierarkikal, yang menuntut kepatuhan mutlak dan melihat manusia dari sudut pandang pangkat dan jabatan, yang diterapkan secara kurang bijaksana, ternyata berdampak kepada terabaikannya etika profesi dan kode etik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien di IGD.
Selain itu peranan hubungan kekerabatan, sebagai salah satu unsur kebudayaan, yang ada diantara pemberi dan penerima pelayanan, berpengaruh pula terhadap pengambilan keputusan dalam pemberian prioritas pelayanan, dan melemahkan komitmen petugas terhadap pelaksanaan etika profesi dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dalam pemberian prioritasnya seyogyaanya berdasarkan kepada tingkat kegawaian pasien tanpa membedakan suku bangsa, agama, status sosial ekonomi, namun pada kenyataannya sering berorientasi kepada ada atau tidaknya hubungan kekerabatan diantara pemberi dan penerima pelayanan.
Adanya sifat primordialisme spesialisasi yang ternyata berpengaruh terhadap model pembagian ruangan-ruangan IGD, berpengaruh pula terhadap proses pelayanan kepada pasien, dan berdampak mengurangi sifat integratif pelayanan, sebagai sifat yang menjadi ide dasar pembentukan unit pelayanan gawat darurat menjadi satu instalasi tersendiri. Dalam pelayanan kesehatan di IGD, ruang spesialisasi masih sangat menonjol dalam pembagian ruangan, khususnya di lantai I, sehingga pemanfaatan ruangan meniadi kurang efisien bagi pelayanan kepada pasien."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuwat Sri Hudoyo
"Indonesia memiliki lebih dari 7.200 Puskesmas dengan beberapa jenis petugas kesehatan di Puskesmas memiliki risiko tinggi kontak dengan darah dan cairan tubuh tertentu lainnya pada saat bekerja. Penelitian yang mengamati penerapan kewaspadaan universal dengan status HbsAg petugas kesehatan di Puskesmas masih jarang.
Tujuan penelitian ini mengetahui prevalensi HbsAg petugas kesehatan di Puskesmas dan hubungannya dengan penerapan kewaspadaan universal. Penelitian dilakukan secara kros seksional dengan sasaran dokter, dokter gigi, bidan, perawat dan petugas laboratorium di Puskesmas Jakarta Timur pada bulan Desember 2003 sampai Januari 2004. Penelitian dilakukan dengan pengamatan saat tindakan, pemeriksaan laboratorium dan penilaian pengetahuan. Populasi pada penelitian ini sebanyak 207 orang terdiri dari dokter, dokter gigi, bidan, perawat dan petugas laboratorium serta populasi yang menyetujui dan memenuhi kriteria sebanyak 114 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi HbsAg 4,4 %, dengan proporsi paling tinggi pada petugas laboratorium sebesar 13,3 %, tingkat kepatuhan petugas menerapkan kewaspadaan universal pada setiap tindakan sebesar 18,3%, dengan proporsi dokter gigi sebesar 62,5 %, cakupan vaksinasi Hepatitis B petugas 12,5 %, tingkat pengetahuan baik baru mencapai l5,7 % dengan proporsi dokter 20 % dan dokter gigi 25 % , serta riwayat tertusuk jarum bekas 84,2%. Sarana minimal untuk menerapkan kewaspadaan universal sudah tersedia di setiap Puskesmas, permasalahannya bagaimana sarana tersebut dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan.
Kesimpulanya prevalensi HbsAg padan petugas kesehatan 4,4 %, dengan faktor-faktor risiko yang sangat tinggi, yaitu riwayat trauma jarum suntik bekas tiaggi, tingkat perlindungan dengan vaksinasi hepatitis B rendah dan kepatuhan petugas menerapkan kewaspadaan universal dalam setiap tindakan masih rendah meskipun sarana prasarana sudah tersedia.

Correlation Between The Implementation of Universal Precaution and HbsAg Status Among Community Health Center Personnel in East JakartaIndonesia has more than 7200 Community Health Centers with health personnel who have high risk getting in touch with' blood and body fluids. There are few studies conducting the correlation between the implementation of universal precaution and HbsAg status on community health center personnel.
The aims of this study are to identify HbsAg prevalence correlation with the implementation of universal precaution. It is cross sectional study with the subject doctor, dentist, midwives, nurse and laboratories in community health center in East Jakarta, from December 2003 until January 2004. The data are collected from medical care observation, laboratory examination and knowledge judgment. A total of 114 subjects out of-207 were eligible.
This study shows that HbsAg prevalence is 4.4 %, with the highest proportion is laboratories 13.3%, compliance rate the implementation of universal precaution 18.3%, dentist proportion 62.5 %, Coverage of Hepatitis B immunization 12,5 %, the level of good knowledge 16,7 % with doctor and dentist proportion higher than other personnel. The history of needle stick injury is 84,2 %, every community health center provide minimal facility to implement of universal precaution. This problem is how the health personnel could beneficially use the facility.
This study concluded that HbsAg prevalence on health personnel 4.4 %, with high risk factors caused by needle stick injury is very high, low protection level of Hepatitis B immunization and low compliance rate the implementation of universal precaution."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dista Karlita
"Persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan faktor penting dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan di Kelurahan Cimahpar Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara sebesar 71,9% masih di bawah target SPM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pada ibu bersalin yang berhubungan dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kelurahan Cimahpar Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada 80 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa 61,3% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan 38,8% ditolong oleh tenaga non kesehatan.
Dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikaan ibu, sikap terhadap pelayanan kesehatan, pendapatan keluarga, dan persepsi kebutuhan kesehatan yang dirasakan dengan pemilihan penolong persalinan. Sedangkan umur, paritas, kunjungan ANC , kepemilikan jaminan kesehatan, dan akses pelayanan kesehatan tidak teridentifikasi berhubungan secara signifikan.

Deliveries by health professionals is an important factor in efforts to reduce maternal mortality. The scope of deliveries by health professionals in Cimahpar District the Work Area of North Bogor Health Center is 71,9% and still under target.
The aim of this study is to find out maternity factors related to selection helper delivery in Cimahpar District the Work Area of North Bogor Health Center 2015. Cross Sectional approach was used with primary data that collected by spread out the questionnaire to 80 respondents. The results showed that 61,3% of births attended by health professional and 38,8% of births attended by non health professional.
From statistic results showed there are relationships between education level, attitude toward health care, family income, and perceptions to need of health service with the utilization of delivery assistance by health professionals. For age, parity, Antenatal Care visit, property insurance, and access of health service, was not significantly associated.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Jauri
"Sejak tahun 1984 Pemerintah, dalam rangka mewujudkan 'Kesehatan Bagi Semua pada Tahun 2.000' dikembangkan suatu pendekatan yang disebut Keterpaduan KB-KES. Pendekatan ini di dasarkan pada keterpaduan lima program prioritas yakni 1) program KIA, 2) KB, 3) Gizi, 4) lmunisasi dan 5) Penanggulangan Diare. Keterpaduan ini sudah dilaksanakan secara luas dan merupakan kegiatan yang dikenal sebagai Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
Hampir disetiap tempat, pelaksanaan Posyandu tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Hal ini disebabkan karena hambatan-hambatan yang bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan tujuan kegiatan tidak tercapai.
Di Kelurahan Penjaringan, khususnya daerah binaan ATMA JAYA, pelaksanaan program secara umum dapat dikatakan cukup lancar, meskipun masih ada hambatan yang dirasakan. Beberapa hambatan yang dirasakan antara lain kehadiran Kader, pencatatan dan pelaporan, ketidak hadiran ibu Balita serta rendahnya tingkat keterampilan Kader dalam penimbangan Balita di Posyandu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan karakteristik dengan tingkat keterampilan Kader dalam penimbangan Balita di Posyandu.
Penelitlan ini merupakan penelitian deskriptlf dan analitik dengan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi untuk memperoleh data primer, sedang data sekunder diperoleh melalui hasil pencatatan dan pelaporan pada setiap Posyandu.
Hasil penelitian ditemukan ada hubungan antara motivasi dengan tingkat keterampilan Kader dalam penimbangan Balita dan secara bersama-sama umur, tingkat pengetahuan dan motivasi berhubungan dengan tingkat keterampilan Kader dalam penimbangan Balita.
Untuk meningkatkan tingkat keterampilan Kader dalam penimbangan Balita pada Posyandu di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, disarankan agar dalam pemilihan Kader diperhatikan umur, tingkat pengetahuan mengenai Posyandu, penyusunan suatu standar dan prosedure yang baku dan pengawasan yang ketat serta peningkatan motivasi melalui pemberian pengahrgaan bagi Kader dan yang berprestasi, blmbingan dan pembinaan Kader demi kelangsungan Posyandu seperti pelatihan dari petugas kesehatan.

Since In 1984, government, to realize her aim " Health for All by the Year 2000 ' has developed a comprehensive approach known as Family Planning and Health. This approach Is based on the comprehensiveness of five main programs, they are 1) Mother and Child Health Care program, 2) Family Planning, 3) Nutrition, 4) Immunization and 5) Overcoming the problem of diarrhea. This comprehensiveness has been executed extensively and known as Posyandu (Pops pelayanan terpadu=Integrated service post).
Almost everywhere, the execution of Posyandu does not work out satisfactorily. Just because of some hindrances which, if aren't solved immediately, can cause failure.
In Penjaringan sub-district, especially in the areas under Atmajaya's supervision, the program generally runs well, although some shortcomings still .can be detected. The shortcomings among others are the absence of the cadre, the recording, the reporting, the absence of the mothers of some under five years old and the low level of competence of the cadre in weighing under five years old at Penjaringan.
The aim this observation is to study the characteristics correlation in the competence of the cadre to weigh under five years old at Posyandu.
This is a descriptive and analytical observation based on data compiling through interviews and observation to obtain primary data, whereas secondary data are taken from the result of the recording and reporting of each Posyandu.
The result of the observation finds out that there is a correlation between motivation and the level of competence of cadre in weighing under five years old, the level of knowledge, age and the motivation all together correlation with the level of competence Of cadre in weighing under five years old.
To Increase cadre's level of competence In weighing under five year old at Posyandu in Penjaringan subdistrict, North Jakarta, it is suggested that in selecting cadre, age as well as knowledge about Posyandu should be taken into consideration. Fixed standardization and procedure should be made, intensive supervision should be done together with effort to increase motivation by giving awards to cadre with satisfying achievement. For the progress of Posyandu, trainings for cadre should also be executed such as training for health attendants.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>