Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175377 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hari Subiyanto
"ABSTRAK
Kompenen atap "Toyota Kijang" dibuat dari baja SPCD ( cold rolled carbon sheet ) dalam bentuk plat dengan ketebalan 0,8 mm. Perakitan komponen atap menggunakan mesin las titik ( spot welding ). Pada las titik terdapat parameter-parameter yang mempengaruhi hasil dari pengelasan, diantaranya tekanan elektroda dan besarnya arus pengelasan.
Pengujian tarik geser hasil pengelasan titik untuk penyambungan dua plat baja SPCD dengan pemakaian anus listrik 7,18 kA gagal, karena patah pada daerah manik las, sedangkan pemakaian anus listrik 9,15 kA dan 11,10 kA berhasil, karena patah pada daerah pengaruh panas ( HAZ )2 dengan masing-masing tekanan elektroda 140, 170 dan 220 kg/mm . Pada pemakaian arus listrik 7,18 kA, tidak menimbulkan percikan logam, sedangkan pemakaian arus listrik 9,15 kA dan 11,10 kA menimbulkan percikan logam, meskipun tidak menyebabkan penurunan kekuatan tarik gesernya.
Akibat siklus termal pengelasan pada daerah pengaruh panas terjadi perubahan besar butir kristal ( lebih kecil ) dan kekerasannya ( lebih tinggi ) jika dibandingkan dengan logam induk.
Laju korosi meningkat dengan meningkatnya pemakaian arus listrik pengelasan, dimana pengujian korosi dilakukan di kamar kabut garam dengan kelembaban 80 % pada temperatur 32° C."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Edy Rusmawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S40300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustari Lamma
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik dan perubahan struktur mikro dari beberapa tipe elektroda yang dipakai pada plat baja kapal produksi PT. Krakatau Steel dengan bcrbagai macam variasi arus. Adapun tipe elcktroda yang dipilih pada penelitian ini adalah elektroda A, elektroda B dan elektroda C, sedangkan pengelasan dilakukan dengan menggunakan SMA Welding.
Tipe las yang dipilih pada penelitian ini adalah las tumpul dengan posisi datar, sedangkan variasi arus yang dipilih adalah 90 A, 97,5 A, 105 A, 112,5 A dan 120 A. Untuk mengetahui perubahan sifat mekanik dan struktur mikro dari benda uji lasan, dilakukan pengujian seperti uji tank, uji kekerasan, uji bending, uji impak serta uji metalografi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa elektroda C mempunyai kuat tank, kuat iuluh, kekerasan dan ketangguhan yang paling tinggi, kemudian diikuti oleh elektroda B dan elektroda A.
Perbedaan sifat mekanik dan uji metalografi dari ketiga macam elektroda tersebut disebabkan oleh perbedaan masukan panas dan laju pendinginan yang menyebabkan perubahan struktur logam induk dari ferit dan perlit menjadi struktur lain seperti Widmanstaten, bainit atau martensit. Hal lain yang menyebabkan perbedaan sifat mekanik adalah perbedaan ukuran butiran dari ketiga macam elektroda. Ketiga macam elektroda yang digunakan sebagai bahan penelitian memenuhi standar yang ditetapkan oleh Biro Klassifikasi Indonesia (BKI )."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhyin
"Studi pengelasan titik dari dua baja yang berbeda jenis baja SPCD (Steel Plat for Cold Drawing) dan baja SSPDX (Steel Sheet Plat for drawing Extra) serta pengaruh arus dan tekanan elektroda, merupakan suatu hal yang sangat penting, karena seringkali sifat mekanik pada penyambungan dua plat baja yang berlainan jenis menjadi satu akibat las titik (resistance spot welding), terutama pada komponen yang dapat mengalami beban statis dan dinamis, berkaitan langsung dengan keberadaan nugget (manik las) dan daerah pengaruh panas (Head Affected Zone = HAZ). Pada las titik terdapat parameter-parameter yang mempengaruhi hasil pengelasan, diantaranya tekanan elektroda dan besarnya arus pengelasan. Teknik yang digunakan untuk mengamati perilaku nugget dan daerah pengaruh panas adalah mikroskop optik dan scanning electron microscope (SEM), Perubahan sifat mekanik akibat adanya pengerasan pada nugget dan daerah pengaruh panas diamati melalui kekerasan bahan Vikers dan pengujian tarik geser.
Dari hasil pengamatan dengan mikroskop optik menunjukkan bahwa struktur mikro dan kekerasannya akibat siklus termal pengelasan, pada daerah pengaruh panas terjadi perubahan besar butir kristal ( lebih kecil ) dan kekerasannya ( lebih tinggi ) jika dibandingkan degan logam induk. Sedangkan hasil pengamatan. foto mikro distribusi unsur dengan scanning electron microscope terdapat distribusi Mangan (Mn) pada daerah pengaruh panas dan nugget baja SSPDX lebih kecil dibandingkan dengan distribusi Mangan pada daerah pengaruh panas dan nugget baja SPCD. Kemampuan dalam menahan beban tarik geser pada pemakaian arus listrik 7,15 kA rendah, sedangkan pada arus 9.10 kA dan 11,15 kA berhasil karena mampu menahan beban tarik geser yang cukup besar dengan tekanan elektroda masing-masing 140 kg/mm2, 170 kg /mm2 dan 220 kg/mm2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T4819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumi Hudiyono PWS
"Oksidasi merupakan fenomena kerusakan minyak/lemak yang tidak dapat dihindarkan. Telah dilakukan pengamatan pengaruh oksidari termal pada 200oC selama 0, 2l 5 dan 9 jam terhadap perubahan sifat fisika kimia fraksi monomer dan dimer minyak sawit jagung kedelai dan bunga matahari. Hasil analisi menunjukkan bahwa sifat fisika kimia dan kandungan asam lemak minyak yang digunakan sesuai dengan standar codex alimentus. Fraksimasi dengan kolom kromatografi didapatkan frakso monomer dimer dan oligomer presentasi monomer yang terbentuk menurun dengan bertambah lamanya oksidari sebaiknya terjadi peningkatan dimer dan obligomer. Uji anova dan arah menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata antar jenis minyak dan antar lama pemanasan pada prosentasi fraksi yang terbentuk perubahan indeks bias angka peroksida dan total karbonil seluruh fraksi monomer dan dimer kecuali perubahan indeks bias pada fraksi monomer. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa fraksi dimer merupakan fraksi yang lebih teroksidasi dibanding dengan monomernya.

Oxidation is a process to the oil and fat alteration. The influence of thermal oxidation at 200 o C for 0.2.5.and 9 hours to the physico-chemical prprieties of palm, soybean,corn and sun flower oils were observed.The results showed that the fatty acid content and physico-chemical properties os fresh oil was similar to the industrial standard according to the codex alimentus. The fresh and heated oils were fractonated by column chromatography to the monomer. dimer and oligomer fracctions. during oxidation, the precentage of manomer decreased and on the of the kind the dimer and oligomer products increased. Two ways anova of manomer and dimer refraction show different significance between the type of oil and time of oxidation to the % fractions formation,refraction index,perixode, value and total carbonyl.The data showed that the dimer is more oxidized fraction than manomer."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, II (2) Mei 1997: 23-35, 1997
SAIN-II-2-Mei1997-23
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Aslina Br.
[Place of publication not identified]: Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir, 2009
URANIA 15 (1-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sulianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"ABSTRAK
Pada pengecoran aluminium dihasilkan limbah dross yang merupakan hasil oksidasi logam-logam yang berbentuk serbuk Dari hasil pengujian komposisi, ternyata dross ini memiliki kandungan alumina yang tinggi, yaitu 61,67 %. Dengan kandungan alumina yang tinggi ini make diusahakan pemanfaatan dross limbah ini sebagai refraktori alumina kadar tinggi, dengan melakukan penelitian terhadap sifat-sifat refraktorinya.
Penelitian dilakukan dengan menambahkan silika sebesar 5%; 7,5% dan 10% serta 5 % air dan 5% bentonit sebagai pengikat. Pada tahap awal dilakukan proses persiapan dross, yang meliputi penyaringan kasar, pengeringan, pengklasifikasian serta pemfotoan struktur serbuk dross. Tahap kedua adalah pembuatan sampel pengujian, yang meliputi pencampuran dross dengan air, bentonit dan silika tambahan; kompaksi dengan beban 400 kg/cm2; pengeringan dengan temperatur 400°C selama 1 jam dan pembakaran pada temperatur 1350°C selama 24 jam. Tahap terakhir adalah pengujian ekspansi termal, ketahanan kejut temperatur dan pengamatan struktur.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadi penurunan koefisien ekspansi termal, yaitu berturut-turut untuk penambahan silika 5 % (9,04.10^-6 °c^-1); 7,5 % (8, 18.10^-6 °C^-1) dan 10 % (7,13.10^-6 °c^-1). Sementara hasil pengujian ketahanan kejut temperatur tidak memperlihatkan kecenderungan, yang kemungkinan disebabkan pada saat proses pengujian, maupun dari material dasarnya. Siklus untuk masing-masing penambahan silika 5 %; 7 ,5 % ; dan 10 % adalah lebih dari 30 siklus, 19 siklus dan 22 siklus. Untuk pengamatan struktur mengalami kesulitan karena fokus yang tidak tepat, akibat dari tidak meratanya permukaan sampel. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa limbah dross pengecoran aluminium dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan refraktori, karena sifat-sifat refraktorinya masih berada dalam batas-batas material refraktori. Refraktori dari dross limbah pengecoran ini dapat dimanfaatkan pada kondisi dengan beban yang tak berlebih, yaitu pada bagian atap dapur pengecoran.

ABSTRAK
The casting of aluminum yields the dross as the powder result of metal oxidation. Based on the composition testing, it's observed that this dross has high alumina content, i. e 61,6 7 %. In order to benefit its high alumina content, a research of dross on its characteristic as high alumina has been done.
The research is done by varying silica (5%; 7.5% and 10 %) added into the dross, mixed with 5 % water and 5% bentonite as the binders. The first step is the preparing of the dross by coarse screening, drying, sizing and dross structure photographing. The next step is making testing sample, through the mixing and blending dross with added silica, water and bentonite; compacting the sample under load of 400 kg/cm^2; drying in 400°C for an hour and firing in 13 50°C for 24 hours. The last step is testing the sample, i.e. thermal expansion testing, thermal shock resistance testing and structure observing.
Based on thermal expansion testing, thermal expansion coefficient decreased as the percentage of added silica is increased. The coefficient is 9.04 x 10^-6 °C^-1 in the adding 5 % silica; 8.18 x 10^-6 °c^-1 in 7.5% and 7.13 x 10^-6°C^-1 in 10%. The results of thermal shock resistance testing do not show any trend, which can be caused by condition of testing and the complexity of raw material. It is difficult to observe the structure because of the unflatness of the sample surface. It is concluded from this research, that the dross from aluminum casting can be used for the material of refractory bricks production, because its characteristics are in the range of requirement. This brick can be used where the condition is not overloaded, such as the roof of the furnaces. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Frida
"Telah diteliti pengembangan bahan termoplastik elastomer dari polipropilena dan kompon karet alam SIR-20 dengan serbuk ban bekas sebagai bahan pengisi. Polipropilena yang diperkuat dengan serbuk ban bekas dengan ukuran 60 mesh 1 mm, dan komposisi serbuk ban bekas (30, 40, dan 50) %berat. Sifat mekanik yang diamati adalah kekuatan tarik,perpanjangan putus, Modulus Young, kekuatan sobek, dan kekuatan impact. Sifat termal dianalisis dengan DSC dan DTA/TGA.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa untuk ukuran serbuk ban bekas 60 mesh kekuatan tarik, perpanjangan putus, modulus Young, kekuatan sobek, dan kekuatan impact lebih besar dibanding ukuran 1 mm. Penambahan serbuk ban bekas 60 mesh mengalami peningkatan namun mengalami penurunan pada penambahan 50 % berat. Sedangkan untuk ukuran serbuk ban bekas 1 mm kekuatan tarik, perpanjangan putus, kekuatan sobek, dan kekuatan impact mengalami penurunan. Dari analisis DSC diperoleh bahwa dengan penambahan serbuk ban bekas tidak menghasilkan perbedaan titik didih yang signifikan antara sampel yang mengandung serbuk ban bekas dan polipropilena. analisis TGA/DTA adanya peningkatan enthalpy dan suhu dekomposisi dengan adanya penambahan serbuk ban bekas dan terjadi stabilitas termal.

Having been researched the development of thermoplastic elastomer material of polypropylene and natural rubber SIR-20 compound with Crumb Rubber as the filler. Reinforced polypropylene with size 60 mesh with 1 mm, and the composition of the Crumb rubber (30, 40, and 50) wt%. Observed mechanical properties are tensile strength, fracture elongation, Young's modulus, tear strength and impact strength. Thermal properties are analyzed by DSC and DTA/TGA. It is acquired that for the size of 60 mesh crumb rubber tensile strength, fracture elongation, Young?s modulus, tear strength and impact strength are bigger than 1mm size. The addition of 60 mesh crumb rubber increases but it decreases by adding of 50 weight%. While for crumb rubber 1mm tensile strength, fracture elongation, tear strength and impact strength decreas. Based on analysis of DSC that the addition of crumb rubber does not make a difference boiling point significantly between samples containing crumb rubber and polypropylene Analysis TGA/DTA to an increase in enthalpy and decomposition temperature with the addition of crumb rubber used and thermal stability.
"
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Azis Novovic
"ABSTRAK
Dengan perkembangan yang pesat dalam dunia industri, penggunaan komposit yang berbasis polipropilen semakin banyak digunakan. Namun, penggunaan komposit berbasis polimer menyebabkan peningkatan jumlah polusi dikarenakan waktu penguraian polipropilen yang lama. Serat alam, salah satunya serat sorgum mulai dilirik untuk dijadikan penguat dalam komposit berbasis polipropilen untuk menciptakan suatu komposit yang ramah lingkungan. Masalah utama dalam proses ini adalah, perbedaan sifat kelarutan yang tinggi antara serat sorgum dan Polipropilen. Metode alkalinasi-termal dipilih dalam proses preparasi serat untuk menciptakan serat yang aman bagi lingkungan dan memiliki kompatibilitas tinggi dengan polipropilen. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh dari waktu pencampuran dan temperatur dalam proses pencampuran Polipropilen dengan serat sorgum. Pada penelitian ini akan dikaji sifat mekanik dan morfologi dari komposit yang terbentuk dan mencari waktu dan temperatur pencampuran yang optimum. Variasi waktu pencampuran dalam penilitian ini adalah 5 menit, 7,5 menit dan 10 menit. Sedangkan variasi temperatur proses adalah 160°C, 170°C dan 180°C. Pada penelitian didapatkan Waktu dan temperatur pencampuran yang optimum adalah 170°C selama 10 menit dengan nilai kekuatan tarik 22,77 MPa. Dimana bentuk morfologi pada produk komposit tersebut juga lebih bagus dibandingkan variabel lainnya karena sedikitnya fenomena fiber pull-out dan void yang terjadi pada produk komposit tersebut dibandingkan variabel lainnya.

ABSTRACT
With the rapid development in the industrial world, the use of polypropylene-based composites is increasingly being used. However, the use of polymer-based composites causes an increase in the amount of pollution due to the long decomposition time of polypropylene. Natural fibers, one of which is sorghum fiber, is starting to be used as an amplifier in polypropylene-based composites to create an environmentally friendly composite. The main problem in this process is the difference in the high solubility between sorghum and polypropylene fibers. The thermal-alkalination method was chosen in the fiber preparation process to create fibers that are environmentally safe and have high compatibility with polypropylene. In this study, the effect of mixing time and temperature on the mixing process of Polypropylene with sorghum fiber will be seen. In this study the mechanical and morphological properties of the composites will be examined and find the optimum mixing time and temperature. The variation of mixing time in this study is 5 minutes, 7.5 minutes and 10 minutes. While the process temperature variations are 160°C, 170°C and 180°C. In this study, the optimum mixing time and temperature was 170°C for 10 minutes with a tensile strength of 22.77 MPa. Where the morphology of composite products is also better than other variables due to the small number of fiber pull-out phenomena and voids that occur in these composite products compared to other variables."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>