Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siagian, Turman
"Wisata Konvensi memiliki keunggulan-keunggulan lebih bila dibandingkan dengan usaha atau kegiatan wisata biasa, sehingga ia merupakan primadona kegiatan kepariwisataan dan menjadi incaran banyak negara di dunia. Usaha memajukan wisata konvensi akan memacu pertumbuhan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi. DKI Jakarta sebagai salah satu destinasi utama wisata konvensi di Indonesia memiliki potensi yang kuat untuk disejajarkan dengan destinasi-destinasi wisata konvensi lainnya di kawasan Asia.
DKI Jakarta sebagai destinasi wisata konvensi internasional telah dikomunikasikan oleh banyak pelaku dengan fungsi dan tugas yang berbeda antara satu pelaku dengan pelaku yang lainnya. Para pelaku dimaksud yaitu : Direktorat Jantiara/ Pariwisata, Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Biro Konvensi Jakarta, Badan Promosi Pariwisata Indonesia, usaha-usaha pariwisata (konvensi) dan assosiasi. Metode pengkomunikasian dilaksanakan dengan pendekatan komunikasi pemasaran, yang salah satu elemennya adalah promosi. Dalam hal ini, penulis mencoba mengkaji penggunaan konsep bauran promosi atau promotional mix sebagai metode untuk mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan wisata konvensi.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksploratif-deskriptif dengan kajian pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data primer, penulis menggunakan teknik wawancara dan teknik observasi terlibat atau desk research (participant observation). Pemilihan informan sebagai sasaran wawancara didasarkan kepada 'anggapan' bahwa mereka telah mewakili keseluruhan pelaku. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dan dari literatur-literatur yang ada.
Temuan kajian yang paling utama adalah bahwa dari sejumlah pelaku promosi, hanya Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Biro Konvensi Jakarta sebagai pelaku utama (secara signifikan) mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan konvensi. Para pelaku promosi lainnya adalah sebagai pelaku yang 'berkewajiban' memberikan dukungan dan bantuan, bukan sebagai pelaku utama. Walaupun para pelaku mengatakan bahwa mereka telah menggunakan konsep bauran promosi sebagai metode promosi, namun sesungguhnya mereka belum menjadikan konsep bauran promosi (promotional mix) secara tepat dan sistematis sebagai acuan dalam menyusun struktur dan pelaksanaan kegiatan kegiatan promosi. Pemahaman mengenai kondisi keberhasilan destinasi pesaing utama (dalam hal ini Singapura), bermanfaat untuk dijadikan acuan bagi penetapan kebijakan dan strategi/taktik promosi. Penelitian ini juga menemukan kecenderungan perbedaan signifikansi penggunaan elemen-elemen konsep bauran promosi dari satu pelaku dengan pelaku yang lainnya, karena didasarkan pada fungsi, tugas pokok, dan tujuan masing-masing pelaku. Di samping itu, penulis menungkapkan pula signifikansi penggunaan masing-masing elemen bauran promosi. Para pelaku mengakui bahwa metode bauran promosi dianggap relevan sebagai tools untuk mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan wisata konvensi. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, penulis menawarkan rekomendasi berupa rancangan formulasi pelaksanaan promosi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Budhiman
"Mewujudkan sukses pembangunan dalam hal ini pembangunan kepariwisataan, bukanlah suatu hal yang mudah. Harapan besar yang diletakkan di atas pundak sektor pariwisata untuk menjadi andalan utama penghasil devisa non-migas, tentunya haaus dijawab dengan kerja keras dan keterpaduan seluruh lini yang terkait dengan sektor ini. Dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang ada, maka menjadi suatu tantangan bagi seluruh pelaku dunia pariwisata, untuk mendukung berbagai kebijaksanaan yang mengarah pada pencapaian keberhasilan tersebut.
Penulisan tesis ini mencoba untuk menelaah kondisi kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan di DKI Jakarta. Penelitian difokuskan kepada implementasi kebijaksanaan Sapta Pesona, yang dinilai berdasarkan persepsi para wisatawan yang berkunjung ke Jakarta. Data primer diperoleh dari kuisoner yang dibagikan kepada responden. Di sisi lain, dikemukakan pula kinerja kepariwisataan DKI Jakarta melalui penelitian data sekunder.
Sapta Pesona merupakan kebijaksanaan yang bertujuan mewujudkan daya tarik suatu Daerah Tujuan Wisata. Komponen-komponen yang membentuk daya tarik tersebut, adalah: Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kesejukan, Keramah-tamahan, dan Kenangan. Memperhatikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan, terdapat kekhawatiran Sapta Pesona hanya terkesan sebagai slogan, dan bukan sebagai suatu kebijaksanaan publik yang harus didukung oleh semua pihak.
Terdapat tiga komponen yang menjadi kelemahan utama, yaitu kesejukan, kebersihan, dan ketertiban. Disamping itu, komponen yang dikategorikan sebagai tiga unggulan utama, adalah keramahtamahan, keindahan, dan keamanan. Berdasarkan kondisi tersebut, Jakarta harus bekerja ekstra keras, apabila ingin berdiri sejajar dengan daerah tujuan wisata "kelas dunia" lainnya.
Bertitik tolak dari temuan tersebut, direkomendasikan prioritas kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan menggunakan pendekatan daya tarik kota, melengkapi pendekatan ekonomi sebagaimana yang selama ini dilakukan. Implementasi model kebijaksanaan tersebut, diharapkan dapat menjadi perspektif baru dan memberikan dukungan yang kondusif bagi pencapaian keberhasilan pembangunan kepariwisataan di DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyitno
Yogyakarta: Kanisius, 2004
338.47 SUY p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
"Kepulauan Seribu sebagai satu-satunya wilayah kepulauan yang ada di Jakarta memiliki banyak keunggulan, diantaranya potensi di bidang pariwisata, khususnya wisata bahari. Sebagai daerah yang terdiri dari gugusan pulau-pulau, banyak potensi dan daya tarik yang dimiliki dan belum tergali selama ini mulai dari kekayaan laut, keindahan alam serta adat istiadat masyarakat Kepulauan Seribu. Berkaitan dengan potensi yang dimilikinya maka sangatlah penting bagi Kepulauan Seribu untuk membuat rumusan strategi bagi pengembangan pariwisata, terutama wisata bahari dengan melibatkan seluruh stakeholders yang ada dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Penelitian ini mencoba untuk menawarkan sebuah rumusan strategi yang didasarkan pada usaha untuk mensinergiskan beberapa pandangan dan preferensi para penilai yang diasumsikan sebagai "the experts" dalam bidang pengembangan pariwisata, terutama wisata bahari. Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh beberapa penemuan empiris sebelumnya tentang strategi yang cocok untuk mengembangkan potensi pariwisata di Kepulauan Seribu. Beragamnya masukan mulai dari konsep perencanaan sampai pada rencana tindak (action plans) pengembangan wisata bahari di Kepulauan Seribu menjadikan rumusan strategi ini tambah kompleks dan rumit. Hal ini disebabkan oleh banyaknya stakeholders yang memiliki kepentingan terhadap upaya pengembangan wisata bahari.
Dengan menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy Process (ABP), rumusan strategi pengembangan wisata bahari yang selanjutnya dijabarkan dalam pelaksanaan program-program dengan memperhatikan kepentingan stakeholders dapat ditentukan berdasarkan skala prioritas. Hasil yang diperoleh dari pendekatan AHP berdasarkan interaksi 3 kelompok stakeholders antara lain: (1) Masyarakat lokal lebih memprioritaskan program pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat dibandingkan 3 program lainnya dengan bobot prioritas 0.329. (2) Sementara PEMDA lebih menitikberatkan pada program pengadaan berbagai informasi dan promosi obyek wisata dengan bobot 0.379. (3)Pihak swasta/investor menginginkan program pengadaan sarana dan prasarana penunjang pariwisata yang memadai didahulukan dari program lainnya. Bobot prioritasnya sebesar 0.432.(4) Secara keseluruhan, jika ketiga kelompok dipertautkan berdasarkan kepentingan masingmasing dan kelompok pelaksana program maka diperoleh hasil sintesis bahwa program pengadaan informasi dan promosi obyek wisata harus menjadi prioritas utama dibandingkan program lainnya, dengan bobot prioritas 0.299 dan indeks inkonsistensi keseluruhan yang dapat diterima yakni sebesar 0.01.
Adapun saran atau rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yakni berkaitan dengan keterbatasan tools ini, walaupun pendekatan berdasarkan penilaian (jugments) "the experts" ini penting, namun pendekatan ini raja tidak cukup. Dibutuhkan pendekatan kuantitatif sebagai pembanding dari hasil sintesis ARP. Kedua pendekatan tersebut harus berjalan sinergis, sehingga preferensi the experts tidak terkesan mengutamakan subjektivitasnya belaka namun didasarkan pada pengamatan empiris serta analisis yang mendalam terhadap sebuah fenomena, khususnya tentang pariwisata bahari di Kepulauan Seribu."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T13603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Badrika
"Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan pariwisata di Pura Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kederi, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali telah menimbulkan respons dari warga masyarakat atau krama desa adat Beraban dalam aspek kehidupan ekonomi, sosial dan budayanya. Keindahan Pura Tanah Lot dan alam sekitar lingkungannya dijadikan produk wisata oleh warga masyarakat desa Beraban untuk memperoleh penghasilan tambahan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (kuren). Hasil penelitian ini sekaligus mengungkapkan suatu pola perubahan kebudayaan melalui akulturasi. Prilaku orientasi pasar dari warga masyarakat desa Beraban pada bidang jasa kepariwisataan di obyek wisata Pura Tanah Lot menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan inipun dipengaruhi oleh semakin bertambahnya kunjungan para wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara ke Pura Tanah Lot. Pendapatan yang diperoleh oleh warga masyarakat desa Beraban diutamakan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonominya. Sedang pendapatan yang diperoleh oleh Pesa Adat Beraban sebagai pengelola obyek wisata melalui pemasukan dana dari kunjungan para wisatawan diutamakan untuk pelaksanaan upacara ritual atau piodalan di Pura Tanah Lot dan pura-pura lainnya yang ada di desa Beraban. Juga, pendapatan itu dapat digunakan untuk pembangunan Pura Tanah Lot maupun pura-pura yang ada di desa Beraban. Hal ini dapat mengurangi pemungutan iuran-iuran untuk kepentingan upacara ritual maupun pembangunan pura atau kebutuhan desa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T1173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Walam Anggawijaya
"ABSTRAK
Pariwisata merupakan sarana dalam peningkatan pendapatan daerah dan andalan Indonesia dalam perolehan devisa. Indonesia secara geologi merupakan daerah yang sangat dinamik banyak memunculkan bentuk bentang alam ( landfornr ) menarik yang dapat merupakan asset dalam pengembangan kepariwisataan. Dalam penelitian ini dikaji hubungan antara faktor-faktor fisik alami dengan perkembangan kepariwisataan pantai di Gunung Selok, Jawa Tengah serta Pangandaran dan Cipatujah, Jawa Barat. Diadakan penilaian peranan komponen-komponen fisik bentang alam yakni kepentingan dan kemampuannya, yang disebut nilai kapabilitas dalam membentuk keindahan.alam pantai.
Daerah wisata Gunung Selok, Pangandaran dan Cipatujah berlokasi di daerah pantai yang menghadap Samudra Hindia. Perkembangan kepariwisataan di ketiga daerah tersebut, dilihat dari jumlah pengunjung dari tahun-ketahun meningkat. Peningkatan ini disebabkan semakin besar minat masyarakat mencari hiburan melakukan rekreasi ke daerah-daerah tersebut untuk menikmati daya tarik alami berupa keindahan alam yang masih terawat.
Laju perkembangan kepariwisataan di ketiga daerah tidak sama disebabkan faktor pendukung daya tarik alami berbeda satu sama lain. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor fisik yakni kondisi geologi dan geomorfologi yang memegang peranan penting dalam membentuk bentang atau tatanan alam di permukaan bumi. Bentang alam yang terdiri dari komponen-komponen sebagai produk proses geologi dan geomorfologi, dapat memberikan bentuk yang unik indah sehingga merupakan potensi maupun kendala dalam perkembangan kepariwisataan, bukan saja terhadap keunikan dan keindahan alam tetapi juga terhadap penyediaan lahan alami bagi perkembangan flora dan fauna maupun sarana binaan seperti hotel dan fasilitas air bersih.
Dalam penelitian terungkap bahwa daerah wisata Pangandaran lebih meningkat perkembangan kepariwisataannya dibandingkan dengan daerah wisata gunung Selok dan Cipatujah, karena didukung oleh kemampuan atau kapabilitas komponenkomponennya yang lebih besar daripada komponen-komponen bentang alam yang ada di gunung Selok dan Cipatujah. Perkembangan kepariwisataan di gunung Selok dan Cipatujah tidak begitu berbeda karena kapabilitas masing-masing komponennya dalam mendukung keunikan dan keindahan hampir sama.
Proses Geologi dan Geomorfologi yang perlu diwaspadai dan diantisipasi selain erosi dan pengendapan di pantai adalah tsunami yang bila terjadi mungkin akan dapat merusak fasilitas (sarana dan prasarana) yang telah dibangun dan selanjutnya menurunkan citra kepariwisataan di daerah tersebut.
Daftar Kepustakaan : 28 ( 1953-1995 )

ABSTRACT
Relationship between Gemorphological Aspects and Coastal Tourism (A Case Study at Gunung Selok, Central Java and Pangandaran and Cipatujah, West Java)Tourism is an important mean for raising domestic income as well as devisa for Indonesia. Geologically, Indonesia is a very active or dynamic area from which unsual morphology or landforms were created. The fascinating landforms are potential asset for developing tourism. The intention of this research is to study the relationship between finical factors i.e. the components of the landform and the development of coastal tourism at Gunung Selok area, Central Java and Pangandaran and Cipatujah area, West Java. Evaluation were undertaken concerning the importancy and capability of the components in contributing the beauty of the coastals landform. The natural beauty is a main attractive factor by which tourists will come.
The tourism areas of Gunung Selok, Pangandaran and Cipatujah are located at the coast of Indian Ocean, The development of tourism at the area, in the view of the number of tourist visiting the areas, is increasing because of the greater demand of people to get fresh and beautifull natural environment.
The different rate of tourism development at the three tourist areas are mainly caused by the difference in their physical i.e. geological and geomorphlogical conditions in the form of natural landform (landscape). Both geological and geomorphological conditions play an important role in creating and enchanting unsual and beautiful landscape; on the contrary, in the other situation, the geological and geomorphological processes act as a detrimental factor for environmental condition. This research dicovers that the greater rate of tourists visiting Pangandaran area compared with Gunung Selok and Cipatujah areas are due to the greater support of capabilities of the components of landscape at Pangandaran compared with those two other areas.
Deteriorating natural processes which have to be noticed and anticipated in respect to tourism development in the three areas are current coastal erotion and sedimentation which are steadly happening at the three areas. Furthermore, effort must be undertaken for anticipating the tsunamic catastrophy since the areas especially Pangandaran are very vulnerable.
Total of references : 28 (1953-1995)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novia Indrianti
"Pesatnya pertumbuhan pariwisata diiringi dengan munculnya pertanyaan mengenai alasan orang-orang melakukan kegiatan wisata. Alasan yang menyebabkan seseorang melakukan perjalanan wisata disebut sebagai motivasi wisata. Yogyakarta menjadi daerah tujuan para wisatawan asing yang jumlahnya selalu meningkat setiap tahun. Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman menjadi dua daerah tujuan wisata favorit dibanding tiga kabupaten lainnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini mengkaji alasan yang mendorong para wisatawan asing melakukan perjalanan ke Yogyakarta sehingga dapat dikaitkan dengan tingginya jumlah wisatawan asing yang datang ke Yogyakarta. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan spasial dan analisa deskriptif. Dari hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa motivasi wisatawan asing di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman tidak dipengaruhi oleh jenis wisata yang ada di daerah tujuan.

The rapid growth of tourism followed by the emergence of questions about the reasons people do tourist activities. Reasons that cause a person to travel referred to as tourist motivation. Yogyakarta became the destination of foreign tourists whose number is increasing every year. Yogyakarta city and Sleman district into two favorite tourist destination compared to three other districts in the province of Yogyakarta.
This study examines the reasons that encourage foreign tourists to travel to Yogyakarta so it can be attributed to the high number of foreign tourists come to Yogyakarta. The method of analysis used in this study is the approach of spatial and descriptive analysis. From the research, it was concluded that the motivation of foreign tourists in the city of Yogyakarta and Sleman District was not influenced by the type of tourism in the destination.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Mariani Rahayu Adrian
""Tourism, Blessing or Blight" suatu pertanyaan yang muncul pada awal berkembangnya kepariwisataan dunia. Sebuah pertanyaan yang juga setiap kali patut dicatat sebagai peringatan, pada saat setiap kali bangsa Indonesia akan memasuki tahapan-tahapan perkembangan dunia pariwisata Indonesia, yang semakin gencar dipacu untuk menjadi primadona penghasil devisa non migas. Memang pada kenyataannya, pariwisata bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi banyak keuntungan-keuntungan yang dapat diraih dari kegiatan pariwisata, sementara di sisi lain bukan tidak mungkin pariwisata dapat mendatangkan kerugian yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya - seperti dampaknya terhadap proses pentransferan nilai-nilai luhur budaya bangsa kepada generasi muda.
Oleh karena itu, generasi muda khususnya remaja selain merupakan "pangsa pasar" terbesar bagi dunia pariwisata Indonesia, juga merupakan "kekayaan" terbesar yang harus dilindungi dari pengaruh buruk perkembangan dunia pariwisata Indonesia. Berbagai upaya perlu terus dilakukan agar melalui dunia pariwisata, rasa kebanggaan nasional terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, terhadap kekayaan alam dan budaya bangsa yang tersebar sebagai objek-objek dan daya tarik wisata Indonesia, di kalangan remaja justru akan lebih meningkat. Demi memberi sumbangan terhadap langkah-langkah tersebutlah penelitian ini dilakukan.
Dalam dunia pariwisata Indonesia, objek wisata yang berjumlah ribuan dan terdiri dari beragam jenis, sebagian besar di antaranya merupakan "sesuatu yang sudah ada sejak dahulu", yang kemudian di tata kembali atau dilengkapi fasilitasnya. Hanya sebagian kecil saja yang benar-benar baru dibuat oleh manusia pada awal kebangkitan pariwisata Indonesia. Tentu saja sejalan dengan proses kehidupan, tanpa penanganan yang serius, objek-objek wisata - apapun jenisnya - akan habis di makan usia. Semakin banyak objek wisata yang "mati", yang terbengkalai dan yang tidak tertangani dengan baik, maka apa yang akan menjadi daya tarik lagi bagi kepariwisataan Indonesia.
Dengan mempelajari intensi untuk mengunjungi objek wisata di kalangan wisatawan remaja serta untuk memahami proses terjadinya perilaku mengunjungi objek wisata dengan menggunakan kerangka Multi Attributes Intention, maka diharapkan akan diperoleh langkah-langkah positip untuk mempertemukan remaja dan objek wisata, sehingga kepentingan ideal dan kepentingan ekonomis dalam pengembangan pariwisata Indonesia dapat dicapai.
Metode yang digunakan untuk menganalisa data hasil penelitian adalah metode analisis Structural Equation Modeling dengan menggunakan program LISREL. Demikian pula uji reliabilitas dan validitas konstruk yang menggunakan analisis faktor yang bersifat konfirmatorik, dilakukan dengan bantuan program yang sama.
Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Multi Attributes Intention dari Fishbein yang dikembangkan oleh Ajzen dapat digunakan untuk meramalkan Intensi dan Perilaku mengunjungi objek wisata - yang dalam hal ini adalah Taman Mini "Indonesia Indah". Meskipun demikian, berdasarkan hasil analisa struktural, pola hubungan antar variabel dalam model tersebut dalam penelitian ini tidak sepenuhnya dapat diterima. Beberapa hubungan yang mengalami perubahan adalah sebagai berikut :
1. Sikap tidak berperan secara langsung dalam meramalkan Intensi.
2. Sikap memiliki hubungan langsung dengan nilai koefisien yang cukup tinggi dengan Norma Subjektif.
3. Perceived Behavior Control (PBC), selain berperan dalam meramalkan Intensi dan Perilaku, ternyata juga memiliki dampak terhadap Sikap.
Selain itu, hasil analisa juga memperlihatkan bahwa :
1. Citra Merek tidak memiliki hubungan yang signifikan, baik terhadap Sikap maupun Intensi. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa Citra Merek tidak memberikan sumbangan apapun terhadap proses peramalan Intensi mengunjungi objek wisata di kalangan wisatawan nusantara remaja.
2. Meskipun pada tingkat hubungan yang relatif rendah, Konsep Diri memiliki sumbangan yang signifikan pada pembentukan Sikap.
Mengenai tingkat Intensi mengunjungi objek wisata, khususnya Taman Mini "Indonesia Indah" (TMII), yang memang cukup rendah, tampaknya disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan antara pengelola TMII dengan remaja mengenai apa sebenarnya yang diperlukan sebagai daya tarik TMII.
Di satu sisi, reputasi TMII sebagai suatu kawasan wisata nasionaI cukup baik di mata remaja, penampilan dan acara-acara yang disajikan dari segi ideal dinilai "baik" dan dipercaya "bermanfaat" untuk remaja. Namun di sisi lain, pada kenyataanya acara-acara yang ditampilkan oleh TMII dianggap tidak sesuai dengan keinginan remaja.
Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan betapa lemahnya penyampaian informasi dan saluran promosi mengenai produk-produk TMII kepada masyarakat, khususnya remaja. Hal ini menyebabkan cukup banyak acara yang sebenarnya sudah diusahakan untuk dikemas sesuai sclera remaja, tetapi informasinya tidak sampai pada kalangan remaja pada umumnya, sehingga mereka tidak mengetahui adanya acara-acara tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Robert Hendra
"Secara geografis Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat terletak antara 00°21' sampai dengan 00°29' Lintang Selatan dan 99°52' sampai 100°33' Bujur 'I'imur, dengan luas wilayah 2.232.30 Km. Untuk menempuh Kota Lubuk Basung sebagai lbukota Kabupaten Agam, dapat ditempuh melalui tiga pintu gerbang, yaitu arah Utara melalui Lubuk Basung-Pasaman-Medan, dan arah Tinuir Lubuk Basung-Maninjau-Bukittinggi, arah Barat melalui jalan raya Lubuk Basung-Tiku-Pariaman.
Dari. segi budaya, Kabupaten Agam merupakan daerah Minangkabau dengan sistem kekerabatan matrilinial. Banyak obyek wisata terdapat di Kabupaten Agam, seperti obyek wisata alam, obyek wisata sejarah/budaya, obyek wisata minat khusus dan obyek wisata seni budaya.
Sedangkan tujuan penelitian ini, adalah untuk mengevaluasi pencapaian tujuan kebijakan Program Terpadu Pengembangan Kawasan Wisata Danau Maninjau dan menganalisis faktor-faktor kendala atau hambatan dalam pencapaian pelaksanaan program.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang menggunakan data kualitatif, dengan konsep menghimpun data yang berasal dari wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo serta dokumen resmi lainnya dan menjelaskan antara variabel-variabel yang berkembang kemudian menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Hasil kajian dari penelitian lapangan yang dilakukan terhadap pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan wisata Danau Maninjau, menjelaskan bahwa banyak tantangan dan hambatan dalam mencari sasaran pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Agam.
Kurangnya jumlah dan kualitas sumber daya manusia kepariwisataan, dana serta rumitnya pemanfaatan tanah ulayat/adat, merupakan sebahagian penyebab utama lambatnya pengembangan obeyk-obyek wisata di Kawasan Danau Maninjau. Selain hal tersebut, kurang eratnya hubungan antara Pemerintah daerah dengan perantau-perantau Minang yang sebahagian besar membentuk yayasan atau Lembaga Swadaya Masyarakat menyebabkan kurangnya kepedulian masyarakat perantau Minang yang berasal dari Kabupaten Agam untuk terpanggil membantu. Program-program atau kegiatan yang dilakukan pemerintah tidak seluruhnya dan tidak sepenuhnya didukung oleh masyarakat, dan hal ini diidentifikasikan karena munculnya dua pihak yang "tidak sama" yang memiliki kuasa dalam kehidupan mereka (masyarakat); kedua "kekuatan" itu adalah pemerintah dan di fihak lain adalah kaum Ninik Mamak/pimpinan adat msyarakat Minang di daerah mereka. "Rangkulan" pemerintahlah yang dibutuhkan untuk menyeiramakan setiap langkah Ninik Mamak dan pemerintah di dalam setiap pembangunan kepariwisataan Kabupaten Agam menjadi suatu keharusan untuk pencapaian tujuan-tujuan pembangunan khususnya pembangunan kepariwisataan.
Promosi kepariwisataan yang kurang "gencar" dan "ampuh" mengawali ketidaktahuan wisatawan-wisatawan akan keindahan Kabupaten Agam, khususnya Kawasan Wisata Danau Maninjau . Pentingnya konsentrasi penuh dari Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan kepariwisataan di Kawasan Wisata Danau Maninjau juga sama pentingnya dengan tumbuhnya kesadaran moral masyarakat di Kawasan Wisata Danau Maninjau, untuk merasa menjadi bagian dari Pembangunan Kawasan Wisata Danau Maninjau. Upaya-upaya untuk menuju munculnya perasaan "memiliki" tersebut perlu dipikirkan dan melibatkan seluruh unsur dan aspek dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Agam.

Danau Maninjau Tourist Area Development Program Kabupaten Agam, Sumatera Barat Province Geographically, Kabupaten Agam, Sumatera Barat province, located between 00°21' to 00°29' southern hemisphere and 99°52' to 100°33' eastern hemisphere, with 2.232.30 km2 land space. To reach Lubuk Basung city, ethnic is the capitol city of kabupaten Agam, there are three gates, from north by Lubuk Basung-Pasaman-Medan, from east by Lubuk Basung-Maninjau-Bukittinggi and from west by Lubuk Basung-Tiku-Pariaman.
Culturally, the main ethnic group in this region is Minangkabau, known for its matrilineal kind of kinship. There are many tourism objects in kabupaten Agam, such as eco-tourism, cultural or historical sites, special interest tourism, and tourism about art and culture.
There are many interesting potential about tourism in kabupaten Agam, especially Danau Maninjau tourism area. Many works have been done by entrepreneurs also by local government for tourism. One of them is "Danau Maninjau Tourist Area Development Program". It runs from 1944 to 1999.
For the problems in the field is so complex, 1 limit the scope of problem into two aspects; first, do Danau Maninjau's tourism area development program is a right step for tourism in Danau Maninjau Area, and second, do Danau Maninjau's tourism area development program is supported by local people.
The purpose of this research is to evaluate whether "Danau Maninjau Tourism Area Development Program" reach the goal or not and to analyze the problematic factors in reaching the goal for this program.This research is a descriptive one, which using qualitative data with the concept of collecting data from interviews, field notes, photos, personal documentation, notes or memo also another official documents and explaining between the variables which is later on will make a key to what is being research on. The outcome from this field research in "Danau Maninjau Tourism Area Development Program" will explain about a lot of challenges and problems for the point in developing the tourism in kabupaten Agam.
The limited number of quantity and quality in human resources in tourism, fund and also the problematic usage of ethnic land (`tanah ulayat') is part of the main causes of problems in developing the tourism areas in Danau Maninjau. Else, there is lack of good relationship between local government and the Minang people which makes big part of non-governmental organizations. This causes lack of interests in Minang people, mostly came from kabupaten Agam, to help with the program. Governments programs not fully supported by the local people and this is because of the difference in those two groups in rights, not equal in rights, to take charge of their life (in society); and second, the power in government and in the other side, `Ninik Mamak' or the leader in Minang society. Governments reach out is needed to make every step equal to Ninik Mamak and government in every tourism program in kabupaten Agam, it is important for the goals specially in tourism development.
The limitation of promotion in tourism makes the tourists lack of information about the beauty of kabupaten Agam, especially Danau Maninjau Tourism Area. The importance of' full concentrate from local government in tourism in Danau Maninjau is as important to develop the sense of belonging of local people in Danau Maninjau Tourism Area, so that they could be a part of the Danau Maninjau's Tourism Area Development Program. For this `sense of belonging', it must be on the list to think of and to include all the elements and aspects of life of people in kabupaten Agam."
2001
T1980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syakir
"Pembangunan yang dilaksanakan, diciptakan dan diharapkan terlaksana dengan baik sehingga mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat. Dalam situasi dan semangat otonomi daerah yang dilaksanakan, pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang kemudian dikembangkan oleh daerah. Kepariwisataan sendiri pada hakekatnya mampu membantu dan melengkapi pertumbuhan sektor lain serta menambah lapangan dan kesempatan masyarakat dalam lingkungan dimana pariwisata itu berada.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis metode dekriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran/deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta keterlibatan masyarakat dalam memanfaatkan peluang dari implementasi kebijakan pengembangan pariwisata yang dilaksanakan dikawasan wisata wisata Anyer. Adapun pengumpulan data di lokasi studi menggunakan tehnik baik secara primer maupun sekunder. Secara primer menggunakan metode wawancara dengan pertanyaaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, serta secara observasi_ Sedangkan secara sekunder menggunakan studi kepustakaan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan.
Pengembangan pariwisata yang dilaksanakan di kawasan wisata Anyer terkait dengan penataan dan pengembangan produk-produk wisata yang meliputi pengembangan obyek-objek wisata alam dan budaya, pengembangan akomodasi dan fasilitas penginapan dan hotel, peningkatan produk wisata, peningkatan dan penataan prasarana dan aksesibilitas agar mampu memperlancar dan mempermudah kunjungan wisata serta menengembangkan daya tarik wisata baru untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata di kawasan wisata Anyer selama ini sejak daerah tersebut dijadikan kawasan wisata dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ekonomi. Dan sisi ekonomi dengan keberadaan pariwisata, masyarakat sekitar dapat mengembangkan usaha ekonomi untuk meningkatkan penghasilan dan tingkat kesejahteraan. Dimana sebelum daerah ini dikembangkan sebagai objek wisata pada umumnya masyarakat sekitar bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani penghasilan yang didapatkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan pengembangan pariwisata sektor mata pencaharian masyarakat berkembang dengan memannfaatkan peluang dan kesempatan dari banyaknya kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.
Masyarakat membuka usaha penginapan dan tempat peristirahatan, rumah makan, warung telekomunikasi, jasa penyewaan keperluan alat mancing dan olah raga pantai, usaha pernijatan tradisional hingga menjadi pemandu wisata. Paluang dan kesempatan kerja lebih luas dari keberadaaan wisata didaerah Anyer tersebut serta merangsang masyarakat untuk menciptakan usaha sendiri dalam menyediakan apa saja yang menjadi kebutuhan bagi wisatawan yang berkunjung.
Dan sisi lain kebudayaan dan kesenian di daerah Anyer atau serang pada umumnya semakin berkembang seiring kebutuhan dari pertunjukan kesenian yang ditampilkan setiap saat untuk membuat betah para wisatawan yang berkunjung didaerah ini. Selain perkembangan dan kreasi-kreasi yang terus berkembang dari kesenian ini dengan keberadaan pariwisata kebudayaan dan kesenian tradisional yang dimiliki oleh daerah Serang seperti Debus dan kesenian tradisional lainnya tetap lestari dan terjaga sebagai salah satu daya tarik wisata.
Meskipun keberadaan pariwisata disekitar kawasan wisata Anyer memberikan manfaat yang besar terutama sebagai salah satu penghasil devisa bagi daerah Serang dan mempengaruhi masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan pariwisata didaerah ini karena memberikan manfaat-manfaat secara ekonomis, pengembangan pariwisata di Kawasan Anyer masih memerlukan perbaikan dan peningkatan baik secara prasarana, pengetahuan tentang pariwisataan yang lebih mendalam kepada masyarakat sehingga mutu dan daya tarik wisata yang ada didaerah ini lebih meningkatkan kunjungan wisatawan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>