Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132148 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruby Chahya
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hubungan cheilitis angularis dan status gizi yang terjadi pada anak sekolah dasar di kecamatan Pacet kabupaten Cianjur. mengingat hingga kini belum ada laporan mengenai hal tersebut. Penelitian dilakukan pada anak sekolah dasar yang berumur 5-15 tahun. yang berasal dari 3 sekolah dasar yang dipilih secara acak sederhana dari 10 sekolah dasar yang ada di kecamatan tersebut. Selanjutnya dari 3 sekolah dasar terpilih 315 anak yang merupakan sampel yang diperoleh secara acak sistematis. Pemeriksaan klinis cheilitis angularis dilakukan dibawah penerangan sinar matahari langsung, dan penentuan status gizi dilakukan secara antropometrik. Hasilnya ditemukan 85 anak yang menderita cheilitis angularis. Persentase cheilitis angularis tertinggi didapatkan pada kelompok umur 6-7 tahun dan menurun sejalan dengan peningkatan umur. Cheilitis angularis ditemukan lebih banyak pada pria {65%) daripada wanita (35%). Dari 85 anak yang menderita cheilitis angularis. 47 anak didapatkan dengan status gizi kurang dan 38 anak dengan status gizi baik dengan X2 hitung pada α 0.05. dk1=6.29. Sedangkan hubungan keparahan dan status gizi didapatkan X2 hitung pada α 0.05. dk3=0.05. Dapat disimpulkan penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan terjadinya cheilitis angularis dan status gizi. tetapi tidak ditemukan adanya hubungan keparahan cheilitis angularis dan status gizi."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Kalisa
"ABSTRAK
Latar Belakang: Cheilitis angularis adalah penyakit inflamasi yang dipicu oleh faktor genetik, lingkungan dan agen infektif. Gen Toll Like Receptor 2 (TLR2) merupakan komponen penting dalam respon imun innate. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi polimorfisme gen Toll Like Receptor 2 (TLR2) pada cheilitis angularis dan non cheilitis angularis. Metode: 50 sampel cheilitis angularis dan 50 sampel non cheilitis angularis digunakan dalam penelitian ini. Campuran TLR2 16934 T/A dengan ddH2O, enzim polimerase dan DNA template dianalisis menggunakan teknik PCR RFLP, yang menggunakan HphI sebagai enzim restriksi, dilanjutkan dengan elektroforesis. Hasil: Genotip terbanyak yang ditemukan pada cheilitis angularis dan non cheilitis angularis adalah genotip TT. Jumlah genotip dan alel polimorfik paling banyak ditemukan pada cheilitis angularis (22% dan 13%) dibandingkan non-cheilitis angularis (12% dan 6%). Uji Continuity Correction menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara cheilitis angularis dan non-cheilitis angularis. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara polimorfisme gen TLR2-16934 T/A dan cheilitis angularis.

ABSTRACT
Background: Angular cheilitis is an inflammatory disease induced by genetic, environmental and infective agent factors. Toll Like Receptor 2 (TLR2) gene is essential components for innate immunity response. Objective: This study aimed to analyzed distribution of Toll Like Receptor 2 (TLR2) gene polymorphism in angular cheilitis and non angular cheilitis. Methods: 50 samples angular cheilitis as case group and 50 samples non angular cheilitis as control group were used in this research. TLR2-16934 T/A mixed with ddH2O, polymerase enzyme and DNA template were analyzed using PCR RFLP technique, which used HphI as restriction enzyme, then followed by electrophoresis. Subsequently assessed with statistical analysis using Continuity Corrections test. Results: The most genotype found in angular cheilitis and non angular cheilitis was TT genotype. The amount of polymorphic genotype and allele were recorded greater in angular cheilitis (22% and 13%) than non-angular cheilitis (12% and 6%). Continuity Corrections test showed no significant differences between angular cheilitis and non ngular cheilitis (p-value=0,287). Conclusion: There is an association between TLR2-16934 T/A gene polymorphism and angular cheilitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurjani
"ABSTRAK
Cheilitis angularis adalah peradangan pada satu atau kedua sudut mulut yang berupa maserasi, fisur dan eritema yang erosi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya cheilitis angularis antara lain berkurangnya dimensi vertikal, defisiensi nutrisi dan "superimpose" dari mikroorganisme yaitu Candida albican, Staphylococcus dan Streptococcus. Pengamatan pendahuluan yang dilakukan pada anak-anak SD kecamatan Pacet kabupaten Cianjur temyata ditemukan banyak penderita cheilitis angularis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya mikroorganisme pada cheilitis angularis anak-anak didaerah ini dan mikroba mana yang lebih banyak ditemukan. Subyek dipilih dari muridmurid SD dikecamatan Pacet kabupaten Cianjur. Dari 315 orang murid, ditemukan 85 orang (24,21%) yang menderita cheilitis angularis. Hasil yang diperoleh dari 79 sampel yang dapat dianalisa secara mikrobiologis terlihat pria lebih banyak dari wanita, makin meningkat umur anak terlihat penurunan jumlah penderita cheilitis angularis, ditemukan mikroorganisme dengan urutan terbanyak stafilokokus 48 (60,75%), streptokokus 42 (53,16%) dan candida 23 (29,75%), makin parah cheilitis angularis makin banyak dapat diidentifikasi kombinasi mikroorganisme. Kesimpulan yang diperoleh, bukan saja golongan jamur berperan pada cheilitis angularis, tetapi kuman golongan kokus lebih banyak ditemukan dibanding jamur. Oleh sebab itu dalam pemberian terapi diperlukan kombinasi anti jamur dan antibiotik secara topikal.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Exfoliative cheilits is a rare chronic superficial inflammation disorder which affect vermilion border of the lips, especially lower lip. This disorder mostly happens in woman. The characteristics of this disease are a large amount production and desquamation of the keratin layers. The etiology and pathogenesis of exfoliative cheilitis is unknown. Diagnosis of exfoliative cheilitis can only be established if the conditions of the disease couldn't be connected to others factors , exfoliative cheilitis is very resistant to many treatment modalities which gave a difficulty to determine a therapy with an optimum result. Topical steroid was the most effective therapy for the disease. Antifungal therapy can be used only if there is a secondarily infection caused by Candida. This case report is about an exfoliative cheilitis on 42 years- old women with unknown etiology background. On intra-oral examination we found out that there were several focus of infections that can delay the healing proccess. The patient's conditions were
resolved after a few month of topical steroid therapy, a month of antifungal therapy and a management of the focus of infections. An exact diagnosis, an appropriate management, good corporation between sections which are related to patient condition and patient corporation are very important on the healing of exfoliative cheilitis."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ardelia Nada
"ABSTRAK
Latar belakang: Keilitis angular dan glositis atrofi merupakan manifestasi di rongga mulut akibat kekurangan nutrisi mikro seperti zat besi, vitamin B2, vitamin B12, niasin, dan folat. Salah satu kelompok yang paling rentan mengalami kekurangan nutrisi mikro adalah kelompok anak-anak dalam masa pertumbuhan. Tujuan: Melihat status gizi, keadaan keilitis angular dan glositis atrofi pada murid sekolah dasar di Desa Setu, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor tahun 2018. Metode: Penelitian deskriptif menggunakan desain studi observasional cross-sectional dengan mengambil data langsung pada partisipan murid Sekolah Dasar di Desa Setu tahun 2018. Perhitungan status gizi menggunakan pengukuran antropometri dan penilaian keadaan keilitis angular dan glositis atrofi dengan pemeriksaan klinis. Hasil: Total partisipan yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 200 partisipan. Nilai status gizi sebanyak 155 (77,5%) partisipan adalah normal, 15 (7,5%) partisipan adalah kurus, 6 (3%) partisipan adalah sangat kurus, 14 (7%) partisipan adalah gemuk, dan 10 (5%) partisipan adalah obesitas. Partisipan dengan kelainan pada sudut mulut berupa keilitis angular berjumlah 6 (3%) partisipan. Partisipan dengan kelainan di dorsum lidah berupa glositis atrofi berjumlah 1 (0,5%) partisipan. Kesimpulan: Status gizi pada murid sekolah dasar di Desa Setu mayoritas memiliki status gizi normal dengan jumlah partisipan yang mengalami keilitis angular berjumlah 6 (3%) partisipan dan glositis atrofi berjumlah 1 (0,5%) partisipan.

ABSTRACT
Background: Angular cheilitis and atrophic glossitis are manifestations in oral region due to lack of micronutrients such as iron, vitamin B2, vitamin B12, niacin, and folate. The group of children in their growth period is one of some groups that are the most vulnerable to micronutrient deficiencies. Objective: To observe nutritional status, angular cheilitis and atrophic glossitis on elementary school students in Setu Village, Jasinga District, Bogor Regency in 2018. Method: This research used descriptive study with cross-sectional observational design through taking direct data on the participants of children in 2018. The calculation of nutritional status uses anthropometric measurements and the assessment of angular cheilitis and atrophic glossitis by clinical examination. Result: The number of participants corresponding to the inclusion criteria was 200 participants. The nutritional status of 155 (77.5%) participants was normal, 15 (7.5%) participants was thin, 6 (3%) participants was very thin, 14 (7%) participants was fat, and 10 (5%) participants was obese. Participants with abnormalities on the corners of  the mouth in the form of angular cheilitis amounted to 6 (3%) participants. Participants with abnormalities on the dorsum of tongue in the form of atrophic glossitis amounted to 1 (0.5%) participant. Conclusions: The nutritional status of the elementary school students in Setu village, the majority had normal nutritional status with the number of participants with angular cheilitis 6 (3%) participants and glossitis atrophic 1 (0.5%) participant."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aliyah Pradono
"Informasi mengenai profil kesehatan gigi dan mulut di Indonesia belum mencakup profil kesehatan/penyakit pada mukosa mulut. Selain itu, studi mengenai penyakit atau kondisi mukosa mulut pada anak-anak sedikit sekali yang dilaporkan dan biasanya terbatas pada 1 atau 2 penyakit. Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada/tidaknya, macam penyakit jaringan lunak mulut ini khususnya pada anak murid sekolah dasar. Diharap para dokter gigi, penentu kebijakan masalah kesehatan gigi-mulut dan juga masyarakat lebih concern mengenai masalah tersebut. Penelitian "cross-sectional" ini dilakukan di kalangan murid sekolah dasar, kecamatan Pacet, Cianjur dan 319 anak terlibat dalam penelitian ini. Lesi dijumpai pada 152 (47,2%) anak. Empat belas macam lesi dijumpai pada mukosa mulut. Masing-masing prevalensnya adalah 80 anak dengan cheilitis angularis (25%), ANUG 49 (15,3%), cheilitis 17 (5,3%), atrofi papila lidah 13 (4%), "flicated tongue" 8 (2,5%), "geographic tongue" 6 (1,8%), tongue tie 6 (1,8%), melanin pigmentation 5 (1,5%), fibroma 3 (0,9%), stomatitis aftousa 2 (0,6%), mukokel 2 (0,6%), "cheek biting" 2 (0,6%), geografik stomatitis 1 (0,3%) dan hemangioma 1 (0,3%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan adanya bermacam penyakit atau kondisi mukosa mulut dengan prevalennya masing-masing dan, mayoritas berupa lesi yang ada kaitannya dengan infeksi mikroba."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
S33874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
"Anak usia sekolah berada dalam fase persiapan untuk menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pada masa ini anak harus mendapatkan pemenuhan makanan bergizi dalam kualitas dan kuantitas yang cukup. Gizi kurang pada anak usia sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan mudah terserang penyakit, keadaan ini akan diperparah apabila anak menderita infeksi cacingan. Anak akan mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajarannya di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi gizi kurang dan cacingan dan faktor lainya yang berhubungan serta faktor paling dominan yang berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar/ Madrasyah Ibtidaiyah di Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa tahun 2003. Desain yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan sampel sekolah dilakukan secara purposive, diambil 4 sekolah dari 18 sekolah yang ada yaitu : SDN Sukarejo, SDN Matang Setui, SDN Alur Merbau, MIN Sungai Lung. Sampel murid adalah murid kelas I sampai dengan kelas V dari 4 sekolah, yang dipilih secara sistematic random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, observasi keadaan kuku, pengukuran berat badan, perhitungan umur (bulan) dan pengambilan, pemeriksaan feces anak dengan metode Kato di laboratorium, serta berdasarkan catatan tentang anak di sekolah.
Hasil penelitian ini ditemukan prevalensi gizi kurang sebesar 37.5 % berdasarkan indikator berat badan perumur dan prevalensi cacingan sebesar 73.9 %. Hasil analisis bivariat menunjukan hubungan bermakna antara status gizi anak sekolah dengan status cacingan (intensitas cacing gelang) nilai p= 4.001, dan perilaku hidup sehat anak nilai p= 0.006. Dari hasil analisis multivariat ada dua variabel yang masuk dalam model yaitu intensitas cacing gelang dan perilaku hidup sehat anak. Dengan menggunakan persamaan regresi logistik dan nilai eksponensial (B) atau Odds Ratio dapat dibuat model akhir persamaan logistik : logit (status gizi) = -3.470 + 0.946 (perilaku hidup sehat) + 1.643 (intensitas caring gelang). Oleh karena itu, variabel yang paling dominan adalah variabel intensitas casing gelang sebesar 5.170 (95% Cl: 2.006-13.318), artinya bahwa intensitas cacing gelang yang berat berpeluang mendapatkan gizi kurang 5.2 kali dibandingkan dengan intensitas cacing gelang yang ringan setelah dikontrol variabel perilaku hidup sehat anak.
Untuk menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah di Kecamatan Langsa Timur, pada institusi pendidikan perlu dilakukan pembinaan yang rutin dan kontinu tentang perilaku hidup sehat anak dan perbaikan lingkungan sekolah yang bersih dan aman dari penularan cacingan. Dinas Kesehatan perlu memikirkan pendekatan bersifat preventif edukatif yang lebih baik dan menjadikan cacingan merupakan salah satu kegiatan usaha kesehatan sekolah. Peneliti lain perlu melakukan penelitian lanjutan dengan melihat aspek-aspek yang lebih luas dan berpengaruh terhadap status gizi kurang anak usia sekolah.

The children of school age are being in preparatory stage of growth and fast development In this age, children should get enough nutrition either in quantity or quality. Lack of nutrition may cause them of being fatigued, and easy to be infected by disease. This condition will be worse if they suffer worm disease. They will be difficult to follow and understand their school subjects.
This research aimed to know the prevalence of nutrition lack and worm disease among Elementary Students, other related factors, and the most significant factors to Nutritional Status in East Langsa Sub District of Kota Langsa in 2003. Design of the study was cross sectional. The samples were taken in purposive manner, where four schools were taken from the eighteen schools. They were: SDN Sukarejo, SDN Matang Setui, SDN Alur Merbau, MIN Sungai Lung. The samples were students of the first to fifth year of the four schools, who were selected by using sistematic random sampling. Data were collected by using questionaire, students' nails observation, body mass weighing, age (months) counting, students' feces check by using Kato method in the laboratory, and other general records from school.
The result of the study showed the prevalence of nation lack, where indicator of body mass per age was 37.5 %, while worm disease prevalence was 73.9 %. The result of bivariat analysis that showed significant relationship of the students nutritional status was worm disease (intensity of roundworms), where the p-value = 0.001 and students' healthy behavior, p = 0.006. The result of multivariate showed two variables that was included in the model, intensity of roundworms and students' healthy behavior. By using logistic regression equation and exponential value (B) or Odds Ratio, final logistic equation that could be made was: logit (nutritional status) = -3.470 + 0.946 (students' healthy behavior) + 1.643 (intensity of roundworms). The most dominant variable was intensity of roundworms, as much 5.170 (95% CI:2.006-13.318). This meant that the high intensity of roundworms had probability to the nutrition lack 5.2 times compared with the low intensity of roundworms after being controlled by the variable of students' healthy behavior.
To decrease the lack of nutrition prevalence among elementary students in East Langsa Sub District, it is necessary to conduct a regular illumination on children healthy behavior in educational institutions. Health Office is necessary to concern the better approach that is more preventively educative, and to make worm disease is one of health school zeals. To other researchers, they need to carry out further studies that focus to wider aspects influence children of school age nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elny Deivi Songgigilan
"ABSTRAK
Status gizi menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko
untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh
kelompok umur misalnya anak usia sekolah, maka perlu mendapat asupan gizi
yang seimbang untuk menunjang tumbuh kembangnya, sehingga akan tumbuh
sesuai perkembangan usianya. Penilaian status gizi responden berdasarkan pada
klasfikasi WHO 2007 dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran status gizi, karakteristik anak
dan keluarga, juga mengetahui adanya perbedaan bermakna antara karakteristik
anak dan keluarga dengan status gizi anak usia sekolah.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan bersifat deskriptif
analitik, yang dilakukan pada 3 sekolah di Kota Depok yaitu SDN Kemiri Muka
2, SDN Kemiri Muka 3, dan SDN Pondok Cina 2, dengan jumlah sampel 116
siswa. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik
Chi-Square.
Hasil penelitian menurut indikator IMT/U menunjukkan anak yang
berstatus gizi anak yang berstatus gizi normal yaitu 81,9% (95 anak). Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik anak dan keluarga dengan
status gizi anak. Disarankan agar melakukan peningkatan kegiatan UKS sehingga
terjadi peningkatan status kesehatan siswa, pemantauan status gizi siswa dengan
melakukan pengukuran BB dan TB, serta perbaikan status gizi anak sangat kurus
dan kurus melalui Program PMT-AS bekerja sama dengan pihak puskesmas dan
melibatkan orangtua siswa.

ABSTRACT
Nutrient status becomes important thing because it is one of risk factor of
illness and death. Nutrient problem could happen in all of age group such as
school age children. Therefore, they need balanced nutrient intake to support
growth according to their age. Assessment of respondent nutrient status based on
classification of WHO 2007 with body mass index to age (IMT/U). The aims of
this study are to find out description of nutrient status, child characteristic and
family, and also to know the significant difference between child characteristic
and family with the nutrient status of school age children.
This study using cross sectional design with descriptive analytic which
done to 116 students as the samples of 3 primary schools at Depok City such as
SDN Kemiri Muka 2, SDN Kemiri Muka 3, and SDN Pondok Cina 2. This
analysis performs by univariate and bivariate which is using Chi-Square test.
The study result based on indicator of IMT/U shows that 81.9% (95
children) have normal nutrient status. There is no significant difference between
child and family characteristic with the child nutrient status. It is suggested to
develop activity of School Health Unit (UKS) in order to increase student health
status, monitoring of student health status by measuring Weight Loss (BB) and
Height (TB), and also to improve nutrient status of thin and very thin child
through PMT-AS program which is cooperating with the Public Health Centre
and parenteral involvement."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Several studies in Indonesia have attempted to correlate nutritional status with dental caries. The aim of this study was to find out the relation between nutritional status and dental caries disease of schoolchildren aged 9 - 14 years in Karangantu and Pamarican II elementary schools. The study design was cross-sectional with 200 students as respondents. Antropometry was used to measure nutritional status, and status of dental caries was measured by using DMF-T index. The correlation and differences of these variables were analyzed by using Anova and T-test. The results showed there was no correlation between nutritional status and dental caries (p>0.01). The implied conclusion is that food intake of students did not have significant effect on the breakout of caries."
Journal of Dentistry Indonesia, 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>