Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77761 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asmadi
"Penelitian ini dilakukan untuk mencari penyebab kegagalan pada tube superheater. Tube superheater adalah alat bantu Boiler yang berfungsi untuk menghasilkan uap superheat dengan temperatur 462 ºC yang selanjutnya digunakan untuk penggerak turbin uap. Tube menerima panas dari gas alam dengan temperatur 919 ºC.
Material tube superheater adalah Baja Karbon Molybdenum (15 Mo3) yang direncanakan untuk beroperasi selama 12 tahun. Tetapi baru beroperasi 2 tahun, 4 bulan telah mengalami kegagalan.
Setelah dilakukan pemeriksaan fraktografi mikro dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) pada daerah pecah ditemukan retak mikro di permukaan pecah. Retak mikro ini terbentuk diperkirakan ketika dilakukan proses pengerolan panas sewaktu tube dibuat. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan EDS (Energy Dispersive Spectroscopy) ditemukan unsur S (sulphur) hanya di daerah pecah saja. Penambahan retak mikro ini dipicu oleh proses dan kondisi overheating yang mengakibatkan terjadinya peristiwa kegagalan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sanusar
"Primary saturator coil dipasang pada Pusri 11 berfungsi untuk meningkatkan temperatur uap-air pada sisi masuk ± 195 °C dan sisi keluar t 205 °C dengan tekan cat operasi 140 kg/cm, naiknya temperatur tersebut didapat dengan memanfaatkan panas sisa gas buang pada sisi masuk f 215 °C dan sisi keluar t 208 ' yang didapatkan dari pembakaran dapur primary reformer. Primary saturator coil 101-B P-PP difabrikasi oleh SEB dengan desain aleh FOSTER WHEELER UK London Inggris tahun 1990. Bahan saturator coil Austeniti c stainless steel sesuai ASTM SA 312 IF 304.
Primary saturator coil P-II yang telah beroperasi selama 2 tahun, diketahui bocor pada saat paneriksaan rutin tahun 1995. Kebocoran tersebut ditenuci pada baris ke-3 dari arah brava dan kolom ke-3 dari samping kanan, yang berjarak f 50 an. dari carter line hider, yang dilakukan saat test hydrostatis dengan tekanan t 75 kg/an, selama 45 menit.
Analisis kegagalan yang dilakukan pada saturator coil 101-B P-11 dengan memotong 125 an pada tube yang mengalami kebocoron. Disarming pemeriksaan visual pada tube saturator coil yang bocor, diambil sampel pada posisi melintang dan menumjang Untuk pengamataa metalograffi, perneriksaan yang lain adalah naicrohardness serta Energi Dispersi Spektrometer (EDS), untuk mengamati pengaruh proses High Frequency Resitance Welding (IIFRW) pads tube dan,in, dari tube saturator coil.
Dari hasil analisis dapat diduga bahwa penyebab kegagalan adalah Stress Corrosion Craciding (SCC), karena adanya residual stress, sensitasi akibat pengelasan dan adanya unsur dorida (Cl)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T8932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ediwan
"Pendahuluan
Untuk mendapatkan tingkat kehandalan (reliability) yang tinggi, diperlukan pengontrolan kualitas yang memadai dimulai dari pemilihan bahan yang dipergunakan, dalam proses pengerjaan dan perakitan hingga suatu sistem yang siap dipergunakan. Konstruksi dalam teknologi antariksa sering mempergunakan struktur yang kuat dan ringan serta persaratan-persaratan tinggi yang menuntut studi dan penelitian yang cermat dalam pemilihan bahan konstruksi dan proses pengerjaan serta prosedur-prosedur pengujian dan pemeriksaan.
Perancang konstruksi selalu meramalkan kondisi yang bakal dihadapi yang meliputi kondisi pembebanan atau gaya-gaya yang akan diterima. Sedangkan pada kondisi yang sebenarnya bukanlah suatu hal yang mudah, dari ketidak pastian akan kesempurnaan material maka timbul apa yang disebut faktor keamanan.
Pemilihan faktor keamanan yang terlalu tinggi berakibat terlalu berat dan boros penggunaan material, sebaliknya pemilihan faktor keamanan yang terlalu kecil berarti bermain untung-untungan dan mengundang bahaya. Langkah yang lebih baik adalah menguji sub-sub bagian serta menganalisis hasil rancangan yang telah terlanjur gagal dengan analisis kegagalan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Chairudin
"Pemanfaatan Pemanas air berbasis energi matahari atau dikenal Solar Water Heater mulai memasyarakar khususnya di Indonesia. Energi matahari sebagai pembangkit tenaga adalah energi yang tidalc memburuhkan biaya unruk mendapatkannya dan ramah Iingkungan Dengan demikian pengembangan pemanas air tersebut menjadi salah satu alternatif yang diminati konsumen.
Pada solar water terdapat dua komponen yang utama yaitu tangki penyimpanan dan koiektor. Pada umumnya tangki penyimpanan terbuat dari baja iahan karat sedangkan kolektor Ierbuat dari lembaga. Permasalahan yang terjadi adalah kegagalan pada tangki yaitu adanya kebocoran sebelum mosa umur pakai kurang dari 5 tahun.
Untuk mengetahui penyebab kebocoran, dilakukan prosedur analisa kegagalan terhadap sampel material solar water hearer sehingga dapat dilakukan iangkah-Iangkah pencegahannya yang dapa! memperpanjang umur pakai tangki lersebui.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya korosi piring dan crevice pada base material akibat pengaruh media korosif yang mengandung ion khlorida serta temperatur yang relatjpanas (sekitar 80°C). Kecenderungan terjadinya piring ditunjukkan dengan pengujian kurva polarisasi siklik Pada kenaikan temperatur korosi pirting makin mudah terjadi yang ditunjukkan dengan menurunnya breakdown poteniial dari + 0,260 V vs kalomel pada Iemperalur ruang (28° C) menjadi - 0,130 V vs kalomel pada temperatur 80°C serra rapat arus pasU"dari sekitar 104 Amp/cm? pada temperarur ruang menjadi sekilar .105 Amp/cmz. Kebocoran yang diakibarkan oleh laorosi pitting dari bagian dalam tang/ci selanjutnya menyebabkan terjadinya korosi crevice pada bagian Iuar tangki.
Selain itu terjadi pula korosi retak tegang (SCC) yang berupa intergranular dan transgranular cracking di sekitar daerah lasan serta adanya sensitisasi pada daerah HAZ Hieat ajected zone) yang menyebabkan preszpirasi karbida di baras burir. Ha! ini terjadi akibar pengaruh prose: pengelasan pada saat fabrikasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Anggoro Widagdo
"Didapatkan material superheater yang telah meledak dan pecah dengan karakateristik bukaan pecah knife edge menyerupai mulut ikan. Spesifikasi material adalah jenis SA 213 T22. Uji komposisi kimia menunjukan bahwa material bukan jenis SA 213 T22, tetapi mempunyai kekuatan tarik dan kekerasan di atas minimum spesifikasi. Pengamatan visual menunjukan pipa mempunyai permukaan cokelat kasar yang disebabkan oleh reaksi gas bakar. Makro fraktografi dan pengamatan SEM menunjukan adanya patahan ulet dan garis-garis deformasi pada permukaan daerah pecah. Pengamatan metalografi menunjukan adanya cementite spheroidization dan dekarburisasi permukaan pipa. Keduanya ini telah membuktikan bahwa pipa telah terekspos pada temperatur di atas normal. Analisa kegagalan meledak dan pecahnya pipa superheater adalah disebabkan karena short-term overheating. Rekomendasi terhadap kegagalan ini adalah mencegah terjadinya pembakaran berlebih atau pembakaran yang tidak merata dari burner dan pemilihan material yang tepat didasarkan pada besarnya temperatur operasi.

There is superheater material that had been burst with wide open like fish mouth with edges of the failure drawn to a knife edge. Material specification is SA 213 T22. Chemical composition testing shows that material is not the specification of SA 213 T22, but it has tensile strength and hardness upper the minimum specification. Visual examination shows that the tube has coarse brown characteristic on the surface which was due to the hot gas reactions. Macro Fractography and SEM examination show the ductile fracture and deformation lines on the burst area. Metallography examination shows that there is spheroidization iron carbide and decarburization on the surface of the tube. Both have proved the pipe had been exposed to upper normal temperature. This failure analysis for bursting superheater tube is caused by short term overheating. Recommendation for this failure are avoid of overfiring or uneven firing of boiler fuel burners and choose right material based on the operational temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Enang Sukmono Sakti
"Efisiensi adalah adalah kata ungkapan yang sangat populer dalam dunia industri dan bisnis saat ini terutama dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat pada saat ini. Dengan moto "Hari esok lebih baik dari hari ini dan hari ini lebih baik dari hari kemarin", membuat nilai efisiensi yang sekecil apapun menjadi sangat berarti, dan patut untuk terus dicari dan dikejar. Didalam Industri yang menggunakan Boiler sebagai salah satu alat utamanya, penghematan penggunaan bahan-bakar sangat tepat untnk dikaji, mengingat bahan-bakar adalah komponen biaya utama pada pengoperasiannya. Salah satu alternatifnya adalah dengan memaksimalkan pemanfaatan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan-bakar tersebut Gas asap setelah digunakan untuk memanasi air dan uap air pada boiler packed yang digunakan dalam industri ini masih memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, pada temperatur kira-kira 300 °C. Nilai kalor tersebut digunakan untuk memanasi udara pembakaran dengan menggunakan mesin pemindah kalor (heat exchanger) yang dalarn hal ini digunakan Turbular Gas Air Heater. Dengan luas penarnpang pemanasan {heating surface)± 278 m2 akan mampu memindahkan kalor sebesar ± 3106329 kl/jam. Pertarnbahan nilai kalor tersehut akan terakumulasi pada nilai kalor hasil pembakaran, sahingga dengan tidak berubahnya kebutuban kalor Boiler akan menurunkan konsumsi bahan-bakar sebesar ± 5,6 % pada setiap satuan waktu operasinya, yang pada gilirannya dapat menekan biaya bahan-bakar relative pada nilai prosentase tersebut Untuk menambah alat ini tentu saja membutuhkan biaya investasi, sehingga nilai keuntungan tidak langsung dapat dirasakan pada saat alat dioperasikan. Keuntungan baru didapat setelah titik Break event point terlampaui yaitu pada antara bulan ke 17 sampai 18 masa operasi normal secara terus-menerus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mikhael Yonas
"Penggunaan solar water heater yang semakin menjadi kebutuhan primer saat ini menuntut para produsen untuk lebih inovatif dalam melakukan perancangan dan pemilihan bahan untuk solar water heater. Salah satu bahan yang sedang dikembangkan untuk menjadi absorber dari solar water heater adalah plastik noryl dengan penampang berbentuk segiempat. Absorber berbahan noryl memiliki berbagai macam kelebihan yaitu : lebih ringan, kuat dan murah daripada absorber yang ada dipasaran yang sebagian besar berbahan aluminium. Untuk digunakan sebagai pengganti absorber yang sudah ada, maka absorber berbahan noryl ini perlu diuji terlebih dulu karakteristik koefisien gesek dan tekanan jatuhnya. Pengujian dilakukan untuk memperoleh nilai faktor gesekan, head yang dapat diatasi dengan adanya pemanasan, pengaruh aliran sekunder dan merancang header supaya aliran pada setiap salurannya sama. Hasil pengujian secara eksperimental menyatakan bahwa faktor gesekan dari absorber berbahan plastik noryl bervariasi antara 6,58 x 10-2 sampai dengan 3,71 x 10-2 untuk kisaran bilangan Reynolds 3,7 x 103 sampai dengan 8,1 x 103, sedangkan rata-rata ketinggian yang dapat diatasi oleh aliran akibat adanya efek termosifon (karena pemanasan) adalah 2,876 mm. Untuk memperoleh aliran yang sama pada setiap saluran absorber maka digunakan sebuah pengumpul aliran yang juga berfungsi sebagai masukan. Munculnya fenomena aliran sekunder dengan (aspek rasio) a/b < 1 pada pipa berpenampang segiempat mengakibatkan perbedaan trend tekanan jatuh antara pipa berpenampang segiempat dan pipa berpenampang bundar.

The use of solar water heater that is being more important this days is making the producent of solar water heater more innovative in designing and selecting the material for solar water heater. One of the popular material that being developed for the absorber of solar water heater is noryl that has square ducting. The absorber made by noryl have several advantages such as : more lightweight, stronger and cheaper than the usual absorber made by aluminium in market. To be used as a substitution of the existing absorber, the noryl absorber should be tested first for it's roughness characteristic and pressure drop. The experiment is done to test the friction factor, head that can be handled with the presence of heat, secondary flow and to design a header to make sure that each duct have the same flow. The experimental result show that the friction factor of the noryl absorber is between 6,58 x 10-2 and 3,71 x 10-2 for the range of Reynolds number between 3,7 x 103 and 8 x 103, and the average head that can be handeled by the fluid with the presence of heat is 2,876 mm. In order to obtain an equal flow in every duct at solar absorber, we used a header which is also has a function as an input. The presence of secondary flow and aspect ratio a/b < 1 in square pipe makes a different value and trend of pressure drop in square pipe and circular pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfan Haris
"ACWH merupakan salah satu sistem pemanas air yang hemat energi karena hanya memanfaatkan panas buang dari Air Conditioner. Kendala yang dihadapi adalah proses perawatan terhadap pipa penukar kalor yang sulit dilakukan karena tangki air dan pipa penukar kalor dibuat tetap. Pada penelitian ini telah dilakukan perancangan tangki penyimpanan air untuk ACWH dengan alat penukar kalor dengan tipe serpentine. Alat penukar kalor tipe serpentine merupakan tipe yang paling baik digunakan pada sistem ACWH karena menggunakan prinsip natural convection dimana pipa serpentine diletakkan di dasar tangki air sehingga kalor dapat berpindah dari dasar tangki menuju ke bagian atas tangki. Hal itu membuat perpindahan kalor pada air lebih merata sehingga temperatur air lebih cepat naik.
Pada perancangan ini, tangki penyimpanan air dan pipa penukar kalor dapat dibongkar pasang sehingga proses perawatan dapat dilakukan dengan mudah. Dengan begitu ACWH lebih awet untuk digunakan. Selain itu perhitungan ekonomis satu unit produk ACWH dilakukan untuk mengetahui prospek dari penjualan produk ACWH ini. Biaya yang dikeluarkan untuk satu unit produk ACWH sangat terjangkau dan dapat bersaing di pasaran karena memiliki banyak kelebihan seperti waktu yang singkat untuk memanaskan air yaitu sekitar 1,5 - 2 jam, dapat melakukan proses perawatan dengan mudah, dan dapat melakukan penghematan biaya operasional dibandingkan dengan menggunakan AC dan pemanas air secara terpisah.

ACWH is one of the water heating systems that has a minimum energy requirements because it only utilizing waste heat from the Air Conditioner. Maintenance process for the heat exchanger pipe is difficult because the water tank and heat exchanger pipe is made permanently. This study has been conducting the design of water storage tank for ACWH with serpentine type heat exchanger. Serpentine type heat exchanger are best used on the Air Conditioner Water Heater system because it uses the principle of natural convection where serpentine pipe placed at the bottom of the water tank, so the heat can move from the bottom to the top of the tank. It makes the heat transfer in water more effective and the temperature of the water rises faster.
On this design, water storage tanks and heat exchanger pipe can be assembling, so that the maintenance process can be done easily. Besides, the economic calculation of the S-ACWH product conducted to determine the prospects of sales of these S-ACWH products. The costs for a unit of S-ACWH product are very affordable and can compete in the market because it has many advantages such as short time to heat the water, it's around 1,5-2 hours, we can maintenance the water storage and the heat exchanger, and we can saving our money for the operational cost compared with the use of air conditioning and heating water separately.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Kurniawan
"Dari sebuah instansi diperoleh sebuah pipa pemanas lanjut (superheater) dari ketel uap yang mengalami kegagalan berupa pecahnya salah satu bagian pipa dengan bentuk seperti mulut ikan. Kondisi pipa telah mengalami proses korosi pada seluruh permukaan pipa dan penipisan pada dindingnya. Analisis kegagalan dilakukan dengan beberapa pengujian antara lain pengamatan visual, pengukuran ketebalan dinding pipa, makro dan mikro fraktografi, metalografi, pengujian tarik dan kekerasan, pengamatan dengan SEM dan pengujian dengan EDX, serta pengujian komposisi kimia. Analisis yang dilakukan, meliputi analisis makrostruktur dan mikrostruktur, hasil proses korosi yang terjadi, hasil pengujian sifat mekanis material berupa kekuatan tarik dan kekerasan, dengan membandingkan pada standard dan literatur yang ada. Pengamatan metalografi menunjukkan bahwa telah terjadi speroidisasi pada mikrostrukturnya dan terbentuk scale pada permukaan pipa. Pengujian kekerasan menunjukkan bahwa kekerasan di daerah retak lebih rendah dibandingkan dengan material awalnya. Dari seluruh hasil yang didapat menjelaskan bahwa penyebab kegagalan pipa superheater tersebut adalah karena proses korosi temperatur tinggi dan terjadi overheating.

A superheater tube of boiler which is failure on the one of its part like a fish mouth. The condition of the tube has experienced of corrosion process at overall of the surface and wall thinning. Failure analysis was carried out by several testing such as visual test, measurement of tube wall, macro and micro fractography examination, metallography, tensile and hardness testing, SEM and EDX examination, and chemical composition testing. The analysis are covering macrostructure and microstructure, the result of corrosion process that happened, result of mechanical properties examination in tensile strength and hardness, then comparing with existing literature and standard. Metallography testing shows that the structure was spheroidized and the scale covering the surface of the tube. The hardness testing near the crack is lower than the hardness of the base metal. The results shows that the tube was experienced high temperature oxidation and overheating."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>