Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manurung, Ria
"ABSTRAK
Pada hakekatnya, rumah bagi manusia mempunyai fungsi sebagai tempat perlindungan fisik dan perlindungan psikologi atas tekanan dari dunia luar serta wadah kegi atan manusia.
Kebutuhan manusia akan rumah semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Sementara itu ketersediaan lahan yang sesuai untuk perumahan bersifat terbatas. Akibatnya sering ditemui terutama di daerah perkotaan, perumahan didirikan di daerah permukiman yang tidak memenuhi syarat untuk suatu tempat tinggal. Kondisi mutu lingkungan yang rendah ini membuat penghuni berusaha meninggalkan lingkungan tersebut dan mencari tempat permukiman yang memiliki tingkat keamanan dan kenyamanan yang lebih baik. Pada umumnya usaha perpindahan ini terjadi pada masyarakat yang ekonominya sudah baik.
Menyadari keadaan ini, maka pemerintah berupaya membangun perumahan-perumahan dengan kondisi lingkungan yang baik untuk membantu dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan. Namun tidak semua kebutuhan itu dapat terpenuhi. Dengan bantuan pihak pengembang maka masyarakat semakin mempunyai kemudahan dalam usaha pemilikan rumah dengan mutu lingkungannya dapat memenuhi syarat hidup yang sehat.
Seiring dengan tingginya permintaan atas perumahan maka terjadi peningkatan pembangunan perumahan. Namun bagi pihak pengembang swasta, pembangunan perumahan mewah menjadi prioritas dibandingkan dengan pembangunan perumahan sederhana. Hal ini disebabkan minat masyarakat terhadap pemilikan perumahan mewah oukup tinggi.
Tingginya permintaan masyarakat terhadap perumahan mewah sebagai akibat terjadinya pergeseran pandangan masyarakat terhadap fungsi rumah. Fungsi rumah tidak hanya dilihat sebagai tempat tinggal, wadah aktivitas maupun perlindungan psikologis semata, tetapi masyarakat saat ini melihat rumah sebagai suatu alat prestise dan sebagai pendukung terjadinya suatu kegiatan bisnis bagi sebagian orang serta sebagai investasi. Selain itu penilaian terhadap rumah tidak dilihat hanya dari bentuk fisik rumah, namun yang terutama adalah letak dan fasilitas lingkungan serta kondisi sosial penghuninya.
Adanya kondisi seperti ini menimbulkan kepemilikan rumah yang dibangun para pengembang didominasi oleh orang-orang yang mempunyai kemempuan ekonomi tinggi. Akibatnya banyak ditemui saat ini permukimam eksklusif.
Di Rotamadya Medan, pemilikan perumahan eksklusif ini terlihat adanya kecenderungan terdapat pada golongan masyarakat tertentu yaitu orang Cina. Hal ini terjadi karena secara umum etnik ini mempunyai kemampuan daya beli yang cukup tinggi dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Kondisi seperti ini menimbulkan adanya kesenjangan sosial di antara masyarakat yang dapat mengarah kepada terjadinya konflik antar etnik akibat munculnya kecemburuan sosial di dalam masyarakat.
Sementara itu Kotamadya Medan dikenal sebagai masyarakat yang majemuk yang rawan terhadap perpecahan antara anggota masyarakat. Ini disebabkan tidak adanya etnis yang dominan di kota ini. Untuk itu integrasi sosial di antara masyarakat mempunyai peranan penting untuk menghindari terjadinya suatu konflik.
Integrasi sosial bagi sebagian orang diasumsikan dapat terjadi di lingkungan permukiman, di mana proses ini terjadi bila adanya interaksi di antara etnis yang berbeda, adanya tingkat sosial yang sama dan mempunyai pengalaman hidup yang sama. Di samping hat di atas, factor persepsi suatu etnis terhadap lingkungan sosialnya sangat mempengaruhi berlangsungnya proses integrasi sosial.
Dengan adanya permukiman eksklusif dengan penghuni yang se-etnis tentunya dapat mengakibatkan terhalangnya kegiatan integrasi sosial tersebut. Kondisi ini bagi
sebagian orang dikhawatirkan akan menghambat proses integrasi sosial yang selama ini telah dimulai seperti melalui kegiatan pembauran sosial.
Berkaitan dengan asumsi tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh lingkungan perumahan terhadap persepsi orang Cina terhadap dirinya dan lingkungannya, serta mengukur seberapa jauh pengaruh lingkungan perumahan ini membawa pengaruh terhadap tingkat persepsi masyarakat. Selain itu hasil penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana keberhasilan kegiatan pembauran di Kotamadya Medan.
Untuk itu, hipotesis yang dikemukakan di dalam penelitian ini adalah ada pengaruh lingkungan perumahan mewah terhadap persepsi atau integrasi sosial masyaraka t .
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Setia Budi Indah I Recamatan Medan Selayang, dengan alasan perumahan ini merupakan perumahan mewah yang pertama sekali ada di Kotamadya Medan dan jumlah penghuni perumahan antara pribumi dan etnik Cina berimbang.
Sifat penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analisis dengan jenis penelitan studi kasus. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified propotional random sampling, dengan jumlah sampel keseluruhan adalah 150 Kepala Keluarga atau 20% dari populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan penyebaran angket. Analisis data, dilakukan dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk uji hipotesis dan analisis tabulasi silang antara indikator variabel lingkungan perumahan dengan indikator variabel persepsi masyarakat. Juga dilakukan tes signifikansi dengan teknik Chi-Square test untuk melihat signifikan asosiasi antara indikator variabel lingkungan perumahan dan indikator variabel integrasi sosial.
Berdasarkan hal analisis dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan :
1. Ada pengaruh lingkungan perumahan pada persepsi masyarakat yang dapat mempengaruhi integrasi sosial.
2. Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan perumahan dengan persepsi atau integrasi sosial.
3. Perubahan kondisi fisik dan kondisi sosial sebagai variabel lingkungan perumahan mempengaruhi persepsi masyarakat. Besarnya pengaruh perubahan faktor luas rumah terhadap integrasi masyarakat adalah 53,44% atau 3 kali lebih besar dari pengaruh perubahan faktor letak rumah (17,22%) atau 2 kali lebih besar dari pengaruh perubahan faktor aktivitas penghuni perumahan (26,21%).

The Influence Of Housing Environment Towards The Perception Of Ethnic Chinese On Him/Herself And His/Her Environment (A case study of ethnic chinese in Setia Budi Indah housing estate Selajang Sub-district, Medan City). Content In essence, a home to man has the function as physical protection site and psychological protection against pressures from the outside world and a place of human activities.
Human needs for housing is ever increasing in line with population growth. In the meantime, land availabilitywhich is proper for housing settlement is limited. As a result, especially in urban areas, one often come across the establishment of housing settlement which do not meet the requirements of a place to live in. The condition of this low quality environment makes the inhabitants trying to leave such an environment and look for settlement areas that have a better level of security and comfort. In 3 general, this moving endeavours occurred in a community where its economy is already good.
Realizing this condition, therefore, the government endeavours to construct housing with a proper environmental condition to assist and meet the community needs for housing. However, not all needs can be met. With the help of developers, hence, the community has increasing facilities in their efforts to own a home with an environmental quality that meet the requirements of healthy living.
In line with the high demand for housing, hence an in-crease in housing construction took place. However, for the part of the private developers, luxurious housing construction became a priority compared with simple housing construction. This is because the community interest towards luxurious housing ownership is sufficiently high indeed.
The high community demand towards luxurious housing came about as a result of the occurrence of changing community views towards the function of a home. The function of a home is not only looked upon as a living quarter, activity place as well as psychological protection only, but the community at present look upon a home as a tool of prestige and as a support towards becoming a business activity for some and as investment for others. In addition, the assessment towards a home, it is not looked upon only from the physical construction, but, particularly the location and environmental facilities as well as the social condition of the inmates.
The presence of a condition like this, brought about housing ownership which are constructed by developers becoming dominated by people who have high economic cap-abilities.
The result is that at present, many exclusive living settlements can be found..In the city of Medan, this exclusive housing ownership tendency can be seen among a certain community group, namely chinaman. This occurred because in general, this ethnic group has sufficient buying capacity compared to the indigenous community. A condition like this brought about social gaps between communities that can lead to conflict between ethnic groups due to social jealousy in the community.
The city of Medan is known as a multiple community, sensitive towards discord between community members. This is caused by the fact that there is no ethnic group that is dominant in the city. Hence, social integration among the community has an important role in evading the occurrence of a conflict.
Social integration for some people is assumed that it could occur if there is interaction between different ethnic groups, the presence of equal social level and possess similar living experiences so that a common perception came into being towards communal living. With the presence of an exclusive housing settlement, the inmates of whom are of the same ethnic group, certainly, may result in blocking social integration activities. This condition, for some, is the cause for concern in that the social integration process which has been started like activities of social assimilation will be hampered.
In relation to the assumption stated above, thence, this study was carried out with the objective to see whether or not there is housing environment influence towards the perception of chinese on themselves and their environment, as well as gauging in how far this housing settlement environment brought influence upon the level of community perception. In addition, the result of the study will show how successful) the assimilation process is in the city of Medan.
The hypothesis in this study is that there is housing environment influence towards perception or social integration.
This study was conducted in Setia Budi Indah Housing Estate, Selayang Medan Sub-district. The reason for taking this site was that the housing settlement is the first luxurious one of its kind in Medan city and the number of inhabitants between indigenous and chinese are balanced.
The nature of study is descriptive, the type of which is case study. The sample taken was stratified proportional random sampling, the grand total of which is 150 heads of family for 20% of the population. Data collection took place by interview, observation and enquette distribution.
Data analysis was carried out by using correlation analysis technique, moment product for hypothesis testing and cross tabulation analysis between housing environment variable indicators and community perception variable indicators. Significant tests were also carried out by using the Chi-square technique, to see the association significance between housing environment variable indicators and social integration variable indicators.
Based on the analysis results and discussion the conclusion obtained included :
1. There is housing environment influence on the social integration.
2. There is significant association between housing environment and community perception.
3. Physical and social condition changes as housing environment variables influenced community perception. The magnitude of influence of the size of the house factor towards the community perception is 53.44% or three times larger than the in fluence of the location of the house factor (17.22%) or twice as large as the influence of housing inmates activity factor change (26.21%)."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Fajar Trianto
"Saat ini di Jakarta banyak ditemui perumahan yang berkesan eksklusif karena terlihat seperti sengaja membedakan dan memisahkan diri dari Iingkungan sekitatnya. Kesan eksklusrf yang kita rasakan biasanya muncul akibat hal-hal seperti desain arsitektur yang menonjolkan kesan kemewahan dan kernegahan, penggunaan tembok tinggi sebagai batas kawasan Iengkap dengan portal besi, pos jaga dan satpam di pintu masuk kawasan sehingga menimbulkan kesan tertutup. Hal ini biasanya terjadi pada perumahan-perumahan yang dihuni oleh kelornpok-kelornpok yang tergolong elite dalam masyarakat.
Dengan pengkajian teori mengenai adanya sikap dan perilaku eksklusif pada manusia sebagai sebuah kelompok elite lewat sudut pandang sosiologi, adanya kebutuhan rasa aman manusia lewat sudut pandang psikologi, dan bagaimana kedua hal ini dapat diterjemahkan dengan unsur-unsur desain perumahan Iewat sudut pandang arsitektur, serta dari pengamatan Iapangan, dapatlah diketahui bahwa ketiga hal tersebut saling berhubungan dan memiliki peran dalam tedadinya fenomena eksklusivisme pada perumahan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Muhaemin
"Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Konsep ini menunjukkan bahwa pembangunan harus selaras antara upaya memenuhi kesejahteraan lahiriah dan kesejahteraan batiniah. Dalam perspektif pembangunan nasional yang demikian diperlukan adanya pembangunan jangka panjang, jangka sedang dan jangka pendek yang dilaksanakan secara bertahap dimana tujuan dari setiap tahap pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia serta meletakkan dasar yang kuat untuk pembangunan tahap berikutnya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang cukup besar baik dalam luas wilayah, sumber daya alam maupun jumlah penduduk. Penduduk Indonesia menempati urutan keempat terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika. Menghadapi penduduk yang besar ini persoalannya menjadi tidak sederhana, terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas, pengendalian pertumbuhan dan pemerataan penyebarannya. Berbagai upaya dilakukan baik melalui jalur pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, transmigrasi, pembangunan perumahan maupun lainnya.
Pembangunan perumahan merupakan salah satu aspek dari pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kualitas dan kesejahteraan manusia dan masyarakat, dengan harapan agar seluruh rakyat Indonesia mampu menempati rumah yang layak dan sehat sehingga didalamnya dapat terbina anggota keluarga yang sehat dan berkualitas. Keadaan dan kondisi perumahan suatu masyarakat dapat menjadi salah satu ukuran taraf hidup, peradaban dan kepribadiannya. Kondisi perumahan dapat mempengaruhi pertumbuhan jiwa dan pribadi seseorang, kesehatan, prestasi kerja, serta kesejahteraan seluruh keluarga. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Blaang bahwa rumah mempunyai arti sangat penting dalam pembinaan watak dan kepribadian suatu bangsa ( Blaang, 1996: 7). Dengan demikian maka pembangunan perumahan merupakan pembangunan yang tidak terpisah dari pembangunan nasional.
Menyadari hal ini maka sektor perumahan dan permukiman mendapat perhatian penuh dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. Pembangunan perumahan tidak hanya untuk mereka yang mampu melainkan agar semakin merata dan dapat dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan senantiasa memperhatikan rencana tata ruang dan keterkaitannya serta keterpaduannya dengan lingkungan sekitar.
Menurut Profesor N. lskandar (Ninik W, 1987: 116) bahwa penduduk Indonesia tahun 2000 diperkirakan akan mencapai 250 juta jiwa, tidak kurang dari 60 juta jiwa tinggal di perkotaan. Sebagian besar penduduk diperkirakan masih tinggal di Pulau Jawa. Pulau Jawa pada tahun 2000 keadaannya dapat dilukiskan sebagai suatu pulau yang semi kota (semi-urban)."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Indrawati
"Jumlah penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2000 akan mencapai sekitar 210 juta jiwa, dan diperkirakan 40% nya tinggal di daerah perkotaan. Dampaknya adalah peningkatan kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan. Salah satunya adalah perumahan, yang merupakan gejala umum yang terjadi khususnya di perkotaan. Untuk menanggulangi masalah perumahan pemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan dengan memperlunak peraturan pembangunan perumahan dan memberikan pelayanan penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah dan sedang. Salah satunya dengan membentuk sistim pembayaran melalui Kredit Pemilikan Rumah. Tingginya jumlah rumah tangga yang membutuhkan rumah di Jabotabek menimbulkan keinginan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi setiap pemilik rumah dalam menentukan lokasi perumahannya. Atas dasar itu maka telah dilakukan penelitian di Jabotabek untuk 1) mengetahui jumlah kebutuhan rumah di Jabotabek dan perkotaan Indonesia, berdasarkan faktor demograf, tingkat penggantian dan tingkat kekurangan dari rumah, 2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilik dalam memilih lokasi perumahan. Dan 3) melihat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan efektif terhadap rumah.
Pertumbuhan penduduk Jabotabek khususnya dan daerah perkotaan di Indonesia pada umumnya dipengaruhi oleh: pertambahan penduduk alamiah, migrasi neto penduduk dan rekiasifikasi desa menjadi kota. Unsur ini mempengaruhi kebutuhan rumah berdasarkan faktor demografi. Disamping itu, juga diperhitungkan kebutuhan rumah untuk mengganti rumah yang tidak memenuhi persyaratan yaitu sebesar 2% dan jumlah rumah dan kekurangan rumah yang tidak terpenuhi dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 1% dari jumlah rumah. Untuk mengetahui pola penyebaran lokasi perumahan dilihat melalui alasan pemilihan lokasi perumahan melalui survey lapangan di perbatasan Jakarta dengan Bogor, Tangerang dan Bekasi. Ada tiga faktor utama yang diteliti yaitu kemudahan hubungan ketempat bekerja dan sekolah anak, harga tanah di lokasi tersebut dan fasilitas yang tersedia disekitar perumahan juga termasuk kenyamanan lingkungannya. Ketiga alasan ini diuji dengan menggunakan metode chi kuadrat Variabel yang dianggap mempengaruhi permintaan efektif terhadap rumah atau pengeluaran untuk rumah adalah besarnya pendapatan konsumen, harga rumah yang dibelinya dan jumlah anggota rumah tangga. Variabel tersebut dirangkum dalam satu model regresi untuk melihat signifikansi variabel bebas dengan variabel terikatnya yaitu pengeluaran untuk perumahan dengan menggunakan metode Pangkat Dua Terkecil Biasa (Ordinary Least Square, OLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rumah yang dibutuhkan baik di Jabotabek maupun perkotaan Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun, dan faktor pertambahan penduduk merupakan faktor yang paling dominan pengaruhnya setiap tahunnya. Bila kita bandingkan jumlah kebutuhan rumah dengan jumlah rumah yang disediakan oleh sektor formal ternyata setiap tahun kebutuhannya melebihi dari yang dapat disediakan oleh sektor formal. Dari hasil pengujian chi kuadrat terhadap alasan pemilihan lokasi temyata ketiga alasan pemilihan lokasi (yaitu kemudahan hubungan, harga tanah/rumah dan fasilitas lingkungan) sangat mempengaruhi setiap konsumen dalam memilih lokasi perumahan dan dari hasil penelitian lapangan ternyata dari ketiga faktor alasan tersebut yang paling dominan pengaruhnya adalah harga rumah yang terjangkau, sehingga mereka memilih lokasi tersebut diikuti oleh kemudahan hubungan dan kelengkapan fasilitas dimana termasuk didalamnya kenyamanan lingkungan. Hasil perhitungan persamaan permintaan perumahan dengan menggunakan data konsumen KPR-BTN di Botabek, dan Jakarta tidak digunakan. Hal ini dikarenakan untuk beberapa tahun terakhir ini tidak ada yang mengambil fasilitas yang disediakan oleh pemerintah tersebut, Besarnya perubahan pendapatan mempengaruhi besarnya pengeluaran untuk rumah, dengan mengasumsikan faktor lainnya tetap konsumen akan meningkatkan pengeluaran untuk rumah jika pendapatannya meningkat, tetapi besarnya peningkatan pengeluaran untuk rumah tidak lebih besar dan kenaikan pendapatan, sehingga dapat kita katakan bahwa rumah merupakan barang pokok bagi konsumen KPR-BTN dan bukan barang investasi. Harga rumah mempengaruhi pengeluaran untuk rumah, dengan mengasumsikan faktor lainnya tetap bila harga rumah meningkat maka pengeluaran untuk perumahan meningkat pula, dimana peningkatan pengeluaran untuk rumah lebih kecil dari peningkatan tingkat harga dari rumah. Sedangkan faktor jumlah anggota rumah tangga ternyata tidak mempengaruhi pengeluaran untuk perumahan.
Dari hasil pengamatan dimana disatu sisi kebutuhan akan rumah meningkat terus setiap tahunnya dan pola permintaan rumah sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan dan tingkat harga rumah, sedangkan data menunjukkan bahwa besarnya pendapatan seluruh rakyat Indonesia yang terbesar yaitu + 80% berada pada kelompok golongan berpendapatan menengah dan rendah, kemudian adanya perubahan tata cara kehidupan rumah tangga muda karena adanya proses modernisasi, maka jenis rumah yang paling tepat dibangun adalah rumah tipe kecil dengan fasilitas yang cukup lengkap dan lingkungan alam yang nyaman dan asri."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Kusumawardani
"Dunia properti beberapa tahun terakhir kembali bergairah setelah masa-masa keterpurukannya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, sudah banyak bermunculan produk-produk perumahan di sekitar Jakarta dengan tipe dan fasilitas yang semakin lengkap.
Perumahan, sebagaimana produk lainnya dapat dilihat sebagai kumpulan dari atribut-atribut atau manfaat yang terkandung dari produk itu sendiri. Sesuai dengan anatomi produk menurut Kotler (1997) produk inti rumah adalah merupakan manfaat utama sebuah rumah yaitu sebagai tempat untuk berlindung dari panas dan hujan. Namun saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dan panas dan hujan, tapi jugs dapat menjadi tempat untuk mencari ketenangan dan kebahagiaan bagi keluarga.
Perkembangan atribut sebuah perumahan berlangsung begitu cepat. Saat ini, banyak pengembang mendirikan lingkungan perumahan yang telah dilengkapi dengan sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana olah raga hingga ke sarana hiburan. Konsumen seakan dimanjakan dengan kelengkapan berbagai fasilitas dan lingkungan yang aman, tenang dan harmonis.
Sehubungan dengan hal tersebut, pemasar hares mengetahui bagaimana preferensi konsumen di pasar terhadap atribut-atribut produk hunian yang ada saat ini, agar produk yang dijual cepat diserap pasar. Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah : atribut manakah yang dianggap paling panting oleh konsumen; apakah terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap produk hunian yang berada di luar DKI Jakarta dan di dalam wilayah DK1 Jakarta; apakah terdapat perbedaan preferensi terhadap atribut perumahan diantara konsumen dengan berbagai tingkat penghasilan; apakah responden dapat dikelompokkan ke dalam beberapa segmen yang dapat dibedakan secara signifikan berdasarkan kemiripan preferensi terhadap multi atribut produk hunian?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian di atas, penulis telah melakukan penelitian tentang preferensi konsumen terhadap produk perumahan dengan menggunakan teknik analisis konjoin, dengan menggunakan software SPSS versi 10.5, yang menjalankan fungsi model analisis konjoin tradisional (decomposisional conjoin). Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa atribut produk perumahan seperti : harga, lokasi, akses jalan, aspek legalitas, fasilitas dan cars bayar, yang masing-masing memiliki tingkatan tertentu. Dari hasil analisis konjoin ini diperoleh dua informasi panting yaitu : tingkat kepentingan relatif atribut dan nilai utilitas (pan worth) dari setiap tingkatan atribut.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa atribut harga dan lokasi merupakan dua atribut yang memiliki tingkat kepentingan relatif paling besar di mata responden. Namun berbeda dengan dugaan penulis, responden dalam penelitian ini temyata lebih menyukai hunian yang berada di luar wilayah DKI Jakarta disbanding dengan perumahan yang berada di dalam wilayah DKI Jakarta. Sekalipun demikian, tetap responden menghendaki perumahan yang dekat dengan akses jalan tol dibandingkan dengan perumahan yang berada jauh dari akses jalan tol. Sementara tingkat penghasilan memang secara signifikan mempengaruhi perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut harga.
Dari penelitian ini jugs diperoleh tiga segmen yang dibedakan berdasar tingkat kepentingan atribut harga. Segmen pertama terdiri dari responden yang bersikap moderat terhadap harga, segmen kedua merupakan kelompok responden yang bersikap sensitive terhadap harga, sementara segmen ketiga merupakan kumpulan responden yang bersikap tidak responsive terhadap perubahan harga.

The world of property in Indonesia, especially on Jakarta, in the end of years have a good passion, after its ruin years. In the short times, many developers build much more housing and commercials area.
Housing, as the other products could be seen as a bundle of attributes or functions including in the product it self. Kotler (1997) have said that product have an anatomy. Core product was a first line of anatomy as a main function from that product. The main function of a housing as a place for living. But this time, a house not only as a place for somebody living. A house will be expecting to give a feel comfort and give prestige to the person who live in.
The growth of housing attributes product be happen so fast. This time, developers build many environment of housing which be completed with service education area, commercial area, sport club area, hospital, entertainment area and so on. Consumers can be relaxe the high style of living.
Relating to the fast growing of attributes of housing, developers have to understand how the preference of consumers. If the developers have a deep understanding about the preference of a housing attributes, he can make a good product which can sold out lastly.
The hipotesis questions which will be answered in this study are : which attribute most preferred, are the consumers prefer a house which located in the town or in suburb, is a preference differ among consumers which have a different level of salary, is consumer can be differented to the segments depend on their characteristic of preference?
To answer the questioners above, the writer did the study about consumers preference of housing multiattributes product with conjoint analysis. The method was chosen to run the analysis is decomposisional conjoint or traditional conjoint from Green and Srinivasan (1979), In this study the writer chose six attributes (price, location, acces, legality, facility, and term of payment) and each of them have many levels. Conjoint analysis result are the importance of attribute and partworth or utility of level attribute.
The result of conjoint analysis said that price and location are attributes which have big importance from the consumers point of view. But, its differs from assumption of the writer, respondent in this study are prefer a house which located in suburb than a house which located in town. And level of salary the respondents have a correlation with their preference of price attribute.
The K-Means cluster use to differ all respondents to be 3 segments which have same characteristic in preference of price attribute. The segmen 1, have a special characteristic as a price moderate people, segmen 2 as a price sensitive people, and segmen 3 as a not responsive to the price different people. But each segment can not be differ clearly depend on their demography characteristic, because the respondents have almost homogenous characteristic in demography.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Ayu Asri Permatasari
"Rumah hadir sebagai suatu pelengkap dalam memenuhi kebutuhan manusia selain sandang dan pangan. Perkembangan suatu perumahan tidak bisa lepas dengan perkembangan penduduk yang membutuhkan rumah tersebut. Akibatnya jika suatu perkembangan perumahan tidak diikuti dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat maka akan terjadi backlog. Pemenuhan kebutuhan akan perumahan yang kurang atau disebut backlog ini tidaklah mudah karena pemerintah hanya menyediakan seperempat dari kekurangan perumahan yang ada. Selain itu mahalnya perumahan yang ditawarkan pemerintah menjadi kendala bagi kaum berpenghasilan rendah untuk memenuhi kebutuhan akan rumah. Sehingga perlunya adanya usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan rumahnya sendiri yang biasa disebut dengan swadaya. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak perumahan yang kurang disuatu kawasan dan apa saja program pemerinta dalam menutupi kekurangan perumahan tersebut. Metode yang dipakai dalam penulisan yaitu dengan membaca berbagai refrensi untuk menganalisis kasus yang ada dilapangan.

House functions as a supplementary thing in fulfilling the human need in addition to cloth and food. Development of housing cannot be separated from development of population needing the house. Consequently, if a housing development is not kept up with the growth of population which is getting increased then it will result in backlog. Fulfilling the shortage of housing or so called backlog is not easy since the government only provides one-fourth of the existing shortage of housing. Besides, expensive price of housing as offered by the government has become constraint for those of low-income people to afford the house. So that people need to exert its best to fulfill the need for their own house which is usually called self-help. Writing of this paper is aimed at identifying how much housing which is still lacking in a cerain are and what program already adopted by government in covering the shortage for housing. Method used in writing is reading variety references to analyze case existing in field."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42301
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joy Irmanputhra
"ABSTRAK
Rumah atau papan merupakan kebutuhan dasar (basic needs) manusia, disamping kebutuhan akan sandang dan pangan. Dewasa ini permasalahan perumahan dan pemukiman tampak semakin transparan dan jelas bagi masyarakat luas. Hal ini terutama disebabkan oleh peranan media massa, salah satunya surat kabar, dalam meliput hal-hal yang kritis, seperti masalah pembebasan tanah dengan ganti rugi yang tidak sesuai, perilaku developer yang kurang bertanggung. jawab, perumahan frktif, maraknya keluhan konsumen, dan lain-lain. Harian Kompas menyajikan permasalahan ini dalam bentuk liputan berita, tajuk rencana dan artikel opini. Sedangkan dari konsumen rumah atau masyarakat di sekitar kompleks perumahan keluhan ini umumnya disampaikan melalui surat pembaca.
Guna memahami permasalahan perumahan yang diliput di surat kabar, maka penulis melakukan kajian isi (content analysis) terhadap berbagai liputan berita, tajuk rencana, artikel opini, dan surat pembaca di Harian Kompas selama periode tahun 1991- 1995. Analisis ini adalah untuk mengetahui hal-hal apa yang umumnya dipermasalahkan oleh para pemuka masyarakat, pakar, masyarakat dan konsumen rumah. Di samping itu juga untuk mengetahui perkembangan isu dan permasalahan tersebut.
Berdasarkan hasil kajian terhadap berbagai liputan berita, tajuk rencana, artikel opini, dan surat pembaca dapat diketahui beberapa permasalahan di bidang perumahan dan pemukiman seperti masalah pertanahan, perijinan dan pungutan, fasilitas sosial dan umum (faros dan fasum), perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah, perilaku dan etika bisnis para developer, lingkungan hidup, tata kota, KPR, keluhan konsumen dan warga masyarakat di sekitar kompleks perumahan baru, dan lain-lain.
Adanya liputan berita, tajuk rencana, artikel opini, dan surat pembaca ini merupakan salah satu perwujudan dari kepedulian Harian Kompas terhadap permasalahan pembangunan perumahan dan pemukiman. Harian ini juga telah melaksanakan fungsi pengawasan lingkungan dan pertalian (correlation) di bidang ini. Kompas juga telah melaksanakan fungsi pemberian informasi dan pendidikan kepada masyarakat.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonitah Puspita Halimah
"Hunian merupakan elemen sosial, budaya, dan ekonomi yang menunjang berlansungnya perkembangan sebuah kota atau kawasan. Secara langsung taraf hidup manusia berkembang seiring dengan terjaganya kondisi hunian dan perkembangan kota. Perkembangan kota yang terjadi juga beriringan dengan munculnya berbagai masalah. Salah satunya, akibat pertumbuhan penduduk diluar rencana maka kebutuhan akan rumah tinggal bertambah. Sedangkan lahan atau bumi ini tidak pernah bertambah luas dari sisi ukurannya. Maka lahan yang tadinya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia berupa tempat tinggal semakin menipis. Jika lahan yang tersedia terbangun hanya untuk kebutuhan tempat tinggal akan banyak aspek lain yang tergusur untuk kebutuhan papan manusia, salah satunya ruang publik dan ruang terbuka hijau.
Dalam buku Revealing Architectural Design yang berjudul Framework, Methods, and Tools ( 2014 ) karya Philip D.Plowright, yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, yang menyebutkan bahwa “masalah yang dibicarakan sebenarnya tidak dapat di selesaikan tapi hanya dapat di negosiasikan, karena dalam ranah sosial masalah tidak pernah terpecahkan; mereka lebih cenderung melibatkan konflik yang ingin diselesaikan”
Maka dalam hal ini permasalahan yang datang seiring dengan perkembangan kota dan keterbatasan lahan akan hunian tempat tinggal, tidak sepenuhnya terselesaikan dengan adanya solusi baru. Dengan keterbatasan lahan, akan memunculkan ide membangun hunian vertikal untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia berupa tempat tinggal. Berdasarkan kondisi perumahan dan luas kawasan eksisting yang dirancang dalam Masterplan baru Kawasan Pasar Baru milik PPAr Universitas Indonesia tahun 2020, dilakukan pengelompokan tipe hunian menjadi 3 tipe. Pada proyek kali ini hunian termasuk dalam kategori Co-housing yang terletak pada distrik 3 yang mana merupakan area sentral sekaligus pusat rekreasi kawasan Pasar Baru

Occupancy is a social, cultural, and economic element that supports the ongoing development of a city or region. Directly, the standard of human life develops along with the maintenance of housing conditions and the development of the city. The development of the city that occurs also goes hand in hand with the emergence of various problems. One of them, due to population growth outside the plan, the need for housing increases. While this land or earth has never increased in size in terms of size. So the land that was needed to meet basic human needs in the form of a place to live is getting thinner. If the available land is built only for housing needs, many other aspects will be displaced for the needs of human boards, one of which is public space and green open space.
In the Revealing Architectural Design book entitled Framework, Methods, and Tools (2014) by Philip D. Plowright, which has been translated into Indonesian, which states that "the problems being discussed cannot actually be solved but can only be negotiated, because in the realm of social problems are never solved; they are more likely to involve conflicts that they wish to resolve”
So in this case the problems that come along with the development of the city and the limited land for residential housing, are not fully resolved with the new solution. With limited land, will bring up the idea of ​​building a vertical residence to meet basic human needs in the form of a place to live. Based on housing conditions and the size of the existing area designed in the new Masterplan of the New Market Area belonging to PPAr, University of Indonesia in 2020, residential types are grouped into 3 types. In this project, the residence is included in the Co-housing category which is located in district 3 which is a central area as well as a recreation center for the Pasar Baru area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Utami
"Tata ruang adalah kegiatan manusia dalam mengatur ruang hidupnya sesuai dengan kebudayaan yang dimilikinya (Rapoport, 1982: 179). Beberapa pakar mengatakan bahwa tata ruang yang tidak sesuai akan menimbulkan ketegangan dan frustrasi (Daldjoeni, 1992: 155), juga tidak operasionalnya konsep-konsep budaya pelaku akan menimbulkan stres (Hall, 1966).
Sehingga bila tata ruang tidak sesuai dengan kebudayaan penghuni rumah, maka penghuni rumah akan merubah tata ruang rumahnya. Pada kompleks perumahan yang dibangun secara massal, dalam hal ini kompleks perumahan BTN, kondisi tersebut terjadi karena perencana tidak bertemu muka dengan calon penghuni rumah. Guna memahami apa yang dibutuhkan penghuni rumah, perencana harus mempelajari kebudayaan penghuni rumah, yang merupakan kajian pada bidang Antropologi. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, penting untuk dilakukan penelitian mengenai kebudayaan penghuni rumah terhadap tata ruang rumahnya.
Perubahan sistem tata ruang berarti perubahan dalam model-model pengetahuan mengenai hakekat keluarga, yaitu struktur keluarga, kekerabatan, kehidupan ekonomi, pengasuhan anak (Suparlan, 1986: 17). Kebudayaan adalah serangkaian ide-ide atau gagasan, kepercayaan dan pengetahuan yang dimiliki manusia (Spradley, 1972: 6). Hall (1966: 2), mengatakan bahwa setiap bangsa, suku bangsa tidak hanya memiliki cara berbicara yang berbeda tetapi bahkan bagaimana mereka mendiami dunia dan bagaimana mereka mengolah dunia atau membuat lingkungan binaannya- dengan cara- yang berbeda pula. Kelengkapan pustaka mengenai akar kebudayaan Jawa, dan waktu yang terbatas, maka pada penilitian ini akan mengkaji suku bangsa Jawa.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perubahan tata ruang terutama didorong oleh tidak sesuainya konsep penataan komunikasi, yaitu tidak terpenuhinya unsur "Privacy". Pada satu sisi,penghuni rumah melakukan perubahan tata ruang berdasarkan pola berpikir modern, di mana penataan ruang lebih didasarkan pada efisiensi ruang. Namun di sisi lain mereka masih berpedoman pada kebudayaan Jawa yang bersifat tradisional, terlihat pada unsur-unsur budaya inti yang tidak mengalami perubahan yang terungkap pada konsep penataan ruang, waktu dan komunikasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Dwi Aryani
"Town house akhir-akhir ini marak berkembang dan menjadi tren baru perumahan di Jakarta. Awalnya, town house muncul di Eropa dan Amerika sebagai rumah deret dan terdapat satu atau dua sisi dinding rumah yang digunakan bersama. Saat ini masih belum jelas bagaimana pengertian, karakteristik, dan sistem yang dimiliki oleh town house di Jakarta. Oleh karena itu, dilakukan pengamatan terhadap perumahan town house di wilayah Kebagusan untuk mengetahui gambaran umum town house di Jakarta dan perkembangannya dari segi investasi. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu pengamatan langsung dan wawancara dengan studi kasus town house di wilayah Kebagusan Jakarta Selatan.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa town house merupakan rumah deret yang dibangun di atas tanah seluas < 5000 m2 dengan sebuah pagar utama sebagai gerbang keluar masuk perumahan dan pos serta aparat keamanan 24 jam yang terletak di dekat pagar utama. Nama 'town house' pada perumahan di wilayah Kebagusan hanya digunakan untuk keperluan promosi. Namun, town house diperkirakan dapat menjadi salah satu solusi alternatif atas pemenuhan kebutuhan akan hunian di Jakarta yang lahan kosongnya semakin berkurang. Berdasarkan perkembangan pembangunannya, setidaknya hingga tahun 2030 akan terus terjadi pembangunan town house di wilayah Kebagusan sehingga investasi town house dapat dikatakan menguntungkan.

Lately, town house grow rapidly and soon become a new trend of housing in Jakarta. Town house appeared initially in Europe and America as row house located side by side with one or two sides sharing common walls. It is not clear yet about the meaning, characteristic, and system of town house in Jakarta. Therefore, an observation of town houses in Kebagusan was hold to find out about the overview of town house in Jakarta dan its development in terms of investment. The methods which used to collect data are direct observation and interview by taking town houses in Kebagusan, South Jakarta as case study.
Based on observation, it is known that town house is row of houses built on less than 5000 m2 land area with main gate as one way entrance-exit to the residential, completed with 24/7 security post and personnel located near by the main gate. Label 'town house' on name of housing in Kebagusan is being used for promotional purpose only. However, town house can be predicted as one of alternative solutions to fullfill housing needs in Jakarta where wasteland is getting lesser. Based on town house's build development, town house in Kebagusan will be build continually at least until 2030, therefore town house investment can be taken as profitable investment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1200
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>