Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131210 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Priyono
"Penyakit Diare masih menjadi masalah di masyarakat, karena bersifat endemis dan masih tersebar di seluruh Indonesia. Di DKI Jakarta penyakit Diare masih merupakan penyakit yang selalu berada dalam peringkat 10 Penyakit terbanyak, demikian pula yang terjadi di wilayah Jakarta Selatan. Untuk mengatasi permasalahan penyakit Diare diperlukan suatu sistem informasi yang akurat, handal dan tepat waktu. Sedangkan di Jakarta Selatan terdapat berbagai formulir pelaporan yang isinya saling tumpang tindih, disamping itu juga terdapat sumber data yang belum terkelola dengan baik. Dan juga yang perlu diketahui, bahwa sitem informasi yang selama ini dikelola hanya mencatat penderita yang berobat ke sarana kesehatan pemerintah.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasikan sistem informasi penyakit Diare yang berguna bagi para pengambil keputusan di berbagai jenjang administrasi baik yang berkaitan dengan perencanaan, pemantauan maupun penilaian program P2D. Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitik dan dilakukan di Wilayah Jakarta Selatan dengan mengambil sampel secara purposif, yaitu Suku Dinas Kesehatan, 2 Puskesmas Kecamatan, 4 Puskesmas Kelurahan dan 8 Posyandu. Dengan melihat jenis formulir & Item data, mekanisme Pencatatan pelaporan serta indikator yang digunakan diberbagai jenjang administrasi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat berbagai masalah pada jenis formulir dan item data, antara lain terdapat formulir yang tak diketahui alur lapornya, data yang terkumpul tidak dapat menginformasikan tentang besar masalah, data yang terkumpul berasal dari sarana kesehatan pemerintah saja dan sumber data dari sarana kesehatan swasta tidak terkelola dengan baik. Dari mekanisme pencatatan dan pelaporan ditemukan pengisian format dari posyandu dan puskesmas masih terdapat kesalahan dan petugas kurang mendapat pelatihan tentang apa yang akan dikerjakan. Dari indikator yang digunakan masih terdapat kerancuan antara indikator program dengan indikator proyek, selain itu terdapat indikator yang dikembangkan oleh Sudinkes Jakarta Selatan dan indikator yang seharusnya ada tidak digunakan.
Penelitian ini menyarankan pengaturan interpretasi dari laporan yang ada,"enforcement" kebijakan dalam menggali sumber data yang hilang, pelatihan bagi para petugas pengumpul data, serta pengembangan model pengumpulan data sebagai pembanding ("back Up") dari sistem yang sudah ada.

Because of its endemism and high prevalence through-out Indonesia, diarrhea was still a problem in our community. In the Greater Jakarta Area (DKI), diarrhea still ranked tenth among the most prevalent diseases. In South Jakarta, it occupied the same rank. In order to combat the Diarrhea problem, an accurate, reliable and timely information was required. Unfortunately, different report forms containing overlapping information were in use in Jakarta. In addition, the data sources were not properly maintained. The existing information system kept track only of patients who sought help at Government-provided facilities.
The Objective of this research was to identify an effective Diarrhea Information System, which could be used by decision makers at various administration levels who were in charge of Planning, Monitoring and Assessment of the P2D program. This Study was Descriptive-Analytic in nature and was conducted in South Jakarta. A purposive sample was used, consisting of Town level Health Office (SUKU DINAS KESEHATAN), 2 sub district-level Community Health Centers (PUSKESMAS KECAMATAN), 4 local Health Centers (PUSKESMAS KELURAHAN), and 8 integrated Community Health Service Centers (POSYANDU). The Research also involved examination of the type of forms used and their data items, the record keeping mechanism, and all the Indicators utilized at various levels of administration.
The Result of the research indicated several problems in the types of the forms in use as well as in their data items. Among others, some forms did not show a clear flow of reports, and accumulated data failed to indicate the scope of the problem. Furthermore, the accumulated data originated only from health facilities provided by the government, while- data from private-owned health centers was poorly managed. In relation to record-keeping mechanism, it was discovered that there were errors in filling in the forms both at the integrated community health service centers and the community health centers. The Staff still lacked training in their respective tasks. As far as indicators in use were concerned, there was confusion between program-based and project based indicators. In addition, there were also indicators developed by the Town-level Health Office of South Jakarta. Because of this, some of the indicators that were supposed to be used were not included.
This research recommended a redefinition of the interpretation of existing reports, enforcement of policy on data collection, training for data collectors, and development of back-up system that would serve to verify the existing system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahrinul Kabri
"Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat hal ini disebabkan karena angka kesakitan dan kematiannya yang masih cukup tinggi. Penyakit ini di beberapa daerah rnasih bersifat endemis dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sistem informasi program penanggulangan penyakit (P2) diare di Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) belum berjalan dengan baik, pelaksanaan pencatatan dan pelaporan masih sering mengalami keterlambatan, tidak lengkap dan belum diolah dengan baik. Data dan informasi yang ada belum dapat dimanfaatkan secara optimal dan efektif dalam pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta kegiatan penyusunan perencanaan program.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem informasi program penanggulangan penyakit diare yang ada sehingga dapat berfungsi sebagai dasar dalam penyusunan perencanaan kegiatan di kabupaten OKU. Dengan adanya sistem informasi program penanggulangan penyakit diare ini diharapkan dapat diperoleh data dan informasi yang tepat dan akurat sehingga KLB dapat diantisipasi sedini mungkin.
Metode penelitian menggunakan pendekatan pengembangan sistem, dengan tahapan penelitian antara lain, penentuan entitas, analisis sistem, perancangan sistem, pembuatan dan uji coba prototipe. Pengembangan sistem dilakukan melalui perancangan dengan menggunakan alat berupa Data flow diagram (DFD), flow chart, Entity relationship Diagram (ERD), Kamus data, Rancangan masukan dan raancangan keluaran.
Dari hasil analisis diketahui beberapa masalah dari sistem yang ada seperti sumberdaya yang terbatas, sarana dan fasilitas yang kurang tersedia serta kurangnya dukungan dan motivasi dari pengambil keputusan.
Dalam pengembangan ini telah disusun prototipe sistem informasi program P2 diare yang berbasis komputer, dengan masukan berupa laporan Puskesmas dan keluaran berupa rekapitulasi, grafik, laporan kabupaten dan aaabsen monitoring laporan Puskesmas.
Dengan tersusunnya prototipe sistem informasi program P2 Diare ini disarankan untuk dapat diimplementasikan. Sumber daya manusia, sarana dan fasilitas serta dukungan dari pengambil keputusan akan sangat menentukan keberhasilan penerapan sistem ini.
Prototipe ini masih dalam bentuk sederhana, karena disesuaikan dengan kemampuan yang ada di tingkat kabupaten dan tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan lebih lanjut.

Development of Information System of Diarrhea Disease Control Program at Ogan Komering Ulu District Health Service, South SumateraDiarrhea disease represent one of problems health, this matter is caused by painfulness number and death still high enough, Diarrhea disease represent one of the disease having the character of endemic and often out break ( KLB).
Program diarrhea disease penanggulangan information system in Public Health Service Ogan Komering Ulu district not yet walked better, record keeping activity and reporting still often experience of delay, unworked and incomplete better. existing And information data not yet earned to be exploited by optimal and effective in execution activity of evaluation and monitoring and also activity compile program planning.
Target of this research is to develop expected diarrhea disease control program information system can function as base in compilation of activity planning in OKU district. With existence of this information system program is expected can be obtained by accurate and correct information and data, so that extraordinary occurrence can anticipate early possible.
Research method use approach of system development with research step for example, determination of entities, systems analysis, system scheme, prototype test-drive and making. System development pass through scheme by using appliance in the form of diagram flow (DFD), Relationship Entity ( ERD), Dictionary Data, Device Input and device output. From result of analysis known by some problem of from existing system like limited human resources, facility and medium less available, and also the lack of motivation and support from decision taker.
In this development have been compiled by diarrhea disease control program information system prototype being based on computer, with input in the form of report from Puskesmas and output in the form of summary, district and report graph and call the roll Puskesmas report monitoring.
Lapped over of this prototype of this diarrhea disease control program information system is suggested to be able to him implementation. Human resource, facility and medium and also support from decision taker will very is determining of efficacy of this system.
This Prototype still in the form of modestly, expected its development as according to mounted by existing kemampuan of district and do not close possibility to be developed is furthermore.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Syuherman S.Y.
"Kabupaten Simeulue masih merupakan daerah endemis penyakit diare, dimana setiap tahun masih terjadi KLB diare dengan jumlah penderita dan Case Fatality Rate (CFR) cukup besar, yaitu berturut-turut tercatat tahun 1997 jumlah kasus 564 orang, dengan kematian sebanyak 18 orang (CFR = 3,19%), tahun 1998 jumlah kasus 1131 orang, kematian sebanyak 23 orang (CFR = 2,03%), tahun 1999 jumlah kasus 186 orang, kematian sebanyak 6 orang (CFR = 3,23%). Hal inilah yang masih merupakan masalah kesehatan di Kabupaten Simeulue, maka salah satu upaya untuk menanggulanginya dengan mengintensifkan kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit diare.
Sehubungan dengan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja puskesmas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta mengidentifikasikan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit diare.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simeulue, rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional (belah lintang) dan bersifat kuantitatif untuk mendapatkan data deskriptif dan kualitatif untuk menggali informasi secara mendalam tentang kinerja Puskesmas dengan unit analisis petugas Puskesmas yang terdiri atas petugas surveilans, sanitarian dan penyuluh dengan total sampel sebanyak 14 orang.
Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel dependen yaitu kinerja Puskesmas dalam kegiatan P2 diare (pengumpulan data, kompilasi data analisis dan interpretasi data, penyajian hasil analisis data, pengiriman laporan W2 dan W1, diseminasi informasi, investigasi KLB diare, pengambilan spesimen yang dirujuk ke laboratorium, pemetaan daerah berpotensi KLB diare. Sedangkan variabel independen adalah vaktor resources (input), faktor proses (process) dan faktor lingkungan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gambaran kinerja Puskesmas dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit diare secara umum dapat dikatakan masih kurang baik, dapat terlihat dari komponen-komponen kinerja, dimana sebagian besar menunjukkan hasil yang kurang baik. Hal ini mungkin merupakan pengaruh baik dari faktor resources, proses maupun faktor lingkungan yang terdapat pada masing-masing Puskesmas sehingga mempengaruhi kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit diare di Puskemas tersebut.
Penelitian ini menyarankan kepada pihak Dinas Kesehatan Dati II agar baik meningkatkan perbaikan dalam aspek ketenagaan, sarana, dana serta manajemen khususnya dalam frekuensi dan mutu dari umpan balik, pembinaan, monitoring dan kepada pihak Puskesmas agar lebih memperhatikan khususnya dalam hal pemahaman tugas, insentif, pembinaan rutin, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan/penanggulangan, ketepatan waktu pelaporan, analisis data serta penyebarluasan informasi. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya, subjek penelitian lebih diperluas dengan metode yang lebih tepat dan variabel yang spesifik serta akurat.

Study on Health Center Synergy in Prevention and Control of Diarrhea at Simeulue DistrictSimeulue District is still an area still affected by diarrhea endemic, where the wide spread diarrhea occurs every year with large Case Fatality Rate (CFR). In 1997, the diarrhea victims were 564 persons with 18 fatalities (CFR = 3.19%). In 1998, the victims were 1131 persons with 23 fatalities (CFR = 2.03%), while last year (1999) the diarrhea victimized 186 persons with 23 fatalities (CFR = 3.23%). These statistics show that, at Simeulue, diarrhea is still the major public health problem. The main effort to cope with this diarrhea problem is to intensify the prevention and control of the disease.
With regard to the above mentioned diarrhea problem, this study is to understand the synergy of Health Center and all the factors that affect the synergy. Also, this study is to identify all elements to increase the Health Center synergy in preventing and controlling the diarrhea.
This study was performed at Simeulue District. The investigation method used was cross sectional and quantitative in nature to collect descriptive and qualitative data to obtain detailed information regarding the synergy of Health Center. The analyzed units were Health Center surveillance, sanitation and field information personnel. The total number of samples was 14.
The variables used consist of dependent and independent variables. The dependent variable includes all Health Center synergy in diarrhea P2 (disease abolishment). The activities consist of several stages. Stage 1: data collecting, data compilation, data analysis and data interpretation. Stage 2: presentation of analyzed data, reports on WI and W2 documents and information deployment. Stage 3: the investigation of the wide spread of diarrhea, specimen sampling (sent to lab) and the mapping of potentially diarrhea endemic area. The independent variables are resources factor, process factor and environment factor.
The study determined that the Health Center synergy in preventing and controlling the spread of diarrhea in the area is not very good. The majority of synergy components showed unsatisfactory results that were caused by resources, process and environment factors from each Health Center. These factors affected the diarrhea prevention and control at each Health Center.
This study suggests to District Health Office to increase the quality of manpower, infrastructure and management of Health Center. The management of Health Center should be emphasized on follow-ups, supervisory, monitoring, training, self-esteem, planning, organization, control, timely reports and information deployment. The next study in this field should widen the subject of the study with better methods and more accurate variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Supartini
"Di Kabupaten Ciamis sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1995 terjadi KLB diare di wilayah Ciamis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan angka kejadian penyakit diare, cakupan sanitasi dasar, iklim dan kondisi demografi berdasarkan perbedaan spatial di Kabupaten Ciamis tahun 1999-2002.
Penelitian ini adalah penelitian ekologi dengan rancang bangun studi eksplorasi, menggunakan data sekunder tahun 1999-2002 yang terdiri atas data angka kejadian penyakit diare, cakupan air bersih, cakupan jamban, curah hujan, hari hujan dan kepadatan penduduk. Penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2003 di Kabupaten Ciamis. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wilayah Kabupaten Ciamis tingkat kecamatan, yang kemudian dikelompokkan menjadi dua wilayah berdasarkan perbedaan spatial, yaitu wilayah yang mempunyai kerapatan kasus penyakit diare yang tinggi yaitu kecamatan-kecamatan yang berada si sekitar ibu kota kabupaten (Panumbangan, Cihaurbeuti, Cikoneng, Sadananya, Ciamis, Cipaku, Kawali, Jatinagara) dan kecamatan-kecamatan yang berada dekat dengan ibu kota kotif Banjar (Purwaharja, Banjar, Pataruman, Langensari). Wlayah yang mempunyai kerapatan kasus penyakit diare yang rendah, yaitu kecamatan-kecamatan yang tidak berada di sekitar ibu kota kabupaten dan ibu kota Kotip Banjar. Analisa dilakukan dengan menggunakan analisis spatial.
Menurut hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari dua belas kecamatan yang mempunyai jumlah kasus yang tinggi, 66,7% - 75% merupakan kecamatan yang mempunyai cakupan air bersih rendah (≤75%) , seluruhnya merupakan kecamatan yang mempunyai cakupan jamban yang rendah (≤75%) dan sebanyak 66,7% kecamatan mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi (>950 jiwa/km2). Bulan Mei ketika curah hujan dan hari hujan mulai mengalami penurunan, jumlah kasus diare mengalami kenaikan sampai mencapai puncaknya pada bulan Juli ketika curah hujan dan hari hujan sangat rendah. Bulan Oktober-Nopember merupakan awal musim hujan, tetapi jumlah kasus diare masih tinggi. Pada wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi, perlu diperhatikan kondisi sanitasi lingkungan, sehingga tidak akan terjadi penularan lebih luas bila terdapat penderita diare, ditunjang dengan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.

Diarrhea disease is a public health problem in Ciamis until now. There was diarrhea outbreak in 1991 to 1995. The purpose of this research is to know the difference of incidence rate of diarrhea, based sanitation coverage, climate and demographic condition based on spatial difference area in Ciamis, 1999-2002.
This is the ecology research with exploration study, which using secondary data from 1999 to 2002. The secondary data consist of incidence rate of diarrhea disease, water coverage, toilet coverage, rainfall, rains day, and population density. Data collecting has conducted on January until March 2003. The population are whole subdistrict, which it has been grouped in two region based on spatial difference, 'has is region with high diarrhea cases density and low diarrhea cases density. Data analysis is using spatial analysis.
According to the research result, from 12 subdistrict which had high diarrhea cases density, 66,7%-75% had low water coverage, all of subdistrict had low toilet coverage, 66,7% subdistrict had high population density. On May, when rainfall and rains day descend, sum of diarrhea cases ascended until July when rainfall and rains day minimum. Diarrhea cases still high when rainy season was started on Oktober-Nopember. In high density population, need more attention about environmental health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyono
"LATAR BELAKANG PENELITIAN
Penyakit diare akut atau gastroenteritis akut merupakan satu penyakit penting di Indonesia yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian anak. Fenomena ini tercermin dalam laporan rumah-rumah sakit mengenai angka kesakitan dan kematian penderita diare di Bangsal Anak yang jauh melebihi penderita penyakit lain, yaitu sebanyak masing-masing 20 - 40 % dari jumlah bayi dan anak yang dirawat dan 10 - 20 % dari jumlah penderita diare yang dirawat.
Pada tahun 1967 dirawat sebanyak 2.085 penderita diare di Bangsal Anak R S Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta yang merupakan 37,2 % dari seluruh penderita anak (5.606) yang dirawat pada masa itu. Pada tahun 1974 dirawat sebanyak 1.233 anak dengan diare di bangsal yang sama, yaitu 27,2 % dari seluruh penderita anak (4.529) yang dirawat.
Pada Seminar Nasional Rehidrasi ke-I tahun 1974 dilaporkan tentang suatu penelitian longitudinal dan menyebutkan serangan diare dalam komunitas ialah 400 per tiap 1.000 penduduk setiap tahun dan kebanyakan (70 - 80 %) terdapat pada anak di bawah umur 5 tahun (Brotowasisto,. 1975). Banyak faktor, di antaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosioekonomi, edukasi akan menentukan jumlah serangan diare ini. Walaupun hanya sebagian kasus diare akan mengalami dehidrasi, namun banyak kasus akan meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan seperlunya.
Pada tahun 1975 diperkirakan terdapatnya sebanyak 500 juta serangan diare pada anak Asia, Afrika dan Amerika Latin yang mengakibatkan 5 sampai 18 juta kematian (Rohde dan Northrup, 1976). Angka kematian kasus diare yang dirawat di rumah sakit (sebelum tahun 1974) masih sangat tinggi, yaitu di atas 15 % di pelbagai rumah sakit di Indonesia; Sutejo dkk. (1961) melaporkan kematian sebesar 20,2 %; bahkan sampai tahun 1974, sebelum diadakan Seminar Nasional Rehidrasi ke-I pada tahun 1974, angka kematian masih tinggi seperti dilaporkan oleh Taslim dkk. (1974) sebesar 26,4 %; demikian Pula angka kematian oleh sebab diare karena Kolera seperti. dilaporkan oleh Ismoediyanto dan Haroen Noerasid (1963) sebesar 46,2 %.
Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut, Sejak sebelum tahun 1960 pada waktu angka kematian diare akut di Bangsal Anak RSCM/FKUI masih 60,2 %; diketahui bahwa komplikasi diare akut berupa asidosis merupakan salah satu penyebab utama kematian; maka cairan intravena yang semula terdiri dari glukosa dan NaCl 0,9 % dimodifikasi dengan menambahkan Nalaktat. Penggunaan cairan baru tersebut menyebabkan penurunan angka kematian dari 60,2 % menjadi 20,2 % (Sutejo dkk., 1961)."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soehardjono Sastromihardjo
"Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut. Sejak sebelum tahun 1960 pada waktu angka kematian diare akut di Bangsal Anak RSCM/FKUI masih 60,2 % diketahui bahwa komplikasi diare akut berupa asidosis merupakan salah satu penyebab utama kematian, maka cairan intravena yang semula terdiri dari glukosa dan NaCl 0.9 % dimodifikasi dengan menambahkan Na-laktat. Penggunaan cairan baru tersebut menyebabkan penurunan angka kematian dari 60,2 %menjadi 20,2 %.
Pengalaman Sutejo dkk. di atas telah ntenggugah penulis untuk mempelajari lebih lanjut masalah diare akut, sehingga penanggulangannya akan lebih baik dan lebih memadai dengan hasil angka kematian dapat diturunkan. Faktor penyebab kematian berupa komplikasi lain (renjatan dan hipokalemia) dan masalah lain yang berkaitan dengan diare akut belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai dan menyebabkan angka kematian diare akut masih tinggi.
Masalah lain yang berkaitan dengan diare akut tersebut ialah antara lain penyakit penyerta (PEM atau malnutrisi protein energi, ensefalitis. bronkopneumonia, sepsis dan lainnya), diare akut yang melanjut dan diare akin pada penyakit bedah usus (Hirschsprung, 'Necrotizing enterocolitis, NEC' dan lainnya ). Yang cara penatalaksanaan termasuk pendekatan diagnosis dan pengobatannya adalah berbeda. Pada tahun 1980 angka kematian karena diare akut dan penyakit penderita masih tinggi. berkisar antara 14 dan 20 %.
Di komunitas, berdasarkan penelitian rumah tangga ('household study') di Indonesia pada tahun 1980 diperkirakan kematian oleh karena diare merupakan l8 % dari seluruh kematian penduduk per tahun, besarnya masalah kematian bayi disebabkan oleh diare digambarkan oleh angka-angka berikut, jumlah kematian bayi pada tahun 3980 karena diare adalah 24% dari seluruh kematian. Jumlah bayi Indonesia pada tahun 1980 adalah 35.9 x 147.500.000 = 5.295.250. Angka kematian hayi ('infant mortality rate') 1.000 di Indonesia adalah 100 per 1.000 bayi.
Diare akut pada bayi dan anak merupakan masalah karena :
(a) kematian penderita disebabkan oleh diare akut masih tinggi dan pengobatan (penanggulangan) terhadap komplikasinya berupa dehidrasi berat/renjatan dan hipokalemia belum memadai (di klinik);
(b) pengaruh daripada faktor penyakit lain seperti penyakit penyerta (PEM, penyakit bedah usus dan lainnya) pada diare akut yang akan memperberat penyakitnya dan pengobatan yang belum memadai."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
D381
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Rudiyanti
"Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan terhadap balita sakit yang dilakukan secara terpadu dengan memadukan pelayanan promosi, pencegahan, serta pengobatan terhadap lima penyakit penyebab utama kematian pada bayi dan balita di negara berkembang, yaitu pnemonia, diare, campak, dan malaria serta malnutrisi. Sistem informasi MTBS merupakan salah satu sarana untuk memantau pelaksanaan MTBS yang sampai saat ini belum berjalan secara optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sistem informasi MTBS. Studi ini telah mengembangkan suatu sistem informasi MTBS di tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan program aplikasi Microsoft Acces dan Microsoft Visual Basic 6.0. Dengan diterapkannya aplikasi ini akan memudahkan pelaksanaan pemantauan terhadap pelaksanaan MTBS di Propinsi Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Kebumen. Selain itu juga untuk mengetahui cakupan, angka kejadian dan rasio pemakaian obat. Studi kasus dilakukan untuk Program ISPA dan Diare, karena tingginya angka kesakitan da kematian balita yang disebabkan kedua penyakit tersebut.
Dari hasil uji coba skstem informasi tersebut dengan menggunakan data Kabupaten Kebumen diketahui bahwa ketidaktepatan petugas Puskesmas Prembun pada bulan Desember tahun 2002 dalam mengklasifikasikan keluhan batuk dan diare balita umur 2 bulan sampai 5 tahun masing-masing adalah 19,05% dan 28,57%, Untuk keluhan diare umur 1 minggu sampai 2 bulan adalah 100%. Sedangkan ketidaktepatan petugas Puskesmas Prembun pada bulan Desember tahun 2002 dalam menentukan tindakan untuk keluhan batuk balita umur 2 bulan sampai 5 tahun masing-masing adalah 57,14%, Sedangkan di Puskesmas Kebumen II pada bulan Januari tahun 2003 angka kejadian diare 34,63 dan cakupan diare 42,69%. Pada bulan Februari tahun 2003 di Puskesmas Kebumen 11 cakupan pnemonia desa Tersobo 16,67% dan desa Prembun 2,7%.
Sedangkan angka kejadian untuk desa Tersobo 12,82 dan desa Prembun 2,43. Rasio pemakaian obat kedua desa tersebut 0,33. Pada bulan Februari tahun 2003 cakupan penderita pnemonia Puskesmas Kebumen II 6,52% dan Puskesmas Prembun 10%. Angka kejadian Puskesmas Kebumen II 6,04 dan Puskesmas Prembun 9,3. Rasio pemakaian obat untuk kedua puskesmas tersebut 0,33. Selanjutnya disarankan agar sistem ini dapat dipergunakan dan diterapkan di semua Kabupaten /Kota.
Daftar bacaan : 24 (1989 - 2002)
Development Information System of Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) to District/Municipal Level (Cases Study for ARI and Diarrhea Program at Kebumen District Central Java Province)Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) ks an approach toward child illness which is integrated with promotion service, prevention, and also treatment to five diseases those are pneumonia, diarrhea, measles, and malaria as the main causal factors of death in baby and child at developing countries. IMCI information system in a tool to monitor carrying out of IMCI which is not run optimal yet until now.
This research aims to improve IMCI informatkon system. This study has developed an IMCI information to district/municipal level by using Microsoft Access and Microsoft Visual Basic 6.0 application program. By using this application it will be copy to monitoring the implementation of IMCI at Central Java Province, especially at Kebumen District. It is also to knowing coverage, incidence rate, and medicine use ratio. Case study of ARI and Diarrhea is done because thekr illness rate and death rate are high.
For the try out of this system by using data of Kebumen District it is known that incorrect of health workers Prembun Public Health Centre on December 2002 in classifying complaint of cough and diarrhea to child who have age 2 month until 5 years old are 19.01% and 28.57%. For diarrhea complaint in one week to 2 month is 100%. While an incorrect of health workers Prembun Public Health Centre on December 2002 in taking action to complaint of cough to child who have age 2 month until 5 years old are 57.14%. While in Kebumen II Public Health Centre on January 2003 incidence rate of diarrhea 34.63 and coverage 42.69% On February 2003 Kebumen II Public Health Centre at coverage pneumonka of Tersobo village 16.67% and Prembun village 2.7%. Incidence rate Tersobo village 12.82 and Prembun village 2.43, Ratio of medicine used each villages are 0.33. On February 2003 coverage pneumonia of Kebumen II Public Health Centre 6.52% and Prembun Public Health Centre 10%. Inckdence rates Kebumen II Public Health Centre 6.04 and Prembun Public Health Centre 9.3. Ratio of medicine used each Public Health Care 0.33..The suggestion for further research is this system can be used and implemented at all district/municipal level.
References : 24 (1989 - 2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Karyana
"Diseluruh dunia, setiap tahun ada 12 (dua belas) juta anak meninggal sebelum berusia 5 (lima) tahun, terbanyak pada usia satu tahun pertama. Paling tidak 4-5 juta kematian tersebut disebabkan oleh diare. Di Indonesia diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena 40 % kematian di kelompok usia < 2 tahun disebabkan oleh diare. Angka kejadian diare pada tahun 2000 sebanyak 300 kasus per 1.000 orang. Tingginya kejadian penyakit diare ini dapat menyebabkan kerugian yang besar baik bagi masyarakat maupun bagi pemerintah. Namun selama ini informasi tentang jumlah biaya akibat penyakit diare masih kurang, khususnya untuk biaya yang ditanggung keluarga akibat balita menderita diare akut. Informasi ini dapat digunakan dalam advokasi ke penentu kebijakan dalam usaha menururkan angka insiden diare.
Pemilihan lokasi penelitian di Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan yang berada di Kecamatan Koja Kotamadya Jakarta Utara, disebabkan karena wilayah ini mempunyai tingkat kepadatan tinggi di DKI Jakarta, rata-rata tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, sosial ekonomi yang kurang, dan banyak pemukiman kumuh yang sangat berpengaruh terhadap kejadian diare.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang biaya yang ditanggung oleh keluarga akibat dan penyakit diare akut pada balita. Penelitian ini difokuskan untuk mendapat gambaran keadaan kerugian biaya bagi penderita yang datang berobat ke puskesmas, karena puskesmas merupakan ujung tombak fasilitas pelayanan kesehatan. Perhitungan biaya dilakukan terhadap biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya peluang dalam penanganan balita diare. Penelitian ini dilakukan terhadap 42 balita yang terkena diare akut dan datang berobat ke Puskesmas Tugu Selatan pada bulan Pebruari 2003. Data primer dikumpulkan langsung dari keluarga balita yang menderita diare akut dengan cara wawancara yang dilakukan pada saat kunjungan kerumah 14 hari setelah balita berobat ke puskesmas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh keluarga apabila ada balita menderita diare sebesar Rp. 28.040 per episodnya. Jika dihitung rata-rata per hari biaya yang dikeluarkan oleh keluarga apabila ada balita menderita diare, yaitu sebesar Rp. 4.210. Komponen biaya tersebut terdiri atas biaya konsultasi sebesar 4,7 %, biaya obat 14,7 %, biaya administrasi 8,4 %, biaya transportasi 6,3 %, biaya konsumsi 5,4 %, biaya peluang 60,6 %. Sehingga tampak komponen biaya yang menyebabkan kerugian biaya terbesar akibat penyakit diare pada balita adalah biaya peluang yaitu sebesar 60,6 %.
Dengan hasil yang diperoleh, apabila dilakukan perhitungan kerugian ekonomi yang menjadi beban masyarakat akibat sakit diare di Jakarta Utara didapatkan angka biaya sebesar Rp. 12.072.986.520 setiap tahunnya. Tampak penyakit diare akan memberikan efek memperburuk status sosial ekonomi masyarakat. Sehingga perlu perhatian lebih terhadap pelaksanaan program pemberantasan diare, agar kerugian akibat sakit diare dapat diturunkan.
Saran yang disampaikan adalah perlu penelitian perhitungan kerugian biaya akibat diare yang lebih lengkap, meliputi perhitungan kerugian biaya dan pihak pemerintah dan pihak masyarakat, mengingat diare merupakan salah situ penyakit dengan angka kejadian dan kematian yang tinggi. Bagi divas kesehatan perlu melakukan analisis biaya satuan pelayanan kesehatan di puskesmas dan bagi pemerintah daerah Kotamadya Jakarta Utara perlu memberikan perhatian khusus terutama perbaikan sanitasi lingkungan di pemukiman penduduk, karena sangat berpengaruh terhadap penurunan kejadian diare.

In the whole world, there are 12 (twelve) million children die before five years old in every year; the most is on the beginning of the first year of age. At least 4-5 million of deaths were caused by diarrhea. In Indonesia, diarrhea is still being public health problem because 40% of the death in age group under 2 years old was caused by diarrhea. Diarrhea prevalence in year 2000 was 300 cases per 1000 persons. This high prevalence of diarrhea can cause a big loss to the public and also to the government.
But all this time, information about the cost of diarrhea still less, especially for the cost that the family has to bear because of children under five suffering acute diarrhea. This information can be used in advocacy to the policy makers in the way of decreasing diarrhea prevalence.
Tugu Selatan Sub district Health Center which located in Koja District North Jakarta being selected as the study location because this area has high population density in DKI Jakarta, low education level rate, low social economic rate, and a lot of slum area that affecting to the diarrhea prevalence.
This study is aims at to get the description of financial loss that being a burden of the family as a consequence of diarrhea at children under five. This study being focus to get the description about financial lost of the patient who came to the Health Center, because Health Center is the most important thing in health service facility. Cost calculation was performed to Direct cost, Indirect cost and Opportunity cost in treating diarrhea at children under five. This Study was performed to 42 children under five who have diarrhea and came to Tugu Selatan Health Canter on February 2003. The primary data were collected direct from the family of the children under five who suffering acute diarrhea by interview in their home 14 days after visiting the Health Center.
The results of research shows that the average cost that the family spent when children under five suffering diarrhea is Rp. 28.040 in each episode. If we calculate average cost per day, the cost that being spent when children under five suffering diarrhea is Rp. 4.210. Component of the cost consists of 4,7 % Consultation Cost, 14,7 % Medicine Cost, 8,4 % Administration Cost, 6,3 % Transportation Cost, 5,4 % Consumption Cost, 60,6 % Opportunity Cost. So that seen the cost component that cause the biggest financial lost because of diarrhea at children under five is opportunity cost which is 60,6
The extrapolation to prevalence of diarrhea in North Jakarta use prevalence based study, shows that in North Jakarta is Rp. 12.072.986.520 in every year. Obviously diarrhea will make the social economic status in the community worst. It need to pay more attention to the implementation of diarrhea eliminating program, in order to eliminate the financial lost because of diarrhea.
Suggestion for farther action is that it needs more complete study about calculation of financial lost caused by diarrhea, including calculation of financial lost in the government and in the community, considering diarrhea is one of disease with high prevalence and mortality rate. For the Health Service it necessary to perform cost analysis health service unit cost in Health Center and for the North Jakarta Municipality territory government need to give special attention especially in environment sanitary improvement in habitant residential, because it affecting a lot to the diarrhea prevalence reduction.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1994
616.342 7 IND h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sunoto
"Sebagai pendahuluan pidato pengukuhan saya ini, ingin saya ingatkan kembali mengenai tujuan pembangunan nasional Indonesia dan pembangunan kesehatan. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Sedangkan pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dan peningkatan derajat kesehatan melalui upaya peningkatan kesehatan masyarakat, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. Fakultas Kedokteran, sebagai bagian dari Universitas, secara struktural berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi secara fungsional tugas utamanya adalah membantu Departemen Kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia seutuhnya, sehat dalam arti jasmani, rohani, dan sosial. Fakultas Kedokteran, sebagai produsen dokter, seyogyanya selalu memperhatikan keinginan dan kebutuhan pemakainya atau consumer-nya dan juga penyedia/pemesannya atau provider-nya. Pemesannya yang utama adalah Departemen Kesehatan; di samping itu juga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen terkait lainnya. Produk yang berupa dokter umum dan dokter spesialis, dengan sendirinya, harus memenuhi persyaratan yang diminta oleh instansi tersebut di atas.
Pemakai atau consumer-nya adalah masyarakat dari golongan rendah, menengah,dan atas, baik tingkat sosioekonominya maupun tingkat pendidikannya. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terus berkembang sesuai dengan kiprah pembangunan bangsa melalui GBHN dan REPELITA-REPELITA-nya. Sebagai dampak pembangunan yang terencana, terus-menerus, dan berkesinambungan, keadaan masyarakat pun dengan cepat berubah, bait tingkat sosioekonominya maupun tingkat pendidikannya. Sebagian masyarakat tingkat pendidikan dan sosioekonominya memang telah maju, tetapi tidak sedikit pula, bahkan sebagian besar, masih rendah. Ketidakseragaman tingkat pendidikan dan sosioekonomi ini mempunyai dampak pula di dalam permintaan akan pelayanan kesehatan. Di satu pihak orang menginginkan pelayanan medis yang spesialistik, bahkan superspesialistik. Namun, di pihak lain orang mengharapkan pelayanan yang sederhana dan murah harganya, sekaligus yang tepatguna, berdayaguna, dan berhasilguna.
Pola penyakit masyarakat pun telah banyak mengalami transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskular dan kanker. Ada sementara orang yang berpendapat bahwa dalam waktu dekat ini akan tetap terdapat 2 puncak penyakit tidak menular seperti tersebut di atas dan 2 puncak penyakit menular seperti hepatistis dan penyakit AIDS, serta beberapa penyakit menular yang sukar ditekan morbiditasnya, seperti demam berdarah. Ada sebagian penyakit yang telah terbasmi, seperti cacar dan ada penyakit yang telah dapat dieliminasi, seperti patek (frambusia). Diharapkan pada akhir PELITA V yang akan datang, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, seperti tetanus, difteri, batuk rejan, tuberkulosis dan polio pun sudah dapat dibasmi atau dieliminasi sehingga tidak akan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi.
Diare, walaupun sudah tidak terlalu menakutkan, dengan masih adanya kejadian luar biasa (KLB), yang masih sering menghiasi surat kabar dengan berita kematiannya, masih tetap merisaukan para pejabat di lingkungan Departemen Kesehatan dan Bappenas, anggota DPR dan masyarakat sendiri.
Melihat situasi dan perkembangan tersebut di atas, Fakultas Kedokteran sebagal produsen dokter harus selalu memantau dan menyesuaikan diri agar produk-produknya tetap mutakhir (up to date) dan tidak ketinggalan zaman. Ini berarti bahwa, secara teratur, Fakultas Kedokteran harus selalu menyesuaikan kurikulum dan metode pendidikannya. Meluluskan dokter yang langsung siap pakai jelas tidak mungkin. Hal ini karena, begitu mahasiswa lulus dokter dan mulai bekerja di masyarakat, permasalahan penyakit yang dihadapinya sudah berubah. Oleh karena itu yang perlu dipersiapkan ialah agar para dokter lulusan baru itu dapat siap memecahkan masalah dan dapat cepat beradaptasi dengan situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapinya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perkenankan saya menyampaikan pidato pengukuhan saya mengenai Peranserta perguruan tinggi, terutama Fakultas Kedokteran, melalui tridarma perguruan tingginya, dalam menunjang program pembangunan pemerintah di bidang kesehatan, guna meningkatkan kualitas hidup anak pada khususnya dan manusia pada umumnya, namun yang saya batasi hanya mengenai peransertanya di bidang pemberantasan penyakit diare."
Jakarta: UI-Press, 1991
PGB 0109
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>