Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203118 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Murtiani Munajat
"Penelitian ini bertujuan mengetahui kontribusi budaya organisasi terhadap relevansi lulusan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka analisis dimulai dengan mengidentifikasi budaya organisasi serta relevansi lulusan, dan kemudian mencoba mengaitkan kontribusi budaya organisasi tersebut dengan relevansi lulusan yang ada.
Penelitian ini didasari oleh penelitian yang telah dilakukan oleh William Ouchi, Peters dan Waterman. Kotter dan Hesket pada beberapa perusahaan di Amerika, yang mencoba menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja tersebut relatif sering dilakukan terhadap perusahaan/dunia usaha, dibandingkan terhadap organisasi pendidikan, khususnya penelitian yang mencoba menganalisis kontribusi budaya organisasi terhadap relevansi lulusan. Namun demikian, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu dalam skala kecil, karena hanya menggunakan satu objek penelitian saja, yakni perguruan tinggi "X" dengan alumni yang telah dihasilkan, juga dalam dimensi waktu yang relatif singkat. Selain itu penggunaan data primer dalam penelitian ini juga diduga dipengaruhi oleh persepsi responden, sehingga untuk mengambil kesimpulan yang komprehensif tidak mudah dilakukan.
Adapun teori yang menjadi landasan kerangka konseptual penelitian ini adalah teori budaya organisasi serta relevansi. Beberapa variabel budaya organisasi yang diduga memberikan kontribusi terhadap relevansi lulusan adalah komunikasi, inovasi, sikap terhadap tugas, etika kepribadian serta tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, sedangkan variabel relevansi alumni diidentifikasi dari bidang studi serta pekerjaan alumni. Agar budaya yang dimiliki oleh anggota organisasi tersebut memberikan kontribusi yang optimal terhadap relevansi lulusan, maka budaya tersebut harus diyakini oleh seluruh anggota organisasi sehingga menjadi budaya yang tangguh. Oleh karena itu, dalam studi ini peneliti menduga, bahwa antara variabel budaya organisasi terdapat hubungan yang signifikan, selain itu karena budaya organisasi juga dipengaruhi oleh attribute/karakteristik responden, sehingga dalam studi ini peneliti menduga, bahwa karakteristik responden tersebut memiliki hubungan yang signifikan dengan budaya organisasi.
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner. Untuk mendapatkan data budaya organisasi tidak digunakan teknik sampel, tetapi populasi dengan seluruh anggota perguruan tinggi "X" menjadi responden penelitian, sedangkan data relevansi diperoleh melalui teknik stratified random sample dengan alumni dari angkatan 1988 sampai 1992 menjadi sampel penelitian. Data mengenai budaya organisasi didapatkan melalui identifikasi nilai-nilai budaya yang hidup pada anggota organisasi, yang kemudian menjadi realitas budaya organisasi, terlepas dari peraturan yang dikehendaki oleh pimpinan.
Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah secara umum budaya organisasi yang telah dimiliki oleh PTS "X" cukup kontributif terhadap relevansi lulusan, namun terdapatnya beberapa anggota organisasi dengan jabatan penting yang masih memiliki budaya kurang kontributif menunjukkan, bahwa budaya organisasi PTS "X" belum optimal. Selain itu, kurang optimalnya budaya organisasi PTS "X" tersebut dapat dibuktikan melalui uji statistik yang menunjukkan (1) beberapa variabel budaya organisasi tidak saling berhubungan secara signifikan, misalnya; tidak adanya hubungan yang signifikan antara budaya komunikasi dan respon terhadap kebutuhan pelanggan, budaya inovasi terhadap sikap terhadap tugas, budaya inovasi dan respon terhadap pelanggan, budaya sikap terhadap tugas dan etika kepribadian maupun respon terhadap pelanggan, serta etika kepribadian dan respon terhadap pelanggan (2) terdapatnya budaya kontradiktif, misalnya; anggota organisasi yang mempunyai
budaya komunikasi tertutup ternyata lebih adaptif daripada yang memiliki budaya komunikasi terbuka, dan budaya kontradiktif ini terdapat pada hampir semua karyawan yang menjadi sampel penelitian, serta (3) terdapatnya pengaruh atau hubungan yang signifikan dari attribut/karakteristik responden, yang berarti bahwa budaya organisasi yang dimiliki belum diyakini oleh seluruh anggota organisasi, dengan perkataan lain nilai-nilai yang diyakini oleh seluruh anggota PTS "X" belum seragam. Kurang optimalnya (belum kuatnya) budaya yang dimiliki oleh anggota organisasi tersebut, telah memberikan kontribusi yang tidak optimal pula terhadap kerelevanan lulusan, dimana hanya 51,09% saja dari alumni yang memiliki status relevan dan 48,91% yang tidak relevan (diantaranya terdapat 27,17% yang tidak memiliki kegiatan).
Dalam rangka memperkuat budaya organisasi yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kerelevanan para alumni PTS "X", peneliti menyarankan agar Pimpinan PTS"X" menemukan kembali atau menciptakan budaya yang fungsional terhadap pencapaian tujuan dan agar seluruh anggota organisasi memiliki persepsi yang seragam, make budaya organisasi tersebut perlu dikomunikasikan secara ekspilisit, baik melalui slogan atau perilaku sehari-hari. Perlu pula ada tekanan serta pengawasan dan penghargaan dalam pelaksanaanya. Dalam rangka meningkatkan kerelevanan lulusan, perlu dilakukan komunikasi yang terarah dengan pihak eksternal dan dilakukannya penyempurnaan (inovasi) terhadap program studi, kurikulum, sarana dan prasarana.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Ramdan Hidayat
"ABSTRAK
Upaya peningkatan produktivitas bagi suatu organisasi sangatlah terkait pada dua unsur yaitu unsur teknis dan unsur manusia, dengan demikian peneropongan yang lebih seksama terhadap faktor manusia dalam hal ini budaya dan prilaku produktif serta mengkaji kontribusinya terhadap peningkatan produktivitas organisasi menjadi pembahasan pokok dalam penelitian ini.
Dengan demikian tenaga kerja yang berkualitas tinggi pertama-tama ditandai oleh prilaku produktif hanya dengan prilaku nyata dilingkungan kerja seorang karyawan atau pimpinan dapat menciptakan sesuatu atau mengubah sesuatu menjadi lebih produktif, dalam kaitan inilah hubungan budaya organisasi menjadi bahan kajian terhadap peningkatan produktivitas perguruan tinggi di Unisba.
Melalui penelitian yang mempergunakan analisis kualitatif terhadap data sampel yang dipadukan dengan analisis kuantitatif untuk keperluan generalisasi terhadap seluruh data populasi dosen Universitas Islam Bandung (UNISBA), dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan penyebaran kuisioner dalam bentuk angkat yang di buat dengan skala liken diperoleh hasil bahwa budaya organisasi di Universitas Islam Bandung di tampilkan cukup. Hal ini didasarkan atas hasil pengukuran terhadap dimensi budaya organisasi seperti (inisiatif, arah, tindakan resiko, integrasi, dukungan manajemen, kontrol, identitas, imbalan, toleransi akan konflik dan komunikasi ). Begitupun dengan produktivitas anggota organisasi dan produktivitas organisasi Unisba secara keseluruhan ditampilkan cukup produktif, yang mana didasarkan pada hasil pengukuran terhadap dimensi (sikap, kernampuan, disiplin, dan input , proses, output bagi produktivitas organisasi ).
Selanjutnya antara budaya organisasi dengan produktivitas organisasi dan produktivitas anggota organisasi terhadap produktivitas organisasi mempunyai taraf hubungan sangat rendah.
Sedangkan hubungan antara budaya organisasi dengan produktivitas anggota organisasi mempunyai taraf hubungan yang positif dalam tingkat signifikansi sedang, adapun pola hubungan yang ditimbulkan antara budaya organisasi, produktivitas anggota organisasi dan produktivitas organisasi secara bersama-sama mempunyai hubungan yang sangat kuat dan besarnya jauh melebihi hubungan yang dihasilkan dari pola hubungan individu antara budaya organisasi dengan produktivitas organisasi, antara produktivitas anggota organisasi dengan produktivitas organisasi bahkan juga melebihi hubungan antara budaya organisasi dengan produktivitas aanggota organisasi.
Dengan demikian upaya peningkatan produktivitas organisasi peerguruan tinggi di Universitas Islam Bandung (UNISBA) baru bisa dilakukan secara bersamaan antara budaya organisasi, produktivitas anggota organisasi terhadap produktivitas organisasi Universitas Islam Bandung (UNISBA), kendati demikian di duga ada variabel lain yang mempengaruhi produktivitas organisasi selain variabel di atas. Dan perlu penelitian lebih lanjut."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny
"Industri jasa perbankan sejak mengalami krisis tahun 1997 dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam menghadapi pengawasan dan persaingan usaha yang semakin ketat. Namun, keberhasilan suatu bank seperti PT.Bank "X", Kantor Cabang Utama Jakarta tidak terlepas dari persoalan bagaimana mengelola sumber daya manusianya. Manajemen sumber daya manusia menyangkut aktivitas pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya secara efektif, akan tetapi disisi lain tergantung dari apakah pegawai yang bersangkutan merasa puas atau tidak puas di lingkungan organisasi itu.
Penelitian ini berupaya mencari hubungan antara kepuasan kerja pegawai sebagai variabel terikat dikaitkan dengan variabel bebas yaitu variabel budaya organisasi maupun kepemimpinan. Dengan menggunakan data sampel melalui penyebaran terhadap 62 responden dan diolah secara deskriptif kuantitatif maupun analisis statistik dengan menghitung tingkat hubungan variabel menurur korelasi Spearman dapat diketahui hubungan ketiga variabel tersebut. Dalam pengolahan data menggunakan perhitungan secara manual maupun program komputer SPSS version 10.00.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara variabel budaya organisasi dengan kepuasan kerja adalah kuat { r = 0,736), hubungan antara variabel kepemimpinan dengan kepuasan kerja juga kuat { r = 0,791) sedangkan hubungan antara variabel budaya organisasi dengan kepemimpinan adalah sangat kuat ( r = 0,821). Berdasarkan hubungan secara simultan antara variabel budaya organisasi, kepemimpinan terhadap kepuasan kerja menunjukkan hubungan yang kuat ( r = 0,792).
Dengan demikian ketiga variabel tersebut merupakan variabel yang kuat pengaruhnya bagi kepuasan kerja pegawai sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pimpinan organisasi pada Bank "X", Kantor Cabang Utama Jakarta. Variabel budaya organisasi masih dapat ditingkatkan peranannya secara optimal dibandingkan variabel kepemimpinan, selain itu pimpinan organisasi . perlu memperhatikan aspek hubungan yang sating mempengaruhi antara budaya organisasi dan kepemimpinan yang sangat kuat untuk dilakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poerwanto
"Permasalahan pokok studi ini adalah - Bagaimana budaya organisasi dan pola adaptasi pada organisasi mini guesthouse di kawasan wisata, Jakarta, Yogyakarta dan Bali ?
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran dan pemahaman tentang (1) sejarah pertumbuhan mini guesthouse (2) sejarah terjadinya dan bekerjanya budaya organisasi pada mini guesthouse (3) bagaimana peranan budaya organisasi dalam proses integrasi internal dan pola adaptasi mini guesthouse terhadap lingkungan usaha ?
Dalam studi ini diperoleh gambaran bahwa mini guesthouse merupakan sebuah organisasi usaha yang bergerak di bidang jasa yang mempunyai kompleksitas dalam pengelolaan organisasinya. Mini guesthouse di kawasan wisata kebanyakan merupakan usaha sampingan, sekalipun pada perkembangannya di antaranya terdapat pengusaha yang mini guesthousenya menjadi penghasil utama keluarga, jika ditinjau dari segi penghasilan tiap bulannya.
Mini guesthouse kebanyakan dikelola oleh keluarga dan memiliki pola kerja yang diarahkan oleh budaya yang diciptakan oleh pemilik atau pemimpin yang berupa nilai-nilai, norma-norma, falsafah dan atau berbagai asumsi lain yang dianut bersama oleh para karyawannya. Budaya organisasi pada mini guesthouse terbentuk dengan dipengaruhi oleh latar belakang sosial, ekonomi, budaya masyarakat setempat, budaya para tamu asing dan pendidikan formal pemilik atau pemimpin. Budaya mini guesthouse mulai terbentuk bersamaan pada saat usaha mini guesthouse dimulai. Dimensi-dimensi budaya organisasi pada mini guesthouse yang dapat diidentifikasikan adalah, falsafah, simbol, asumsi, norma-norma, keteladanan, nilainilai, sikap dan rutinitas, keyakinan dan harapan. Pada kenyataannya budaya organisasi yang diciptakan diterima dan dianut oleh karyawan.
Juga, studi ini dapat menggambarkan dan memahami bahwa budaya organisasi pada mini guesthouse mempunyai peranan dalam mengarahkan strategi dan pengambilan keputusan dalam mengadaptasi lingkungan usaha, seperti perilaku tamu yang hampir seluruhnya adalah wisatawan mancanegara, kebijakan pemerintah baik yang langsung berpengaruh terhadap jenis kegiatan mini guesthouse maupun yang tidak langsung, teknologi dan pesaing.
Jika dihubungkan dengan penelitian-penelitian atau studi-studi budaya organisasi yang sebagian besar di lakukan pada perusahaan dan organisasi lain di luar negeri, dapat di gambarkan bahwa budaya organisasi pada mini guesthouse yang ukuran besarnya organisasi (ubo) masuk kategori kecil karena dikelola terbatas dalam lingkup keluarga, tidak terdapat perbedaan yang mencolok terhadap bentuk dan dimensi-dimensinya.
Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa budaya organisasi merupakan salah satu bidang organisasi yang penting untuk pengelolaan organisasi. Dalam proses integrasi internal budaya organisasi berperan sebagai pembeda.
Maksudnya adalah untuk membedakan antara organisasi tertentu dengan lainnya; seperti indentitas atau pembentukan jati diri, lem perekat sosial, mekanisme kontrol dan sosialisasi. Secara singkat budaya organisasi berperan dalam mengarahkan perilaku organisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T5365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Widagdo
"This study is conducted for analyzing the correlation of organization culture and leadership on the employee's performance in the State Corporation (Perjan) "Harapan Kita" Child and Maternity Hospital (RSAB). Jakarta. This study also tests the significance and determination of organization cultural correlation on employee's performance, leadership on employee's performance, and the correlation of organization culture and leadership on employee's performance.
The population in this study are employees in the Perjan "Harapan Kita" RSAB Jakarta from the management position to staff position as many as 1214 employee's, with the sample respondents of 275 persons (with reference of Krejcie table) divided into two elements, i.e. 40 respondents of managerial position and 235 respondents of staff, respectively are taken by simple random sampling method.
Data collection method used questionnaire composed of 4 parts. Part one contains inquiries related to respondents' identity of 8 points, part two contains inquiries related to organization culture of 26 points, part three is of inquiries related to leadership of 30 points, and part four is of inquiries related to employee's performance that are divided into two: 8 points for managerial and 5 points for staff. A validity and reliability test was once conducted on 25 respondents and all have been stated valid and no single indicator is stated void.
The data processing and analysis used SPSS (Statistical Package For Social Science) program version 10.0 for testing the organization cultural correlation with employee's performance, the leadership correlation with employee's performance, while the correlation of organization culture and leadership on employee's performance uses Pearson correlation test technique (cross tabs).
The result of the test on organization culture and employee's performance indicates a very low correlation, positive with value (r) = 0.120, (p) = 0.047 and determination coefficient = 0.014. The test on correlation of leadership and employee's performance indicates no significant correlation with value (r) = 0.035, (p) = 0.568 and determination coefficient = 0.001, while the test on correlation of organization culture and leadership on employee's performance indicates no significant correlation with (r) = 0.125, (p) = 0.118 and determination coefficient = 0.16.
Thus, the hypothesis of study, stating that there is a correlation between organization culture and leadership on employee's performance in the Perjan "Harapan Kita" RSAB, Jakarta is not proven. In this opportunity, the writer would like to suggest as follows: To be able to survive in the global era, the Management of Perjan "Harapan Kita" RSAB should be willing and able to take the company to a global condition, i.e. a condition prioritizing customers' satisfaction as the service objective by visioner leadership in all lines. Miscommunication and misperception could be controlled by structured or formal and informal communication.
Besides, Perjan "Harapan Kita" RSAB has began to design communication by utilizing information technology, thus the information passed and provided are according to the communication objective. A structured planning should be made for understanding the information technology to avoid technology stammer. Perjan "Harapan Kita" RSAB should immediately attempt to have an evaluation of performance based on the objective or target, so as to be able to avoid subjectivity in evaluation and the most important aspect of all is to developing culture by achievement or results."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22328
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Harnowo
"Penelitian ini bertujuan menguji Pengaruh Budaya Organisasi, Kompensasi dan Perencanaan Karier terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Sekretariat Negara. Dengan mengembangkan nilai-nilai budaya organisasi yang merupakan pola terpadu dari tingkah laku individu dalam organisasi, bagaimana Cara pegawai bekerja dan bertingkah laku diharapkan turut serta memberikan kepuasan kerja kepada pegawai. Demikian pula dengan kompensasi yang telah diterima oleh pegawai selama ini dan perencanaan karier yang diprogramkan diharapkan dapat mewujudkan kepuasan kerja bagi pars pegawai di Sekretariat Negara. Di samping itu, pendidikan terakhir, masa kerja, umur, golongan, jenis kelamin, dan status juga turut memiliki pengaruh terhadap kepuasan pegawai.
Melalui penelitian ini dicari korelasi pengaruh budaya organisasi, kompensasi, dan perencanaan karier terhadap kepuasan kerja pegawai. Karena itu hipotesis ini dibuat untuk mengetahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel batas: budaya organisasi, kompensasi dan perencanaan karier pada variabel terikat: kepuasan kerja pegawai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif analitis. Maka dilakukan pengujian statistik untuk mengukur seberapa besar kaitan atau kekuatan hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti dan proses perhitungan statistik lainnya dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows. Sedangkan populasi penelitian ini ialah para pegawai Sekretariat Negara, yang meliputi staf dan pejabatnya, mulai dan pegawai golongan yang paling rendah sampai dengan yang tertinggi, dengan jumlah keseluruhan 795 orang. Karena banyaknya populasi tersebut, maka penelitian dilakukan dengan menarik sampel yang menggunakan teknik sampling Stratified Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan parsial antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja pegawai mempunyai angka korelasi sebesar r = 0,281 pada taraf signifikansi 0,007. Sedangkan hubungan parsial antara kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan mempunyai angka korelasi sebesar r = 0,814 pada taraf signifikansi 0,000. Sementara itu hubungan parsial antara perencanaan kerja dengan kepuasan kerja karyawan mempunyai angka korelasi sebesar r = 0,223 pada taraf signifikansi 0,035. Dengan demikian korelasi antara variabel kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan lebih besar dibandingkan korelasi antara variabel budaya organisasi dan perencanaan karier dengan kepuasan kerja karyawan, sehingga variabel kompensasi lebih berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan dibandingkan dengan variabel persepsi terhadap budaya organisasi dan perencanaan karier.
Dari hasil analisis regresi ganda antara budaya organisasi, kompensasi, dan perencanaan karier dengan kepuasan kerja didapatkan hasil nilai F = 0,000 pada taraf signifikansi 0,000 serta R2 = 0,673. Hal ini berarti kepuasan kerja karyawan dikontribusikan oleh budaya organisasi, kompensasi dan perencanaan karier sebesar 67,3%, sisanya 32,7% ditentukan oleh faktor lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2361
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Prihartini Endang Kusumastusti
"ABSTRAK
Berbagai penelitian akhir-akhir ini menunjukkan adanya korelasi antara budaya organisasi dengan tingkat capaian suatu perusahaan. Dengan demikian, usaha untuk mendalami lebih jauh tentang budaya organisasi menjadi semakin menarik dan relevan.
Hotel Ever Green (HEG) sebagai satu dari sejumlah hotel yang berkembang di Kawasan Puncak, sejak berdirinya pada tahun 1973, telah berupaya mengembangkan budaya organisasi yang mewujud dalam gaya kepemimpinan, situasi kepemimpinan dan iklim kerja dengan bercirikan asas sama rasa, sama kuasa dan sama rata. Walaupun demikian, dalam perkembangannya seiring dengan pergantian pucuk pimpinan, HEG telah menunjukkan adanya gejala penurunan kekuatan budaya organisasi. Berdasarkan fenomena ini, maka upaya meneliti, mengkaji, dan menganalisis berbagai hal yang berkaitan dengan perubahan tersebut, dan menelaah berbagai implikasinya bagi pencapaian organisasi/perusahaan menjadi penting. Empat masalah pokok yang dianalisis yaitu (1) bagaimana proses pembentukan budaya organisasi HEG, (2) apakah telah terjadi perubahan budaya organisasi di HEG, (3) apakah budaya organisasi di HEG sekarang ini melemah, dan (4) implikasi apa yang timbul dari keadaan budaya organisasi yang dimiliki saat ini.
Dengan penetapan responder sebanyak 58 orang yang dapat dirinci dalam dua kelompok yaitu kelompok responden kepemimpinan lama (30 orang) dan kelompok responden kepemimpinan baru (28) orang telah dikumpulkan data dengan memakai daftar kuesioner dan pedoman wawancara. Data dianalisis secara kualitatif sambil didukung oleh analisis kuantitatif berupa menghitung total skor untuk beberapa indikator.
Temuan penelitian ini dapat dirinci dalam beberapa hal berikut. Pertama, proses pembentukan budaya organisasi HEG dilaksanakan oleh pemilik sekaligus pendirinya sejak tahun 1973, proses mana dilakukan secara berangsur-angsur melalui gaya kepemimpinan, situasi kepemimpinan, dan iklim kerja berdasarkan prinsip sama rasa, sama kuasa, dan sama rata. Kedua, terdapat kesenjangan antara gambaran ideal budaya organisasi yang ingin dibentuk dengan budaya organisasi yang-berkembang dalam kehidupan organisasi. HEG sehari-hari: Ketiga, walaupun terdapat perbedaan penekanan pimpinan dalam menerapkan kepemimpinan, namun terdapat satu warna dasar kepemimpinan yang berusaha dikembangkan dalam HEG yaitu kepemimpinan sebagai pamong sekaligus sebagai satria(ing ngarso sung tolodo), pandhito (ing madyo mangun karso), dan ratu (tut wuri handayani). Keempat, perubahan budaya organisasi yang berjalan seiring dengan adanya pergantian pimpinan puncak organisasi menunjukkan adanya perbedaan kuat lemah tertanamnya budaya organisasi yang dapat ditunjukkan dengan hasil analisis kuantitatif berikut: (1) pada budaya lama (periode 1973 - 1982) pemimpin sering melakukan hal yang berkaitan dengan gaga kepemimpinan (total skor 56,87..) sedangkan pada budaya baru pemimpin jarang melakukan hal-hal yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan (total skor 42,6%), (2) pada budaya lama, bagian terbesar anggota (69,5%) mendukung hal-hal yang berkaitan dengan situasi kepemimpinan sedangkan pada budaya baru, hanya sebagian kecil anggota (48,7%) yang mendukung, (3) iklim kerja baik pada budaya lama maupun budaya baru dapat dikatakan cukup baik dengan total skor masing-masing 70,5% dan 59,5%. Kelima, kuat lemahnya budaya organisasi terbukti membawa implikasi bagi tingkat efektifitas (dilihat dari tingkat pendapatan) yang dicapai oleh perusahaan dimana pada budaya lama yang relatif kuat dapat memberikan kenaikan rata-rata 18,45% per tahun, hasil mana berbeda dengan kenaikan rata-rata yang dicapai pada budaya baru dengan cirri budaya organisasi yang relatif lemah yaitu hanya12,16% pertahun.
Dengan berbagai temuan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai sumbangsih penelitian ini. Pertama, demi penguatan kembali budaya organisasi yang kini melemah, maka perlu bagi pimpinan untuk membuka diri sehingga dapat menampung segala keluhan, hambatan kerja disamping pimpinan perlu meningkatkan perannya sebagai motivator. Kedua, perlu dilakukan perbaikan tata cara penyelenggaraan organisasi dengan melembagakan bagan struktur organisasi secara tertulis, penetapan standar penilaian prestasi kerja yang lebih transparan dan adil. Ketiga, perlu ditingkatkan pelimpahan wewenang dan tugas-tugas pekerjaan kepada karyawan tingkat staf sehingga pimpinan dapat menyeimbangkan perannya sebagai satrio, pandhito, dan ratu. Keempat, perlu dilembagakan pertemuan-pertemuan baik rutin maupun tidak guna menampung semua masalah yang berkembang khususnya yang berkenaan dengan pengoperasian HEG. Kelima, perlu diciptakan suasana yang kondusif bagi terbentuknya keberanian seluruh karyawan untuk mengeluarkan pendapat, saran ataupun pemikiran lainnya sebagai perwujudan budaya organisasi yang berasaskan sama rasa, sama kuasa, dan sama rata."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Ariati Pratiwi
"An Organization which have a strong and deep of corporate culture, surely consist of highly motivated and committed individuals. Those individuals will sacrifice themselves for organization purpose. This is exactly what an ideal condition that were hoped for by all leaders, so that no extra effort needed to drive their worker and no need for a monetary instrument to boost their pace. That?s why strong organizational culture is an effective yet efficient to control human behavior. Kinderfield is one of educational organization that emphasize on their teacher?s quality. That?s why Kinderfield?s cultural socialization became important unseparated point from development of it?s teaching forces. Cultural socialization flow from a lower on group or organization to a lower level. Sometimes there were several hindrances and obstacles. Fue to that imperfection in cultural socialization cause bad effect to Kinderfield, such as lack of proper understanding of cultural values by the teachers and could disturb teaching- learning activities.
In this research, the researcher use qualitative approach. To get all the data and information, researcher use deep interview on multiple sources, field observation and librarial study. Reseaercher interviewed several sources, among them are two representative from Top Management, two from Managerial Class and Three teachers. They cover the whole Kinderfield population.
Based on result of the research on socialization process in KInderfield we can conclude that socialization in Kinderfield runs well done, despite all of hindrances and abstacles on the process which is slow understanding of several teacher. From interviews, teachers learn cultural values in story and ritual forms. Top Management?s sensitivity is needed in socialization process to ensure it still walk within allowable borders so that organizational target can be achieved which is good work productivity, high commitment and low rate of resigning workers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Wijayani
"Penelitian mengenai Budaya Kinerja yang dilaksanakan pada Inspektorat Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dengan populasi seluruh pegawai sebagai responden sejumlah 173 orang, yang mengembalikan kuesioner berjumlah 132 (76, 3%), dijadikan sebagai sampel penelitian.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan budaya antar unit yang terdiri dari 5 (lima) unit yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal, Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat III dan Inspektorat IV.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analisis Faktor Dengan Pendekatan Komponen Utama, Analisis Faktor Kembali dan Analisis Median, dari hasil analisis tersebut didapatkan hasil berupa 7 (tujuh) Budaya (Budaya Etos Kerja,Budaya Setempat, Budaya Komitmen Terhadap Pekerjaan, Budaya Keunggulan Bersaing, Budaya Pemenuhan Kebutuhan, Budaya Pelimpahan Kewenangan dan Budaya Taat Norma), sehubungan dengan permasalahan penelitian maka dengan analisis median dapat ditentukan budaya kuat, budaya lemah dan budaya di ambang pintu.
Ada 1 (satu) Budaya kuat yaitu Budaya Etos Kerja, dan 7 (tujuh) Sub Budaya (Budaya Lingkungan Kerja, Kesejukan Lingkungan Kerja, Rasional, Penguasaan Diri, Proaktif di Lingkungan Pekerjaan, Kewenangan di Lingkungan Pekerjaan dan Perhatian pada Perkerjaan). Sedangkan Budaya lemah terdiri dari 6 (enam) Budaya yaitu Budaya Setempat, Budaya Komitmen Terhadap Pekerjaan, Budaya Keunggulan Bersaing, Budaya Pemenuhan Kebutuhan, Budaya Pelimpahan Kewenangan dan Budaya Taat Norma, sedangkan Sub Budaya Lemah terdiri dari 8 (delapan) yaitu Budaya Kepemimpinan Diri, Optimisme Diri, Pengawasan di Lingkungan Pekerjaan, Menciptakan Peluang di Lingkungan Pekerjaan, Kerja Kelompok di Lingkungan Pekerjaan, Keberanian, Kehormatan serta Kepedulian terhadap Tradisi.
Budaya di ambang pintu hanya ada 1 (satu) yaitu Sub Budaya Kepedulian terhadap kebiasaan yang sudah ada. Berdasarkan unit kerja terdapat perbedaan budaya dan pola budaya pada tiap masing-masing unit, unit Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai pola budaya yang lebih berimbang antara budaya kuat, budaya lemah dan budaya di ambang pintu, sedangkan unit lain lebih banyak budaya lemahnya bahkan untuk Inspektorat III semua adalah budaya lemah.
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, adanya perbedaan pola budaya yang tergambar dan terlihat dalam setiap unit dapat disebabkan karena jumlah responden yang kurang berimbang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasrul Latif
"Penelitian ini berfokus pada penemuan ada/tidaknya hubungan antara nilai budaya organisasi dengan komponen komitmen organisasi. Nilai budaya organisasi seperti yang diungkapkan oleh Hofstede (1980), dan komitmen organisasi yang diungkapkan oleh Allen & Meyer (1997), pada karyawan bank syariah X. Penelitian ini termasuk di dalam penelitian kuantitatif ex post field study yang bersifat korelasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan nilai budaya organisasi dengan komponen komitmen organisasi afektif dan normatif. Dan tidak terdapat hubungan dengan komitmen kontinuans.

This research aims to see the correlation between the quality of work life and teaching commitment among teachers. Quality of work live include seven factors: fair and adequate compensation, safe and healthy school envronment, opportunity to growth and develop, integration in the workplace, social relevance, supervision and participation. While commitment to teaching include five dimensions: identification with teaching subjects, identification with students, involvement in subject teachings, involvement with students, and loyalty to teaching. This research involved 81 respondents who work as teachers in East Jakarta and Depok. This research used quantitative method with the questionnaire as a data collector. This research found that there is no significant correlation between quality of work life and commitment to teaching. Thus it can be concluded that commitment to teaching can not be explained by quality of work life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>