Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hamri
"ABSTRAK
Pertumbuhan jumlah industri yang pesat mengakibatkan peningkatan kebutuhan energi listrik. Tetapi, peningkatan pemenuhan kebutuhan listrik belum diiringi dengan peningkatan keandalan suplai energi listrik. Banyak industri yang mengalami kerugian akibat gangguan suplai listrik.
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar biaya kerugian yang ditanggung industri akibat terputusnya suplai energi listrik, juga PLN sebagai pemberi jasa untuk suplai energi listrik pada konsumen. Hasil Kajian ini memperlihatkan, hasil kerugian biaya akibat gangguan terputusnya suplai listrik serta lamanya gangguan dan biaya pengadaan pencegahan terputusnya suplai yang ditanggung industri sebagai pelanggan.
Jumlah kuesioner yang diterima 11 terdiri dari 15 pabrik, dimana industri ada yang mempunyai lebih dari satu pabrik. Hasil analisa kerugian biaya, kerugian tertinggi untuk per-lamanya gangguan adalah Rp 18.916,- per-kWh bagi Industri minuman. Sedangkan biaya per-gangguan adalah Rp 26.676,- per-kW untuk industri alat listrik dan elektronika, untuk biaya pencegahan adalah industri tekstil yaitu Rp 1.426.234.528; pertahun. Sedangkan PLN mengalami kerugian sebesar Rp 10,391 milliar pada tahun 1994 untuk Jakarta dan Jawa Barat.
PLN sepatutnya meningkatkan keandalan pelayanan terhadap pelanggan karena melihat jumlah kerugian yang dialami oleh industri dan kerugian PLN akibat tidak terjualnya kWh karena terputusnya suplai listrik.

ABSTRACT
A rapid industrial growth leads to increase in electrical energy demands. However, the increase in satisfying electrical requirements is not incorporated with the increase in the excellent electric energy supply. Many industries suffered from electrical supply disruption.
This study aim at knowing the amount of financial loss borne to the industry owing to the halt of electric power supply, also PLAN as the service supplier for electric power to consumer. Result of this study shows that the financial are loss owing due to the disruption of electric supply, and duration of halt and is cost of avoiding the supply halt are borne to industry as the subscribe customer.
Total questionnaires received are 11 comprising 15 factories. The result of loss analysis of highest cost; metal product industry, is Rp 26.676,- per-kWh per halt. Halt duration for electrical and electronic product industry is Rp 18.916,- per-kWh and avoiding cost for textile industry is Rp 1.425.234.528,- per year . Whereas PLN lost Rp 10.391 million in 1994 for Jakarta and West Java area.
It suggested that PLN should improve its better service to the customers owing .to the amount of loss due to unsalable kWh because of electric supply halts."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Prihadi
"Kualitas daya telah menjadi perhatian serius bagi ahli tenaga lisirik, hal ini dikarenakan jumlah serta akibatnya semakin signifikan baik dari kalangan industri maupun masyarakat biasa. Salah_satu penyebab buruknya kualitas daya adalah harmonik. Harmonik adalah fenomena terdistorsinya bentuk gelombang sinusoidal murni dari sumber kepada beban, hal ini membawa efek negatif terhadap pembangkit, transmisi maupun disrribusi. Peningkatan fenamena harmonik ini disebabkan karena peningkatan pemakaian beban non linier.
Ada dua cara penanganan distorsi harmonik pada sistem tenaga listrik, pencegahan dan perbaikan. Pencegahan dilakukan pada tahap perencanaan sistem tenaga listrik salah satunya dengan cara pembatalan phasa (phase cancellation) pada konverter daya, kapasiior; transformer dan generator. Perbaikan harmonik berupa pengurangan distorsi harmonik di daiam sistem tenaga listrik, salah satunya adalah dengan menggunakan filter. Filter pasif banyak digunakan karena strukturnya yang sederhana dan juga murah. Namun penggzmaan filter ini membutuhkan perencanaan dan studi desain yang tepat, agar filter yang digunakan tepat, efektif dan efisien."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pabla, A.S.
Jakarta: Erlangga, 1986
621.319 1 PAB e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aruman Widodo
"Meningkatnya kemakmuran suatu wilayah, salah satunya ditandai dengan meningkatnya permintaan listrik karena sangat dibutuhkan masyarakat wilayah itu untuk menunjang aktivitas dan kenikmatan hidupnya. Untuk menghindari terjadinya pemadaman listrik (black out) karena kekurangan listrik (shortfall) maka perlu perencanaan pembangunan pembangkit listrik yang benar berdasarkan variabel konsumsi listrik tahun sebelumnya dan variabel yang menyebabkan perubahan pada permintaan listrik, misalnya harga listrik dan jumlah pelanggan.
Metodologi penelitian ini menggunakan uji regresi panel data untuk 5 wilayah daerah Jawa-Bali yaitu Jakarta-Tangerang, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali dalam perioda 1994-2002. Varabel terikat yang yang digunakan adalah konsumsi listrik, sedang variabel bebasnya adalah PDRB, pelanggan, harga listrik, jumlah pegawai PLN, dan panjang jaringan.
Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien PDRB, jumlah pelanggan dan panjang jaringan mempunyai tanda positif terhadap permintaan listrik Jawa-Bali, sedangkan harga listrik dan jumlah pegawai mempunyai koefisien yang bertanda negatif terhadap permintaan listrik Jawa-Bali.
Permintaan listrik Jawa-bali pada tahun 2015 akan mencapai 182.952 GWh yang berarti terjadi pertumbuhan sebesar 7,7 % per tahun pada perioda 2003-2015. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan listrik tersebut akan membutuhkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 23.999 MW. Investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pembangkit listrik adalah 15.749 - 19.499 juta dolar. Penambahan bahan bakar yang dibutuhkan sebesar 239,4 ton batubara dan 2,62 TCF. Emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar tersebut adalah sebagai berikut 2,46 juta PM, 1,45 juta SOx, 1,82-4,17 juta ton NOx, dan 171-182 juta CO2."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17192
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1995
S23235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, N. Suriaty
"Sistem tenaga listrik di Indonesia di desain untuk bekerja pada frekuensi listrik 50 Hz, dimana salah sat'u komponen penting yang digunakan pada suatu sistem tenaga listrik adalah transformator. Namun, meski sistem dirancang untuk bekerja pada frekuensi 50 Hz, jenis beban tertentu yaitu jenis beban non-linear, dapat mengakibatkan sistem bekerja tidak hanya pada frekwensi dasar tersebut. Sehagian besar dari distorsi ini merupakan gejala pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat frekuensi dasarnya yang dikenal sebagai distorsi harmonisa. Setiap komponen pada sistem distribusi tenaga listrik dapat dipengaruhi oleh harmonisa walaupun dengan akibat yang berbeda. Meski demikian, pengaruh distorsi harmonisa pada komponen secara umum adalah penurunan kinerja dan bahkan kerusakan.
Oleh karena itu, perlu pada penulisan ini akan dijelaskan hasil pengamatan atas pengaruh distorsi harmonisa pada kinerja transformator sebagai salah salu komponen dasar sistem tenaga listrik Kinerja trafo daya dapat ditentukan melalui parameter rugi-rugi daya yang terjadi pada transformator pada saat melayani beban linier dan non linier. Hasil pengujian menunjukkan bahwa saat bekerja melayani beban, distorsi harmonisa mengakibatkan nilai rugi-rugi daya pada transformator bertambah proporsional terhadap besar arus komponen-komponen harmonisa yang terdapat di dalam arus beban. Kinerja transformator Jaya dapat ditentukan melalui parameter rugi-rugi yang terjadi pada transformator serta penurunan kapasitas kerja atau derating yang juga dapat terjadi akibat distorsi harmonis tersebut. Dan dalam pengamatan ini juga akan dilakukan terhadap pengaruh suhu terhadap pada transformator."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Eko
"Pemanfaatan energi listrik semakin meningkat dari tahun ke tahun dan meluas aplikasinya, sehingga energi listrik kini menjadi energi penukar yang umum digunakan dalam berbagai bidang. Fenomena ini menyebabkan pembangkit-pembangkil bekerja dengan sistem interkoneksi untuk penyediaan kebutuhan listrik yang besar dengan keandalan tinggi.
Dalam suatu sistem tenaga listrik dengan interkoneksi banyak pembangkit, masalah stabilitas dalam menyalurkan daya listrik sangat penting. Gangguan pada sistem tenaga listrik dapat menyebahkan gangguan stabilitas sistem secara keseluruhan. Gangguan yang sifatnya kecil biasanya dapat diatasi oleh sistem itu sendiri. Namun gangguan yang cukup besar dan atau terjadi dalam waktu cukup lama dapat menyebabkan sistem menjadi tidak stabil yang mengakibatkan daya listrik tidak dapat tersalurkan ke beban dan sistem dimatikan unluk keamanan.
Tulisan ini membahas tentang perbaikan stabilitas sistem tenaga listrik dengan koordinasi metode pengkatuban cepat (fast valving) dan kendalt eksitasi pada pembangkit serempak yang-ter-interkoneksi dengan sistem. Dengan metode pengendalian terkoordinasi ini, pembangkit diharapkan dapat bertahan pada gangguan yang lebih panjang dan kembali ke stabilitasnya seperti keadaan sebelum gangguan sehingga sistem secara keseluruhan dapat kembali stabil.
Pengendalian terkoordinasi dilakukan dengan mentup katub masukan secara cepat sehingga daya mekanik masukan sistem berkurang, dan mengatur eksitasi sehingga daerah akselerasi yang terbentuk berkurang dan sebaliknya daerah deselerasi menjadi bertambah, dan pembangkit dapat distabilkan kembali. Hasil dari koordinasi pengendalian ini adalah pembangkit yang kembali dapat distabilkan setelah melewati satu atau dua putaran tidak serempak.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S39996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Ronald Ferdinand
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S38840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ibrahim Brata
"Indonesia merupakan negara berkembang yang kebijakan pemerintahnya berorientasi kepada pembangunan ekonomi. Tentunya pembangunan ekonomi tidak dapat berjalan tanpa adanya pasokan energi yang memadai. Sampai saat ini, PLTU batubara mendominasi industri ketenagalistrikan Indonesia, terlebih lagi dengan ditetapkannya Kebijakan Energi Nasional Tahun 2015 yang menetapkan batubara tetap menjadi bahan bakar produksi listrik utama di Indonesia. Di sisi lain, pembakaran batubara memiliki efek yang berbahaya terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu, Negara memberlakukan baku mutu emisi bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang berada di bawah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 Tahun 2008. Namun dengan kondisi saat ini, kelayakan baku mutu emisi yang berlaku dipertanyakan. Dengan metode penelitian yuridis normatif, skripsi ini menguraikan baku mutu emisi bagi PLTU yang berlaku di Indonesia, dan pembahasannya di dalam proses peradilan Tata Usaha Negara, serta mengkaji kekurangan daripada baku mutu emisi yang berlaku dengan membandingkan dengan baku mutu emisi bagi PLTU di negara lain. Hasil dari penelitian adalah baku mutu emisi bagi PLTU yang berlaku saat ini sudah tidak layak untuk diterapkan dan perlu dilakukan revisi demi melindungi masyarakat Indonesia dari bahaya kesehatan akibat emisi PLTU.

Indonesia is a developing nation in which its government policies are focused mainly on economic development. The economy itself cannot develop without sufficient energy supply. Until today, coal power plants dominate the energy industry in Indonesia, which is firmly stated in the goverment rsquo s National Energy Policy in 2015. Thus, to counter the effects of coal emissions, the State imposes emission standards for coal power plans which is regulated under Minister of Environment Law No. 21, 2008. But observing the air quality condition in Indonesia, the utility of the standard is under question. With the method of normative legal research, this paper describes the current emission standards for coal power plants in Indonesia, and its discussion in administrative legal courts and analyze the weakness of the standards by comparing the standards imposed in other countries. The result of this research is that the current standards is no longer feasible and must be revised in order to protect public health."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Ramadhianto
"Di dalam suatu sistem tenaga listrik terdapat suatu faktor yang dinamakan faktor rugi rugi atau penyusutan dari energi. Penyusutan ini dapat ditemui di berbagai tempat pada jaringan tenaga listrik, mulai dari pembangkitan, transmisi, sampai dengan kepada distribusi kepada konsumen.
Terdapat dua jenis penyusutan pada sistem tenaga listrik, yaitu penyusutan teknis dan non-teknis. Penyusutan teknis adalah penyusutan yang terjadi sebagai akibat adanya impedansi pada peralatan pembangkitan maupun peralatan penyaluran dalam transmisi dan distribusi sehingga terdapat daya yang hilang. Penyusutan secara non teknis adalah susut yang disebabkan oleh kesalahan dalam pembacaan alat ukur, kesalahan kalibrasi di alat ukur, dan kesalahan akibat pemakaian yang tidak sah (pencurian) atau kesalahan kesalahan yang bersifat administratif lainnya.
Penyusutan daya tidak mungkin dihindari karena pada peralatan tidak mungkin memiliki tingkat efisiensi 100%, namun yang perlu mendapatkan perhatian adalah apakah penyusutan yang terjadi di dalam batas kewajaran. Sebagian besar penyusutan yang ada berada pada jaringan distribusi. Hal ini disebabkan karena pada jaringan distribusi, tegangan yang dipakai berada dalam rentang tegangan menengah dan tegangan rendah. Dimana untuk tegangan menengah dan tegangan rendah, arus yang mengalir pada jaringan nilainya besar untuk nilai daya yang sama, sehingga penyusutan energi juga akan besar.

On power ystem there is a factor known as losses factor of energy. These losses could be found in several places all over power network, from the power plant, transmission system, until the network end in distribution system.
Actually, there are two kinds of losses on power system network, which are technical losses and non-technica losses. Technical losses is losses that happen not only as an effect of impedance on power plant utilities,but also as an effect of impedance on equipment that used in transmission and distribution. In other side, the non-technical losses is a losses that caused by the mistake tha occurred when reading the measurement equipment, the mistake of equipment calibration, and a mistake that caused by illegal user or other administrative mistakes.
We can not avoid energy losses, because the equipment that we used can not possible have 100% efficiency, but there is one thng that should become our primary concern is the losses that occur are still in normal level or not. Mostly the energy losses happen on distribution network. Because on distribution network, the rate of voltage that being used is located in middle voltage and low voltage range. As we know, on middle voltage and low voltage, the amount of current that flow in the cable increasing for the same power. In the simple word, it will cause te energy losses bigger than before.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40523
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>