Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155371 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kusrini Wulandari
"Pelatihan dasar bagi fasilitator gugus kendali mutu rumah sakit sudah sering dilakukan, namun sampai saat ini belum diketahui pengaruh pelatihan terhadap kinerja fasilitator gugus kendali mutu.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap kinerja fasilitator dengan menggunakan disain kuasi experimental dengan melakukan intervensi pelatihan dasar POCA bagi fasilitator di rumah dakit umum daerah Tarakan dengan mengambil kontrol di rumah sakit umum Budhi Asih.
Hasil uji yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kinerja pada kelompok intervensi dari sebelum ke sesudah dilaksanakan intervensi sebesar 36,666 dengan nilai p : 0.000, hasil uji peningkatan kinerja antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkkan pelatihan meningkatkan kinerja lebih tinggi sebesar 38,154 dengan nilai p : 0,000. hasil hitung dengan multivariat menunjukkan peningkatan rata rata karena pengaruh pelatihan sebesar 36,2433 besar pengaruh pelatihan terhadap peningkatan kinerja sebanyak 87,2 %.
Pada faktor internal yang diuji yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja pengaruhnya terhadap kinerja fasilitator hanya pengalaman kerja yang mempengaruhi kinerja dengan nilai p 0,002 sedang yang lain tidak mempengaruhi nilai p [ > 0,05 ]
Pada 'faktor ekstemal yang diuji yang meliputi bantuan, bimbingan, lingkungan sosial, pedoman kerja dan evaluasi, hanya pedoman kerja yang memberikan pengaruh terhadap kinerja dengan nilai p 0,037 sedangkan yang lain tidak berpengaruh karena nilai p > 0.05.
Hasi1 uji pengetahuan kelompok intervensi menunjukkan peningkatan rata - rata sebesar 7,5758 dengan nilai p 0,000 dalam kurun waktu satu bulan tidak menunjukkan adanya penurunan mencakup pengetahuan tentang perencanaan, pelaksanaan tindakan, pemeriksaan hasil, dan melakukan evaluasi serta menyusun rencana tindak lanjut.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intervensi pelatihan dasar PDCA bagi fasilitator gugus kendali mutu dapat meningkatkan pengetahuan dan kinerja fasilitator, hat ini dapat dilakukan pengembangan pelatihan untuk diterapkan bagi fasilitator dengan mempertimbangkan pengalaman kerja dan memperbaiki pedoman kerja, yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja fasilitator gugus kendali mutu rumah sakit.
Pengembangan selanjutnya diperlukan penelitian yang lebih intensif dengan memperhitungkan variabel internal untuk kepentingan pemilihan fasilitator, selain itu agar mendapatkan hasil optimal maka pengukuran kinerja akhir diperlukan waktu tenggang yang cukup supaya siklus PDCA dapat tersetesaikan dilengkapi dengan melakukan pengamaan terhadap proses.
Hal lain perlu dikembangkannya pedoman kerja fasilitator yang lengkap, serta membuat indikatior output kinerja yang standar yang dapat digunakan untuk dasar peniaian, dan perlu dilakukan penelitian lanjutan pengukuran kinerja dengan keberhasilan peningkatan kualitas petayanan rumah sakit.
Daftar Pustaka : 39 [ 1974 ? 1995 ]

Basic course for quality control facilitator in hospitals has been done frequently. However, there is no further information of its affects on performance of quality control facilitator.
This research is aimed to know well the basic course affects on performance of quality control facilitator using an experimental quasi design by intervening the basic course of PDCA into Tarakan General Hospital with taking control of Budhi Asih General Hospital.
The testing result before and after intervention shows an elevated performance in intervention group at 36.666 with p : 0.000 ( p< 0.05 ), and the testing result between intervention group and control group shows a more elevated performance at 36.154 with p : 0.000 ( p < 0.05 ). The multivariate counting result display an average improvement as much as 87.2 %.
In case of internal factor the testing including age, gender, education and work experience shows an influence on performance of facilitator, there is only work experience affecting performance at p : 0.002, where is the another has no any indication affected on p> 0.05.
In case of external factor the testing including assistance, counseling, social environment, work guidance and evaluation, there is only work guidance affecting performance at p : 0.0037 (p < 0.05 ), where is the another has no influence due to p > 0.05.
Knowledge testing for intervention group indicates an average elevated performance at 7.5758 with p : 0.000, but has no any indication of performance decrement for one month period. This testing includes plan, do, check, and action.
This phenomenon concludes that the intervention of PDCA basic course into quality control facilitator will develop their knowledge and performance.
by concidering work experience and improving work guidance we can take a more elevated performance of quality control facilitator in hospitals.
It needs a more intensive research then by calculating an internal variable of selecting facilitator. Besides, the final performance measurement requires sufficient time period in order to produce an optimal result and complete PDCA cycle appropriately equipped with proces observation.
The another efforts are to develop a complete work guidance for facilitator and create a standard performance output indicator that may be used as a foundation of evaluation as well as arrange farther research of measuring performance against service quality success of hospitals.
Bibliography : 39 (1974 -1995 )"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fithri Foenna
"ABSTRAK
Penelitian ini memfokuskan kajian dalam pada bidang pendidikan dan pelatihan In House Training yang dilaksanakan di RSUD Tarakan Jakarta dan baru berjalan sekitar 2 tahun. Dalam proses penelitian ini, pelaksanaan diklat dilihat dari awal perencanaan diklat hingga pelaksanaan diklat tersebut.Selain itu penelitian ini juga ingin melihat bagaimana pelaksanaan diklat selama 2 tahun belakangan ini peneliti juga ingin mnegetahui kendala-kendala apa saja yang tejadi di dalam proses pelaksanaannya dan kendala yang dihadapi oleh penyelenggara diklat dalam pelaksanaan diklat In House Training. Untuk mengetahui obyektifitas pelaksanaan diklat In House Training tersebut, dilakukan wawancara, studi dokumen serta mempelajari dokumentasi yang telah tersedia sebagai data penelitian. Penelitian ini menggunakan metode post-postivis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasilnya adalah Bidang Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan menerapkan pendidikan dan pelatihan diklat In House Training untuk mengefisiensikan anggaran yang ada walaupun belum dapat berjalan secara efektif dan masih banyak terdapat hambatan. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh KSP Pendidikan dan Penelitian agar diklat In House Training dapat berjalan lebih baik. Seperti instruktur tetap widyaiswara, sarana dan prasarana yang lebih baik dan lain sebagainya. Ada dua hambatan di dalam penyelenggaraan diklat In House Training di RSUD Tarakan yang ditemukan yaitu hambatan sumber daya manusia trainer atau instruktur dan anggaran. Pada masa yang akan datang diharapkan RSUD Tarakan mampu menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan atau diklat agar dapat melayani pasien lebih baik.

ABSTRACT
This study focuses on the study of human resources development, especially in the field of education and training of In House Training conducted in Tarakan Hospital Jakarta and has been running for about 2 years. In the process of this research, the implementation of the training is seen from the beginning of the training plan until the implementation of the training. In addition, this research also wants to see how the implementation of training for the last 2 years researchers also want to know what constraints occur in the implementation process and the constraints faced by training providers in the implementation of In House Ttraining training. To find out the objectivity of In House Training training implementation, conducted interviews, document studies and studying the documentation that has been available as research data.This research uses pure post postivist method. Data collection techniques used are in depth interviews and document studies. The result is field Education and Research of RSUD Tarakan implements education and training training In House Training to efficient existing budget although not yet can run effectively and there are still many obstacles. There are several things that must be prepared by KSP Education and Research for In House Training can run better. Such as fixed instructors widyaiswara , better facilities and infrastructure and so forth. For the next stage of innovation Pusdiklat Kemnaker not ready. There are two obstacles in the implementation of In House Training in Tarakan Hospital which is found that is the obstacles of human resources trainer or instructor and budget. In the future Tarakan Hospital is expected to be able to prepare qualified human resources who have followed the education and training or training in order to serve patients better. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Rita Trisyani
"Promosi Kesehatan adalah upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya. Program unggulan promosi kesehatan adalah PHBS yang mencakup salah satu tatanannya yaitu Tatanan Institusi Kesehatan yang disebut dengan Promosi Kesehatan Rumah Sakit ( PKRS ). Tujuan PKRS adalah mengembangkan pemahaman pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita serta hal-hal yang perlu dilakukan oleh keluarganya, dalam membantu penyembuhan dan mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sama. Apabila dilaksanakan dengan baik PKRS dapal memberikan masukan yang baik dalam peningkatan mutu dan citra pelayanan kesehatan.
RSUD Tarakan merupakan salah satu rumah sakit kelas B Non Pendidikan yang telah menerbiikan SK PKRS tentang penetapan Sub Bagian Pemasaran Sosial dan Informasi sebagai pengelola dan koordinator kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit , nomor : 30/SKIRST/2000 tetapi dalam pelaksanaannya kurang berjalan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk memperole informasi mengenai kinerja PKRS di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2004
Desain penelitian ini adalah kualitatif, dengan menggunakan metode wawancara mendalam ( Indepth Interview ), Fokus Grup Diskusi (FGD) dan analisa data sekunder. Dengan informan pejabat dan karyawan RSUD Tarakan dan pasien.
Hasil dan Kesimpulan Penelitian menunjukkan bahwa :
Jumlah tenaga PKRS tidak memadai dan SDMnya masih rendah, Dana tidak dialokasikan khusus untuk PKRS. Sedangkan Sarana tidak tersedia khusus untuk PKRS. Perencanaan tentang PKRS di RSUD Tarakan termasuk kegiatan PKRS, belum ada sama sekali. Pada Pengorganisasian, sudah ditetapkan dalam SK tetapi tidak ditindak lanjuti dan tidak adanya dukungan dari Direktur RSUD. Sehingga saat ini pelaksanaan PKRS di RSUD Tarakan jauh dari yang diharapkan. Pemantauan yang selama ini belum pernah dilakukan terhadap pelaksanaan PKRS di RSUD Tarakan, belum pernah ditindak lanjuti baik oleh manajemen RS. Departemen Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Sehingga bisa dianalisis bahwa kinerja PKRS RSUD Tarakan masih sangat rendah.
Disarankan untuk RSUD Tarakan adalah
Sebaiknya SDM tenaga PKRS harus lebih ditingkatkan rnelalui Pendidikan dan Pelatihan. Dana dan Sarana disediakan khusus untuk PKRS. Pengarsipan di Sub Bag Pemasaran Sosial dan Informasi seharusnya dikelola dengan baik, sehingga mudah untuk mendapatkannya. Sebaiknya ada Berita Acara penyerahan tugas dari Kepala Sub Bag yang lama ke Kepala Sub Bag Pemasaran yang baru. Perencanaan yang baik untuk kegiatan PKRS. Pengorganisasian harus dilakukan secara baik seperti yang telah ditetapan di SK tentang PKRS dan ditindak lanjuti serta adanya dukungan yang penuh dari Direktur RSUD Tarakan. Yang terpenting PKRS harus benar-benar dilaksanakan oleh Sub Bag Pemasaran Sosial dan Informasi dan didukung oleh unit-unit yang ada di RSUD Tarakan. PKRS di RSUD Tarakan . Dalam pelaksanaannya, PKRS sebaiknya mendapat dukungan dari pihak pengelola program yaitu Departemen Kesehatan khususnya Ditjen Yanmed, Pusat Promosi Kesehatan dan Dinas Kesehatan Propinsi untuk selalu memberikan pembinaan dan dukungan baik berupa sarana atau media serta melibatkan secara aktif panitia PKRS dalam setiap proses pengembangan program PKRS serta dilakukan pemantauan secara kontinyu. Menindak lanjuti legalitas pelaksanaan PKRS sebagai komponen akreditasi rumah sakit. Sehingga akan didapatkan kinerja PKRS yang baik dan profesional serta dirasakan manfaatnya oleh RSUD Tarakan.
Daftar Bacaan : 30 (1964-2003)

Analysis of the Implementation of Health Promotion in Hospital at Tarakan Jakarta General Hospital in 2004Health promotion is an effort to empower community to maintain, enhance, and protect themselves and their environment. The strong point of health promotion program is healthy and clean life behavior in which one of its arrangements is the arrangement of health institution that called health promotion in hospital. The goal of health promotion in hospital is to increase the knowledge of patients and their family about the disease they have and the things should be done to help the healing and to avoid suffering the same disease. If it is conducted well, it can be a good input to improve health care quality and image.
Tarakan Jakarta General Hospital is one of non-teaching type B hospitals that had published the decree of health promotion in hospital number 301SIfIRST12000 in term of the determination of Sub-division of Information and Social Marketing as manager and coordinator of health promotion in hospital program. However, practically it was not done well.
The aim of study was to gain the information about performance of health promotion in hospital at Tarakan Jakarta General Hospital in the year 2004.
The research design was qualitative using in-depth interview method, focus group discussion, and secondary data analysis. Informants of the study consisted of managers, staffs, and patients in the Tarakan Jakarta General Hospital.
The study showed that the quantity of human resources was inadequate, quality of human resources was improper, and the fund for health promotion in hospital was not allocated particularly. There was no planning for health promotion in hospital at all. Although the decree of health promotion in hospital was available but it was not followed up, and there was no encouragement from director of hospital. The implementation of health promotion in hospital was still far than expected. So far, the hospital management, Ministry of Health, as well as DKI Jakarta Health Office had not followed up the monitoring of implementation of health promotion in hospital. It showed that the performance of health promotion in hospital was poor.
It was recommended for Tarakan Jakarta General Hospital in order to increase quality of its human resources through education and training. The fund should be allocated for such program. The archive system should be managed well in Sub-division of Information and Social Marketing. The announcement letter of job submission from the previous head of Sub-division of Information and Social Marketing toward the new one should be available. The better planning for health promotion in hospital should be provided. The decree of health promotion in hospital should be followed up and encouraged by the hospital director. The health promotion in hospital also should be encouraged by the Ministry of Health particularly Directorate of Medical Care, Center for Health Promotion, and the Province Health Mice by giving facility or media and involving health promotion in hospital committee in every health promotion development process and monitoring continuously. The legality of implementation of health promotion in hospital should be followed up as a hospital accreditation component. So the performance of health promotion in hospital becomes professional and gives benefit to the hospital itself.
References: 30 (1964-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses bertujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien dengan cara pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Penelitian dilakukan di RSUD Tarakan Jakarta pada bulan Agustus 2023 dengan menggunakan metode studi deskriptif non-analitik. Data penelitian diambil dengan metode purposive sampling dari data rekam medis. Data dianalisis secara univariat dengan menganalisa profil pengobatan pasien sesuai dengan DRPs kemudian disajikan dalam bentuk persentase yang memuat tabel, angka, dan narasi. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan pemantauan terapi obat pada pasien dengan gangrene, anemia gravis, hipertensi, dan diabetes melitus. Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap pemantauan terapi obat pada pasien, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa terapi pengobatan yang diterima oleh pasien cukup rasional. Namun, pemberian insulin yang terlalu tinggi perlu dipertimbangkan untuk diturunkan karena terjadi efek samping hipoglikemia

Therapeutic Drug Monitoring (TDM) is a process aimed at ensuring safe, effective, and rational drug therapy for patients by assessing drug selection, dosage, drug administration method, therapy response, adverse drug reactions (ADRs), and providing recommendations for changes or alternative therapy. This research was conducted at Tarakan Jakarta Regional General Hospital in August 2023 using a non-analytical descriptive study method. Research data were collected using purposive sampling method from medical record data. The data were analyzed univariately by analyzing the patient's medication profile according to Drug Related Problems (DRPs) then presented in the form of percentages containing tables, figures, and narratives. This study aims to conduct medication therapy monitoring in patients with gangrene, myasthenia gravis, hypertension, and diabetes mellitus. From the analysis of therapeutic drug monitoring in patients, it was concluded that the medication therapy received by the patients was quite rational. However, the administration of excessive insulin doses needs to be considered for reduction due to the occurrence of hypoglycemia side effects.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darul Amany
"Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan merupakan salah satu RSUD yang mempunyai potensi untuk berkembang dalam menghadapi era globalisasi, lnstalasi Gawat Darurat sebagi pintu masuk pasien yang paling besar di Rumah Sakit Daerah Tarakan. Oleh sebab itu perlu adanya pengukuran kinerja secara komprehensif IGD di RSUD Tarakan Tahun 2008. Untuk mengukur kinerja secara komprehensif dapat menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Mengukur kinerja dengan menggunakan Balanced Scorecard dapat memberikan informasi secara menyeluruh terhadap kinerja program yang dijalankan., baik itu keberhasilan program maupun kendala-kendala yang dihadapi dalam kegiatan. Dimana terdapat empat perspektif Balanced Scorecard yang dikaitkan dengan visi dan misi organisasiyaitu perspektif fmansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, manajemen dan organisasi.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan pada bulan April sampai Juni 2008. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui gambaran kinerja IGD RSUD Tarakan berdasarkan empat perspektif dalam Balanced Scorecard yaitu perspektif keuangan, perpektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Populasi adalah seluruh pasien yang berkunjung ke RSUD Tarakan pada bulan April dan Juni 2008, sampel diambil decara random sampling terhadap pasien yang berkunjung ke IGD RSUD Tarakan dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode In-depth interview, telaah dokumen dan observasi.In-depth interview dilakukan dengan Kepala IGD, Kepala Perawat IGD, Dokter jaga IGd dan perawat IGD sebagai infonnannya, telaah dokumen terbadap data keuangan IGD sedangkan metode observasi terbadap respon time pelayanan oleh petugas IGD.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa perspektif pernbelajaran dan pertumbuban masih kurang baik karena masih kurangnya komitmen petugas IGD terhadap pelayanan yang dilakukan di IGD di sebabkan kurangnya sosialisasi Standar Pelayanan Minimal di IGD, masih ada ketidak puasan karyawan IGD terhadap reward gaji yang diterima dan ketidak puasan terhadap sistem pengembangan karier di IGD, perspektif proses bisnis internal tentang respon time belum memenuhi standar Depkes, perspektif pelanggan tentang kepuasan pelanggan masih dibawah standar Depkes yaitu < 70 % sedangkan perspektif keuangan tingkat pertumbuhan pendapatan seeara keseluruhan terjadi peningkatan sebesar 9,43 % dari tahun 2006 ke tahun 2007. Untuk itu diharapkan kepada pihak manajer RSUD Tarakan serta Kepala IGD untuk melakukan sosialisasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) kepada seluruh tenaga yang bertugas di IGD serta meningkatkan komitmen tenaga di IGD dalam memberikan pelayanan yang bermutu terhadap pasien dengan menjalankan SPM yang telah ditetapkan oleh Depkes Rl, dan menggunakan hasil penelitian yang didapat sebagai dasar untuk melakukan evaluasi kinerja selanjutnya di lnstalasi Gawat Darurat dan menerapkannya ke dalam manajemen rumah sakit demi tercapai Visi dan Misi rumah sakit yang baru.

Tarakan District General Hospital (TDGH) is one of a district general hospital which has a potency to expand and develop in order to deal with the globalization era. It has widely known that the ER is the main entrance of receiving patients at the hospital. Therefore, there is a need for a comprehensive measurement on the perfonnance of the ER at TDGH in 2008, using the Balanced Scoreboani approach. This approach will give the entire intbnnation of the perfonnance of program conducting at the ER, whether its successful or problems found as the program has applied. There are four perspectives that included at the Balanced Scorecard related to the vision and mission of the organization, they are perspective of finance, perspective of client, perspective of internal business process, and perspective of employee, management and organization experience and development.
The study is conducted at the ER of TDGH in the period of April to June 2008, using a study case design with a qualitative and quantitative approach, in order to know the description of performance at the ER of Tarakan DGH, based on four perspecti ves of Balanced Scorecard. The population is all patients who visit to the Tarakan DGH in the month of April to June 2008. Sample is taken by a simple random sampling and interviwed with a structured questionnaire. For qualitative approach, an in-depth interview is condocted, as well as a documents exploration and observation toward the ER. The in-depth interview is carried out toward informants, i.e. the Head of the ER, Head of nurse of the ER. doctor in charge of the ER and the nurse of the ER. Finance data is obtained from the documents explonttion, and observation is taken toward service response time by the ER providers.
The study found that the perspective on the experience and development is poor, as the commitment of the ER providers in giving the services is still low. This because of the socialization of the Minimum Service Standard at the ER is not so good. Some employee still dissatisfy with the reward they have and also with the development career system at the ER. The perspective of the internal business process on the response time is not fulfilling the MoH criteria of standards. Perspective of client on service satisfuction is still below MoH standard, less than 70%. Of the perspective of finance, the income growth rate in overall is increase 9.43% from the year 2006 to 2007. Therefore, it is expected that the management of the Tarakan DGH and the Head of the ER will carried out the socialization of the Minimum Service Standard (MSS/ SPM) to all health providers of the ER, and increasing the commitment among providers at the ER to address a good services by applying SPM determined by the MoH. !t is also expected that the resuit of the study will be using fur the base of the advance performance eva1uation at the ER and implemented in to the hospital management board, and hoped that the new visions and missions of the hospital are reached.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20887
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hana Aliyah
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik dengan tujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Kendala yang dapat ditemukan ketika melakukan PTO adalah keterbatasan sumber daya manusia dan operasional di fasilitas kesehatan, sehingga PTO diprioritaskan sesuai dengan kondisi pasien, jenis obat, dan kompleksitas regimen. Pemantauan Terapi Obat pada laporan ini dilakukan terhadap pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru, hemoptisis, dan diabetes melitus di RSUD Tarakan Jakarta. Hasil pemantauan terapi obat menunjukkan bahwa pasien Tn. S mengalami beberapa masalah terkait obat, termasuk interaksi obat, pemberian obat tanpa indikasi, pemberian obat tidak tepat, dan indikasi tanpa terapi. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang sesuai untuk memperbaiki masalah terkait obat dan meningkatkan hasil terapi bagi pasien.

Medication Review (MR/PTO) is one of clinical pharmacy services to ensure safety, efficacy, and rationality of drug therapy for patients. Challenge that might be faces when conducting PTO are limited human and operational resources in healthcare facilities, hence PTO most important consideration includes patient condition, types of drugs, and complexity of the regimen. On this report, PTO is conducted on a patient diagnosed with pulmonary tuberculosis, hemoptysis, and diabetes mellitus at Tarakan Jakarta Provincial General Hospital. The results of medication review indicate that patient Mr. S experienced several drug-related problems, including drug interactions, prescribing without indication, inappropriate drug administration, and indication without therapy. Therefore, it is important to implement appropriate interventions to address drug-related problems and improve therapy outcomes for patients. Keywords: Drug Therapy Monitoring"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hana Aliyah
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik dengan tujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Kendala yang dapat ditemukan ketika melakukan PTO adalah keterbatasan sumber daya manusia dan operasional di fasilitas kesehatan, sehingga PTO diprioritaskan sesuai dengan kondisi pasien, jenis obat, dan kompleksitas regimen. Pemantauan Terapi Obat pada laporan ini dilakukan terhadap pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru, hemoptisis, dan diabetes melitus di RSUD Tarakan Jakarta. Hasil pemantauan terapi obat menunjukkan bahwa pasien Tn. S mengalami beberapa masalah terkait obat, termasuk interaksi obat, pemberian obat tanpa indikasi, pemberian obat tidak tepat, dan indikasi tanpa terapi. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang sesuai untuk memperbaiki masalah terkait obat dan meningkatkan hasil terapi bagi pasien.

Medication Review (MR/PTO) is one of clinical pharmacy services to ensure safety, efficacy, and rationality of drug therapy for patients. Challenge that might be faces when conducting PTO are limited human and operational resources in healthcare facilities, hence PTO most important consideration includes patient condition, types of drugs, and complexity of the regimen. On this report, PTO is conducted on a patient diagnosed with pulmonary tuberculosis, hemoptysis, and diabetes mellitus at Tarakan Jakarta Provincial General Hospital. The results of medication review indicate that patient Mr. S experienced several drug-related problems, including drug interactions, prescribing without indication, inappropriate drug administration, and indication without therapy. Therefore, it is important to implement appropriate interventions to address drug-related problems and improve therapy outcomes for patients. Keywords: Drug Therapy Monitoring"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Fitri Hanifah
"COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang telah ditetapkan sebagai pandemik sejak tanggal 11 Maret 2020 oleh World Health Organization (WHO). Diketahui bahwa paru-paru yang terinfeksi langsung oleh virus dapat mengakibatkan manifestasi klinis berupa pneumonia virus. Sistem kekebalan tubuh dapat mengalami perubahan imunologis dalam tubuh seperti leukopenia, limfopenia, dan inflamasi badai sitokin, sehingga dapat menyebabkan peningkatan risiko infeksi lainnya. Maka dari itu, diperlukan adanya Pemantauan Terapi Obat (PTO) untuk mengoptimalkan efek terapi dan menekan angka morbiditas pasien COVID-19. Pada penulisan ini akan dibahas mengenai PTO pada pasien COVID-19 dengan pneumonia, hipokalemia berulang, dan anemia defisiensi zat besi di ruangan Melati COVID di RSUD Tarakan, Jakarta. Hal ini diharapkan dapat menggambarkan peran apoteker klinis dalam Pemantauan Terapi Obat sehingga mampu meminimalisasi risiko masalah terkait obat, progresivitas penyakit, serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengambilan data dilakukan dengan pemantauan data rekam medik pasien dari sejak pertama kali masuk rumah sakit hingga pasien dapat dipulangkan. Selanjutnya, dilakukan penetapan asesmen dan rencana yang akan didiskusikan bersama apoteker penanggung jawab ruangan tersebut. Hasil analisis PTO yang dilakukan terhadap pasien tersebut ialah terdapat satu obat yang tidak tepat dosis, yaitu urotractin. Selain itu, terdapat masalah terkait kegagalan penerimaan vitamin C yang diresepkan dan interaksi antarsuplemen kalsium karbonat dan vitamin D3 yang dapat meningkatkan risiko hiperkalsemia pada pasien.

COVID-19 is a disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) which has been comes up as a pandemic since March 11, 2020 by World Health Organization (WHO). It is known that lungs directly infected by viruses can result in clinical manifestations in the form of viral pneumonia. The immune system can experience immunological changes in the body such as leukopenia, lymphopenia, and inflammatory cytokine storms, which can cause an increased risk of other infections. Therefore, there is a need for Monitoring Drug Therapy (MDT) to optimize the therapeutic effect and reducing the morbidity rate of COVID-19 patients. In this article, we will discuss MDT in COVID-19 patients with pneumonia, recurrent hypokalemia, and iron deficiency anemia in the Melati COVID room at Tarakan Hospital, Jakarta. It is hoped that this will illustrate the role of clinical pharmacists in MDT so that they can minimize the risk of drug-related problems (DRPs), disease progression, and can improve the patient's quality of life. Data collection is carried out by monitoring the patient's medical record data from the time they are first admitted to the hospital until the patient can be discharged. Next, an assessment and plan is carried out which will be discussed with the pharmacist in charge of the room. The results of the MDT analysis carried out on this patient were that one drug was not dosed correctly, urotractin. In addition, there are problems related to failure to receive prescribed vitamin C and interactions between calcium carbonate and vitamin D supplements which can increase the risk of hypercalcemia in patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sallimar Salim M.
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tersisanya anggaran JPSBK bantuan Pemda DKI tahun 2001 di RSUD Tarakan sebanyak Rp.383.647.977 yang belum sempat dimanfaatkan oleh Keluarga Miskin (Gakin) dan dikembalikan kepada Pemda DKI Jakarta, sementara adanya Rumah Sakit yang mengeluh tentang kurangnya data dalam pelayanan Gakin. Seperti diketahui anggaran JPSBK diturunkan pemerintah ke Rumah Sakit untuk pelayanan keluarga miskin secara cuma-cuma melalui program Kartu Sehat. Ada dua macam anggaran yang diturunkan ke RSUD yakni anggaran JPSBK dari Pemda DKI Jakarta dan anggaran dari APBN berupa anggaran Subsidi BBM dengan prosedur dan waktu pertanggung jawaban yang berbeda. Dibandingkan dengan dua (2) RSUD lainnya yakni RSUD Koja dan RSUD Budhi Asih anggaran tersebut dapat diserap secara penuh. Melihat kenyataan tersebut diatas perlu dilakukan suatu analisis sejauh mana pemanfaatan RSUD Tarakan oleh Gakin bila dikaitkan dengan anggaran JPSBK yang tersedia dengan tujuan mengidentifikasi faktor-faktor dari Rumah Sakit baik dari organisasinya maupun dari providernya serta dari Gakin sendiri.
Penelitian merupakan penelitian kualitatif dari faktor-faktor Rumah Sakit dan penelitian kuantitatif dari 107 orang Gakin yang mempunyai Kartu Sehat dari 3 kelurahan yang berjarak dekat dengan RSUD Tarakan. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa RSUD Tarakan telah menjalankan fungsi manajerialnya cukup baik dengan pembentukan Tim, Adanya Prosedur Tetap Pelayanan, Kebijakan Direktur tentang pelayanan Gakin. Tersisanya anggaran bantuan JPSBK kemungkinan disebabkan adanya kecenderungan menggunakan anggaran APBN terlebih dahulu yang mempunyai prosedur yang lebih jelas dan fleksibel. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian RSUD Tarakan yang bisa mempengaruhi juga penyerapan anggaran yakni belum meratanya sosialisasi tentang anggaran JPSBK, masih kurangnya koordinasi dengan Dinas Kesehatan Tingkat II dalam rangka sosialisasi anggaran dan sikap dalam pelayanan serta kurangnya fleksibiiitas dalam penerimaan pasien Gakin baru Rawat jalan di Loket penerimaan karena dalam petunjuk pelaksanaan diharuskan ada rujukan dari puskesmas.
Hasil penelitian kuantitatif di tiga Kelurahan Kecamatan Tambora kemungkinan juga akan mempengaruhi peayerapan anggaran di RSUD Tarakan karena hanya 49.5 % Gakin yang memanfaatkan kartu sehatnya di RSUD Tarakan sementara yang tidak memanfaatkan sebagian besar disebabkan oleh tidak mengerti dalam penggunaan Kartu Sehat dan memilih menggunakan fasilitas kesebatan lain. Secara statistik ada hubungan yang sangat bermakna antara pengetahuan kartu sehat dengan pemanfaatan pelayanan RSUD Tarakan. Sebanyak 44,4 % (4 orang) yang dirawat inap mengeluh pelayanan kurang baik dengan harapan pelayanan dengan senyum dan ramah.
Saran diberikan kepada RSUD Tarakan untuk menindak lanjuti hal-hal yang ditemukan dalam penelitian ini. Perlu intervensi dari Pemda DKI dalam perbaikan kebijakan pertanggungjawaban anggaran JPSBK petunjuk pelaksanaan serta prosedur pengganaannya serta penajaman sasaran Gakin dan perubahan nama Kartu Sehat. Untuk Depkes diperlukan kebijakan sosialisasi anggaran yang berasal dari Subsidi BBM."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ofila Irhamna
"Kualitas merupakan elemen kunci yang tidak dapat diabaikan dalam persaingan dan merupakan salah satu masalah penting bagi keberhasilan perusahaan, termasuk dalam perusahaan konstruksi. Di sisi lain, jika kebijakan manajemen mutu tidak dilaksanakan atau partisipasi terbatas akan berdampak negatif terhadap daya saing perusahaan. Pencapaian kinerja dapat lebih baik jika penerapan manajemen mutu terpadu didukung oleh perusahaan. Gugus Kendali Mutu GKM telah ditemukan menjadi teknik sederhana dan produktif dari Total Quality Management TQM dan diusulkan dapat diterapkan dalam perusahaan konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keefektifan gugus kendali mutu terhadap kinerja perusahaan konstruksi di Indonesia. Regresi digunakan untuk menganalisis efek hubungan antara tujuan gugus kendali mutu terhadap kinerja perusahaan konstruksi dengan aplikasi SPSS 22. Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari survei, disimpulkan bahwa tujuan gugus kendali mutu berpengaruh terhadap variabel kinerja perusahaan konstruksi di Indonesia sebesar 61.

Quality is a key element that can not be ignored in the competition and is one of the critical issues for the success of the company, including in the construction industry. On the other hand, if the quality management policy is not implemented or limited participation will both negatively affect the management of the project and competitiveness of the firms. This will also decrease the survival potential of construction firms within the industry. Achievement of performance can be better if the implementation of integrated quality management is supported by the company. Quality Control Circle QCC has been found to be a simple and productive technique of Total Quality Management TQM and is proposed to be applicable in construction companies. This study aims to determine the effect of quality control group objectives on the performance of construction companies in Indonesia. Regression was used to analyze the effect of the relationship between the objectives of the quality control group on the performance of the construction company with software SPSS 22. Based on the data analysis obtained from the survey, it was concluded that the objective of the quality control circle influenced the performance variable of construction companies in Indonesia by 61.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>