Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194929 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunario
"The determination of the price of paddy is under the control of the Government and the influence of economic and non-economic forces. The price determination of paddy is connected with the general (average) price level. The general (average) price level influences the price of paddy as well as the price of consumption goods bought by paddy farmers. Therefore are influenced also income, cost of living and household welfare of paddy farmers.
The increase of general (average) price level tends to increase the price of paddy. If the general (average) price level increases more than the increase of the price of paddy sold by paddy farmers and the price of consumption goods bought by paddy farmers, the real income of paddy farmers tends to decrease, the cost of living tends to increase and the household welfare tends to decrease. By taking into consideration the relationship between the general (average) price level, the price of paddy, the price of consumption goods, the real income and the cost of living, the household welfare tends to change.
Because of the rational expectation of paddy farmers to general (average) price level change is lower than of the consumers, then the effect of change in price of paddy is smaller compared with the effect of change in price of consumption goods to the household welfare of paddy farmers. Therefore, to increase the household welfare of paddy farmers, it is needed not to aim at the change in price of paddy produced by paddy farmers, but at the income of paddy farmers or with other words aiming at the change of cost of living of the household of paddy farmers.
The more subsistence the farmer is, the less elastic is his marketable supply. If the farmer becomes more commercialized or with other words the marketing output ratio is increased, the elasticity of marketable surplus increases. By taking into consideration the relationship between the general (average) price level, the price of paddy, the price of consumption goods bought by the paddy farmers as consumer, the real income and the cost of living and the household welfare of paddy farmers, then the success of paddy production depend also on the policies mix of the Government on the demand side and the supply side of macroeconomics, which imply also non-economic forces."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T7262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Dewi Rahmi
"Sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, secara rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga sebagian besar dialokasikan untuk pengeluaran konsumsi makanan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Oleh karena itu kebijakan yang berhubungan dengan barang makanan atau kebijakan pangan merupakan salah satu kebijakan strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk memformulasikan kebijakan tersebut, maka terlebih dahulu diperiukan studi yang membahas perilaku konsumsi makanan masyarakat, baik menurut wilayah pedesaan atau perkotaan maupun menurut tingkat pendapatan masyarakat. Salah sate pendapatan yang digunakan dalam studi tersebut yaitu model Alomost Ideal Demand System (AIDS), dimana dalam penulisan ini diaplikasikan untuk menganalisa permintaan makanan di Jawa Barat, yang dikelompokkan menjadi 8 kelompok.
Berdasarkan hasil studi dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi makanan rumah tangga di pedesaan dan perkotaan Jawa Barat relatif sama , dengan proporsi pengeluaran yang terbesar yaitu untuk konsumsi kelompok path - padian, kelompok ikan & daging, kelompok sayuran dan kelompok makanan jadi. Semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga , maka terjadi pergeseran pola konsumsi dari kelompok sayuran & kacang - kacangan dan kelompok padi-padian ke konsumsi kelompok ikan & daging , kelompok telur & susu dan kelompok buah - buahan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Heliani Dwiana Tjokroadiredjo
"ABSTRAK
Untuk mengetahui harga pokok jual berdasarkan biaya yang seharusnya dari keluaran Instalasi Gizi 1992, telah dilakukan telaah biaya produksi 1992 dari seluruh komponen biaya produksi yang terlibat. Atas dasar telaah biaya produksi tersebut dilakukan analisis perbandingan harga jual berdasarkan unit cost dengan harga jual yang berlaku, sehingga dapat ditentukan harga jual yang seharusnya dari keluaran Instalasi Gizi di tiap kelas perawatan Instalasi Rawat Inap untuk mencapai keadaan pulang pokok.
Penelitian dilakukan dengan latar belakang bahwa rumah sakit mampu memperoleh manfaat yang setinggi-tingginya dari proses penyelenggaraan makanan dalam arti mampu mengikut sertakan proses penyelenggaraan makanan dalam penerimaan laba dari total sales rumah sakit, tetapi dilain pihak belum mampu menyajikan informasi biaya produksi Instalasi Gizi yang mengakibatkan belum dapat ditentukannya harga jual keluaran Instalasi Gizi yang layak karena belum dimanfaatkannya dengan optimal informasi biaya yang ada, sehingga belum dirasakan nilai tambahnya untuk dapat mengatasi biaya operasionalnya yang semakin meningkat.
Hasil penelitian yang merupakan analisis komponen biaya produksi kaitannya dengan penentuan harga jual di Instalasi Gizi Rumah Sakit Setia Mitra diharapkan dapat menjadi landasan bagi rumah sakit dalam hal menentukan harga produk lainnya berdasarkan biaya produksi."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Yudhi Supriadi
"Penulisan disertasi ini terbagi dalam 3 bagian utama: Pertama, menghitung biaya pokok penyediaan tenaga listrik tahun 2014 dibedakan menurut karakteristik pembangkit di masing-masing wilayah dan waktu (peak dan off-peak) menggunakan metode revenue requirement. Penggunaan biaya universal memperlihatkan bahwa subsidi lebih banyak dinikmati oleh wilayah Jawa, sedangkan penggunaan biaya pokok yang berbeda memperlihatkan sebaliknya. Penggunaan biaya pokok yang berbeda juga menghasilkan total alokasi subsidi yang lebih rendah dibandingkan penggunaan biaya universal. Di masa depan, penerapan biaya menurut wilayah dan waktu dalam menghitung alokasi subsidi hendaknya diikuti dengan penerapan tarif regional serta melibatkan pemerintah daerah setempat terkait cost sharing subsidi. Kedua, menghitung biaya penyediaan listrik di masing-masing kelas pelanggan dibedakan menurut wilayah menggunakan metode Long Run Marginal Cost berdasarkan rencana jangka panjang penyediaan listrik 2015-2024. Terjadi distorsi tarif (subsidi silang antar kelas pelanggan) dimana kelas pelanggan industri mensubsidi kelas pelanggan rumah tangga.
Tingginya selisih biaya penyediaan dan tarif berlaku, menyebabkan PLN kehilangan kesempatan untuk membiayai investasi ketenagalistrikan di Indonesia yang rata-ratanya per tahun mencapai US$ 6,94 miliar. Ketiga, mengaplikasikan metode Frisch untuk menghitung elastisitas permintaan terhadap harga melalui elastisitas pengeluaran. Nilai elastisitas harga yang diperoleh digunakan untuk menganalisis perubahan kesejahteraan rumah tangga, redistribusi dan inefisiensi subsidi menggunakan data triwulanan Susenas 2014 berdasarkan tiga skenario kenaikan tarif. Pencabutan subsidi untuk rumah tangga dengan daya minimal 1.300 VA dan pengurangan subsidi untuk rumah tangga dengan daya maksimal 900 VA memperlihatkan adanya penurunan kesejahteraan rumah tangga, dan peningkatan persentase penduduk miskin namun redistribusi subsidi menjadi lebih baik serta inefisiensi subsidi pada rumah tangga daya terpasang 450 VA. Sebelum kebijakan menaikkan tarif diimplementasikan hendaknya dilakukan verifikasi rumah tangga melalui pencocokan dan penelitian di lapangan dengan harapan di masa depan subsidi menjadi lebih tepat sasaran.

The writing of this dissertation is divided into three main ideas: First, calculate the cost of supplying electricity in 2014 is differentiated according to the characteristics of the plant in each region and time (peak and off-peak) using the revenue requirement method. The use of universal costs shows that more subsidies are enjoyed by the Java region, whereas the use of different basic costs shows otherwise. Different cost of use also resulted in a lower total subsidy allocation than the use of universal costs. In the future, the implementation of costs by region and time in calculating the subsidy allocation should be followed by the application of regional tariffs and involving local governments on the cost-sharing of subsidies. Second, calculate the cost of providing electricity in each class of customers differentiated by region using Long Run Marginal Cost method based on long-term plan of electricity supply 2015-2024. There is a tariff distortion (cross-subsidy between customer classes) where the class of industrial customers subsidizes the class of household customers.
The high cost of provisioning and tariffs is prevailing, causing PLN to lose the opportunity to finance an electricity investment in Indonesia, which averaged US $ 6.94 billion per year. Third, apply the Frisch method to calculate the elasticity of demand for prices through the elasticity of expenditure. The value of elasticity of prices obtained is used to analyze changes in household welfare, redistribution, and inefficiency of subsidies using quarterly data of Susenas 2014 based on three tariff increment scenarios. The abolition of subsidies for households with a minimum power of 1,300 VA and a reduction in subsidies for households with a maximum of 900 VA shows a decrease in household welfare, and an increase in the percentage of the poor but better redistribution of subsidies and the inefficiency of subsidies in installed households of 450 VA. Before the policy of raising tariffs implemented, household verification should be conducted through matching and field research in the hope that in the future subsidies will be more targeted.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
D2446
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Jonathan
"Penelitian ini menyajikan estimasi ekonometrika tingkat rumah tangga dari elastisitas pendapatan dan harga permintaan listrik perumahan di Indonesia. Menggunakan data panel survei rumah tangga tahunan SUSENAS dari tahun 2011 hingga 2013, estimasi mengontrol variabel terkait gaya hidup rumah tangga yang secara signifikan mempengaruhi konsumsi listrik seperti aspek demografis, ukuran tempat tinggal, dan kepemilikan peralatan rumah tangga. Hasil empiris menunjukkan bahwa di Indonesia, konsumsi listrik residensial bersifat inelastis terhadap harga dan pendapatan, dengan elastisitas harga dan pendapatan masing-masing sebesar -0,88 dan 0,3. Penduduk perkotaan menggunakan lebih banyak listrik daripada penduduk desa. Menyikapi pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus menyiapkan kapasitas listrik yang lebih besar atau menaikkan tarif untuk mendorong penghematan listrik.

This paper presents household-level econometric estimates of the income and price elasticities of residential electricity demand for Indonesia. Using annual household survey panel data of SUSENAS from 2011 to 2013, the estimation controls for household characteristics that significantly affect electricity consumption, such as demographic aspects, house size, and ownership of home appliances. The empirical results show that in Indonesia, the residential electricity is price- and income-inelastic, with price and income elasticities of -0.88 and 0.3, respectively. Urban residents use more electricity than their rural counterparts. Responding to the growing economy, the government should prepare a greater electricity capacity or induce a higher tariff to promote electricity savings."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Indriyana
"Krisis ekonomi global tahun 2008 telah menyebabkan terjadinya gejolak harga pangan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat responsiveness permintaan bahan pangan pokok terhadap perubahan harga bahan pangan pokok itu sendiri, harga barang lain, serta pendapatan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis dampak perubahan harga pangan pokok terhadap kesejahteraan masyarakat di Indonesia yang disebabkan oleh krisis global tahun 2008. Penelitian ini menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008 dan 2013 serta data Potensi Desa (Podes) tahun 2008 dan 2011 dan diestimasi dengan menggunakan model log-log (double log).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa harga bahan pangan pokok bersifat inelastis terhadap permintaan bahan pangan pokok itu sendiri. Sementara, permintaan seluruh bahan pangan pokok sangat responsif terhadap pendapatan. Di sisi lain, kenaikan harga bahan pangan pokok yang terjadi dari tahun 2008 ke 2013 telah menyebabkan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara total menurun sebesar Rp. 68.899.320.413 selama kurun waktu tersebut.

The 2008 global economic crisis has led to the volatility in food prices in Indonesia. This study aims to examine the responsiveness of the staple food demand to the price changes of staple food itself, the price of other foods, and incomes. In addition, the purpose of this study is to analyze the impact of the staple food price changes on household welfare in Indonesia caused by the 2008 global economic crisis. This study uses the household survey data of the National Socioeconomic Survey (Susenas) of 2008 and 2013 as well as data of Village Potential (Podes) of 2011 and 2013, and is estimated using a double log model.
The results from this study indicate that the price of the staple food to the demand for staple food itself is inelastic. Meanwhile, the demand of staple food is responsive to income. On the other hand, with the increase in staple food prices that occurred from 2008 to 2013 has led to the decrease on Indonesian household welfare in total Rp. 68.899.320.413 during this period.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Dana Kharisma
"Kemiskinan merupakan masalah yang tidak kunjung usai namun tetaplah harus diatasi. Indonesia juga tidak terlepas dari masalah ini, dimana setiap tahunnya sekitar 30 juta penduduk Indonesia miskin. Banyak faktor yang berpengaruh di belakang semua itu, faktor-faktor tersebut mendorong untuk menjadi miskin atau sebaliknya: sejahtera. Adalah suatu hal yang menarik untuk membahas faktor-faktor tersebut dan karena itulah penelitian ini mengangkat topik tersebut. Penelitian ini dilandasi oleh temuan empiris Lawson, McKay dan Okidi mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan di Uganda. Mereka menemukan berbagai faktor seperti karakteristik umum rumah tangga, modal manusia (pendidikan), dan modal fisik yang biasanya berupa aset, yang ternyata berpengaruh pada kondisi kesejahteraan rumah tangga di Uganda. Selain itu teori modal sebagai ?penyebab kesejahteraan? yang dikembangkan David Piachaud juga kemudian melengkapi landasan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan analisa kemiskinan dinamis, yang disertai pengolahan data dengan perangkat statistik dan ekonometrika sebagai metodenya. Analisa kemiskinan dinamis itu sendiri membutuhkan ketersediaan data panel yang menampilkan informasi dari sumber yang sama pada setiap waktunya. Sehingga digunakanlah data panel IFLS 1997 dan 2000 (Indonesia Family Life Survey, bersumber dari RAND) yang menyediakan informasi panel terbaru dari sampel rumah tangga yang mewakili sekitar 83 % penduduk Indonesia. Sebagai hasil dari penelitian ini penulis menemukan bahwa sebagian besar faktor berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga di Indonesia. Jumlah anggota rumah tangga yang besar dan status janda yang disandang kepala rumah tangga akan mengurangi kesejahteraan dan mendorong mereka menjadi miskin. Pendidikan, terutama setingkat SMA atau lebih sangat berpengaruh mengangkat rumah tangga miskin menjadi sejahtera, sama halnya dengan keterlibatan rumah tangga dalam suatu usaha terutama bisnis non pertanian. Kemudian aset fisik, hanya aset yang berdaya guna tinggi dan cukup likuid yang mampu menjadi penyebab kesejahteraan rumah tangga Indonesia, seperti halnya kendaraan, perhiasan, dan keuangan. Beberapa temuan menarik lain juga berhasil didapatkan seperti eksisnya value of children bagi orang miskin dan betapa rumah tangga miskin lebih sulit untuk mencapai kesejahteraan karena keterbatasan akses terhadap pendidikan, pasar, maupun kesempatan kerja. Penelitian ini kemudian berakhir pada kesimpulan: pendidikan sebagai faktor penentu utama kesejahteraan. Karena dengan terpenuhinya pendidikan, akses pada ?penyebab kesejahteraan? lain dengan sendirinya akan terbuka."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>