Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137645 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umaimah Wahid
"ABSTRAK
Perempuan mengami banyak sekali ketidakadilan yang disebabkan salah satunya karena perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan-perbedaan tersebut memunculkan stereotip-stereotip merugikan atas perempuan seperti: lemah, cepat putus asa, tidak rasional, kepercayaan bahwa perempuan yang baik adalah perempuan yang senantiasa mengutamakan tugas-tugas domestik yang dilekatkan oleh budaya. Semua itu dipercaya bukan sesuatu yang koirati sifatnya atau keadaan yang melekat semenjak lahir. Tapi semua pemerhati perempuan menjelaskan bahwa kondisi tersebut adalah hasil rekontruksi sosial. Konsep perbedaan gender memandang bahwa budaya, lembaga, biologis adalah faktor-faktor yang ikut mempengaruhi perbagian realitas dunia yang berbeda. Pemahamanan yang berbeda atas diri perempuan dalam kehidupan pada dasarnya adalah hasil rekontruksi sosial yang telah dimulai semenjak kecil. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh M.A.K. Halliday dalam bukunya Language as Social Semiotic bahwa bentuk realitas yang dipahami oleh individu sangat dipengaruhi dari pengalaman, pendidikan dan cara pandang yang telah mulai dibentuk sejak kecil. Proses diatas sepenuhnya didukung oleh bahasa yang digunakan dalam membahasakan realitas mereka. Bahasa sebagai alat komunikasi paling unversal dipercaya telah memberikan andil besar dalam membentuk dan melahirkan perbedaan-perbedaan terhadap perempuan.
Perbedaan perlakuan atas perempuan terjadi hampir disemua aspek kehidupan. Salah satunya terjadi dalam sinetron dan media televisi. Melalui studi ini penulis tertarik untuk melihat bagaimana bahasa yang digunakan dalam teks sinetron mempengaruhi pembentukan perbedaan perempuan dalam sinetron. Teks yang ada dapat memunculkan wacana perempuan yang bagaimana dan apakah menimbulkan perbedaan gender bagi perempuan.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka penulis menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis tekstual dan analisis isi. Analisis tekstual diterapkan berdasarkan upaya melihat teks sebagai unit analisis. Sedangkan Analisis isi diterapkan untuk melihat bagaimana realitas perempuan dalam sinetron Bukan Perempuan Biasa dihadirkan. Penelitian ini menggunakan Model analisis wacana, yaitu analisis yang mempertimbangkan faktor ke-bahasa-an dalam teks. Analisa wacana dipergunakan dengan pertimbangan bahwa keutuhan suatu realitas hanya dapat dilihat dengan mempertimbangkan dua unsur yaitu internal dan eksternal linguistik, yaitu teks dan kontek yang difokuskan menggunakan strategi-strategi bahasa khusus bagi perempuan sebagaimana dinyatakan oleh Deborah Tennan yang meneliti gender dan wacana mengenai teks film dan percakapan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Melalui metode ini dikaji Apakah perempuan menggunakan strategi-strategi bahasa khusus dalam percakapan (teks sinetron) khususnya strategi-strategi indirectness, interrupsi, Silence and Volubility, Topic Raising dan Adversativeness: conflict and verbal aggression.
Berdasarkan teks sinetron Bukan Perempuan Biasa, maka dapat dilihat bahwa perempuan dihadirkan dalam bentukan perempuan yang mempunyai kesadaran atas realitas yang dihadapi. Menolak ketidakadilan yang disebabkan oleh laki-laki kepada mereka. Semua hal di atas muncul pada tokoh Menul dan Sri. Keduanya menyadari bahwa perbedaanperbedaan tersebut bukanlah kodrati sifatnya tapi hanya merupakan kontruksi sosial. Karena manusia pada dasarnya mempunyai kesempatan yang sama merealisasikan hidupnya. Perempuan dalarn teks Bukan Perempuan Biasa; Satu sisi perempuan digambarkan berani mengeluarkan pendapat, melakukan interupsi kepada laki-laki, mampu menimbulkan konflik dan banyak memunculkan topik pembicaraan. Tapi disisi lain mereka masih tetap lebih menyukai menyampaikan keinginan secara tidak langsung, Dan dalam situasi tertentu lebih memilih diam dan menyukai bekerja sama (cooperatif) dengan lawan bicara. Dengan kata lain tidak semua stereotip negatif perempuan dalam teks terbukti. Hasil tersebut dapat dipahami dari konteks yang melingkupi teks, yaitu kanteks sosial budaya. Konteks ini menjelaskan bahwa Arifin C. Noer sebagai penulis skenario sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan cara pandang terhadap perempuan yaitu ibunya.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hapsari Dwiningtyas Sulistyani
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji bagaimana interaksi komunikasi yang dilakukan oleh perempuan di dalam komunitas tertentu bisa mengindikasikan strategi kuasa yang mereka terapkan dan juga posisi mereka di dalam struktur sosial. Bahasa adalah sarana yang penting bagi perempuan untuk bisa berpartisipasi di dalam kuasa. Bahasa perempuan di dalam penelitian ini tidak hanya dipahami sebagai tuturan verbal saja tetapi juga berbagai bentuk ekspresi perempuan seperti: ekspresi tubuh, penggunaan kata, ruang, dan waktu. Secara spesifik penelitian ini mengkaji bahasa sehari-hari dari kelompok perempuan pekerja seks di resosialisasi Sunan Kuning, Semarang yang merupakan kelompok subaltern yang suaranya sering terabaikan. Subalternitas PSK juga ditunjukkan oleh banyaknya pihak yang berkepentingan untuk mengatur dan mengendalikan mereka.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menjelaskan hubungan kuasa di dalam bahasa perempuan yang berada pada posisi subaltern dan melihat potensi bahasa perempuan untuk mengkomunikasikan resistensi. Alur berpikir kerangka teoritis penelitian ini diawali dari pemikiran Bourdieu mengenai dominasi maskulin, teori posmodern feminis mengenai bahasa, dan teori subaltern. Selanjutnya teori speech codes digunakan untuk mempeproleh pemahaman mengenai kuasa dan resistensi perempuan yang berada pada posisi subaltern. Metode etnografi kritis menjadi alat yang digunan untuk mencapai tujuan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan ciri khas speech codes dari kelompok PSK; lugas, terbuka, dan menggunakan bahasa Jawa Pesisir yang cenderung kasar. Penggunaan bahasa ?kasar? yang bersifat maskulin tersebut terutama terlihat ketika marah. Beberapa strategi bahasa yang digunakan untuk resistensi muncul dari analisis tematik dan speech codes seperti; memanfaatkan modalitas, mengadopsi bahasa maskulin, dan menyangatkan seksualitas perempuan yang tidak dipahami laki-laki.
Hasil penelitian juga menunjukkan kuasa dan resistensi yang terdapat pada tematema; hasrat, tubuh, ibu, dan spiritualitas. Kata kunci yang muncul ketika mengkomunikasikan hasrat adalah ?cepat? yang mengindikasikan seks dimaknai sebagai kerja. Subjek penelitian sering terjebak dengan wacana cinta sehingga tuturan mereka tentang cinta dengan lawan jenis cenderung bernuansa sedih dan ekspotatif. Menjadi ibu juga bisa menjadi sumber kekuatan perempuan untuk bisa bertahan dan tidak tergoda dengan jeratan cinta dan romantisme yang ditawarkan tamu. Secara spiritualitas mereka memiliki cara sendiri yaitu menggunakan ajaran Islam dan berbagai ritual Kejawen. Mereka memilih cara tersebut karena wacana dualisme di dalam agama formal tidak bisa mewadahi spiritualitas mereka. Jika pertanyaan teoritis yang muncul adalah ?Can subaltern speak?? maka penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang berada di dalam kelompok subaltern bisa bicara. Sebagai kelompok subaltern mereka bisa bicara namun seringkali suara mereka tidak bisa terdengar oleh sebab itu memahami bahasa perempuan terutama yang berada pada posisi subaltern perlu dilakukan dengan cara mendengar mereka dengan memahami berbagai ekspresi yang selama ini sering terabaikan karena berada di luar ekspresi kebahasaan yang dominan.

ABSTRACT
The research explores how women?s communication within a distinctive community signifies their power-relation strategies and asserts their positions in social structure. Language is an essential tool for women to participate in power. The women?s language in this regard was not merely measured as verbal speech, but also the various array of expression, such as gesture, wording and articulation, space, and time.
The research purposely observed the daily talking of female prostitutes in Sunan Kuning boarding quarter of Semarang, of which was the neglected subaltern group. The subalternity nature of the group was also revealed by the fact that there are interests of parties surrounding the group tried to exert some control over the group.
The main point of the research was to explain the power relation of subaltern women?s language, and seek out its potentiality to express resistance. The logic of the theoretical framework drew on Bourdieu?s thought of masculine domination, feminist postmodern of language, and subaltern theory, whereas the speech code theory provided insight on power and women?s resistance as a subaltern group. Critical ethnography was the method used to attain the research objectives.
Findings pointed out that there were certain speech codes of the prostitute group: straight forward, blatant, and using the harsh tendency of northern-Javacoastal dialect. The harsh talking, which mostly associated to masculine nature, was mainly used to express anger. Few more speech strategies in uttering resistance were: utilizing modality, adopting masculine dialect, and exaggerating women sexualities that hardly understandable to men. Findings also revealed that power and resistance were found in themes of passion, body, maternity, and spirituality. The keyword of communicating passion was ?quick/hurried?, meant that sex is work. However, they often stuck in love-related circumstances with men that almost always bring about gloomy and exploitative relations. Maternity was also the cause of power for survival and means of resisting romanticism and love-related mesh drawn by their customers. They had their own way of spirituality that is worshiping and carrying out Islam or other Kejawen rituals. They picked their own manner for that the dualism discourse of official religions could not taking up their spirituality. Finally, considering the theoretical question ?Can subaltern speak??, this study disclosed that women from the subaltern groups were indeed speaks. As members of the groups however, their voices were barely heard. So, appreciating women language, particularly those among the subaltern, should be conducted with sensibly listen to them as we learn their numerous expressions that were commonly neglected because of the fact that those expressions were beyond the dominant languages.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D1459
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firza Aliya Agustina
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas ragam bahasa perempuan pada tulisan di media daring berupa blog yaitu, Anneblognl.wordpress.com, Byaranka.nl dan Degroenemeisjes.nl. Ketiga situs blog tersebut merupakan situs blog aktif yang ditulis oleh tiga perempuan Belanda. Penelitian ini berfokus pada tulisan bertema travel dan meneliti dua tulisan dari masing-masing situs blog dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan ciri ragam bahasa perempuan yang digunakan ketiga blog tersebut. Hasil analisis mengungkapkan bahwa terdapat beberapa ragam bahasa perempuan yang ditemukan dalam tulisan-tulisan tersebut yaitu, penggunaan diminutif, kata sifat, kata penguat dan bentuk keraguan.

ABSTRACT
This research talks about women language in online writings from blogs which are, Anneblognl.wordpress.com, Byaranka.nl and Degroenemeisjes.nl. The three of them are active blogs written by Dutch authors. This research takes focus on travel-themed writings and the researcher observes two writings on each blogs by using qualitative descriptive method. This research aims to show how the characteristics of women language can be found in those three blogs. The result reveals that a few characteristics of women language in those writings, they are the usage of diminutives, adjectives, reinforcing words and hesitation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Yuliawati
"ABSTRAK
Makalah ini membahas konstruksi perempuan dalam korpus majalah Mangl 1958 ndash;2013 dari sudut pandang linguistik korpus dan semiotik Barthes. Konstruksi perempuan itu dikaji berdasarkan bukti penggunaan lima kata dalam bahasa Sunda yang merujuk perempuan berdasarkan empat kerangka periode masa Demokrasi Terpimpin ndash;Reformasi . Analisis korpus menunjukkan bahwa perempuan cenderung dikonstruksi dengan identitas yang berbeda oleh setiap kata karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Perempuan juga semakin digambarkan sebagai kelompok sosial yang mandiri dan berperan tidak hanya dalam ranah domestik, tetapi juga ranah publik. Analisis semiotik menunjukkan bahwa pemaknaan perempuan yang ditandai dengan berbagai ekspresi baru untuk mengungkapkan makna perempuan adalah suatu pengembangan makna melalui jalur metabahasa. Sementara itu, munculnya pengertian baru yang diberikan kepada setiap kata karena perubahan nilai dan pandangan dalam masyarakat Sunda menunjukkan proses perluasan makna melalui jalur konotasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kekerapan penggunaan kata yang melambangkan perempuan dan pola kemunculannya bersama kata-kata lain yang menyertainya secara berulang adalah upaya untuk menaturalisasi konsep perempuan melalui bahasa. Dengan memadukan linguistik korpus dan semiotik, proses menaturalisasi konsep perempuan itu dapat dilacak melalui bukti penggunaan bahasa dalam skala besar dan rentang waktu yang cukup panjang. Dengan demikian, konstruksi perempuan secara diakronis dapat dijelaskan secara lebih objektif dan terperinci.

ABSTRACT
The paper examines the construction of women in the corpus of Sundanese Mangl magazine 1958 ndash 2013 from the perspectives of corpus linguistics and Barthes rsquo semiotics. The construction is studied based on the usage of five Sundanese nouns referring to women found in the corpus within four periods Guided Democracy ndash Reformation . The result of corpus analysis shows that women are constructed in various identities by every noun referring to them due to the influence of social and cultural factors. Women are getting portrayed as a social group that is more independent and has a significant role not only in the private spheres domestic domain , but also the public spheres. The result of semiotic analysis shows that the signification of women indicated by many expressions to signify them is the extension of meaning through metalanguage. In the meantime, a new sense given to every noun because of new values or perspectives in Sundanese society indicates the extension of meaning resulted from connotation process. Based on the research findings, it can be concluded that the frequency of nouns referring to women and the recurrent patterns of the noun co occurring with other words are the way that language naturalizes the concept of women. By combining corpus linguistics with Barthes rsquo semiotics, the process of naturalizing the concept of women is possible to be examined through a large quantity of linguistic evidence in within a quite long time span. As a result, the construction of woman in the corpus of Mangl can be explored diachronically in a more objective and detailed way.
"
2017
D2353
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Aulia Permata Putri
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai representasi feminisme dalam buku Doe Maar Gewoon, karangan Marian Hoefnagel. Buku ini adalah buku berbahasa Belanda untuk penutur asing yang memperkenalkan budaya Belanda. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk mengidentifikasi nilai-nilai feminisme yang terlihat dalam buku dan bahasa perempuan yang
digunakan. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa feminisme yang terlihat ada dua jenis yaitu yang umum dan khas Belanda dan semua ini didasarkan pada feminisme liberal dan feminis psikoanalisis yang didukung dengan karakteristik bahasa perempuan khas Belanda seperti dapat berbicara dengan tegas, menggunakan logika dan bersikap realistis.

ABSTRACT
This research discusses the representation of feminism in Doe Maar Gewoon addressed for Dutch foreign speakers. This book is written by a female author Marian Hoefnagel who introduces the Dutch culture. This paper uses qualitative and descriptive research method to identify that feminist values in the story of the book and through Dutch women‟s language. Based on the research, it is found that there are two kinds of feminism value: generaal and specific one. Those two feminism values are based on the liberal and psycoanalitic feminism
which are presented by the characteristics of Dutch women language, such as speaking firmly, using logical thinking, and being realistic."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dinta Ayu Permadani
"ABSTRAK
Penelitian terhadap perbedaan ciri-ciri bahasa laki-laki dan bahasa perempuan telah banyak dilakukan sebelumnya. Namun dalam penelitian ini, subjek penelitian yang dipilih adalah seorang model transgender berkebangsaan Belanda yaitu Loiza Lamers dengan melihat keterangan-keterangan foto pada unggahan akun Instagramnya. Tulisan ini akan membahas ciri-ciri penggunaan bahasa yang dituliskan oleh Loiza Lamers dalam keterangan-keterangan fotonya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Analisis data dilakukan pada tiga belas keterangan-keterangan foto pada unggahan Instagram Loiza Lamers berdasarkan ciri-ciri perbedaan bahasa laki-laki dan bahasa perempuan dari Tannen, Lakoff, Jespersen, Verbiest, dan Van Ginneken. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam keterangan-keterangan foto yang ditulis oleh Loiza Lamers, penggunaan bahasa perempuan lebih terlihat dibandingkan bahasa laki-laki"
2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tannen, Deborah
Bandung: Mizan Media Utama, 2002
651.7 TAN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Khairunnisa
"Media massa seringkali menampilkan realitas yang lebih "nyata" dibandingkan dengan realita yang ada. Terlebih lagi pada televisi, yang telah menjadi "the second god" bagi masyarakat kapitalis. Akhir-akhir ini program andalan yang sering ditampilkan stasiun-stasiun televisi di Indonesia adalah paket sinetron. Sinetron sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Salah satu sinetron yang pernah booming adalah sinetron Dewi Fortuna yang ditayangkan di SCTV. Representasi mengenai perempuan yang muncul dalam sinetron ini sarat dengan pembentukan sebuah realitas mengenai perempuan ideal. Secara sadar maupun tidak sadar, sinetron ini telah membentuk sebuah citra tentang perempuan ideal. Hal ini terungkap lebih lanjut karena dapat dilihat dari pembingkaian yang dilakukan terhadap perempuan yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini, yang dapat dilihat dari berbagai sisi, seperti fisik, pikiran, sosial, pekerjaannya, pembagian kerja, dan politik. Secara keseluruhan dapat diambil benang merahnya, yaitu pembentukan citra ini merupakan sebuah produk kapitalisme. Akibatnya kebanyakan perempuan Indonesia saling bersaing untuk menjadi yang paling ideal, sesuai dengan gambaran ideal yang dilihat dalam sinetron. Didukung pula dengan program-program televisi lain, seperti iklan dan berita. Analisis yang dilakukan untuk mengungkap tentang pembentukan citra perempuan ideal, seperti dalam sinetron ini adalah discourse analysis, sociocultural analysis, order of discourse yang terangkai dalam critical discourse analysis, dan juga analisis teks dan interteks dengan metode framing pada dua episode sinetron Dewi Fortuna. Diperoleh kesimpulan bahwa kepentingan komersil lebih menonjol dari pada kepentingan idealisme untuk menentukan representasi yang akan dimunculkan dalam sinetron. Salah satu hasilnya adalah konstruksi realitas pada cerita Dewi Fortuna mengenai perempuan ideal, sehingga hal tersebut membentuk sebuah citra tentang perempuan ideal dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Evangeline
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan kecenderungan penggambaran citra wanita dalam sinetron Indonesia yang disiarkan stasiun-stasiun televisi di Indonesia. Pertimbangan memilih judul ini karena, pertama, merebaknya produksi sinetron di Indonesia pada tahun 1995, dan peringkat beberapa sinetron Indonesia yang melebihi peringkat produk-produk impor berdasarkan Survey Research Indonesia tahun 1995; kedua, sebagian besar sinetron yang diminati pemirsa televisi, adalah sinetron serial cerita dimana tokoh wanitanya memiliki peran yang cukup menonjol, dan ketiga, adanya beberapa penelitian sebelumnya yang mengamati bagaimana penggambaran wanita dalam media-media massa, yaitu antara lain media iklan, majalah pria, film layar lebar Indonesia dan film layar lebar Hollywood. . Ada dua penelitian sebelumnya yang dilakukan mahasiswa senior peneliti yang juga membahas tentang citra wanita dalam media, yaitu penelitian survey yang dilakukan Ira Wibowo, dengan judul : Sikap Wanita terhadap Penampilan Citra Wanita dalam Iklan, dan penelitian analisis isi yang dilakukan Gita Fiat-6 Lingga, dengan judul : Citra Wanita dalam Majalah Pria. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan dengan tehnik analisis isi kuantitatif, dimana peneliti mengainati kecenderungan penggambaran karakter tokoh wanita dalam sinetron serial Indonesia yang menjadi sampel. Setelah mengetahui kecenderungan karakter, peneliti menganalisis hasil tersebut secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan konsep pengadopsian realitas sosial di Indonesia ke dalam sinetron Indonesia terutama pada cara menggambarkan atau mengekspos citra tokoh wanita dalam sinetron yang menjadi obyek pengamatan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah sinetron serial cerita yang ditayangkan di beberapa stasiun TV di Indonesia, sepanjang tahun 1995, dan yang menjadi peserta Festival Sinetron Indonesia 1995. Dan data yang ada diperoleh 51 judul sinetron. Kemudian sampel ditarik berdasarkan kriteria : (1) tema, yaitu sinetron yang bertemakan percintaan, keluarga dan/atau rumah tangga; dan (2) tingkat pentingnya peran tokoh utarna wanita dalam sinetron yang menjadi sampel. Dan 51 judul sinetron yang menjadi populasi, diperoleh 29 judul yang mewakili kriteria penarikan sampel. Peneliti kemudian menyaring 29 judul itu berdasarkan purposive sampling, sehingga akhirnya sinetron yang obyek penelitian ada 7 sinetron yaitu Bella Vista 2, Jerat-Jerat Cinta, Kharisma Kartika, Untukmu Segalanya, Fatamorgana, Masih Ada Kapal ke Padang, Atas Nama Cinta dan Anakku. Dad 7 sinetron tersebut diambil 12 tokoh wanita yang peranannya cukup menonjol yaitu Bella dan Lydia dalam Bella Vista 2, Triani dan Sriyana dalam Jerat-Jerat Cinta, Kartika dan Marina dalam Kharisma Kartika, Sandra dan Cynthia dalam Untukmu Segalanya, Rosalina dalam Fatamorgana, Yunita dalam Masih Ada Kapal ke Padang, Vmasty dan Yunita dalam Atas Nama Cinta dan Anakku. Penelitian ini memakai tehnik analisis isi untuk pengumpulan data kuantitatif, yang dilakukan dengan cara membaca skenario sinetron dan menonton 50% dan keseluruhan episode untuk masing-masing sinetron. Adapun data penelitian ini dibagi dalam dua bagian yaitu (1) data primer yang mencakup: kategori dimensi ethos yang terdiri dan kredibilitas, atraksi dan kekuasaan; kategori karakteristik, yang terdiri dan ego, kreativitas, moralitas dan ketegaran; (2) data sekunder, yang mencakup kategori : pendapat tokoh tentang keberadaan wanita umumnya, dan atribut tokoh wanita, yang terdiri dan status perkawinan, status pekerjaan dan profesi. Keabsahan penelitian ini diuji dengan reliability check dan Ole R. Holsti dan Scott, yaitu coefficient reliability dan index of reliability. Berdasarkan proses penelitian, didapatkan basil bahwa ternyata dalam sinetron serial cerita drama Indonesia, refleksi wanita cukup mengalami peningkatan dalam hal peranan tokoh wanita tersebut dalam masyarakt. Artinya sebagian besar tokoh digambarkan memiliki pekerjaan dengan posisi yang cukup penting. Namun dari segi karakter atau kepribadian atau watak, ternyata wanita masih digambarkan sebagai orang yang emosional, lemah, dan mudah menangis. Kemudian sebagian besar tokoh wanita juga digambarkan sebagai orang yang selalu mendapat tekanan dan dominasi kekuasaan tokoh prianya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S4164
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widjajanti Mulyono
"The article depicts the representation of contemporary women in Indonesia using sinetron or soap opera. Representation of women has been in intrigue issue since in the New Order, women have been one of several important issues. Since the tumbling down of the New Order, market has been an important mechanism of dissemination of culture, and the representation of Indonesian women is one of the icon of the media. The most obvious visualization if women not only as victim of violence but also the doer of violence itself. Women is powerful, such representation is shown by widower, grown women toward powerless little girl. As such the sinetron is not a typical soap opera visualization that tends to visualizing romantic and sensual women. In general such representation is disadvantaging the position of women, as market becomes the powerful mechanism to disseminate such image. Women be cautious"
2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>