Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208663 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marcia
"ABSTRAK
Pendahuluan Infeksi pneumonia nosokomial (PN) merupakan masalah utama di negara berkembang terutama pada pasien yang menjalani bedah jantung dan mendapat perawatan di intensive care unit (ICU). Aspirasi mikroorganisme dari kolonisasi rongga mulut merupakan salah satu faktor risiko PN yang perlu diperhatikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dapat tidaknya kondisi rongga mulut menjadi prediktor terjadinya PN. Metode Penelitian ini adalah penelitian kohort prospektif. Subjek penelitian merupakan pasien bedah jantung elektif. Kondisi rongga mulut diwakili oleh oral hygiene index - simplified (OHI-S), decay missing filled - teeth (DMF-T) serta laju aliran saliva tanpa stimulasi (LASTS) diukur pada prabedah dan pascabedah. Terjadinya PN dinilai melalui dua parameter diagnosis yaitu clinical pulmonary infection score (CPIS) dan PN yang didiagnosis berdasarkan pengkajian klinis dokter (diagnosis klinis PN). Hasil Pada penelitian ini didapatkan 35 subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi selama Desember 2012 hingga Maret 2013. Hasil analisis statistik tidak menunjukkan kemaknaan hubungan antara OHI-S, DMF-T, LASTS dengan CPIS(p=0,420; p=0,268; p=0,949). Demikian pula dengan OHI-S, DMF-T tidak terbukti mempunyai hubungan dengan diagnosis klinis PN (p=0,484; p=0,656). Namun, LASTS mempunyai hubungan signifikan dengan diagnosis klinis PN (p=0,017). Rerata LASTS pascabedah mengalami penurunan bermakna dibandingkan dengan prabedah (p=0,000). Kesimpulan Dalam penelitian ini, kondisi rongga mulut belum dapat terbukti sebagai prediktor terjadinya PN walaupun terdapat hubungan antara LASTS dengan PN yang didiagnosis melalui pengkajian klinis dokter.

ABSTRACT
Introduction Nosocomial pneumonia (NP) is a major problem in developing countries, particularly in patients undergoing cardiac surgery and who received treatment in the intensive care unit (ICU). Aspiration of oral microorganism colonization is one of the substantial risk factors. The aim of this study was to determine whether the condition of the oral cavity can be a predictor of NP. Methods A cohort prospective study was performed in this study. Subjects are elective cardiac surgery patients. Oral conditions examination defined by oral hygiene index ? simplified (OHI-S), decay missing filled - teeth (DMF-T) and unstimulated salivary flow rate (SFR) was implemented pre-surgery and post-surgery. Diagnosis of NP was evaluated through two parameters. There were clinical pulmonary infection score (CPIS) and clinical assessment of NP. Results There were 35 subjects participating in this study who meet inclusion criteria since December, 2012 to March, 2013. Statistic analyses have not been able to confirm the link between OHI-S, DMF-T, SFR to CPIS (p=0.420; p=0.268; p=0.949). Similarly, relation of OHI-S, DMF-T and clinical NP has not proven (p=0.484; p=0.656). However, SFR was significantly related to clinical assessment of NP (p=0.017). The mean of post-surgery SFR was remarkably lower than pre-surgery (p=0.000). Conclusions In this study, the oral conditions have not been shown to be predictors of the occurrence of PN although there is a link between SFR and clinical assessment of NP."
2013
T35042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randhy Fazralimanda
"Latar Belakang: Pneumonia berat masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dan dunia. Sistem imun diketahui memiliki peranan penting dalam patogenesis pneumonia, namun tidak banyak studi yang menilai hubungan antara kadar CD4 dan CD8 darah dengan mortalitas akibat pneumonia berat pada pasien dengan status HIV negatif.
Tujuan: Mengetahui data hubungan dan nilai potong kadar CD4 dan CD8 darah dengan angka mortalitas 30 hari pada pasien pneumonia berat di RSCM.
Metode: Penelitian berdesain kohort prospektif yang dilakukan di ruang rawat intensif RSCM periode Juni-Agustus 2020. Keluaran berupa kesintasan 30 hari, nilai titik potong optimal kadar CD4 dan CD8 darah untuk memprediksi mortalitas 30 hari dan risiko kematian. Analisis data menggunakan analisis kesintasan Kaplan-Meier, kurva ROC dan multivariat regresi Cox.
Hasil: Dari 126 subjek, terdapat 1 subjek yang loss to follow up. Mortalitas 30 hari didapatkan 26,4%. Nilai titik potong optimal kadar CD4 darah 406 sel/μL (AUC 0,651, p=0,01, sensitivitas 64%, spesifisitas 61%) dan kadar CD8 darah 263 sel/μL (AUC 0,639, p=0,018, sensitivitas 62%, spesifisitas 58%). Kadar CD4 darah < 406 sel/μL memiliki crude HR 2,696 (IK 95% 1,298-5,603) dan kadar CD8 darah < 263 sel/μL memiliki crude HR 2,133 (IK 95% 1,035-4,392) dengan adjusted HR 2,721 (IK 95% 1,343-5,512). Bila sepsis dan tuberkulosis paru ditambahkan dengan kadar CD4 darah dan CD8 darah, didapatkan nilai AUC 0,752 (p=0,000).
Kesimpulan: Kadar CD4 dan CD8 darah memiliki akurasi yang lemah dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien pneumonia berat. Kadar CD4 darah < 406 sel/μL dan kadar CD8 darah < 263 sel/μL memiliki risiko mortalitas 30 hari yang lebih tinggi.

Background: Severe pneumonia is a major health problem in Indonesia and the world. The immune system is known to play an important role in the pathogenesis of pneumonia, but few studies have assessed the relationship between blood CD4 and CD8 count and mortality from severe pneumonia in patients with negative HIV status.
Objectives: Knowing the correlation data and the cut-off value of blood CD4 and CD8 count with a 30-days mortality rate in severe pneumonia patients at RSCM. Methods. This study is a prospective cohort study conducted at RSCM intensive care rooms from June to August 2020. The outputs were 30-days survival rate, optimal cut-off value for blood CD4 and CD8 count to predict 30-days mortality and mortality risk. Data analysis used Kaplan-Meier survival, ROC curves and multivariate Cox regression analysis.
Results: Of the 126 subjects, there was 1 subject who lost to follow up. The 30- days mortality rate was 26.4%. The optimal cut-off value for blood CD4 count was 406 cells/μL (AUC 0.651, p=0.01, sensitivity 64%, specificity 61%), blood CD8 count was 263 cells/μL (AUC 0.639, p=0.018, sensitivity 62%, specificity 58%). CD4 blood count < 406 cells/μL had a crude HR of 2.696 (95% CI 1.298- 5.603) and blood CD8 count < 263 cells/μL had a crude HR of 2.133 (95% CI 1.035-4.392) with an adjusted HR of 2.721 (CI 95% 1,343-5,512). If sepsis and pulmonary tuberculosis were added to the blood CD4 and CD8 count, the AUC value was 0.752 (p=0.000).
Conclusion: Blood CD4 and CD8 count had poor accuracy in predicting 30-days mortality in patients with severe pneumonia. The group with blood CD4 count < 406 cells/μL and blood CD8 count < 263 cells/μL had a higher risk of 30-days mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Isti Purwanti
"Angka kesakitan dan kematian karena ISPA pada kelompok umur balita di Indonesia masih tinggi, maka penatalaksanaan program dititik beratkan kepada penanggulangan pneumonia pada balita. Pada akhir-akhir ini salah satu upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian tersebut adalah dengan adanya peningkatan pengetahuan ibu tentang ISPA , sikap dan perilaku pencarian pengobatan, serta praktek pengobatan oleh para petugas kesehatan setempat.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pencarian pengobatan pertama penderita pneumonia pada balita di Kabupaten Majalengka tahun 2003.
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol, dengan menggunakan data penderita pneumonia pada balita yang pencarian pengobatan pertama tidak ke fasilitas kesehatan ( kasus ), dan penderita pneumonia pada balita yang pencarian pengobatan pertama ke fasilitas kesehatan ( kontrol ). Adapun untuk pemilihan kasus dan kontrol adalah seluruh balita penderita pneumonia yang berobat ke puskesmas (16 puskesmas ) pada bulan Juni 2003.
Dari basil penelitian ini menunjukkan pengetahuan kurang baik (OR = 3,592 ; dan 95 % CI 2,054 ; 6.282 ), sedangkan sikap yang negatif ( OR = 2,166 ; dan 95 % CI 1,230 ; 3,815 ) merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan pencarian pengobatan pertama penderita pneumonia pada balita.
Dari hasil penelitian ini terlihat masih sangat diperlukannya kegiatan-kegiatan dari petugas kesehatan, terutama kegiatan penyuluhan mengenai penyakit pneumonia pada ibu-ibu yang memiliki balita terutama pada tanda bahaya penyakit pneumonia, sehingga apabila balitanya menderita pneumonia langsung dibawa berobat ke fasilitas kesehatan.
Daftar Pustaka : 35 ( 1975 - 2002 )

Morbidity and mortality rates of ARI among under fives in Indonesia is still very high, thus program management is emphasized on efforts to overcome pneumonia among under fives. At the present time, one effort to reduce morbidity and mortality rates of pneumonia among under fives is by improving mother's knowledge about ARI, improving mother's attitude and health seeking behavior, and improving medication practices provided by local health personnel.
This study aimed to investigate the relationship between knowledge and attitude with health seeking behavior among under fives with pneumonia in Majalengka District in 2003.
This study employed case-control study design with under fives with pneumonia whose first health seeking behavior was not directed to health facility as cases and under fives with pneumonia whose first health seeking behavior was directed to health facility as controls. Those cases and controls were all under fives with pneumonia who went to community health center for medication (16 CHCs) during June 2003.
The study showed that poor knowledge (OR=3.592; 95% CI 2:054:6.282) and negative attitude (OR=2.166; 95% CI 1.230:3.815) were risk factors related to first health seeking behavior among under fives with pneumonia.
The study showed the importance and the necessity of improving health personnel activities, mainly those related to extension and community education about pneumonia targeted to mothers with under fives, particularly those with pneumonia danger signs. Therefore, whenever the child is getting sick, the mother would seek for health care to health facility at the first time.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Rizkianti
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran kejadian pneumonia pada balita 10-59 bulan yang dirawat inap di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2008 serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut, mencakup antara lain karakteristik balita (jenis kelamin, umur, status gizi, status imunisasi, dan riwayat BBLR), karakteristik ibu (tingkat pendidikan dan status pekerjaan), dan karakteristik pelayanan kesehatan (lama hari rawat). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kejadian pneumonia adalah sebesar 13,4%. Karakteristik balita, karakteristik ibu, dan karakteristik pelayanan kesehatan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian. Akan tetapi, diketahui bahwa balita laki-laki (PR 1,25; 0,48-3,29), berumur 12-59 bulan (PR 0,82; 0,12-5,52), berstatus gizi baik (PR 0,68; 0,23-1,99), memiliki status imunisasi (DPT dan campak) yang tidak lengkap (PR 110; 0,36-3,37), memiliki riwayat lahir normal (PR 0,81; 0,78-1,37), dengan ibu yang tingkat pendidikannya tinggi (PR 0,95; 0,34-2,69), ibu yang bekerja (PR 1,42; 0,43-4,64), dan dirawat ≤5 hari (PR 0,90; 0,33-2,45) memiliki proporsi menderita pneumonia yang lebih tinggi.
Dari hasil tersebut, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko pneumonia pada balita di rumah sakit sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan lebih dini terkait faktor-faktor risiko tersebut; penyuluhan kepada orang tua pasien mengenai gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit pneumonia juga perlu dilakukan sehingga penyakitnya tidak bertambah berat.

The aim of this study is to find out the occurrence of pneumonia among infant age 10-59 months hospitalized in Persahabatan Hospital Jakarta during 2008 and factors related to the occurrence, such as infant characteristics (sex, age, nutritional status, immunization status, and low-birth weight), mother characteristics (education and working status), and health service characteristic (length of stay). This study is a descriptive-quantitative study with cross-sectional design.
The result shows that the proportion of pneumonia within infant is 7%. Infant characteristics, mother characteristics, and health service characteristic is not correlated significantly to the occurrence of pneumonia. Other wise, male infant (PR 1,25; 0,48-3,29), age 12-59 months (PR 0,82; 0,12-5,52), has good nutritional status (PR 0,68; 0,23-1,99), has incomplete immunization (PR 110; 0,36-3,37), normal birth-weight (PR 0,81; 0,78-1,37), with mother in higher grade education (PR 0,95; 0,34-2,69), with mother who works (PR 1,42; 0,43-4,64), and hospitalized ≤5 days (PR 0,90; 0,33-2,45) increased risk of pneumonia.
Based on the results, it is necessary to conduct further study about the risk factors of infant pneumonia in the hospital so that prevention-due to those risk factors can be done earlier; giving the information about pneumonia symptoms to parents is needed in order to prevent disease becomes more severe."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rilla Fahimah
"Pneumonia merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia dengan prevalensi 44%. Di Indonesia, pneumonia balita merupakan penyebab kematian nomor dua setelah diare dengan proporsi 15,5%. Pneumonia merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang dipengaruhi oleh pencemar fisik dan kimia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas udara rumah dengan kejadian pneumonia balita dengan metode cross sectional.
Hasil penelitian menunjukan hubungan signifikan terjadi pada PM10 dan PM2.5 (p < 0.05) dengan nilai risiko 4,40 dan 3,20. Hubungan tidak signifikan terjadi antara kepadatan hunian rumah dan kamar, ventilasi rumah dan lubang penghawaan dapur, perokok dalam rumah dan penggunaan obat nyamuk bakar, SO2, NO2 dan CO (p > 0.05) dengan pneumonia.

Pneumonia is number one deadly disease in the world with the prevalance of 44%. In Indonesia, pneumonia in toodler is the leading cause of death after diarrhea with proportion of 15,5%. Pneumonia is a disease caused by a virus and bacteria that is influence by physical and chemical contaminants. Cross sectional method used in this research to analyze the indoor air quality and incidence of pneumonia. Significant correlation occur between PM10 and PM2.5 (p < 0.05) with odd ratio 4.40 and 3.24.
The results of this research showing absence of the relation between the density of a dwelling house and room, ventilation in the house and in the kitchen, smokers in the house and the use of mosquito coil, SO2, NO2 and CO (p > 0.05) with pneumonia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Widodo
"ABSTRAK
Pneumonia adalah radang paru-para dengan diagnosa nafas ccpat dan sesak serta
adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke daiam. Pneumonia disebabkan oleh
milcroorganisme patogen (bakteri, virus, mikoplasma), aspirasi bahan atau produk
berbahaya Pneumonia dipengaruhi antara lain faktor linglcungan tisik rumah dan
karalcteristik anak. Pneumonia masih menjadi masalah di Indonesia khususnya di Kota
Tasikmalaya. Diperkirakan proporsi penyakit pneumonia penyebab keniatian pada bayi
sebesar l6,4%, sedangkan proporsi penyakit pneumonia pada balita sebesar 25%.
Tujuan penelitian ini adaiah untuk mengetahui hubungan kcjadian pneumonia pada
balita dengan faktor lingkungan Esik kamar tidur dan karakteristik anak.
' Desain penelitian case control dengan pendekatan retrospektifl Sampel sebanyak
300 responden terdiri dari 150 orang kasus dan _150 orang kontrol. Hasil analisis data
diperoleh hasil yaitu dari sepuluh variabel diteliti, yang mempunyai hubungan bermakna
dengan kejadian pneumonia yaitu hanya delapan variabel terdizi dari jenis kelamin
(p=0,00l;OR=2,3), status imunisasi (p=0,009;OR=1,9l), status gizi (p=0,013;
OR=5,04), pembeiian ASI(p=0,028;OR=0,58), ventilasi (p=0,003;OR=0,48),
pencahayaan (p=0,022,0R=0,55), kepadatan hunian (p=o,oo9;oR=o,s) dan asap obat
nyamuk bakar (p=0,003; OR=2,l ). -
Dari hasil uji multivariat tanpa interaksi, faktor dominan yang mempengaruhi
kejadian penyalcit pneumonia pada anak balita adalah status gizi dengan nilai B 1,799
dan OR = 6,041 (CI 95%=l,607-22,713). Scdangkan hasil uji multivariat dengan
intemksi diperoleh' hasil bahwa faktor dominan yang mempengaruhi kejadian
pneumonia anak balita adalah interaksi antara asap obat nyamuk dengan status gizi
dengan nilai B 1,040 dan OR-2,828 (CI 95%=1,66?7-4,7988). Pada perhitungan
probabiiitas didapatkan hasii bahwa balita yang menderita pneumonia memiliki
probabililas adds 15,6 kali punya riwayat status imunisasi tidak Iengkap (DPT dan
Campak), status gizi kurang dan ada asap obat nyamuk bakar di dalam kamar tidur
dibanding balita yang tidak menderita pneumonia Dari hasil penelitian ini disarankan agar anak balita diimunisasi Iengkap (DPT
dan Carnpak), diberi asupan makanan dengan gizi seimbang, dan tidak menggunakan
obat anti nyamuk bakar di dalam kamar tidur, serta perlu disosialisasikan faktor-faktor'
yang berhubungan dengan kcjadian pneumonia pada balita.

ABSTRACT
Pneumonia is implementation of lengs with fast breath and short - winded
diagnosis and existence of chest wall with drawal at down part move inside. Pneumonia
is caused of pathogen microorganism (bacterium, virus, rnicoplasma), materials
aspiration or dangerous product Pneumonia is aifected by the factors of house physical
environment and children characteristics. Pneumonia still become serious problem in
Indonesia especially at T asikmalaya City. It was predicted that proportion of pneumonia
disease caused to the death of baby is l6,4%, while proportion of pneumonia desease of
chlidren imder Eve is 25%. The objective of this research was to lcnow the relation
between pneumonia case of children under tive years with physical environment factor
of badroom and child characteristic.
The research design was case control design and retrospective approach. The
samples were 300 respondents consist of 150 and 150 controls. The result of data
analysis was got : fiom ten variables studied, the variables that have significant relation
ave 8 varables consisted of sex (p=0,00l,OR=2,3), immunization status (p=0,009,
OR=l,9l), nutrition status (p=0,0l3,0R=5,04), giving ASI (p=0,027,0R=0,58),
ventilation (p=0,022,0R=0,48), lighting (p=0,22,0R=0,55), bed room density
(p=0,009,0R=0,5), smoke of medicine for fighting mosquito (p=0,003,0R=2,l). From
multivariate test result without interaction was indicated that dominant factors which
affected on pneumonia disease occurrence of children under live years old were
nutrition status by B-value = l,799 and OR-value == 6,041 CI 95% = 1,607-22,7l3,
whereas multivariate test by interaction was obtained a result that dominant factors
which affected on pneumonia occurrence of children gander five years old were
interaction between smoke of medicine for fighting mosquito and nutrition status by B-
value = 1,040 and OR~value = 2,828 Cl 95% = 1,667-4,7988. At probability calculation,
it was got the result that children under tive years old who suliered from pneumonia had
odd probability 15,6 times of having incomplete immunization status (DPT and
Measles), less nutrition statins and there were smoke of bumed mosquito repellent in the bed room compared to chlidren under tive years who suffered from pneumonia. From
the result ol' research, it was suggested that children under five years old should be
immunized completely (DPT and Measles immunization) it must be given thc lbod
suply with ballanced nutrient and don't use burned mosquito repellent in bad room and it
need to be sosialized the factors which have relation with pneumonia cases of children
under five years old.

"
2007
T34530
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christy Efiyanti
"Latar Belakang : Pneumonia komunitas merupakan satu masalah kesehatan yang besar. Mortalitas akibat pneumonia komunitas masih tinggi, terutama di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Skor CURB-65 merupakan sistem skoring yang telah dipakai secara luas, namun memiliki beberapa kekurangan sehingga diperlukan sistem skor baru untuk menilai derajat keparahan pneumonia komunitas. Saat ini telah diperkenalkan sistem skor expanded-CURB-65 yang dinilai dapat lebih baik dalam hubungannya sebagai prediktor mortalitas 30 hari pneumonia komunitas.
Tujuan : Menilai performa kalibrasi dan diskriminasi skor expanded-CURB-65 untuk digunakan dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien pneumonia komunitas di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr.Cipto Mangunkusumo.
Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif dengan subyek penelitian pasien pneumonia komunitas yang datang ke IGD, poliklinik paru atau dirawat di ruang rawat RSCM. Keluaran yang dinilai adalah mortalitas pasien dalam 30 hari. Dilakukan penilaian performa diskriminasi skor expanded-CURB-65 menggunakan area under the curve AUC . Performa kalibrasi dinilai dengan plot kalibrasi dan tes Hosmer-Lemeshow.
Hasil : 267 pasien ikut serta dalam penelitian ini dengan angka mortalitas 31,5 . Performa kalibrasi ditunjukkan oleh plot kalibrasi skor expanded-CURB-65 dengan r = 0,94 serta uji Hosmer-Lemeshow dengan nilai p = 0,57. Performa diskriminasi skor expanded-CURB-65 ditunjukkan oleh kurva ROC dengan nilai AUC 0,796 IK95 0,74-0,86.
Simpulan : Mortalitas meningkat seiring peningkatan kelas risiko expanded-CURB-65. Expanded-CURB-65 menunjukkan performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien pneumonia komunitas di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Background : Community acquired pneumonia is a major health problem. Mortality due to community pneumonia is still high, especially in Indonesia compared to other countries. The CURB 65 score is a widely used scoring system, but has some drawbacks so a new scoring system is needed to assess the severity of community pneumonia. Currently, the expanded CURB 65 scoring system has been assessed better to predict 30 day mortality of community acquired pneumonia.
Aim : To evaluate calibration and discrimination performance of the expanded CURB 65 score in predicting 30 days mortality of community acquired pneumonia patients at the National Center General Hospital dr.Cipto Mangunkusumo.
Method : This study was a prospective cohort study with the study subjects community acquired pneumonia patients who came to the Emergency Room ER , pulmonary polyclinics or hospitalized in RSCM. The assessed outcome was patient mortality within 30 days. Discrimination performance of the expanded CURB 65 score assessed using the area under the curve AUC . Calibration was evaluated with calibration plot and Hosmer Lemeshow test.
Results : 267 patients participated in the study with a mortality rate of 31.5. Calibration plot of expanded CURB 65 score showed r 0,94 and Hosmer Lemeshow test showed p 0,57. Discrimination was shown by ROC curve with AUC 0,796 CI95 0,74 0,86.
Conclusion : Mortality increases with increasing risk class of expanded CURB 65. Expanded CURB 65 showed a good calibration and discrimination performance in predicting 30 day mortality higher in community acquired pneumonia patients in Cipto Mangunkusumo Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Adhyaksanti
"Pneumonia komunitas adalah penyebab kematian terbesar di Indonesia. Sistem skor PSI dan CURB-65 telah digunakan dalam menentukan keparahan penyakit dan keputusan tempat rawat berdasarkan risiko kematian dalam 30 hari. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan sistem skor modifikasi PSI dan modifikasi CURB-65 pada pasien CAP sebagai prediktor mortalitas 30 hari di RS Persahabatan. Penelitian ini adalah kohort prospektif yang dilakukan pada pasien CAP yang dirawat di RS Persahabatan sejak bulan Oktober 2012-Maret 2013. Gejala klinis nilai laboratorium, foto toraks, penyakit penyerta skor PSI dan CURB-65 serta hasil akhir berupa kematian dicatat untuk dianalisis. Selama 30 hari subjek penelitian diikuti. Sebanyak 167 pasien CAP mengikuti penelitian ini didapatkan angka kematian sebesar 18,6%. Sensitivitas PSI sama dengan CURB-65 yaitu sebesar 77,4%. Spesifisitas PSI sedikit lebih tinggi dari pada CURB-65 (58,1% vs 53,7% p < 0,001). Risiko relatif mortalitas berdasarkan PSI pada kelompok risiko tinggi sebesar 3,64 kali dibandingkan kelompok risiko rendah, sedangkan risiko relatif mortalitas berdasarkan CURB-65 pada kelompok risiko tinggi sebesar 3,15 kali dibandingkan kelompok risiko rendah. Skor CURB-65 dapat dipertimbangkan sebagai prediktor mortalitas pada pasien CAP yang di rawat inap.

Community Acquired Pneumonia (CAP) is the first leading disease with the highest mortality in hospitalized patient in Indonesia. Pneumonia severity assessment systems such as the pneumonia severity index (PSI) and CURB-65 were designed to predict severity of illness and site of care base on 30-d mortality. The purpose of this study is to comparing the PSI with CURB-65 in patient admitted with CAP as predictor 30 days mortality in Persahabatan Hospital, Jakarta. This is a prospective cohort study in hospitalized community acquired pneumonia patients in Persahabatan Hospital since October 2012- Maret 2013. Clinical symptoms, laboratory findings, chest x-ray , comorbidities, score of PSI and CURB-65, 30 days mortality were recorded for analysis. Thirty days mortality outcome were recorded to analysis which score system as the best to predict 30 days mortality. One hundred and sixtty seven patients CAP were studied with an overall 30-d mortality of 18,6%. Sensitivity of PSI were simillar with CURB-65 for predicting patients who died within 30 d (77,4% ; p < 0.001). Specificity of PSI was slighty higher than CURB-65 (58,1% vs 53,7% p < 0,001). Score PSI have risk mortality 3,64 times in high risk group CAP than low risk group CAP. Score CURB-65 have risk mortality 3,15 times in high risk group CAP than low risk CAP. CURB-65 modification was considerable to predict mortality in CAP patients hospitalized.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Sudirman
"Penyakit pnemonia sampai sekarang masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan balita di negara berkembang termasuk Indonesia. Profil Kesehatan Kota Bekasi tahun 2002 menyebutkan pnemonia menempati urutan ke 4 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas untuk golongan umur 29 hari- <1 tahun sebesar 4,82% (1.456 orang) dan 3.328 orang (4,15%) untuk golongan umur 1-4 tahun. Hasil penelitian-penelitian terdahulu baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa umur, keadaan gizi, kekebalan tubuh, lingkungan fisik rumah dan perilaku merupakan faktor yang dapat mempengaruhi insiden pnemonia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor-faktor lingkungan fisik rumah dan faktor risiko lainnya dengan kejadian pnemonia pada balita. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain kasus kontrol. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Teluk Pucung Kota Bekasi dengan waktu penelitian bulan Maret sampai dengan Juni 2003.
Populasi penelitian adalah balita yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Teluk Pucung. Sampel penelitian terdiri atas kasus dan kontrol. Kasus adalah balita yang datang berobat ke Puskesmas Teluk Pucung dalam kurun waktu penelitian dan berdasarkan diagnosis dokter/paramedis dinyatakan sebagai penderita pnemonia Sedangkan kontrol adalah tetangga terdekat kasus yang tidak menderita pnemonia pada saat penelitian dilakukan. Besar sampel secara keseluruhan adalah 196, terdiri dari 98 kasus dan 98 kontrol. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur, observasi dan pengukuran, Alat yang digunakan (meteran, timbangan bayi, lux meter, Microdust 880nm. Data di analisis hasil dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat dengan bantuan perangkat lunak yang tersedia di UPT komputer FKM UI.
Hasil analisis bivariat dengan uji Chi square menunjukkan bahwa 13 dari 18 variabel bebas yang diteliti mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian pnemonia pada derajat kepercayaan 95%. Variabel-variabel tersebut adalah kepadatan rumah, pencahayan ruang tamu, pencahayaan kamar tidur, luas ventilasi rumah, luas ventilasi kamar tidur, kadar PM10 ruang tamu, kadar PM10 kamar tidur, kadar PM10 dapur, adanya perokok dalam rumah, status gizi, status imunisasi, status ekonomi keluarga, perilaku ibu menggendong balita saat memasak. Hasil analisis multivariat untuk mendapatkan faktor yang paling mempengaruhi kejadian pnemonia pada balita secara berurutan dengan melihat OR tertinggi adalah kadar debu PM10 kamar tidur balita (Olt 11,255), status imunisasi (OR=6,839), status gizi (OR=6,041), luas ventilasi kamar tidur balita (OR 5,089), kepadatan hunian rumah (OR=4,312), perilaku ibu memasak dengan menggendong balita didapur (OR 2,7913).
Intervensi yang dilakukan dalam sistim kewaspadan dini penyakit pnemonia perlunya surveilans aktif petugas P2M dan sanitarian Puskesmas Teluk Pucung bersama kader posyandu dan kader kesehatan lingkungan dalam pembuatan pemetaan wilayah balita berisiko dari faktor dominan tersebut dan ditindak lanjuti dengan penyuluhan terhadap masyarakat tentang penyakit pnemonia pada balita dengan alternatif pencegahannya melalui peningkatan gizi pada balita, pemberian imunisasi yang lengkap, serta merubah perilaku ibu dalam memasak dengan tidak menggendong balita.
Daftar Pustaka : 37 (1974-2002)

Physical House's Environmental and Another Risk Factors Related to Under Five Years Children Pnemonia Cases in Teluk Pucung Community Health Center (Puskesmas) Area, Bekasi District Year 2003In developing country as in Indonesia, pneumonia recognized as a Community cause of death for babies and under five years children. According to Bekasi Health Profile year 2002, pneumonia is number four from ten diseases in Community Health Centre (Puskesmas), for age group 29 days < 1 year is 4.82 % (1,459 persons) and for age group 1-4 year is 4.15 % (3,328 persons). Based on the last research indicated that age, nutrition, immunity, physical house environment, and behavior, are factors which influences pneumonia incident.
Research objectives is define physical house's environment and another risk factors related to babies and under five year children pneumonia. This research held from March to June 2003 in the Teluk Pucung Community Health Centre (Puskesmas) Area, Bekasi. Research method is using Case-Control studies. Population is babies who live in Teluk Pucung Community Health Centre (Puskesmas) Area. Case is child under five years who attending to Community Health Centre for care in the research period and diagnosed as pneumonia. Control was taken from the closed neighbor to the case. Total numbers of samples are 196 persons; with number of each case and each control are 98 persons. Research instruments are questioners, check list, and field measurement tools such as scale, lux meter, microdust 880 nm. Result analyzed by invariant, bivariant chi-square test, and multivariant aplicated by logistic regression software.
Bivariants analyses by chi-square from 18 variables, indicated that 13 variables correlated with pneumonia with 95 % degree of freedom, that is; house's crowded, guest and bed room's lighting, houses and bed rooms ventilation space, PM10 for bed room and PMIO for kitchen, nutrition, immunization and economic status, maternal behaviors to held their baby when they are cooking, and the existence of smoker in their houses. Multivariate analyses to identify dominant factors related to babies pneumonia are PM10 dust contents in under five years children bedroom (OR =11.255), immunization status (CR=.839), nutrition status (OR=6.041), under five years children bedroom ventilation space (OR-5.089), house crowded (OR-4.3121), maternal behavior to hold under five children's when there are cooking (CR=2.794).
Early pneumonia alert system needs active surveillances from the Communicable Diseases Control and the Sanitarian officers, together with the Integrated Health Post (Posyandu) and the Environmental Health cadres, especially to develop under five years children risk factors mapping area. It should be followed by health community education to develop understanding about pneumonia disease with alternative prevention by increasing nutrient, giving complete immunization, and mother changed behaviors.
References : 37 (1974 - 2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiawati
"Pneumonia balita merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pemapasan akut yang disebabkan oleh peradangan atau ixitasi pada salah satu atau kedua pam akibat infeksi, ditandai dengan adanya batuk dan atau kesukaran bemapas disertai napas eepat.Puskemas Klapa Nunggal,menduduki urutan ke 2 terbesar penderita pneumonia (1?7,25%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor risiko kejadian pneumonia balita di wilayah keqja Puskesmas Klapa Nunggal Kabupaten Bogor.
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah kasus konlroi, perbandingan kasus : control adalah lzl. Kasus adalah balita yang datang dan berobat ke Puskesmas Klapa Nunggal selama bulan Nopember 2005 - April 2006 dan didiagnosa oleh dolcter/paramedic menderita pneumonia, sedangkan kasus adalah balita yang datang dan bcrobat ke Puskesmas Klapa Nunggal selama bulan Nopember 2005 - April 2006 dan hasil diagnosa dokter/paramedic bukan pneumonia. Jumlah sample dalam pcnelitian ini adalah 260 yang terdiri dari 130 kasus dan 130 kontrol. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan ibu balita responden dan observasi dan pengukuran lingkungan tempat tinggal responden. Selanjutnya basil yang diperoleh dianalisa dengan analisa univariat, bivariat dan multivariate.
Hasil analisa bivariat adalah faktor risiko kejadian pneumonia balita : Status ekonomi keluarga (OR=2,35), Status gizi (0R=2,29), Pemberian ASI Eksklusif (OR=4,59), Jumlah hunian rumah (OR=1,7) dan jumlah hunian kamar (OR= 1,84). Hasil anaiisa multivariate menunjuukan bahwa factor~faktor dominan dengan kejadian pneumonia adalah tidak ASI eksklusif dengan jumlah hunian kamar padat (OR=2,91).
Kesimpulan : Faktor risiko dominan kejadian pneumonia balita di Puskesmas Klapa Nunggal Kab.Bogor adalah jumlah hunian kamar padat dengan tidak ASI Elcsklusifi Saran meningkatkan penyuluhan dan promosi kepada masyamkat khususnya ibu balita mengenai pentingnya memberikan ASI Ekslcusif, makanzm bergizi serta rumah sehat di wilayah keija Puskesmas Klapa Nunggal.

Under five pneumonia is one of the Acute Respiratory Infection (ARI) disease which is the inflammation or irritation to the one or both lung caused by infection, signed by cough and sort of breath. The purpose of this study is to know the risk factors of under tive pneumonia incidence in public health center at Klapa Nunggal area, Bogor district.
This study using case control study design. Comparison of case and control and using (lzl). The group case is children under tive that come to the public health center at Kjapa Nunggal from november 2005 until april 2006 which diagnosed by the doctors and paramedics with pneumonia cases, and the control is children under tive that come to the public health center at Klapa Nunggal from november 2005 until april 2006 which diagnosed by the doctors and paramedics with non pneumonia. Number of samples in this study is 260 which is consist of 130 cases and 130 control cases. The data is collected by interviewing the mother of respondent, measuring and observation the respondent residence. The data analyze with univariate , bivaiiate and multivariate analyzes.
Result bivariatc analizes shows that the variable which is the risk tactor variable for incidence of under five Pneumonia : Economic status of ,thc family ( OR=2,35), Nutrition status (OR=2,29), exclusive breast feeding (OR==4,59), The house population dencity (OR=l ,7), The room population dencity (OR=l,84).
It has conclude that the risk factors for incidence Pneumonia children under tive are children in the public health center Klapa Nunggal, Bogor district are very density room population with no exclusive breast feeding (OR=2,9l)_ Advice increase health education and promotion to the community in this area especially to mother of the under five children about the importance of exclusive breast feeding, good nutrition and healthy houses in the public health center at Klapa Nunggal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>