Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128599 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nusli Imansyah
"Bidan merupakan ujung tombak program dalam menurunkan Angka kematian ibu dan .Angka Kematian Bayi. Upaya-upaya penurunan AKI dan AKB melalui pemerataan Bidan telah dilaksanakan dengan menempatkan bidan di desa yang sampai tahun 2001 telah tersebar di 57.118 desa.
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang langsung memberikan pelayanan ke masyarakat, di sisi lain peningkatan pendidikan dan pengetahuan masyakat menciptakan kelompok yang makin kritis dalam menilai layanan kesehatan, termasuk kebidanan, baik pemerintah maupun swasta. Hal itu memerlukan tenaga Bidan yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang balk dan selalu mengikuti perkembangan teknologi.
Ikatan Bidan Indonesia melalui Kepmenkes No 900 tahun 2002 telah diberikan kewenangan untuk memberikan rekomendasi bagi pengurusan Surat Izin Praktek Bidan (SIPB), baik baru maupun perpanjangan. Salah satu syarat untuk mendapatkan rekomendasi perpanjangan izin praktek adalah diikutinya pendidikan berkelanjutan oleh bidan bersangkutan. Kegiatan memerlukan sistem informasi penilaian pendidikan berkelanjutan yang baik.
Studi ini dilakukan guna mempelajari sistem informasi manajemen yang ada di IBI, serta mencarikan solusi yang lebih baik guna mempermudah organisasi dalam memantau dan membina anggotanya sekaitan dengan pendidikan berkelanjutan. Studi dilakukan melalui wawancara mendalam dan pengamatan guna mendapatkaninformasi yang lengkap tentang sistem yang ada saat ini. Hasil yang diperoleh menunjukkan data pendidikan berkelanjutan yang ada saat ini belum dikelola dengan baik dimana ditemukan duplikasi data dan belum terintegrasi.
Penyelesaian masalah yang ditawarkan adalah dengan perancangan sistem informasi manajemen Ikatan Bidan Indonesia yang dimulai dari tingkat cabang. Komunikasi data dilakukan melalui metode transfer, sehingga diperoleh data yang bebas redudansi, serta terintegrasi dengan baik antara cabang sampai pusat. Prototipe software dikembangkan secara bertahap mulai dari cabang.
Daftar pustaka: 26 (1990 - 2004)

The Development of Management Information System of the Indonesian Midwifery AssociationMidwives become the key health professionals to decreasing the high maternal mortality rate (MMR) and infant mortality rate (IMR) in Indonesia. Efforts have been done to decrease MMR and IMR, e.g. through the deployment of village midwives covering 57,118 villages across the country in 2001.
As health professionals delivering direct services for their community, midwives are serving more educated community. Along with the improved knowledge of the community, the midwives are now facing clients or interest groups who are more and more demanding and critical in receiving the services given, including midwifery services. Therefore, it is essential that the midwives possess good knowledge, skills and attitudes and always keep up with technological advancement.
Health Minister Decree No 900 Year 2002 gives Indonesian Midwifery Association the responsibility of providing recommendation for those seeking new license for practicing midwife and its renewal. One of the licensing prerequisites is continuing education attended by the applicant. In order to support the responsibility, the Indonesian Midwifery Association needs to have good information system on the evaluation of continuing education.
This study aims to assess the existing management information system of the Indonesian Midwifery Association and to offer alternative solutions for better monitoring and evaluation of continuing education activities done by its members. The study used in-depth interview and observation method to collect information on the existing information system. The results showed that continuing education data were not managed appropriately, meaning that they were not integrated.
The solution offered in this study is the design of the management information system of the Indonesian Midwifery Association starting from branch level of the Association. Data is communicated through data transfer to provide no redundancies data and well integrated among the branches and between branch and central levels. The prototype of the software was developed stepwise starting from branch level
Bibliography : 26 (1990 - 2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto
"Latar Belakang: Sesuai Permenkes NOMOR 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Bidan harus memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Sistem informasi registrasi yang ada belum optimal, proses input data yang berulang, form input data tidak lengkap, sistem informasi tidak bisa diakses oleh stakeholder terkait, proses pengiriman data lambat tidak realtime. Tujuan penelitian ini membangun model Sistem Informasi Registrasi Bidan berbasis web di MTKI dalam mendukung pembinaan, pengawasan dan pengambil keputusan.
Metode: Penelitian ini dikembangkan berdasarkan metode System Development Life Cycle/SDLC yaitu metoda kebutuhan bertahap dan interaktif yang terdiri dari analisis sistem, perancangan sistem, perancangan basis data dan tahapan uji coba.
Hasil: Penelitian menunjukan adanya perbedaan waktu yang signifikan antara proses registrasi melalui sistem yang ada dengan sistem informasi yang dikembangkan. Seluruh pengolahan data otomasi dan aplikasi mudah dioperasionalkan. Pada sistem informasi yang dikembangkan semua stake holder terkait dapat melihat informasi proses registrasi yang sedang berjalan.
Kesimpulan: Sistem informasi yang dikembangkan lebih baik dibandingkan dengan sistem yang ada. Sangat dibutuhkan komitmen dari seluruh pimpinan di Badan PPSDM, MTKI, MTKP dan Organisasi Profesi (IBI) dalam mendukung proses registrasi secara online.

Background: Regulation orders of the Minister of Health of Republic Indonesia of 1796/MENKES/PER/VIII/2011 of Human Health Resources Registration and 1464/Menkes/PER/X/2010 of license and implementation of midwifery practice is midwives should have a Certificate of Registration (STR). Already, the existing information systems of registration has not been optimal, the repetitive of data input process, data input form is incomplete, the system information can not be accessed by the relevant stakeholders, slow data transmission process is not real time. The purpose of this study build Midwives Registration Information System model in web-based MTKI in supporting for coaching, supervision and decision makers.
Methods: Development of systems based on System Development Life Cycle / SDLC that needs gradual and interactive method which consists of a system analysis, system design, database design and testingstages.
Result: Research showed a significant difference in time between the registration process through the existing system and the developed information system. All data processing automation and application more easy operationalized. In theinformation systems which developed showed all the running process of registration for the relevant stakeholders.
Conclusions: Information systems are developed more better than the existing system. It is need more commitment from all leaders in PPSDM, MTKI, MTKP and Health Professional Organizations (IBI) in support of the online registration process.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beny Yulian
"Tingginya angka kematian ibu, rasio bidan melebihi target nasional dan tata cara penilaian kinerja tidak objektif melihat kinerja bidan desa adalah masalah yang dihadapi. Tujuan penelitian ini merancang sistem penilaian kerja dengan pendekatan manajemen sasaran dengan metode SDLC. Penelitian dilakukan di dinas kesehatan kabupaten Bengkulu Selatan.
Hasil penelitian yaitu tidak diterapkannya penilaian kinerja dan belum adanya alat bantu mendapatkan gambaran hasil kinerja bidan desa secara cepat dan akurat. Monitoring dan evaluasi, hanya sebatas penerimaan laporan data rutin. Kesimpulan penelitian yaitu belum ada alat dan penilaian kinerja objektif bidan desa. Perancangan sistem informasi ini sebagai alat penentu kebijakan yang berbasis bukti.

High maternal mortality rates, midwives ratio exceeds national targets and performance assessment procedures not objective to look performances of village midwives are facing problems. Purpose of study to designed a system of appraisal management approach targets with SDLC methods. Study conducted in South Bengkulu district health offices.
Failure to apply results of the study and lack of performance appraisal tool to get performance results portrayed midwife quickly and accurately. Monitoring and evaluation, only limited acceptance of routine data reports. Studies conclusion there is no objective assessment tools for midwives performances. Design of the information system as a tool of evidence-based policy making.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vonny Hamzah
"Setelah berdiri sekitar 80 tahun, pimpinan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan pada tahun 1999 ingin merubah citranya dari Rumah Sakit Bersalin bagi golongan menengah ke bawah menjadi Rumah Sakit Bersalin untuk semua lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut Rumah Sakit Bersalin Jakarta harus merancang strategi yang tepat pada waktu yang akan datang dengan meningkatkan mutu layanannya. Dengan mutu layanan yang baik pasien akan merasa puas dengan layanan yang diberikan di Rumah Sakit Bersalin.
Untuk meningkatkan mutu rumah sakit bersalin tidaklah mudah karena terkait dengan banyak hal. Baik tidaknya mutu sangatlah dipengaruhi sumber daya Rumah Sakit Bersalin yaitu antara lain tenaga, pembiayaan dan teknologi yang digunakan.
Tenaga medis dan non medis merupakan sumber daya manusia yang perlu diperhatikan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan, disini mereka berkedudukan sebagai pelanggan internal bagi pihak Rumah Sakit Bersalin. Dalam pendekatan TQM, kualitas ditentukan oleh pelanggan dan TQM diarahkan pada suatu tujuan utama yaitu terciptanya kepuasan pelanggan, termasuk kepuasan pelanggan internal. Untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kepuasan pelanggan internal maka harus dilakukan survei kepuasan kerja.
Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang, populasinya adalah bidan yang langsung melayani pasien dengan asumsi bahwa kepuasan kerja bidan yang langsung melayani pasien sangat panting diukur mengingat kinerja dan mutu layanan yang diberikannya secara langsung dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Sampel yang diambil sebanyak 49 orang dan merupakan total populasi yang ada. Penelitian berlangsung dari bulan Februari - Maret 2000.
Kepuasan kerja diukur dengan melihat aspek-aspek kebutuhan akan existence, relatedness, dan growth, menurut teori ERG yang dikemukakan oleh Alderfer (Robbins, 1998) dan dihubungkan dengan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu karakteristik individu (umur, pendidikan, status perkawinan, dan masa kerja), karakteristik pekerjaan (penghasilan/gaji dan jam kerja), kondisi fisik dan kepemimpinan atasan (tim keperawatan, bidan kontrol dan kepala ruangan) (Wexley dan Yulk, 1977). Pengukuran kepuasan kerja dilakukan dengan metode summation score.
Dengan uji korelasi ditemukan adanya hubungan yang positif dan bermakna secara statistik antara masa kerja, penghasilan, kondisi fisik dan kepemimpinan dari kepala ruangan dengan kepuasan kerja. Hubungan yang negatif dan bermakna secara statistik didapatkan antara jam kerja dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja tertinggi adalah kepuasan dari aspek kebutuhan akan keterikatan dengan rerata 73%.
Faktor yang mempunyai hubungan yang kuat dengan kepuasan dan dapat digunakan untuk memprediksi kepuasan bidan adalah jam kerja, kepemimpinan dari kepala ruangan dan kondisi fisik. Dalam mengekspresikan ketidakpuasannya bidan memiliki reaksi voice yaitu secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki keadaan, termasuk memberikan saran-saran perubahan, mengadakan diskusi dengan tim keperawatan. Hal ini terlihat dari saran yang diberikan terhadap pengaturan jam kerja dan kondisi fisik dari Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan.

Midwife's Working Satisfaction in Budi Kemuliaan Maternity Hospital of Central Jakarta 2002After being established 80 years ago, Director of Budi Kemuliaan Maternity Hospital, in 1999 wanted to change its image from segment of Middle and Low Hospital into all segments (Low - Middle - Middle up). To reach this, management of hospital should design the right strategy for the future by promoting the service quality so that patients will be satisfied with their services.
It is not easy to promote the service quality of maternity hospital since it relates to many factors. Its good and bad service is influenced by the resources of hospital such as: manpower, financing and technology applied. Medical manpower and non medical manpower are the resources that should be attended to increase the service quality, in other words, they become internal customer for Maternity Hospital. In TQM approach, Quality orientates to customers. TQM focuses in the main objective that is the existence of customer satisfaction, including internal customer. In this case, to obtain the illustration of internal customer satisfaction, there must be performed the study of working satisfaction.
The population of this study is midwife who immediately serves the patient. It is very important to evaluate the performance and service quality given by the midwife which is able to influence the satisfaction of patient?s right away. The total sample of respondent is 49 persons and the method used is the design of Cross Sectional. This research lasted from February - March 2002.
Working satisfaction is surveyed by examining aspects of need such as existence, relatedness and growth based on the theory of ERG, illustrated by Alderfer (Robbins, 1998) and related to the factor influencing the working satisfaction. Those are individual characteristics (age, education, marital status and the length of service), working characteristic (salary and duration of working), physical condition and supervisor leadership (Wexley and Yulk, 1977). Next, it will be surveyed by using Summation Score Method (Robbins, 1998)
The result of research, there are statistically the positive correlation among length of service, salary, physical condition and leadership of room chief. The working satisfaction is verified by using the correlation test and the result is that there is positive correlation. It means that the above factor is increasing, Midwife is more satisfied too. Statistically negative correlation is resulted from working hours and satisfaction. The longer, the working hours are used by Midwife, the more unsatisfied. The satisfaction of relatedness need becomes the highest satisfaction by 73%.
The strongest factor relating to the satisfaction are consecutively working hour, leadership of room chief and physical condition. Those factors are able to predict the working satisfaction for Midwife in Budi Kemuliaan Maternity Hospital Center of Jakarta in 2002. In expressing her unsatisfaction, Midwife reacts by reproducing the voice which the advices of changing by conducting the discussion with Midwife team, it is shown from the advices given for the working time and physical condition of Budi Kemuliaan Maternity Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zafril Luthfy R.A.
"Dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu terus dipantau dan di evaluasi dari berbagai aspek.
Salah satu aspek yang cukup penting dan banyak konstribusinya dalam menopang keberhasilan program KIA adalah aspek manajemen program KIA yang dilakukan oleh Bidan di Desa. Meskipun pemerintah telah melakukan terobosan dengan penempatan bidan di seluruh pelosok desa tanah air, namun hasilnya sampai sekarang belum sesuai dengan harapan, termasuk di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat.
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan manajemen program KIA oleh Bidan di Desa, dan faktor-faktor yang berhubungan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan unit analisis Bidan di Desa (individu) yang telah bertugas lebih dari dua tahun dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara Sistematic Random Sampling, sebanyak 100 sampel.
Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel dependen yaitu fungsi-fungsi pelaksanaan Manajemen Program KIA (Perencanaan, Penggerakan dan Penilaian), sedangkan variabel independen adalah umur, status perkawinan, tempat tinggal, lama bertugas, pelatihan, dukungan masyarakat, bimbingan teknis, umpan balik, hasil kerja dan saran kerja.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pelaksanaan Manajemen Program KIA oleh Bidan di Desa di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat, proporsinya sama antara yang baik dan yang kurang baik. Dengan uji Chi-Square, diketahui hanya ada satu faktor yang secara statistik berhubungan dengan pelaksanan manajemen program KIA yaitu umur (X2 6,723 p= 0,009).
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada Departemen Kesehatan RI agar penempatan dan pemberian tugas Bidan di Desa harus memperhatikan faktor umur, kepada Kepala Seksi KIA Dinas Kesehatan, para Kepala Puskesmas dan Bidan Pengelola Puskesmas, agar mengingatkan serta menegaskan kembali pentingnya melaksanakan manajemen program KIA oleh Bidan di Desa, selalu melakukan bimbingan teknis dan segera memberikan umpan balik hasil kerja Bidan di Desa. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya disarankan agar penelitian ini terus dilanjutkan dengan metode yang lebih tepat dan variabel-variabel yang lebih spesifik serta akurat.

The Factors Related to the Application of Management of Mother and Child Health Care Program by Village Midwife in West Aceh District Years 1998In disrreasing Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) as one of the effort in the human resource improvemant, the implemantation of Mother and Child Care must be monitored and evaluated on several aspects.
One of the aspect that is necessary and will contribute to success of break through Mother and Child Care program in village midwife. While government have done by distributing in village midwife, but the result still for from expectation as to get discriptian of the including that in Aceh District.
Related to these problems this research has an objective management of the program of Mother and Child Care by midwife, and the related factors.
This research is done in Aceh West District, Aceh Province, using Cross Sectional design with analisys unit in village Midwife (individual) as who have worked more than two years and sample have done with Simple Random Sampling sum 100 samples.
The variables who researched involve dependent variable by the function of the Aplication of Management Mother and Child Health Care program namely planning, actuating , and evaluation, independent variables were age, marriage status, resident, task, training, community support, technical guidance, job feed back and infrastructure.
The research conclution that the Aplication of Management of Mother and Child Health Care Program by Village Midwife in West Aceh, the same proportion between good and not so good_ By the Chi-Square statistics exam, known that age was a factor related with aplication management mother and child health care program (X2=6,723
According to the research, recommended for Health Department Republic of Indonesia in order to placement and giving job to village midwife must be concider age factor. Head of mother and child care health, section, head of public health center and midwife commitee, in order to remain and will focus how necessary application of Mother and Child care by midwife, always do technical guidance and job feed back with midwife resulted in village. While for researcher this research could continued with several method which more effective and specific variables and so accurate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alex Iskandar Hajar
"Indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dimana Indonesia dalam hal ini menempati urutan ke 3 dibawah Kamboja diantara 10 Negara-negara ASEAN dan urutan ke 5 dibawah RRC diantara 10 negara-negara di Asia. Dalam permasalahan tersebut Departemen Kesehatan dihadapkan pada fenomena yang kontradiktif di satu pihak AKI dan AKB harus diturunkan dan dipihak lain formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk pengangkatan bidan sebagai salah satu personil yang memiliki kompetensi dalam menurunkan angka tersebut sangat terbatas, sehingga dibuatlah suatu upaya terobosan, berupa pengangkatan tenaga bidan dengan status Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang ditempatkan di desa-desa. Dengan demikian maka terdapat dua jenis tenaga bidan di lingkungan Depatemen Kesehatan dengan status yang berbeda. Sebagai suatu kebijakan pemerintah maka penulis menganggap perlu diteliti untuk dijadikan sebagai bahan kajian.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2001 dengan responden meliputi seluruh bidan yang ada di Daerah Kabupaten Lampung Utara (sebanyak 168 orang, terdiri dari 71 bidan PNS dan 97 bidan PTT). Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Derskriptif dengan rancangan Cross Sectional sedangkan teknik pengumpulan data, untuk data primer adalah dengan menggunakan kuesioner terbuka (open ended question) sedangkan untuk data sekunder berupa laporan kegiatan program KIA dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut : Bila dilihat secara perkelompok yaitu kelompok bidan PNS dan bidan PTTdari semua variabel yang ada (umur, masa kerja, status perkawinan, penghasilan, pelatihan dan supervisi) tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Akan tetapi bila dilihat secara gabungan atau dengan tidak melihat status kepegawaiannya apakah bidan PNS atau bidan PTT maka variabel yang berhubungan adalah variabel umur, masa kerja, penghasilan dan supervisi). dengan p value < 0,05 Sedangkan variabel yang tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.adalah status perkawinan.
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka disarankan : Kepada institusi berwewenang, perlu adanya penambahan insentif hingga mencapai jumlah rata-rata (Rp. 884.000.-) sehingga diharapkan dapat memberikan daya ungkit terhadap para bidan dalam penampilan kinerjanya sesuai dengan standar demikian juga untuk pelatihan dan supervisi hendaknya perlu lebih ditingkatkan.
Kepada penyelenggra Program Pendidikan bidan, hendaknya para calon bidan dibekali dengan kompetensi yang lebih berorientasi pada kualitas sehingga bidan yang dihasilkan memang telah cukup mampu dalam menangani masalah kebidanan.
Kepada bidan-bidan senior, diharapkan bersedia untuk mebagi pengalaman dan pengetahuan (transfer of knowledge) baik bentuk formal melalui diskusi ilmiah (seminar). Sedangkan untuk bidan yunior, agar senantiasa mau mengembangkan diri sehingga dapat menambah wawasan, khususnya dalam masalah KIA karena bidan merupakan tenaga terdepan dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
Kepada peneliti lain, selain dengan pendekatan kuatitatif juga digunakan pendekatan kualitatif sehingga hasil penelitian yang diperoleh tidak hanya dapat menjelaskan/ membuktikan secara statistik tetapi juga dapat mengungkapkan secara kualitas (lebih mendalam) mengenai temuan-temuan dari penelitian yang dilakukan. Selain itu, dalam melakukan penelitian serupa hendaknya menggunakan metoda khususnya alat pengumpul data (instrument) dan variabel yang lebih tajam sehingga mampu menggali fenomena yang ada secara lebih akurat.

Comparative analysis of Civil Servant (PNS) and Non Permanent Employee (PTT) Midwife's performance and determinant factors in North Lampung Regency, 2001Maternal and Neonatal Mortality is important indicator for assessing health degree of the third rank next to Cambodian in maternal and neonatal mortality among Mean countries and fifth among 10 Asia countries. Determinant of health has difficult situation to cope with problem because quota for civil servant (PNS) midwife, with have importance role and competence in reducing maternal and neonatal mortality, is limited so government make an alternative which is the recruitment of non permanent midwife and placed every village. This different status of midwife has been analyzed in this research comparatively.
This research carried out from February to April 2001 with respondents is all midwives in North Lampung Regency (168, 71 is PNS 97 is PTT) This descriptive research using cross sectional design, primary data using open ended question and secondary data is reported activity of mother and child division (ILIA) program of public health center in North Lampung regency.
The results of this research are: there is no significant difference between permanent employed midwives and non permanent employed midwives in every variable (age, experience, marital status, salary, training and supervision), but if not separated by status or included to a group, age, experience, salary, training and supervision have significant relationship (p < 0,05), while marital status has no significant relationship.
Based on this finding there are two suggestions, first which strategically proved by statistic, second, operationally based on individual or public survey which are: First the authority, should raise the incentive for midwife and to midwife education program more quality oriented than quantity which mean more stalled midwife, second to senior and good skilled midwife have to transfer their knowledge to other midwife by formal or non formal.
To another researcher is better using qualitative approach, so the results not only explained statistically but reveal quality of these findings and using another method and variables."
2001
T2568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hedy Yuliza
"Pembangunan Kesehatan dewasa ini masih ditandai oleh tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga(SKRT, 1995) dan AKI menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 1994) adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk percepatan penurunan AKI adalah dengan penempatan tenaga bidan di desa. Sejalan dengan itu ditetapkan Kebijaksanaan penyebaran pembangunan Pondok Bersalin Desa (Polindes) untuk mempermudah pelayanan persalinan di desa (Departemen Kesehatan, 1995: Ristrini dan Budiarto, 2000).
Kualitas layanan antenatal standar yang meliputi 5T yaitu menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, mengukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Agar pelayanan antenatal pada ibu hamil sesuai standar perlu didukung oleh keterampilan bidan di desa dalam melaksanakannya yaitu meliputi cara menganalisa pemeriksaan 5T dan memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk memperoleh informasi lebih jauh tentang kepatuhan bidan di desa terhadap SOP layanan antenatal di Polindes Kabupaten Muara Enim tahun 2001.
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kualitatif sebagai upaya untuk menggali lebih jauh masalah yang timbul dalam pelaksanaan kepatuhan bidan terhadap SOP pelayanan antenatal di Kabupaten Muara Enim. Hasilnya adalah sebagian bidan desa tingkat kepatuhannya masih rendah dalam menerapkan layanan antenatal standar 5 T dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu beban kerja terlalu besar, motivasi kurang, pelatihan klinis masih sedikit, kurangnya supervisi dari atasan langsung serta kelengkapan sarana kesehatan yang kurang memadai.
Setelah diperoleh informasi ini akan disampaikan kepada pihak terkait untuk meningkatkan motivasi bidan dengan cara mengikutkan pelatihan-pelatihan yang klinis kebidanan, mengatur kembali beban kerja bidan di desa dengan petugas kesehatan lain yang bertugas didesa ,memenuhi kelengkapan sarana kesehatan ,pemberian reward dan teguran yang jelas aturannya serta pelaksanaan supervisi lebih bersifat bimbingan dengan menggunakan pedoman dan bukan bersifat menggurui, sehingga kepatuhan bidan di desa terhadap SOP layanan antenatal akan meningkat.

Analyze Midwives' Compliance in the Village to Standard Operation Procedure Antenatal Care in Village Birth Dwelling in Regency of Muara EnimNowadays health development is still signed by high Maternal Mortality Rate (MMR), is 100.000 alive births according to Indonesia Health and Demographic Survey (IHDS), is 390 per 100.000 alive births. One of the effort has been done to accelerate the slope is with hiring midwives in the village. A long with it is determined the spread policies of Village Birth Dwelling (Polindes) development to make child birth service easily (Health Department, 1995: Ristrini and Budiarto, 2000).
The quality of Standard Antenatal Care, which covers "5 T" are to weigh, to measure body, to measure blood tension, to give tetanus toxoid immunization, to measure fundus uteri highly and to give Ferrum tablet minimum 90 tablets within pregnancy. So that the Antenatal Care of pregnant mother suitable standard it needs some support from midwives' skills in the village in its organizing which covers the way to analyze "5 T" check and to give illumination which is correlated to save motherhood.
Correlation with this matter, the researcher was interested in giving some information about midwives' compliance in the village to Standard Operation Procedure Antenatal Care in Village Birth Dwelling (Polindes) in Regency of Muara Enim in 2001.
The research was done with qualitative study method as an effort to dig the problem, which is appeared in midwives' compliance organization to Standard Operation Procedure Antenatal Care in Regency of Muara Enim. The result of some of the village of midwives' compliance level was low in practicing "5 T" Standard Antenatal Care with factors, which was influenced it self is big working burden, lack of motivation, less-midwives clinic training, lack of supervision from direct lead and lack of health means completion. After getting this information will be sent to the Health District and Health Centre to raise midwives' motivation by following midwives' clinic training which is hoped knowledge and skill will raise, so that can give qualified Antenatal Care.
To reorganize working burden midwives in the village with other Health Officer, who are on duty in the village, to fulfill health means equipment, to give reward and clear warning and to guide supervision organization and solve the problem, too and to give a teaching guidance, so that the midwives' compliance in the village to Standard Operation Procedure Antenatal Care will be raised.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herawaty
"Derajat kesehatan masyarakat khususnya keluarga, sangat ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak, yang merupakan kelompok penduduk yang rawan terhadap gangguan kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Menurut SDKI 1994 390 per 100.000 kelahiran hidup dan SKRT 1995 373 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun ada penurunan, tetapi masih berada jauh di atas rata-rata.AKI di negara tetangga (ASEAN). Penyebab utama tingginya AKI adalah perdarahan, keracunan dan infeksi, sedangkan faktor lain yang dapat menambah resiko kematian adalah umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua, jumlah paritas yang tinggi dan jarak antar kehamilan yang pendek. Menurut Menteri UPW (1996) faktor lain yang dapat mempengaruhi tingginya AKI adalah pendidikan dan pengetahuan ibu, sosial ekonomi, sosial budaya, geografis, lingkungan dan aksesibilitas ibu pada fasilitas kesehatan modern.
Sejak tahun 1989/1990 pemerintah menetapkan kebijaksanaan pengadaan dan penempatan bidan di desa, dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu dan kelahiran bayi dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran penerimaan masyarakat - khususnya ibu hamil - terhadap keberadaan bidan di desa di Kabupaten Musi Banyuasin.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif karena masalah yang dikaji merupakan suatu proses dari kesatuan yang menyeluruh. Informan penelitian ini. adalah ibu hamil, tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat. Tehnik pengumpulan data dengan fokus grup diskusi dan wawancara mendalam. Pengolahan data dengan menggunakan analisis tema.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil menerima keberadaan bidan di desa dengan perasaan senang, dapat mengikuti kegiatannya dengan jelas. Namun masih ada kegiatan bidan yang kurang menyenangkan. Waktu pemeriksaan telah dijadwalkan, ibu hamil mematuhinya, tempat pemeriksaan di rumah bidan, Motivasi ibu hamil memeriksakan dirinya dengan bidan karena kemauan sendiri, tidak ada yang memaksa. Persiapan menghadapi persalinan dilakukan ibu hamil dengan mengikuti petunjuk dan nasehat yang diberikan. Banyak manfaat dan perubahan yang diperoleh masyarakat setelah ada bidan di desa. Sebagian kecil ibu hamil menyatakan bidan jarang di tempat, pelayanan kurang menyenangkan dan kegiatan administrasi kurang dilaksanakan.
Masyarakat khususnya ibu hamil sangat berkepentingan dengan keberadaan bidan di desa. Oleh karena itu perlu tambahan fasilitas dan sarana pelayanan kegiatan bidan dan perlu dipikirkan pengembangan karier bidan yang lebih dari 3 tahun. Pada pelaksanaan pendidikan bidan, perlu ditambah beban materi pengajaran untuk ilmu kesehatan masyarakat dan sosial budaya.

Perception Community Acceptance to Midwives' Existance in Rural Areas of Musi Banyuasin Regency, South SumateraPublic health status, especially of the family's is greatly determinated by the health level of mothers and children as they are the group who are prone to sickness. Maternal mortality rate (MMR) in Indonesia is relatively high. According to SDKI 1994, it is 390 out of 100.000 life at birth, and to SKRT 1995, 373 out of 100.000. It has decreased, yet, it's still far above the average MMR in other ASEAN countries. The main reason has been haemorage, drugged and infection, while other factors increasing mortality are that the mothers are either too young as too old, the parity is too high, and the short time span between pregnancies. According to the Minister of UPW (1996) other factors may have affected the high MMR are mother's education and knowledge, socio-economy, socio-culture, location, environment, and their accessibility to modern health facilities.
Since 1989/1990, the government's policy has been educating and placing midwives in rural areas in order to enhance the equalization of health services, and decreasing the MMR and BR (birth rate) as well as increasing the social awareness of healthy life behaviors.
This research has been intended to gain the description of public acceptance - especially the pregnant mothers' - to the presence of midwives in rural areas in Musi Banyuasin regency. Qualitative method has been used in this study because the problems studied have been a process of wholistic unity. Data resources have been pregnant mothers, medical staff and social figures. Techniques for data collection were focused on group discussion and indepth interviews, while the data analysis have implemented thematic analysis.
The result of the research show that (1) most pregnant mothers welcome the presence of midwives in rural areas, and can follow their activities well. (2) However, some of their activities are less accepted. (3) Examination is scheduled, well followed by the pregnant mothers, located in the midwives' home. (4) The pregnant mothers have come for examination voluntarity. (5) Preparation for giving birth has been conducted by following the instructions and advices given, (6) Many advantages and changes have been attained by mothers since the exixtance of midwives in rural areas. Yet, few mothers hope that improvement should be made in midwives' presence in clinic and services, and the administration.
The people, mainly pregnant mothers, are very concerned in midwives' presence in the villages. For that reason, facilities and equipment for service should be improved and midwives' career development - should be thought of In the education for midwives, the load of teaching items on public health and socio-culture subjects should be increased.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abul Hayat
"Dewasa ini pembangunan kesehatan masih ditandai dengan tingginya angka kematian ibu (AKI} sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk menurunkan angka kematian ibu sampai ke batas yang paling rendah, pemerintah telah menempatkan bidan desa ke seluruh tanah air. Salah satu tugas bidan tersebut ialah meningkatkan peran serta masyarakat. Pada tahun 1988 kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM 80% masih kurang, yaitu 6 - 7 jam setiap bulan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM di Kabupaten Aceh Timur.Kinerja alokasi waktu yang dimaksudkan pada penelitian ini ialah jumlah jam kegiatan per bulan, dikatakan baik bila jumlah jam kegiatan > 30 jam per bulan, dikatakan sedang bila jumlah jam kegiatan 7,5 - 29,9 jam per bulan dan dikatakan kurang bila jumlah jam kegiatan < 7,5 jam per bulan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah bidan di desa yang bertugas di Kabupaten Aceh Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik random sampling dengan jumlah responden 61 orang yang dilaksanakan pada bulan November 1999.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37,7% kinerja alokasi waktu bidan di desa tergolong baik, 29,5% sedang dan 32,8% kurang. Faktor umur, lama bekerja dan tempat tinggal mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kinerja alokasi waktu bidan di desa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM dengan hasil kategori baik lebih tinggi dari hasil kinerja kategori sedang dan kurang.Penelitian ini menyarankan untuk penempatan bidan di desa pada masa yang akan datang perlu memperhatikan dan mempertimbangkan tingkat kedewasaan dan kematangan. Bagi bidan yang menetap di desa dengan kinerja baik, perlu diberikan fasilitas pemondokan yang layak huni. Bagi bidan yang telah lama bekerja disarankan dalam jangka pendek mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan kinerja dalam peningkatan PSM. Pada jangka menengah bagi bidan yang mempunyai kinerja baik diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan (AKBID). Pada jangka panjang bagi bidan yang mempunyai kinerja baik diusulkan untuk menjadi pegawai pemerintah.

The Factors Related Village Midwives Time Allocation Performance on Community Participation Development at District of East Aceh, on 1999The current achievement of health development programs is still marked with Mother Mortality Rates (MMR), which are 390 per 100 thousands live birth. Therefore to decrease the rate, government has made a policy on midwives placement at village in all over Indonesia. One of the midwives' responsibilities at village is developing community of participation. In 1998, the performance of the midwives achieved less than target was 80%, which were 6 to 7 hours each month. This study had objective to describe which the village midwives performance on community participation development in District of East Aceh. The indicator used of the performance is total hours spent in a month for community development activities. If the total hours of activity is greater or equal than 30 hours per month, the performance is excellent, if the total hours of the activity is equal to.7.5 to 29.9 hours per month, then it is good, otherwise those with less than 7.5 hours per month is considered unsatisfactory performance. This study used cross sectional design. The unit of analysis is village midwives who currently work in East Aceh District. Sampling method is systematic random sampling with sample of 61 midwives.
Some important results showed that only 37.7% of respondents have excellent performance, 29.5% are good, and 32.8% are considered unsatisfactory performance. Variable of age of midwives, length of placement, and placement area are variables significantly related to the performance. The study recommends that midwives placement at villages should consider the maturity of midwives themselves. Be should provided appropriate placement facilities such as house to stay. Furthermore, those midwives with length of works more than 3 years can be suggested to follow refreshing training on community development to enhance their motivation. This study who suggests in the mid and long term period that midwives who have excellent performances should be recommended to continue their education to Midwives Academy (AKBID). Furthermore, they can also be promoted as permanent civil servant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosihan Anwar
"Dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan serta menurunkan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian ibu, di Indonesia akan ditempatkan bidan desa sampai tahun 1997 sebanyak 54.000 orang. Untuk Kabupaten Bekasi sampai Maret 1997, telah ditempatkan bidan desa sebanyak 148 orang dengan status kepegawaian 85 orang PNS dan 63 orang PTT, dan di Wilayah Kewedanaan Sukatani sebanyak 29 orang dengan 15 status PNS dan 14 status PTT. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data yang ada ( data sekunder ), melalui rancangan Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif pada sampel 29 desa yang ada bidan desanya. Terdapat hubungan bermakna secara statistik untuk hubungan antara keberadaan bidan di desa dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 1993/1994 dan 1995/1996. Demikian juga untuk keberadaan bidan di desa dengan cakupan KN2 terdapat hubungan bermakana pada tahun 1992/1993. Secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara keberadaan bidan di desa dengan cakupan K4 ibu hamil, lama kerja, domisili bidan didesa, status kepegawaian, sarana sepeda. Diperlukan waktu yang lebih lama dari 3 tahun untuk seorang bidan desa agar dapat mencapai target program yang telah di tentukan. Sarana transportasi sepeda tidak ada hubungan bermakna dengan cakupan KIA, dan agar dipertimbangkan utuk diberikan sebagai uang muka sepeda motor dengan cicilan berikutnya dari dana operasional Polindes. Penelitian ini disarankan untuk seluruh bidan desa seKabupaten Bekasi dengan menggunakan data primer. Kebijakan lain yang ditempuh adalah pemberian pemondokan bagi bidan desa secara berkesinambungan, sarana yang dilengkapi dan beberapa tugas - tugas bidan desa yang tidak banyak mempunyai daya ungkit besar terhadap angka kematian ibu dan bayi hendaknya dikurangi.

The Influence of Midwives Allocation in a Village with the Scope of Mother and Child Health in Sukatani District, Bekasi Regency in 1996/1997In the term to increase the extent and the quality of health service and also to decrease Infant Mortality Rate and Mother Mortality Rate, 54,000 midwives will be located in Indonesia until 1997. Until March 1997, 148 midwives had been located in Bekasi regency. It comprised of 85 midwives as a civil servant and 63 midwives as a temporary civil servant For Sukatani district, 29 midwives had been located with 15 midwives as a civil servant and 14 as a temporary civil servant. This research was using a cross-sectional study. A quantitative method and a secunder data was utilized. 29 villages which had midwives was used for sample in Sukatani district. Statically, there is a meaningful relationship between the existence of midwives with the scope of child birth assistance by health officer in 1993/1994 and 1995/1996. There is also a meaningful relationship between the existence of midwives with the scope of KN2 in 1992/1993. This research showed that there are no meaningful relationship between the existence of midwives with the scope of K4 pregnant woman, working time, midwives' residence, officialdom status and bicycle transportation. This research also showed that it needs more than 3 years for midwives to achieve the program target. There is no meaningful relationship between the bicycle transportation and the scope of Mother and Child Health. It should be considered to give a down payment for motorbike and for the next installment paid by Polindes. This research was suggested for all midwives in Bekasi regency and using a primer data. Another policy should be taken ; such as to give a house for midwives continuously, to complete all their instrument and to decrease some of their duty which have less significance for decreasing Mother and Child Mortality Rate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>